BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Di samping sebagai makhluk pribadi, manusia adalah makhluk sosial. Makhluk ciptaan Tuhan yang tidak dapat hidup sendiri, karena pasti memerlukan orang lain. Baik untuk menemani ataupun membantu satu dengan yang lainnya. Karena kodratnya yang demikian maka manusia tidak bisa menolak keberadaan orang lain.
Dalam lingkungan masyarakat, manusia hidup berdampingan. Dalam kondisi hidup saling berdampingan ini, tentu saja keadaan masing-masing orang berbeda. Ada orang yang memiliki harta lebih dari cukup dan disebut kaya. Dan sebaliknya ada orang yang memiliki harta kurang dari cukup dan disebut miskin. Perbedaan kepemilikan harta ini seringkali menyebabkan kesenjangan antar manusia. Menurut data dari World Bank tahun 2004, penduduk Indonesia yang hidup dengan $2 (Rp 20.000, 00) sehari masih ada sekitar 52,4 % dan ada sekitar 7,5 % penduduk Indonesia yang hidup dengan $1 (Rp 10.000, 00).1 Ini menunjukkan bahwa masih cukup banyak orang miskin di Indonesia yang belum mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Karena untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang rata-rata terdiri dari 4 orang tentu saja kurang bila hanya dengan uang sebesar Rp 20.000, 00.
Harta merupakan milik Tuhan sepenuhnya yang dititipkan kepada manusia untuk dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Dan setiap manusia berhak untuk menikmati harta yang asalnya dari Tuhan. Artinya bahwa setiap manusia tanpa dibeda-bedakan berhak menikmati harta milik Tuhan. Akan tetapi perkembangan jaman mengakibatkan orang menjadi tidak peduli dengan keadaan orang lain.
1
Bambang Setiaji, Globalisasi dan Islam dalam Study Intensif Tentang Islam, Yogyakarta, 2005, hal. 9-10
B. Pokok Permasalahan Agama Islam dan Kristen memiliki suatu konsep dan dasar yang sama tentang pelaksanaan zakat yaitu untuk menegakkan keadilan, menolong yang lemah dan yang miskin. Umat Kristen lebih mengenal konsep zakat ini dengan istilah perpuluhan. Meskipun kata zakat itu sendiri tak digunakan dalam Alkitab, namun prakteknya ada di dalam Alkitab. 2
Baik agama Islam maupun Kristen pelaksanaan zakat dalam konteks kehidupan bermasyarakat kini dan di masa mendatang sangat penting. Zakat bukan saja sebagai wujud keberagamaan manusia, tetapi secara kongkrit aspek kemanusiaan manusia dipedulikan. Antara agama dan kemanusiaan menjadi semakin kongkrit. Agama tidak hanya berurusan dengan persoalanpersoalan yang sifatnya ritual-doktrinal-formal, tetapi juga masalah praktis-realitis. Agama menjadi amat bermakna bagi kehidupan manusia.3
Dalam agama Islam, zakat merupakan hal penting yang wajib untuk dilaksanakan. Karena zakat merupakan salah satu dari Rukun Islam (sahadat, sholat, puasa, zakat, haji). Kalau zakat tidak ditunaikan maka akan terjadi adanya jurang kaya miskin. Ini akan memunculkan masyarakat kaya yang mewah berlebih-lebihan. Sikap semacam ini dapat membawa kehidupan yang negatif. Mereka yang kaya dapat mengeksploitasi dan memungkinkan terciptanya kejahatan yang berakhir pada kekacauan sosial.4
Zakat menurut bahasa, berarti nama’ = kesuburan, thaharah = kesucian, barakah = keberkatan dan berarti juga tazkiyah, tathhier = mensucikan.5 Harta yang dikeluarkan untuk zakat itu disebut zakat karena zakat itu mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa, dan menyuburkan harta atau membanyakkan pahala yang akan diperoleh mereka yang mengeluarkannya. 6 Jadi melalui zakat inilah umat Islam mensucikan diri dan harta mereka. Harta yang memang seharusnya dapat dinikmati oleh setiap manusia ciptaan Tuhan, supaya ada keseimbangan antara orang yang kaya dan yang miskin.
2
Akan dijelaskan dalam Bab III Pdt. Elga Sarapung, M. Th, “Pengantar” dalam Lima Titik Temu Agama-agama,Duta Wacana University Press, Yogyakarta, 2000, hal. 195 4 s.d.a hal. 200 5 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1999 hal. 3 6 s.d.a hal. 8 3
2
Dalam agama Kristenpun sebenarnya dikenal juga konsep zakat. Bahkan dalam Alkitab juga ditekankan faktor keseimbangan dalam kehidupan sosial. Seperti yang tertulis di dalam 2 Korintus 8:13-15 : “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini, kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak berlebihan dan orang-orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.”
Berdasarkan kesamaan konsep yaitu bahwa harta yang ada pada manusia sebenarnya hanya merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan setiap umat baik Islam maupun Kristen memiliki hak untuk menikmati harta tersebut maka sebenarnya dapat terjalin suatu kerja sama untuk saling membantu, menolong yang lemah dan miskin serta menciptakan suatu keseimbangan antara orang kaya dan miskin. Di samping itu juga dengan adanya kerja sama antara umat Islam dan Kristen maka akan menimbulkan dampak yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh rahmat bagi umat Islam. Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang suci yang diberkati oleh Allah, sehingga umat Islam berusaha untuk memperoleh pahala yang sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat kelak. Salah satu kegiatan yang wajib dilaksanakan di bulan yang penuh rahmat ini adalah melaksanakan zakat. Di setiap masjid pasti ada kegiatan pelaksanaan zakat, termasuk juga masjid Baitul Hikmah yang terletak di wilayah kecamatan Gondokusuman.
Berdasarkan uraian di atas, penyusun ingin melihat lebih dalam tentang pelaksanaan zakat di masjid Baitul Hikmah selama bulan Ramadhan ini. Penyusun akan meneliti tentang pelaksanaan zakat dalam rangka bulan Ramadan terutama pelaksanaan zakat fitrah.7 Di samping itu penyusun juga akan melihat pelaksanaan persembahan perpuluhan di GKJ Sawokembar.
7
Zakat yang dibayarkan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
3
C. Judul dan Alasan Pemilihan Judul
Dari permasalahan yang telah dijelaskan maka penyusun memberi judul, yaitu : ZAKAT SEBAGAI TITIK AWAL KERJASAMA ANTARA ISLAM DAN KRISTEN
Penyusun memilih judul ini karena, zakat merupakan konsep dalam agama Islam dan Kristen yang memiliki motivasi sama yaitu untuk membantu orang-orang yang memerlukan sehingga diharapkan dapat menciptakan suatu kerja sama, yang nantinya akan menuju kepada terciptanya kerukunan antar umat beragama. Penyusun berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya agar dapat turut serta menciptakan suatu kerja sama antar umat beragama.
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: untuk menggali adanya unsur sosial dalam pelaksanaan zakat fitrah dan perpuluhan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
E. Metode Penulisan
Berkaitan dengan penyusunan skripsi maka metode yang digunakan adalah metode wawancara. Dalam metode ini, penyusun akan mewawancarai beberapa pengurus masjid Baitul Hikmah serta majelis GKJ Sawokembar terutama yang mengelola zakat fitrah dan persembahan. Penyusun memilih masjid Baitul Hikmah dan GKJ Sawokembar karena letak masjid Baitul Hikmah dan GKJ Sawokembar yang berdekatan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I :
PENDAHULUAN
Pada bagian ini penyusun akan memaparkan latar belakang permasalahan dan pokok permasalahan yang akan dibahas selanjutnya dan di dalamnya penyusun memberikan batasan permasalahan. Selain itu terdapat juga pembahasan mengenai pemilihan judul dan alasan 4
penyusun memakai judul tersebut. Hal lain yang juga yang dipaparkan adalah mengenai metode penulisan dan tujuan penulisan skripsi ini.
BAB II:
ZAKAT DALAM AGAMA ISLAM DAN PELAKSANAANNYA DI MASJID
BAITUL HIKMAH Pada bagian ini akan dijabarkan tentang konsep zakat di dalam agama Islam dan pelaksanaannya di masjid Baitul Hikmah.
BAB III:
PERPULUHAN DALAM AGAMA KRISTEN DAN PELAKSANAANNYA
Bagian ini berisikan tentang konsep persembahan perpuluhan yang dilaksanakan dalam agama Kristen serta pelaksanaannya di GKJ Sawokembar.
BAB IV:
KESIMPULAN DAN RELEVANSI
Bagian ini merupakan kesimpulan dari keseluruhan bab yang telah dipaparkan. Dalam bagian ini juga penyusun akan memberikan pokok-pokok usulan bagi terciptanya suatu kerja sama antara umat Islam dan Kristen.
5