I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pasien pada awal pemakaian gigi tiruan lengkap sering terjadi banyak keluhan. Keluhan yang sering diungkapkan meliputi faktor penampilan, fungsi, kenyamanan,
bicara,
psikologis,
dan
keluhan
lainnya
(McCord,
dkk.,
2004).Beberapa pasien memiliki kesulitan untuk menstabilkan gigi tiruannya saat mengunyah makanan dan berbicara (Bhupinder, dkk., 2012). Menurut penelitian yang dilakukan di Jerman, terdapat permintaan pembuatan gigi tiruan lengkap sebanyak 25% populasi penduduk Jerman yang berusia 65 sampai 74 tahun (Nitschke, 2001 cit. Hassel dan Holste, 2005). Prevalensi pasien yang kehilangan seluruh gigi pada usia >65 tahun di Indonesia adalah 24% (WHO, 2005).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heyink, dkk. (1986)cit. Giovannetti, dkk., (2000) terdapat 21% pengguna gigi tiruan (dari subjek usia 28 sampai 131 tahun) di Belanda yang memiliki hambatan pada fungsi bicaranya. Hambatan bicara seringkali dilaporkan setelah penggunaan gigi tiruan lengkap.Terdapat hambatan ketika mengucapkan huruf konsonan, terutama suara huruf /s/. Hambatan bicara ini dapat menetap pada pasien dalam rentang beberapa tahun (Hassel dan Holste, 2006). Menurut Hassel dan Holste (2006), huruf konsonan dibentuk pada 3 daerah artikulasi : labial (contoh: bilabial /b/, labialdental /w/), dental (contoh: lingulo-alveolar /s,d/), dan guttural (contoh: linguloguttural /j/), sedangkan menurut Balu dan Karthik (2011), huruf konsonan
1
dikelompokkan menjadi 5, yaitu: huruf bilabial, huruf labiodental, huruf linguodental, huruf linguoalveolar, dan alveolar. Huruf
/s/
dapat
digolongkan
menjadi
huruf
linguodental
dan
linguopalatal(huruf alveolar) karena dihasilkan dengan seimbang pada saat dua posisi lidah yang berbeda (Balu dan Karthik, 2011). Huruf /s/ akan terucap ketika ujung lidah menyentuh alveolus di daerah rugae dengan jarak kecil di antara lidah dan alveolus. Suara seperti siulan akan tercipta ketika jarak yang tercipta terlalu kecil, sedangkan huruf /s/ akan terdengar /sh/, seperti suara orang yang pelat jika jarak yang tercipta terlalu besar. Kehilangan gigi dan struktur pendukungnya mengubah mekanisme artikulasi utama dan menghasilkan efek yang terlihat pada pola bicara (Balu dan Karthik, 2011). Perubahan yang terjadi pada artikulasi utama pada fungsi bicara adalah perubahan lingkungan yang akan mendapatkan respon dari tubuh manusia untuk melakukan adaptasi. Menurut Al Kheraif dan Ramakrishnaiah (2012), hambatan bicara yang terjadi pada pengguna gigi tiruan lengkap saat pertama menggunakan gigi tiruannya dikarenakan adanya perbedaan kebiasaan penempatan posisi lidah dengan malam (wax) pada saat tahap percobaan dibandingkan posisi lidah dengan gigi tiruan yang sudah jadi. Otot-otot lidah yang terlatih untuk menempatkan lidah pada posisi yang tepat dapat mengatasi hambatan yang terjadi (Bhupinder, dkk.,2012). Hambatan bicara pasien umumnya dapat diperbaikidengan adaptasi. Pendekatan pada faktor fonasi dalam pembuatan gigi tiruan menghasilkan kompensasi yang berat pada lidah untuk beradaptasi dengan perubahan bicara
2
yang terjadi. Adaptasi bicara pada pengguna gigi tiruan lengkap normalnya terjadi antaradua minggu sampai empat minggu setelah insersi (Balu dan Karthik, 2011). Menurut Garcia, dkk. (2003), adaptasi bicara bagi kebanyakan pengguna gigi tiruan lengkap akan terjadi dalam jangka waktu pemakaian satu bulan, beberapa pasien lain baru bisa terjadi adaptasi bicara kurang lebih setelah enam bulan pemakaian, dan ada pasien yang setelah satu tahun pemakaian masih belum bisa beradapatasi dengan gigi tiruannya. Kriteria pasien yang mampu beradaptasi bicara dengan gigi tiruannya adalah tidak adanya hambatan yang dirasakan saat berbicara menggunakan gigi tiruannya dan tidak ada kesalahan pengucapan kata yang terdengar(Hamlet dan Stone, 1982). Penilaian adaptasi pada pasien dapat dilakukan menggunakan analisis suara (Jindra, dkk., 2002).Terdapat dua metode yang tersedia menurut Balu dan Karthik (2011) untuk menganalisis fungsi bicara, yaitu analisis suara dan analisis kinematik (menganalisis pergerakan). Menurut Teodorescu (2010), analisis fungsi fonetik dengan mengamati gerakan organ artikulasi saat berbicara memiliki hambatan karena belum berkembangnya alat penelitian yang digunakan untuk menilai gerakan yang terjadi. Oleh karena itu, untuk mempermudah pengamatan adaptasi fungsi bicara dilakukan pengamatan pada hasil suara pengucapan huruf yang terekam. Analisis suara dilakukan berdasarkan hasil rekaman dari susunan kata-kata yang dianggap memiliki hambatan. Analisis suara digunakan untuk mengetahui bentuk frekuensi, menganalisis dan mengolahnya melalui gelombang maupun spektrum suara yang dihasilkan manusia (Lieberman, 2007). Analisis suara
3
melibatkan kegiatan mengubah sinyal suara menjadi serangkaian sinyal atau parameter dengan tujuan mempermudah pemakaian sinyal suara untuk aplikasi berbeda dan menekan aspek sinyal yang berlebih. Sinyal suara adalah suatu sinyal yang sangat dipengaruhi oleh frekuensi dan merupakan bentuk sinyal diskrit yang sangat dipengaruhi oleh waktu (Lieberman, 2007).Saat ini sudah banyak penelitian yang menggunakan sinyal suara sebagai media untuk mendapatkan informasi. Teknik ini memandu ahli patalogis suara dan profesional medis untuk mempelajari dan mendiagnosis sinyal suara dengan mudah (Balu dan Karthik, 2011). Terdapat lima akustik parameter yang diperhatikan pada analisis suara, yaitu : nilai frekuensi dasar (F0), durasi, amplitudo, gelombang spektrum suara, dan kualitas vokal (Aylett dan Turk, 2006). Menurut Teoderescu (2010), kualitas bicara seseorang dipengaruhi oleh timbre,pola spektrum, kekerasan, durasi, dan kejelasan pengucapan. Kekerasan suara secara subjektif ditentukan oleh frekuensi yang dapat diterima telinga manusia dan tingkat tekanan suara atau amplitudo (sound pressure level; SPL) pada semua frekuensi (Errede, 2014).
B. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh lama adaptasi bicarapemakai gigi tiruan lengkap resin akrilik terhadap kualitas suara pengucapan huruf /s/?
4
C. Tujuan Penelitian Mengkaji informasi tentang pengaruh lama adaptasi bicara pemakai gigi tiruan lengkap resin akrilik terhadap kualitas suara pengucapan huruf /s/.
D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi pada dokter gigi tentang pengaruh lama adaptasi bicara pemakai gigi tiruan lengkap resin akrilik terhadap kualitas suara pengucapan huruf /s/. 2. Memberikan edukasi pada pasien pemakai gigi tiruan lengkap tentang waktu adaptasi suara pengucapan huruf /s/ yang dibutuhkan saat memakai gigi tiruan lengkap.
E. Keaslian Penilitian Penelitian oleh Hassel dan Holste (2006) tentang peningkatan fungsi bicara pada pengguna gigi tiruan lengkap rahang atas dengan cara mempengaruhi permukaan taktil pada daerah gigi tiruan yang berkontak dengan lidah kemudian hasil rekaman suara dari subjek diamati perbedaannya oleh ahli terapi bicara. Penelitian tersebut dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh penambahan stimulus taktil pada lidah terhadap kemampuan adaptasi motorik lidah pada pengguna gigi tiruan lengkap yang dinilai menggunakan hasil analisis suara, namun penelitian tersebut memberikan hasil bahwa tidak ada perubahan yang bermakna antara referensi dan subjek penelitian. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang sudah ada adalah peneliti akan
5
meneliti pengaruh lama adaptasi bicara GTL resin akrilik terhadap kualitas suara pengucapan huruf /s/yang dianalisisdengansoftware di komputer. Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada peneliti lain yang melakukan penelitian dengan tema sama.
6