I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya merawat kesehatan gigi, salah satunya dengan perawatan ortodontik. Kebutuhan perawatan ortodontik meningkat seiring dengan peningkatan sosial ekonomi dan pengetahuan masyarakat. Perawatan ortodontik bertujuan memberikan perbaikan estetik dan fungsional pada pasien. Menurut Ren dkk. (2003), perawatan ortodontik yang optimal membutuhkan input gaya mekanik yang dapat menghasilkan gerakan gigi secara maksimum dengan kerusakan minimum pada akar gigi, membran periodontal, dan tulang alveolar serta mempunyai rentang aktivasi yang panjang. Pergerakan gigi dapat dicapai dengan penerapan kekuatan pada gigi oleh alat ortodontik. Peralatan ortodontik terdiri dari komponen aktif dan komponen reaktif. Kekuatan komponen aktif dikenakan pada gigi agar bergerak, sedangkan peralatan penjangkaran komponen reaktif tidak dikenakan pada gigi yang digerakkan (Combe, 1992). Gaya untuk menggerakkan gigi didapatkan dari kekuatan ekstrinsik dan intrinsik. Gaya ekstrinsik berasal dari alat ortodontik yang dikaitkan dengan gigi dan struktur pendukung. Kekuatan ekstrinsik dari alat ortodontik lebih penting dan efektif dibandingkan kekuatan yang berasal dari jaringan rongga mulut (intrinsik) dalam penggunaan peralatan ortodontik (Graber dan Neumann, 1984). Salah satu faktor yang diperlukan pada perawatan ortodontik ialah cara penerapan gaya pada gigi, proses terjadinya pergerakan gigi dan reaksi jaringan periodontal di sekeliling gigi tersebut (Kusnoto, 1996).
1
2
Terdapat dua tipe utama alat ortodontik, yaitu alat ortodontik lepasan dan alat ortodontik cekat (Grist, 2010). Peralatan ortodontik lepasan memberikan kontribusi berharga dalam perawatan ortodontik untuk kasus-kasus yang dipilih dengan tepat (Lohakare, 2008). Kawat yang sering digunakan pada alat ortodontik lepasan terbuat dari stainless steel (Salzmann, 1943 sit. Foster, 1993). Kelebihan kawat stainless steel antara lain, kekakuan tinggi, daya lenting tinggi, mudah dibentuk, stabil di dalam lingkungan mulut, memiliki kemampuan adaptasi untuk bergabung dengan material lain, defleksi elastis (springback) baik, biokompatibel, tahan korosi, dan ekonomis. Kerugian kawat stainless steel yaitu springback lebih rendah dari aloi NiTi, modulus elastisitas tinggi, lebih sering diperlukan aktivasi untuk mempertahankan kekuatan yang sama, ketahanan korosi akan menghilang jika pemanasan antara 4000-9000C (temperatur yang digunakan saat soldering dan welding) (Singh, 2007). Kesehatan gigi dan mulut yang baik merupakan salah satu komponen penting dalam keberhasilan perawatan ortodontik. Gangguan kebersihan mulut sering terjadi pada perawatan ortodontik, karena dapat memicu demineralisasi dan kerusakan email (Gorelick dkk., 1982, sit. Walker dkk., 2007). Pembersihan plak pada perangkat ortodontik dapat menjadi masalah bagi pengguna alat ortodontik. Plak yang terus menerus terbentuk dapat menimbulkan resiko kariogenik yang tinggi (Sengun dkk., 2007). Penggunaan fluor dapat mencegah atau menurunkan resiko terjadinya karies. Dalam aplikasi dental, fluor terkandung dalam berbagai produk seperti mouthwash, pasta gigi, atau gel profilaksis (Lee dkk., 2010). Mouthwash sering
3
digunakan pada pasien dengan perawatan ortodontik (Gorelick dkk., 1982, sit. Walker dkk., 2007). Obat kumur atau yang biasa disebut dengan mouthwash merupakan suatu agen anti-mikroba, anti-inflamasi, topikal analgesik, dan dapat digunakan untuk pencegahan karies. Fluor terbukti dapat menguatkan email gigi (Toedt dkk., 2005). Fluor dapat mencegah pembentukan plak kariogenik dengan mendeposit fluor pada plak residual sehingga mereduksi kemungkinan disolusi email (Muthu dan Sivakumar, 2009). Bakteri plak menghasilkan asam asetat, bila bereaksi dengan fluor akan menghasilkan asam hidrofluor (Bard, 1976 sit. Jang dkk., 2006). Stainless steel mengalami kerusakan lapisan tahan korosi jika bereaksi dengan asam hidrofluor. Kerusakan lapisan ini terjadi karena absorbsi hidrogen yang dapat menyebabkan kegetasan dan korosi. Kawat stainless steel mengalami penurunan sifat mekanik yaitu kekuatan tarik dan kekerasan disebabkan karena kawat terpapar fluor topikal berupa acidulated phosphate fluor 1,1% (Walker dkk., 2007).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
timbul
permasalahan
sebagai
berikut:
bagaimanakah pengaruh fluor dalam mouthwash terhadap gaya geser kawat stainless steel ortodontik?
C. Keaslian Penelitian Penelitian lain yang dijadikan sebagai bahan rujukan adalah penelitian Putri (2011) mengenai pengaruh fluor dalam pasta gigi terhadap kekuatan tarik kawat
4
stainless steel ortodontik dimana aplikasi pasta gigi dengan konsentrasi fluor diantara 0,1%-0,15% menurunkan kekuatan tarik secara signifikan kawat stainless steel. Penelitian Walker dkk. (2007) menyatakan bahwa sifat mekanis pada kekuatan tarik dan kekasaran permukaan kawat beta-titanium dan stainless steel ortodontik menurun secara signifikan setelah pemaparan gel fluor. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tension gauge. Penelitian mengenai pengaruh fluor dalam mouthwash terhadap gaya geser kawat stainless steel ortodontik sejauh penulis ketahui belum pernah dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada bahan material yang digunakan yaitu kawat stainless steel ortodontik dan obat kumur dengan konsentrasi fluor 0,0221%.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fluor dalam mouthwash terhadap gaya geser kawat stainless steel ortodontik.
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain: 1. Memberikan informasi tentang pengaruh fluor dalam mouthwash terhadap gaya geser kawat stainless steel ortodontik. 2. Memberikan gambaran pemilihan mouthwash untuk pasien dengan perawatan ortodontik.
5
3. Memberikan informasi kepada pasien dengan perawatan ortodontik dengan melepaskan alat ortodontik ketika berkumur dengan mouthwash. 4. Memberikan informasi ilmiah sehingga dapat digunakan untuk membantu mengembangkan penelitian selanjutnya.