I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penggunaan resin komposit telah menjadi hal yang penting dalam restorasi gigi. Resin komposit banyak digunakan sebagaibahan restorasi pada gigi anterior maupun posterior.Warna, opasitas dan translusensi gigi adalah.hal yang perlu dipertimbangkan pada restorasi estetik. Seiring dengan perkembangan jaman, tuntutan untuk stabilitas warna resin komposit yang baik semakin meningkat dikarenakan penampilan merupakan hal yang sangat diperhatikan. Stabilitas warna resin komposit berpengaruh terhadap lama pemakaian resin komposit. Restorasi resin komposit yang mengalami perubahan warna merupakan penyebab utama diperlukannya penggantian restorasi terutama untuk restorasi pada gigi anterior. Komposit adalah suatu bahan yang merupakan pencampuran setidaknya dari dua atau beberapa komponen bahan berbeda untuk menghasilkan suatu bahan yang memiliki sifat lebih baik. Resin komposit terdiri dari komponen utama dan komponen tambahan. Komponen utama terdiri dari resin matriks dan bahan pengisi. Komponen tambahan terdiri dari bahan coupling (silane) untuk mengikat antara bahan pengisi dan matriks resin, aktivator inisiator untuk polimerisasi resin, pigmen untuk memberi warna pada resin (Grag dan Amit,2013), ultraviolet absorber untuk meningkatkan stabilitas warna, hidroquinon untuk mencegah polimerisasi dini, modifikasi optik (titanium oksida dan aluminium oksida) untuk
1
2
mengatur gelap dan terang resinkomposit agar bisa mensimulasi sesuai dengan warna email dan dentin (Koudi dan Patil,2007). Matriks resin yang terdapat pada bahan restorasi resin komposit terdiri dari monomer utama dan monomer pengencer. Monomer utama adalah monomer yang memiliki berat molekul tinggi, contohnya adalah Bis-GMA. Monomer pengencer adalah monomer yang memiliki berat molekul kecil, contohnya adalah Bis-DMA, EGDMA, TEGDMA, MMA, UDMA (Culberston, 1997 sit. Garcia, 2006). Bisphenol A diglycidyl ether methacrylate (Bis-GMA), urethane dimetakriat (UDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah monomer yang umum digunakan pada resin komposit (Anusavice, 2003). Bis-GMA dan UDMA biasa digunakan sebagai monomer dasar dalam formulasi resin komposit, tetapi keduanya memiliki viskositas yang tinggi (Bowen dkk.,1962 sit Ogliari dkk.,2008). Bis-GMA dikembangkan oleh R.L. Bowen pada tahun 1960. Bis-GMA masih memiliki beberapa kekurangan diantaranya yaitu viskositas yang tinggi sehingga memerlukan penambahan pengencer.Monomer pengencer ini akan mengakibatkan peningkatan penyerapan air, pengkerutan dan toksis. Untuk membuat resin mudah diaplikasikan maka monomer pengencer yang ditambahkan ke dalam matriks resin berfungsi untuk mengurangi viskositas. Monomer yang biasanya digunakan sebagai pengencer adalah TEGDMA (triethylene glycol dimethacrylate) (Manapallil,2003). Peneletian yang dilakukan oleh Ertas dkk. (2006) menyebutkan bahwa pada resin komposit yang tidak mengandung
3
TEGDMA warna resin komposit lebih stabil daripada resin komposit yang mengandung TEGDMA. Monomer TEGDMA menunjukkan tingkat perubahan warna yang tinggi, ini berarti bahwa TEGDMA berperan terhadap perubahan warna yang terjadi, karena TEGDMA bersifat hidrofilik, selain itu penambahan TEGDMAdapat meningkatkan pengkerutan pada saat polimerisasi (Feilzer dkk.,2003). Bis-EMA adalah monomer yang bersifat hidrofobik yang disintesis dan secara luas digunakan dalam komposisi bahan pengetsa dan resin komposit sebagai campuran monomer dasar dengan monomer pengencer (Sideridou dkk,2003).
Bis-EMA
(bisphenol
A
ethoxylated
dimethacrylate)
adalah
dimetakrilat aromatik yang memiliki kemiripan dengan Bis-GMA. Hal yang membedakan adalah pada struktur Bis-EMA tidak mengandung gugus –OH bebas dalam strukturnya hal ini yang membuat monomer Bis-EMA memiliki viskositas yang lebih rendah dari Bis-GMA (Holmes, 1998 cit Ogliari dkk.,2008). Penambahan Bis-EMA dapat meminimalkan atau menggantikan penggunan TEGDMA sebagai monomer pengencer, karena Bis-EMA secara potensial dapat mengurang pengkerutan (Moraes dkk.,2008). Restorasi resin komposit secara terus menerus terpapar oleh zat pewarna yang berasal dari makanan dan minuman dalam rongga mulut. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan warna pada restorasi resin komposit (Ardu dkk.,2008). Resin komposit yang memiliki kemampuan untuk menyerap air maka resin komposit tersebut juga dapat menyerap cairan lain yang berada dalam lingkungan mulut (van Noort,1994). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa resin
4
komposit rentan atau tidak stabil terhadap perubahan warna ketika terpapar oleh berbagai macam zat pewarna, terutama anggur merah, kopi, cola, teh dan wiski (Fontes dkk.,2009). Perubahan warna resin komposit dapat terjadi dalam tiga cara,yaitu: 1) marginal discoloration (perubahan warna pada bagian tepi) dikarenakan debris yang berpenetrasi menembus celah marginal antara restorasi dan gigi, 2) surface discoloration (perubahan warna pada bagian permukaan) berhubungan dengan kekasaran permukaan karena menggunakan komposit berpartikel besar, 3) bulk discoloration(sebagian besar perubahan warna) dikarenakan adanya masalah dengan resin komposit kimiawi yang mengandung amina (Geissberger,2010). Perubahan warna pada resin komposit disebabkan adanya zat pewarna yang berpenetrasi kedalam resin komposit (Iazzeti dkk,2000). Hal ini dapat terjadi karena faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik (Ertas dkk.,2006). Faktor ekstrinsik dikarenakan
adsorpsi
dan
absorpsi
bahan
pewarna
sebagai
akibat
kontaminasisumber eksogen dalam rongga mulut (Iazetti dkk.,2000), misalnya pewarna pada makanan dan minuman, obat kumur, merokok, makanan dan minuman yang bersifat asam (Vichi dkk.,2004). Selain itu faktor ekstrinsik yang juga berperan penting terhadap terjadinya perubahan warna adalah kekasaran permukaan, dan teknik polishing (Guler dkk.,2005). Faktor intrinsik yang paling potensial menyebabkan perubahan warna pada restorasi resin adalah tidak sempurnanya polimerisasi (Paravina dkk.,2004), tipe bahan pengisi (Ertas dkk.,2006), resin komposit yang terlalu lama disimpan pada berbagai keadaan
5
misalnya terpapar cahaya ultraviolet, perubahan suhu dan kelembaban udara (Dietschi dkk.,2004; Iazetti dkk.,2000). Minuman bersoda memiliki rasa yang enak, dapat memuaskan dahaga, dan umumnya menyegarkan (Kleiner,2007). Anak-anak dan dewasa baik yang ada di perkotaan hingga di pedesaan, dari keluarga ekonomi kelas menengah keatas kebanyakan mengkonsumsi minuman bersoda pada saat pesta, olahraga dan bersantai menghabiskan waktu di depan televisi. Tren ini meningkat dari hari ke hari dikarenakan seringnya iklan minuman bersoda yang muncul di televisi yang diperagakan oleh bintang popular dan olahragawan yang menarik minat orangorang untuk mengkonsumsi minuman bersoda (Gupte,1999). Minuman ringan berkarbonasi merupakan minuman yang memasukkan gas-gas CO2 (karbondioksida) ke dalam minuman sehingga memiliki penampakan bergelembung-gelembung yang memberikan tekstur segar dan memberikan efek kepuasan saat meminumnya. Komposisinya sangatlah sederhana karena terdiri dari 90% air dan sisanya baru kombinasi antara pemanis buatan, gas CO2, pewarna, asam fosfat, kafein dan beberapa mineral (Nur’afni,2009). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas timbul permasalahan: 1. Apakah minuman bersoda berpengaruh terhadap stabilitas warna resin komposit? 2. Apakah kandungan matriks resin yang berbeda berpengaruh terhadap stabilitas warna resin komposit? C. Keaslian Penelitian
6
Penelitian sebelumnya Fontes dkk. (2009) meneliti tentang resin komposit nanofil terhadap perubahan warna dengan berbagai macam jenis minuman yaitu kopi, yerba mate, jus anggur, dan air suling. Sampel- sampel resin komposit direndam dalam dalam bahan perendam selama satu minggu dan kemudian dilakukan
pengamatan
menggunakan
spektrofotometer.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa perubahan warna paling tinggi terdapat pada kelompok sampel resin komposit yang direndam dalam minuman kopi dan yerba mate. Ertas dkk. (2006) meneliti tentang stabilitas warna resin komposit setelah direndam dalam bermacam jenis minuman berbeda yaitu air suling, cola, teh, kopi dan anggur merah. Sampel-sampel resin komposit direndam dalam bahan perendam selama 24 jam dan kemudian dilakukan pengamatan menggunakan colorimeter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resin perubahan warna paling rendah terdapat pada kelompok kontrol yaitu kelompok sampel yang direndam dalam air suling, kemudian kelompok yang paling tinggi perubahan warnanya yaitu anggur merah. Sepengetahuan penulis penelitian mengenai pengaruh minuman bersoda terhadap stabilitas warna resin komposit dengan kandungan matriks yang berbeda dengan perendaman selama 48 jam belum pernah diteliti. D. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minuman bersoda terhadap stabilitas warna resin komposit.dengan kandungan matriks resin yang berbeda E. Manfaat Penelitian
7
Hasil penelitian ini diharapkan memberi referensi penggunaan bahan restorasi resin komposit yang lebih tahan lama terhadap perubahan warna terutama pada pasien yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman bersoda maupun minuman lain yang mengandung zat pewarna, sehingga diperoleh hasil perawatan yang lebih baik. Ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan, diharapkan hasil penelitian ini memberi sumbangan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran gigi.