I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering dilakukan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan endodontik yang bertujuan untuk merawat gigi nekrotik sehingga dapat mempertahankan gigi tersebut dalam fungsi dan estetiknya (Peters, 2004). Perawatan saluran akar meliputi tiga tahap yaitu preparasi biomekanis saluran akar gigi, debridemen dan disinfeksi saluran akar, serta obturasi saluran akar. Prosedur preparasi biomekanis dan debridemen saluran akar untuk membersihkan smear layer dan jaringan pulpa gigi akan menyebabkan perubahan pada susunan organik dan anorganik dentin karena larutan irigasi yang digunakan (Cohen and Hargreaves, 2011). Natrium hipoklorit merupakan salah satu larutan irigasi yang sering digunakan dalam prosedur perawatan saluran akar karena memiliki sifat antibakteri dan dapat melarutkan jaringan organik. Konsentrasi natrium hipoklorit yang dapat digunakan sebagai larutan irigasi saluran akar yaitu 0,5%-5,25% (Haapasalo dkk., 2010). Natrium hipoklorit mulai dari konsentrasi 2,5% sampai dengan 5,25% lebih efektif dalam melarutkan jaringan organik daripada konsentrasi 0,5% tetapi bila konsentrasinya lebih tinggi dari 5,25% akan bersifat toksik terhadap jaringan rongga mulut (Garg and Garg, 2008). Semakin tinggi konsentrasi natrium hipoklorit maka semakin tinggi juga kemampuannya untuk melarutkan jaringan organik (Basrani, 2015). Penggunaan natrium hipoklorit
1
2
harus dikombinasikan dengan EDTA karena natrium hipoklorit tidak dapat melarutkan jaringan anorganik. EDTA adalah larutan irigasi yang digunakan sebagai bahan kelasi dan pelarut jaringan anorganik seperti smear layer. (Goldberg dkk., 2004; Garg and Garg, 2008). Interaksi dengan larutan irigasi pada prosedur perawatan saluran akar akan menyebabkan perubahan pada struktur gigi terutama pada dentin kamar pulpa (Yashwanth dkk., 2012). Setelah perawatan saluran akar selesai, pembuatan restorasi akhir sebaiknya
dilakukan
secepatnya
untuk
menghindari
kebocoran
koronal
(Moghaddas dkk., 2014). Struktur gigi pasca perawatan saluran akar lebih rentan terhadap fraktur karena kehilangan kandungan air dari dentin dan struktur gigi juga banyak hilang karena karies, restorasi sebelumnya, atau preparasi akses pada saat prosedur perawatan saluran akar (Yashwanth dkk., 2012). Pemilihan
restorasi
akhir
harus
dipertimbangkan
dengan
benar
berdasarkan alasan-alasan tersebut. Restorasi akhir dengan resin komposit direk memungkinkan adanya penyaluran gaya-gaya fungsional ke seluruh permukaan gigi sehingga mengurangi resiko frakturnya gigi. Restorasi resin komposit direk juga tidak memerlukan pengurangan struktur gigi yang banyak (Yaswanth dkk., 2012; Nagpal dkk., 2014). Salah satu jenis resin komposit yang dapat dipakai untuk menggantikan dentin yang hilang adalah resin komposit bulkfill (Anusavice dkk., 2013). Pada viskositas rendah, resin komposit bulkfill memiliki sifat flow yang tinggi sehingga mengurangi terjadinya stres pada permukaan interfasial antara gigi dan resin komposit akibat pengerutan yang terjadi selama polimerisasi.
3
Integritas marginal restorasi yang baik dapat dicapai dengan menggunakan material ini (Matinlinna and Mittal, 2009; van Ende dkk., 2012). Penelitian yang akan dilakukan menggunakan resin komposit bulkfill viskositas rendah karena menimbulkan resiko stres yang rendah akibat pengerutan yang terjadi selama polimerisasi. Stres akibat kontraksi resin komposit selama polimerisasi pada permukaan interfasial gigi dan resin komposit dapat melampaui kekuatan sistem bonding sehingga integritas marginal rusak dan terjadi kebocoran mikro (Matinlinna and Mittal, 2009). Hasil penelitian menjadi tidak valid karena kebocoran mikro yang terjadi disebabkan oleh resin komposit, bukan bahan bonding. Dengan demikian penggunaan resin komposit bulkfill viskositas rendah dalam penelitian ini diharapkan dapat mengeliminasi hal-hal tersebut. Penutupan koronal (coronal seal) pada restorasi akhir adalah faktor yang mendukung keberhasilan perawatan saluran akar jangka panjang. Kekurangan sealing dan adhesi antara restorasi akhir dan struktur gigi akan menurunkan prognosis perawatan saluran akar (Moghaddas dkk., 2014). Penggunaan bahan bonding antara struktur gigi dan restorasi resin komposit dibutuhkan untuk mendapatkan pelekatan yang baik (Mousavinasab dkk., 2008). Bahan bonding telah banyak dikembangkan dan dikategorikan menjadi total-etch untuk generasi keempat dan kelima dan self-etch untuk generasi keenam dan ketujuh. Bonding generasi kelima terdiri dari dua sediaan yaitu etsa dan primer-adhesif. Bonding generasi keenam dikategorikan menjadi dua jenis yaitu dua tahap dan satu tahap aplikasi. Bahan bonding generasi keenam dua tahap aplikasi terdiri dari dua sediaan yaitu etsa-primer dan adhesif (sering disebut self-
4
etching primer). Aplikasi etsa-primer dilakukan terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan aplikasi adhesif sehingga pada jenis ini diperlukan dua tahap aplikasi. Bahan bonding generasi keenam satu tahap aplikasi juga terdiri dari dua sediaan yaitu etsa-primer dan adhesif tetapi pada penggunaannya, kedua sediaan tersebut dicampur terlebih dahulu dan diaplikasikan secara bersamaan (Summitt dkk., 2006). Walaupun bahan bonding generasi enam satu tahap aplikasi lebih praktis digunakan tetapi pencampuran komponen etsa-primer dan adhesif sebelum diaplikasikan menjadikan struktur bahan bonding lebih kompleks dan lebih sensitif terhadap teknik yang digunakan. Menurut beberapa penelitian bahan bonding generasi enam dua tahap aplikasi memiliki integritas marginal dan kekuatan mekanis yang lebih baik. Masing-masing jenis bahan bonding tersebut memiliki aksi yang berbeda dalam berikatan dengan dentin kamar pulpa (Summitt dkk., 2006; Moghaddas dkk., 2014). Terjadinya ikatan yang baik antara material restorasi dan struktur gigi dapat diukur dari tingkat kebocoran mikro yang terjadi pada daerah interfasial. Ikatan yang baik antara material restorasi dan struktur gigi dapat menurunkan resiko terjadinya kebocoran mikro pada tepi restorasi (Powers and Sakaguchi, 2012). Adanya kebocoran mikro antara restorasi dan struktur gigi dapat menyebabkan pewarnaan pada margin restorasi, karies sekunder, invasi bakteri ke daerah periapikal sehingga menyebabkan inflamasi yang rekuren. Hal ini akan menurunkan prognosis perawatan saluran akar yang telah dilakukan (Summitt dkk., 2006; Nagpal dkk., 2014).
5
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah ada pengaruh konsentrasi natrium hipoklorit sebagai bahan irigasi dan jenis bahan bonding terhadap kebocoran mikro resin komposit bulkfill viskositas rendah pada dentin kamar pulpa.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi natrium hipoklorit sebagai bahan irigasi dan jenis bahan bonding terhadap kebocoran mikro resin komposit bulkfill viskositas rendah pada dentin kamar pulpa.
D. Keaslian Penelitian Moghaddas dkk. (2014) telah melakukan penelitian tentang pengaruh aplikasi natrium hipoklorit sebagai bahan irigasi dan jenis bahan bonding terhadap kebocoran mikro resin komposit konvensional pada dentin kamar pulpa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jenis bahan bonding terhadap kebocoran mikro tetapi aplikasi natrium hipoklorit berpengaruh secara signifikan terhadap tingginya kebocoran mikro yang terjadi. Nagpal dkk. (2014) juga meneliti tentang pengaruh irigasi natrium hipoklorit dan EDTA serta jenis bahan bonding terhadap kebocoran mikro resin komposit konvensional pada dentin kamar pulpa. Irigasi natrium hipoklorit dan EDTA mengurangi kebocoran mikro
6
secara signifikan pada sistem bonding self-etch tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan pada sistem bonding total-etch. Konsentrasi natrium hipoklorit sebagai bahan irigasi saluran akar mempengaruhi pelekatan restorasi akhir menggunakan resin komposit pada gigi pasca perawatan saluran akar. Namun belum ada penelitian tentang pengaruh konsentrasi natrium hipoklorit sebagai bahan irigasi dan jenis bahan bonding terhadap kebocoran mikro resin komposit bulkfill viskositas rendah pada dentin kamar pulpa. Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian Moghaddas dkk. (2014) dan Nagpal dkk. (2014) karena pada penelitian ini menggunakan konsentrasi natrium hipoklorit yang berbeda yaitu 2,5% dan 5,25%. Kedua penelitian tersebut juga tidak menggunakan bahan bonding generasi 6 dua tahap aplikasi dan resin komposit bulkfill viskositas rendah seperti dalam penelitian ini.
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1) Dalam aplikasi klinis dapat dijadikan pertimbangan bagi dokter gigi dalam pemilihan konsentrasi natrium hipoklorit dan jenis bahan bonding resin komposit pada restorasi gigi pasca perawatan endodontik untuk mendapatkan restorasi yang kuat dan dapat bertahan lebih lama. 2) Sebagai sumber informasi ilmiah tentang pengaruh konsentrasi larutan irigasi terhadap sistem bonding resin komposit yang dapat berguna dalam bidang kedokteran gigi khususnya ilmu konservasi gigi dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya.