I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk mempertahankan gigi dalam rongga mulut serta mengembalikan keadaan gigi agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya (Bence, 1990). Salah satu tahap penting dalam perawatan saluran akar adalah proses cleaning and shaping
saluran akar.
Selama tahap cleaning and shaping tersebut selalu
digunakan bahan irigasi saluran akar yang berfungsi (1) mengeluarkan serpihan dentin hasil preparasi saluran akar, (2) meningkatkan efisiensi instrumen, (3) melarutkan jaringan nekrotik, (4) menghilangkan debris dari kanalis lateralis dan aksesorius, (5) membunuh kuman, dan (6) membuka tubuli dentinalis dengan cara menghilangkan smear layer (Garg dan Garg , 2008). Kontak larutan irigasi yang digunakan selama prosedur preparasi biomekanik dalam tahap cleaning and shaping saluran akar dengan dinding dentin mahkota gigi sering kali tidak dapat dihindari. Hal ini dapat mempengaruhi komposisi dentin pada mahkota gigi yang selanjutnya akan berinteraksi dengan bahan restorasi (Ozturk dan Ozer, 2004). Setelah perawatan saluran akar selesai, dianjurkan untuk segera melakukan restorasi koronal dengan bahan restorasi sementara ataupun bahan restorasi permanen untuk meminimalisir kontaminasi mikroorganisme dari arah koronal. Dalam hal ini resin komposit menjadi salah satu bahan ideal yang dapat digunakan sebagai restorasi permanen maupun sebagai restorasi sementara jangka panjang (Schwartz dan Fransman, 2005).
1
Resin komposit memiliki berbagai kelebihan sebagai bahan restorasi, yaitu estetika yang baik dan konduktivitas termal yang rendah. Resin komposit tidak dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi sehingga memerlukan bahan bonding supaya dapat melekat pada gigi (Geissberger, 2010). Penggunaan bahan bonding bertujuan untuk mendapatkan kerapatan suatu restorasi dengan struktur gigi sehingga meminimalisir kebocoran mikro dan mencegah terjadinya sensivitas pasca perawatan (Buch dkk., 2013). Bahan adhesive/bahan bonding mengalami perkembangan pesat sejak pertama kali Buonocore memperkenalkan teknik pengetsaan email pada tahun 1955 untuk meningkatkan adhesi terhadap email. Bahan bonding pertama kali hanya dapat berikatan dengan email saja dan sedikit atau bahkan tidak dapat berikatan dengan dentin sehingga dikenal dengan istilah sistem bonding email. Seiring dengan berbagai penelitian yang dilakukan maka ditemukan bahan bonding yang mampu berikatan pada bagian email maupun dentin yang hingga sekarang ini terdapat tujuh generasi bahan bonding. Bonding generasi ke-7/ onestep self-etch adhesive system menjadi salah satu bahan bonding yang sering digunakan oleh para praktisi kedokteran gigi saat ini (Buch dkk., 2013). Adhesi
bahan bonding (monomer resin) pada email tercipta karena
terbentuknya microtags yang dihasilkan dari penetrasi resin ke dalam mikropit. Mikropit terbentuk dari hasil pengetsaan email menggunakan asam (Anusavice, 2003). Aplikasi etsa pada email menghasilkan tiga pola, yakni: tipe I adalah pola yang dihasilkan dari disolusi inti prisma tanpa pelarutan email perifer, tipe II merupakan kebalikan dari pola tipe I yakni terjadi pelarutan email perifer dan inti
2
prismanya tetap utuh, sedangkan tipe III menghasilkan pola topografi email yang tidak terkait dengan morfologi prisma email (Perdigao dan Swift, 2006). Bahan bonding berinteraksi dengan dentin baik secara mekanis maupun secara kimiawi. Adhesi pada dentin tergantung pada infiltrasi monomer adhesif ke serabut kolagen yang terpapar akibat etsa asam (Perdigao dan Swift, 2006). Infiltrasi resin tersebut menghasilkan hybrid layer yang terdiri dari kolagen, resin dan residu hidroksiapatit (Buch dkk., 2013). Bahan bonding generasi ke-7/selfetch adhesive system yang diperkenalkan pada pertengahan tahun 2000 adalah bahan bonding yang dikemas dalam satu botol (Farah dan Powers, 2009). Sistem bonding generasi ke-7 menggabungkan ketiga langkah etsa, priming, dan bonding, sehingga disebut juga sistem one-step self-etch adhesive (Perdigao dan Swift, 2006). Mekanisme adhesi bonding generasi ke-7 diawali dengan pengetsaan oleh monomer fosfat metakrilat yang merupakan salah satu komponen dalam bonding generasi ke-7. Monomer tersebut juga berfungsi sebagai bahan bonding (Leinfelder, 2001). Penggunaan bonding generasi ke-7 ini memiliki beberapa keuntungan antara lain: proses pengetsaan dan penetrasi bahan adhesif pada email dan dentin berlangsung secara simultan, sehingga tidak terdapat perbedaan antara kedalaman pengetsaan dan penetrasi dari bahan bonding (Kulzer, 2006), mengurangi waktu aplikasi dan sensivitas teknik (Naughton dan Latta, 2005), komposisinya stabil dan aplikasinya lebih higienis (van Van Meerbeek dkk., 2003).
3
Santos dkk. (2006) melaporkan bahwa larutan irigasi yang digunakan selama proses perawatan endodontik dapat mempengaruhi kekuatan pelekatan resin komposit terhadap dentin. Pada perawatan saluran akar biasanya digunakan kombinasi dua jenis bahan irigasi dan yang paling sering digunakan adalah kombinasi antara sodium hipoklorit (NaOCl) dan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), sedangkan pada kasus nekrosis pulpa dianjurkan untuk menggunakan klorheksidin diglukonat sebagai bahan irigasi akhir setelah penggunaan kedua bahan irigasi tersebut (Gutmann dkk., 2006). Sodium hipoklorit (NaOCl) merupakan larutan irigasi yang digunakan dalam perawatan endodontik sebagai bahan lubrikasi, disinfeksi, dan pelarut jaringan (Estrela dkk., 2002). Aplikasi jangka pendek NaOCl konsentrasi rendah mampu menghilangkan zat organik sehingga mempengaruhi kekuatan pelekatan bahan bonding generasi ke-7/self-etch adhesive system (Erhardt dkk., 2008). Santos dkk. (2006) juga melaporkan bahwa irigasi dengan NaOCl 5,25% selama 30 menit menurunkan kekuatan tarik mikro pelekatan resin komposit dengan dentin kamar pulpa menggunakan bonding self etch. Secara klinis EDTA digunakan untuk menghilangkan smear layer melalui aksinya yang mampu membuat kelasi ion kalsium. Bila smear layer hilang maka akan memfasilitasi suatu bahan untuk berpenetrasi ke dalam struktur dentin (Kambara dkk., 2012). Waktu yang efektif untuk menghilangkan smear layer adalah 1-5 menit (Hargreaves, dkk., 2011). Irigasi dengan EDTA 5% selama 5 menit pada dentin kamar pulpa memiliki kekuatan tarik mikro yang lebih tinggi
4
dibandingkan irigasi dengan EDTA dengan konsentrasi yang lebih tinggi yakni 15%,17% dan 19% saat menggunakan bonding self etch (Barutcigil dkk., 2012). Kelasi merupakan proses yang melibatkan pengikatan ion positif oleh bahan kimia tertentu. Pada dentin saluran akar agen kelasi ini beraksi dengan ion kalsium pada kristal hidroksiapatit. Proses ini mengakibatkan perubahan mikrostruktur dentin dan perubahan pada rasio Ca:P. Perubahan pada rasio Ca:P dapat mengubah proporsi dari komponen organik dan anorganik yang berakibat pada perubahan kekasaran mikro, permeabilitas dan solubilitas dentin (Singh, dkk.,
2009).
EDTA mampu
menghilangkan
komponen anorganik
dan
meninggalkan komponen organik. EDTA juga dapat melunakkan dentin
dan
mencegah pemadatan di bagian apikal (Torabinejad dan Walton, 2009). EDTA merupakan agen pengkelasi yang ringan dengan berbagai efek yang berbeda pada dentin, tergantung pada waktu aplikasi dan konsentrasinya (Calt dan Serper, 2002). EDTA tidak hanya mampu mengambil ion Ca2+ dari dentin, namun juga mampu menyebabkan demineralisasi apabila terjadi kontak yang lama dengan dentin (Sayin dkk., 2007). Klorheksidin diglukonat memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas tetapi tidak dapat melarutkan jaringan organik (Gomes dkk., 2013). Oleh karena itu, klorheksidin diglukonat tidak digunakan sebagai bahan irigasi utama dalam perawatan saluran akar (Garg dan Garg, 2008). Telah dilaporkan sebelumnya bahwa aplikasi klorheksidin diglukonat sebelum etsa tidak memiliki efek negatif terhadap bonding resin komposit pada dentin koronal, kamar pulpa maupun email (Gomes dkk., 2013). Erdemir dkk. (2004) melaporkan bahwa bahan irigasi
5
klorheksidin diglukonat secara signifikan meningkatkan kekuatan pelekatan terhadap dentin saluran akar, sedangkan Santos dkk. (2006) melaporkan bahwa larutan klorheksidin diglukonat 2% tidak berpengaruh terhadap interaksi bonding self-etch dengan dentin kamar pulpa. Uji kekuatan pelekatan adalah analisis paling sering digunakan untuk mengevaluasi suatu bahan kedokteran gigi. Uji kekuatan pelekatan dapat dilihat dengan mengukur besarnya gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan pelekatan antara dua bahan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menilai kuat rekat bahan adhesif (Mc Cabe dan Walls, 2008). Tekanan yang mengenai bahan restorasi merupakan gabungan kekuatan tekan, tarik, dan geser. Salah satu kriteria menilai kekuatan bonding pada restorasi resin komposit dengan jaringan keras gigi adalah kemampuannya untuk menghasilkan kekuatan perlekatan yang optimal pada gigi. Kekuatan pelekatan dapat diukur dengan uji kekuatan tarik (tensile), tarik mikro (microtensile), dan shear bond test atau uji kekuatan geser pelekatan (Craig dan Ward, 1997). Shear bond strength adalah pengujian yang paling sering digunakan karena dapat mewakili tipe-tipe tekanan yang diterima oleh sebuah gigi di dalam mulut selama mastikasi (Craig dan Ward, 1997). Shear bond strength merupakan ketahanan maksimum suatu bahan dalam menahan beban. Pengujian ini dilakukan secara in vitro untuk mengetahui kuat rekat suatu bahan terhadap gigi dengan cara melakukan pergeseran atau tarikan pada bahan yang akan diuji sampai bahan tersebut terlepas (Power dan Sakaguchi, 2006).
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu permasalahan apakah terdapat pengaruh penggunaan bahan irigasi (NaOCl 2,5%, kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17%, serta kombinasi NaOCl 2,5%, EDTA 17%, dan klorheksidin diglukonat 2%) terhadap kekuatan geser pelekatan (shear bond strength) restorasi resin komposit dengan dentin menggunakan bahan bonding generasi ke-7 (self-etch adhesive system).
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan
irigasi
NaOCl dan kombinasinya terhadap kekuatan geser pelekatan
restorasi resin komposit dengan dentin menggunakan bonding generasi ke-7 (selfetch adhesive system).
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi
mengenai pengaruh bahan irigasi NaOCl dan
kombinasinya terhadap kekuatan geser pelekatan restorasi resin komposit dengan dentin menggunakan
bonding generasi ke-7 (self-etch adhesive
system). Di
samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada praktisi kedokteran gigi supaya dapat memilih bahan irigasi yang dapat memberikan kekuatan geser pelekatan yang terbaik.
7
E. Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh larutan irigasi terhadap kekuatan geser pelekatan resin komposit pada dentin menggunakan bonding generasi ke-7 (self-etch adhesive
system) dengan
konsentrasi, kombinasi, maupun urutan penggunaan larutan irigasi yang sama dan metode penelitian yang sama dengan penelitian ini belum pernah dilakukan. Penelitian mengenai pengaruh sodium hipoklorit (NaOCl 1 %) dan EDTA 17% terhadap kekuatan tarik mikro (microtensile bond strength) pada sistem bonding self-etch pernah dilakukan oleh Cecchin dkk. (2010). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan NaOCl 1% menghasilkan kekuatan pelekatan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (tanpa perlakuan) dan kelompok yang diberi perlakuan NaOCl 1% dilanjutkan dengan EDTA 17 %. Barutcigil dkk. (2012) melakukan penelitian mengenai kekuatan tarik mikro pelekatan pada dentin di kamar pulpa setelah diirigasi dengan EDTA dengan berbagai konsentrasi yakni 5%, 15%, 17 dan 19%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa irigasi EDTA dapat mempengaruhi kekuatan tarik mikro pelekatan restorasi resin komposit dengan dentin bila menggunakan bonding self etch. Kasraei dkk. (2013) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh NaOCl dan EDTA terhadap kekuatan tarik mikro pelekatan resin komposit dengan dentin dengan konsentrasi NaOCl yang berbeda yakni 2,5% dan EDTA yang digunakan adalah konsentrasi 0,5M dan hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi EDTA maupun NaOCl dan EDTA meningkatkan kekuatan pelekatan tarik mikro restorasi resin komposit dengan dentin pada penggunaan bahan bonding self etch/ generasi ke-7. Santos
8
dkk. (2006) meneliti tentang pengaruh larutan irigasi NaOCl 5,25%, EDTA 17%, dan klorheksidin diglukonat 2% (gel maupun larutan) terhadap kekuatan tarik mikro pada dentin di kamar pulpa menggunakan bonding self etch dengan urutan, kombinasi dan waktu irigasi yang berbeda. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan irigasi yakni kombinasi antara NaOCl 2,5% dan EDTA 17% serta kombinasi NaOCl 2,5%, EDTA 17% dan klorheksidin diglukonat 2% terhadap kekuatan geser pelekatan (shear bond strength) restorasi resin komposit dengan dentin menggunakan bonding generasi ke-7 (self-etch adhesive system).
9