1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada Yesus Kristus. Dan gereja adalah masyarakat Kristen itu sendiri yang dapat dijumpai di mana dan kapan saja. Artinya bahwa dimana ada orang Kristen di situlah gereja hidup. Demikian pula dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen juga terpanggil untuk melayani baik kepada sesama maupun orang lain. Gereja sebagai wakil Allah di dunia harus menjadi terang yang mempunyai tugas untuk menerangi dunia melalui pelayanannya. Terang di sini bukan hanya berfungsi untuk menerangi gereja itu sendiri tetapi terang itu harus dipancarkan sinarnya ke seluruh dunia, semua umat manusia (universal). Dalam pelayanannya di dunia, gereja dipengaruhi oleh dua hal yaitu, yang pertama adalah orang (pelaku) yang terlibat dalam pelayanan gereja dan yang kedua adalah program/rencana kerja yang dibuat oleh gereja guna menunjang kegiatan pelayanan. Kedua hal tersebut mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi dalam kehidupan bergereja. Oleh karena itu apabila kedua hal tersebut tidak terbina dengan baik, maka akan menganggu kegiatan pelayanan gereja selanjutnya.
Berdasarkan pengalaman penyusun ketika mengikuti stage di salah satu gereja, penyusun melihat dan mendapati bahwa kegiatan yang ada di gereja tersebut sedang menghadapi permasalahan. Dan permasalahan yang dihadapi terkait dengan kedua hal yang telah disebutkan di atas. Penyusun melihat bahwa anggota jemaat yang terlibat dalam kegiatan yang dibuat oleh gereja telah kehilangan motivasi. Hal ini disebabkan karena mereka merasa bahwa apa yang selama ini mereka lakukan hanya merupakan bentuk tanggungjawab atas peran/kedudukan yang telah mereka peroleh. Akibatnya kegiatan yang mereka lakukan hanyalah sebuah formalitas. Bahkan ada beberapa anggota jemaat yang apabila diberi tugas
2
di suatu tempat menolak untuk melaksanakannya. Alasan yang dikemukakan juga beragam, baik karena faktor tempat yang jauh juga disebabkan faktor-faktor lainnya. Sehingga pada akhirnya mereka menyerahkan tugas tersebut kepada orang lain. Permasalahan lain yang juga dihadapi terkait dengan program kerja yang dibuat oleh gereja dirasa kurang dapat menyentuh aspek kehidupan anggota jemaatnya. Tidak sedikit program kerja yang dibuat hanya merupakan lanjutan atau ulangan dari program sebelumnya. Dan hal ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap anggota jemaat yang melaksanakan kegiatan tersebut. Akibatnya mereka menganggap bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh gereja hanya sebuah rutinitas belaka.
Demikian pula dalam kehidupan bergereja pada umumya. Penyusun juga melihat dan mengamati bahwa gereja pada saat ini sebenarnya sedang menghadapi permasalahan, seperti yang dialami oleh gereja dimana penyusun melaksanakan stage. Kegiatan yang dilaksanakan gereja pada kenyataannya tetap saja masih kurang dapat menyentuh aspek-aspek kehidupan anggota jemaat. Program kerja yang dibuat tetap dilaksanakan begitu pula dengan anggota jemaatnya tetap melaksanakan kegiatan tersebut. Bahkan gereja juga seringkali mengadakan kegiatan yang menarik minat banyak orang. Tetapi dengan bahasa simbol dapat dikatakan bahwa keadaan anggota jemaat sebenarnya “hidup tetapi mati”. Maksudnya adalah bahwa semua program kerja yang telah dibuat tetap dilaksanakan demikian pula dengan anggota jemaatnya tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Dan kesemuanya memang nampak “hidup”. Tetapi pada
kenyataannya
anggota
jemaat
telah
kehilangan
motivasi
untuk
melaksanakannya. Kegiatan yang mereka lakukan hanya merupakan formalitas dan rutinitas belaka. Anggota jemaat sebenarnya dalam keadaan “mati”. Dan yang lebih parah adalah bahwa gereja tidak menyadari keadaan mereka (anggota jemaat) yang sebenarnya.
3
Memang tidak dapat dihindari bahwa dalam melaksanakan tugasnya, gereja pasti menghadapi berbagai macam tantangan dan hambatan, baik yang berasal dari luar (ekstern/lingkungan) maupun dari dalam diri gereja sendiri (intern). Dan gereja hendaknya menyadari bahwa dirinya harus bertumbuh di tengah tantangan dan hambatan yang sedang dan akan dihadapi. Tetapi kenyataannya pada saat ini dengan banyaknya tantangan dan permasalahan yang dihadapi, gereja bukannya semakin bertumbuh tetapi mulai mengalami kemunduran. Dan permasalahan yang dihadapi bukan berasal dari luar tetapi dari dalam diri gereja itu sendiri, dimana orang-orang yang terlibat di dalam kegiatan yang ada mulai kehilangan motivasi. Mereka seringkali menganggap bahwa kegiatan yang selama ini mereka lakukan hanyalah merupakan tugas yang harus dikerjakan karena tanggungjawab yang telah diberikan kepada mereka. Segala kegiatan yang dilakukan pada akhirnya hanya sebuah formalitas dan rutinitas belaka.
B. Pokok Permasalahan
Pada bagian ini akan dilihat apa yang menjadi pokok permasalahan yang akan menjadi bahan selanjutnya dalam penulisan skripsi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penyusun tertarik untuk membahas mengenai kondisi anggota jemaat. Permasalahan yang dihadapi gereja bukan berasal dari luar, tetapi dari dalam diri gereja itu sendiri. Dimana kegiatan yang dilakukan oleh anggota jemaat memang nampak cukup baik, “hidup” tetapi sebenarnya mereka dalam keadaan “mati”. Oleh karena itu, gereja harus segera menyadari permasalahan yang sedang terjadi. Terkait dengan pokok permasalahan yang demikian maka perlu juga dilakukan tinjauan secara biblis. Tinjauan secara biblis dilakukan dalam rangka untuk membekali anggota jemaat untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dan tinjauan biblis yang digunakan adalah surat kepada ketujuh jenis jemaat yang ditulis dalam Kitab Wahyu. Dan tinjauan biblis yang digunakan adalah surat kepada ketujuh jenis jemaat yang ditulis dalam Kitab Wahyu. Dan penyusun memilih lima dari tujuh surat yang terdapat dalam Kitab Wahyu.
4
C. Batasan Permasalahan dan Batasan Bahan
Pembicaraan mengenai kehidupan bergereja di dalam Alkitab adalah sebuah pembicaraan yang sangat luas dan tidak ada habisnya. Oleh karena itu penyusun akan memberi batasan permasalahan agar hasil pembahasan lebih maksimal. Adapun permasalahan yang akan dibahas selanjutnya adalah mengenai permasalahan yang dihadapi gereja terkait dengan orang (anggota jemaat) yang melaksanakan kegiatan pelayanan.
Sedangkan batasan bahan yang akan dibahas terdapat dalam Kitab Wahyu, secara khusus Wahyu 2:1–7;
2:8-11;
3:1–6; 3:7-13; 3:14– 22. Alasan penyusun
memilih kelima surat tersebut adalah karena ada kemiripan kondisi yang dialami oleh jemaat-jemaat tersebut dengan situasi orang Kristen saat ini. Selain itu penyusun melihat bahwa dari surat-surat tersebut dapat dilihat dan diamati mengenai kondisi anggota jemaat yang dikatakan “hidup tetapi mati”. Penyusun juga melihat bahwa dalam kelima surat tersebut terdapat pengajaran yang diberikan Yesus, dalam rangka untuk menghadapi tantangan dan hambatan yang ada. Oleh karena itu, penyusun juga akan membahas hal tersebut dalam rangka untuk memberi masukan bagi pembangunan jemaat.
D. Judul dan Alasan Pemilihan Judul
Dari permasalahan yang telah dijelaskan maka penyusun memberi judul, yaitu : “ Hidup Tetapi Mati “ Dari judul yang dipilih ini, penyusun tidak membahas konsep mengenai “hidup tetapi mati”. Tetapi judul tersebut merupakan bahasa kiasan yang dipakai penyusun untuk menggambarkan keadaan anggota jemaat. Maksudnya adalah untuk mengungkapkan situasi yang sifat kegiatan yang kelihatan “hidup” tetapi sebenarnya “mati”. Judul tersebut juga merupakan bahasa kiasan yang terdapat pada salah satu ayat dalam Kitab Wahyu (.,lih Why 3:1). Alasan lain penyusun memilih judul tersebut adalah untuk mengungkapkan kondisi konkret yang terjadi
5
pada waktu stage. Dan permasalahan yang dihadapi oleh anggota jemaat kurang mendapat perhatian dari gereja.
E. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi tugas studi yaitu menyelesaikan tugas akhir di fakultas teologi Universitas Kristen Duta Wacana. 2. Untuk meneliti pokok permasalahan secara biblis yang nantinya dapat bermanfaat bagi gereja dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada. 3. Untuk memberi masukan bagi bahan/materi pembangunan jemaat.
F. Metode Penulisan
Berkaitan dengan penulisan skripsi maka metode yang digunakan adalah deskripsi dan analisa terhadap permasalahan. Sedangkan untuk metode penelitian atas bahan, penyusun menggunakan metode tafsir literer 1 , tetapi tetap akan memperhatikan latar belakang sejarah kitab Wahyu, simbol-simbol yang ada di dalamnya, budaya dan situasi lain yang ikut mempengaruhi.
Diakui bahwa menafsirkan kitab Wahyu Yohanes bukanlah hal yang mudah, karena di dalamnya banyak terdapat bahasa-bahasa simbol yang memaksa kita sebagai pembaca harus memahami maknanya lebih dalam lagi. Penyusun melihat bahwa metode yang tepat untuk menafsirkan Wahyu ialah menafsirkan kitab Wahyu dengan cara yang sama seperti kita menafsirkan kitab-kitab para nabi dalam PL. Itu berarti bahwa kalau para nabi berbicara tentang raja Babel yang congkak, yang akan binasa maka haruslah kita menyadari bahwa ini memang sesuatu perkataan yang cocok untuk zamannya mereka sendiri. Dan raja Babel tersebut dapat muncul kembali dalam diri raja-raja lain 2 . Selain melakukan 1 2
Akan dijelaskan lebih lanjut dalam Bab II Drs. J. J. Heer, Tafsiran Wahyu Yohanes I, (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1979), p. 23-24
6
penafsiran secara biblis, penyusun juga memberikan pokok-pokok usulan berupa masukan (bahan) bagi pembangunan jemaat.
G. Sistematika Penulisan
BAB I
: PENDAHULUAN
Pada bagian ini penyusun akan memaparkan latar belakang permasalahan dan pokok permasalahan yang akan dibahas selanjutnya dan di dalamnya penyusun memberikan batasan
permasalahan. Selain itu terdapat juga pembahasan
mengenai pemilihan judul dan alasan penyusun memakai judul tersebut. Hal lain yang juga dipaparkan adalah mengenai metode penulisan dan tujuan penulisan skripsi ini.
BAB II
: PENGANTAR DAN METODE PENELITIAN ATAS BAHAN
Bagian ini berisikan pengantar kepada kitab Wahyu dan metode penelitian atas bahan. Di dalam pengantar kitab Wahyu akan dipaparkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kitab Wahyu yang sifatnya untuk mengantar penyusun ke dalam pokok permasalahan yang akan dibahas selanjutnya.
BAB III
: TAFSIR WAHYU 2:1-7, 2:8–11, 3:1-6, 3:7–13, 3:14–22.
Bagian ini merupakan tafsiran atas bagian kitab Wahyu yang mempunyai kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.
BAB IV
: KESIMPULAN DAN RELEVANSI
Bagian ini merupakan kesimpulan dari keselurahan bab yang telah dipaparkan, antara lain mengenai permasalahan yang dibahas, hasil tafsiran. Dalam bagian ini juga penyusun akan memberikan pokok-pokok usulan bahan bagi pembangunan jemaat terkait dengan permasalahan.