I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran Gigi terutama dalam pembuatan basis gigi tiruan. Salah satu jenis resin akrilik yang sering digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan adalah heat cure acrylic resin atau yang lebih dikenal dengan resin akrilik polimerisasi panas, penggunaan bahan ini telah diperkenalkan sejak awal 1940-an. Resin akrilik merupakan campuran dari bahan polimer dan monomer (Hussain, 2004). Bahan ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya harga yang relatif murah, mudah direparasi, warna stabil, serta proses pembuatan yang mudah (Anusavice, 2003). Resin akrilik polimerisasi panas digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan karena bahan ini memiliki sifat tidak berbau, transparan, mudah dibersihkan, dan stabil pada suhu dibawah 750C (Barnett, 2004). Resin akrilik memiliki beberapa sifat fisik yang perlu diperhatikan seperti pengerutan polimerisasi, porositas, penyerapan air, kelarutan, dan crazing (Anusavice, 2003). Obat kumur merupakan suatu produk yang banyak beredar di pasaran dan digunakan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut. Obat kumur dikenal sebagai produk antiseptik dan antiplak yang memiliki sifat bakterisid (Anyanwu dkk., 2011). Obat kumur efektif digunakan untuk mengkontrol karies, bau mulut dan gingivitis (Sevimay dkk., 2008). Penggunaan agen antimikroba seperti obat kumur dapat membantu meningkatkan kesehatan rongga mulut dengan cara
1
2
mengkontrol pertumbuhan plak (Collares dkk., 2014). Akumulasi plak pada permukaan gigi tiruan menjadi masalah umum di kalangan pengguna gigi tiruan (Freitas-Pontes dkk., 2009). Hasil beberapa riset di Inggris menyebutkan bahwa banyak pengguna gigi tiruan memakai pasta gigi, air, obat kumur, dan tablet cleansers untuk membersihkan gigi tiruan mereka, baik digunakan secara terpisah maupun kombinasi. Lebih dari 70% pengguna gigi tiruan mengatakan mereka mengikuti rekomendasi ini dari petugas pelayanan kesehatan gigi profesional, sementara 30% yang lain tidak (BDJ Team, 2014). Berdasarkan bahan kandungan di dalam obat kumur, ada beberapa jenis obat kumur dipasaran, diantaranya obat kumur herbal, semiherbal, dan nonherbal. Saat ini, banyak produsen yang mulai memanfaatkan bahan herbal dalam memproduksi obat kumur. Obat kumur herbal dianggap lebih aman dibandingkan obat kumur nonherbal karena bahan kandungan obat kumur herbal berasal dari alam (Phatak dkk., 2011). Kandungan bahan obat kumur herbal lebih banyak dipilih karena tidak adanya kandungan alkohol, bahan pengawet buatan, agen
perasa, dan
pewarna (Biswas dkk, 2014). Daun sirih (Piper betle L) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang sering terkandung dalam obat kumur herbal. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol, hidroksikavikol, eugenol, karvaktol, dan tanin (Moeljanto, 2003). Hidroksikavikol merupakan turunan fenol yang terbukti memiliki daya anti bakteri yang lima kali lebih kuat daripada fenol biasa (Apriliana dkk., 2014). Fenol merupakan senyawa yang gugus OH-nya melekat langsung pada cincin aromatik. Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisis dan
3
kimianya. Perbedaan yang paling penting ialah tingkat keasamannya, fenol memiliki tingkat keasaman lebih besar dibandingkan alkohol (Oxtoby dkk., 2003). Salah satu contoh obat kumur semiherbal adalah Listerine. Listerine merupakan obat kumur yang mengandung minyak essensial. Minyak essensial dapat berfungsi sebagai agen antibakteri dan termasuk dalam golongan fenol seperti thymol, eucalyptol, menthol, dan methyl salicylate (Shetty dkk., 2013). Bahan aktif lain yang terkandung dalam obat kumur Listerine yakni alkohol (Collares dkk., 2014). Rata-rata kandungan alkohol yang terdapat pada obat kumur sekitar 6-26,9%. Alkohol memiliki peran sebagai desinfektan ketika ditambahkan pada obat kumur dan memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri, namun alkohol juga dapat menimbulkan efek samping yakni mukosa mulut menjadi kering, timbulnya iritasi dan staining (Jameel dkk., 2014). Chlorhexidine merupakan salah satu contoh obat kumur nonherbal. Chlorhexidine merupakan gold standard sebagai agen antiplak (Shetty dkk., 2013). Nilai pH yang terkandung pada obat kumur chlorhexidine glukonat 0,2% berada pada rentang pH 5 hingga 7 (Naga dan Yousef, 2012). Chlorhexidine juga dikenal sebagai salah satu formula yang paling efektif untuk mengontrol plak, tetapi jika penggunaannya dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan (Pratiwi, 2005). Efek samping penggunaan chlorhexidine yakni dapat menimbulkan iritasi mukosa mulut, sensasi terbakar, dan perubahan persepsi rasa (Jameel dkk., 2014). Menurut Goiato dkk. (2014) obat kumur mengandung air, agen antimikroba, dan alkohol. Konsentrasi dari beberapa substansi yang ada dalam obat kumur akan
4
berpengaruh pada pH obat kumur sehingga keadaan asam dalam obat kumur akan mempengaruhi ikatan polimer resin akrik dan mempermudah terjadinya degradasi serta menyebabkan penurunan struktur fisik resin akrilik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Collares dkk. (2014) yang menyatakan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol dengan nilai pH 4,11 menunjukkan adanya peningkatan kekasaran permukaan setelah 12 jam perendaman. Peningkatan kekasaran permukaan timbul karena tingkat keasaman obat kumur menyebabkan terjadinya degradasi pada lapisan superfisial resin akrilik. Kekasaran permukaan merupakan aspek penting pada resin akrilik karena kekasaran permukaan akan berpengaruh pada akumulasi mikroorganisme. Permukaan resin yang kasar akan meningkatkan perlekatan plak dibandingkan permukaan yang halus (Barbosa dkk., 2006). Ambang batas terjadinya kolonisasi bakteri pada resin akrilik akan mulai terjadi secara bermakna pada kekasaran permukaan sebesar 2 µm (Ural dkk., 2011).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, timbul suatu permasalahan : Apakah terdapat pengaruh obat kumur herbal, semiherbal, dan nonherbal terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas?
C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Collares dkk. (2014) dalam jurnal yang berjudul Influence of Mouthwash on the Physical Properties of Orthodontic
5
Acrylic Resin menyatakan bahwa perendaman plat resin akrilik pada obat kumur yang mengandung alkohol dapat mempengaruhi kekerasan, kekasaran permukaan, dan perubahan warna. Penelitian Shetty dkk. (2013) dalam jurnal yang berjudul Comparison of The Antigingivitis and Antiplaque Efficacy of The Herboral (Herbal Extract) Mouthwash With Chlorhexidine and Listerine Mouthwash menyatakan bahwa obat kumur yang mengandung bahan herbal, chlorhexidine, dan listerine efektif sebagai antiplak dan antigingivitis. Sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh beberapa macam obat kumur (herbal, semiherbal, dan nonherbal) terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obat kumur herbal, semiherbal, dan nonherbal terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh obat kumur herbal, semiherbal, dan nonherbal terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.
6
2. Sebagai tambahan informasi kepada masyarakat mengenai dampak pengunaan obat kumur terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik yang mereka gunakan.