BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja adalah masalah gizi, seks, gaya hidup dan masalah kesehatan reproduksi (Sudarma, 2008). Di antara masalah-masalah kesehatan tersebut kesehatan reproduksi sering menjadi sorotan di kalangan remaja oleh sebab itu remaja perlu mengetahui masalah kesehatan seksual dan reproduksi khususnya pada remaja putri karena sebagai perempuan akan sering menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (Effendi dan Makhfudli, 2005). Remaja putri perlu diberikan pengetahuan yang tepat mengenai kesehatan seksual dan reproduksi agar remaja putri bisa dengan tepat mengambil keputusan ketika dihadapkan pada masalah tentang kesehatan reproduksinya (Bobhate & Shrivastava, 2011). Menstruasi merupakan salah satu proses fisiologis yang akan dialami para remaja putri
ketika pubertas. Awal kemunculan menstruasi atau
menarche
sekitar 2 tahun setelah tampaknya perubahan pubertas pertama (Yatim, 2005). Marvan dan Abolnik (2012) melaporkan bahwa remaja postmenarche di Meksiko tidak tahu apa yang harus mereka lakukan ketika mereka mengalami menarche, hanya 39% remaja yang menyatakan bahwa mereka merasa siap untuk mulai menstruasi. Di Karachi, Pakistan para remaja putri tidak memahami tentang asalusul darimana darah menstruasi datang dan bagi sebagian dari mereka yang
mengetahui tentang menarche mendapatkan informasi hanya dari percakapan dengan ibu mereka (Ali & Rizvi, 2009). Masalah-masalah selama menarche, efek-efek menstruasi pada usia sekolah, penggunaan produk kebersihan yang tepat, praktek kebersihan selama menarche dan sumber-sumber informasi untuk remaja-remaja selama menarche belum menjadi sebuah fokus (Bobhate & Shrivastava, 2011). Premenstrual syndrome merupakan masalah umum yang dialami para remaja putri di Pennsylvania, Amerika (Vichnin et al, 2006). Selain masalah tentang gangguan fisik selama menstruasi promosi mengenai praktek kebersihan selama menstruasi juga perlu diperhatikan. Menstrual hygiene akan menjadi dukungan yang tidak langsung untuk kualitas gender, pembangunan nasional, tinggi tingkat melek huruf dan sebagai prestasi Millenium Development Goals (MDGs) ke-3 (Thakre et al, 2011). Pendidikan kesehatan reproduksi merupakan aspek penting yang harus diketahui oleh setiap perempuan agar mereka dapat mengetahui status kesehatan reproduksinya (Noorkasiani, Heryati & Ismail, 2009). Remaja putri yang memiliki pengetahuan lebih baik mengenai kebersihan menstruasi dan praktek yang aman, bisa mengurangi
kerentanan terhadap infeksi saluran reproduksi (ISR) dan
konsekuensinya (Bobhate & Shrivastava, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Kumcagiz dan Avci tahun 2011 di Samsun, Mesir menyimpulkan bahwa remaja perempuan sangat penting diberikan edukasi mengenai menstrual hygiene. Menurut sumber yang sama, tingkat kelupaan mereka setelah diberi edukasi sangat rendah, maka bisa dikatakan bahwa edukasi tersebut memang dibutuhkan
para remaja perempuan di Samsun. Wanita yang mengalami sindrom premenstruasi perlu mendapatkan pendidikan mengenai gejala-gejala yang terjadi (Oztruk, Tanrıverdi, & Erci, 2011). Peran pendidikan kesehatan terhadap perilaku individu memang sangat menentukan dan pendidikan kesehatan sendiri merupakan suatu proses belajar (Nursalam & Efendi, 2011). Pada usia sekolah anak perlu diberikan pendidikan secara dini tentang kesehatan reproduksi termasuk masalah-masalahnya pada saat remaja nanti (Noorkasiani et al 2009). Dunia pendidikan berperan besar dalam memberikan promosi kesehatan kepada generasi muda (Sudarma, 2008). Individu bisa dikatakan belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan dan untuk dapat mengetahui terjadinya perubahan tersebut perlu adanya kriteria pencapaian perilaku yang diharapkan (Maulana, 2007). pembelajaran
tercapai
tujuan
yang
diharapkan
Agar dalam proses
maka
pendidik
perlu
mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dengan sebaik-baiknya (Prayitno, 2009). Menurut sumber yang sama, salah satu hal yang perlu disiapkan pendidik adalah metode pembelajaran dan metode pembelajaran
perlu disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik. Terdapat berbagai metode pembelajaran yang bisa diberikan kepada peserta didik salah satunya adalah
metode booklet. Booklet sebagai media
pemberian informasi khusunya tentang kesehatan reproduksi digunakan dalam penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2006) menjelaskan bahwa media booklet dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi, dalam penelitian ini metode booklet juga
dikombinasikan dengan poster keduanya sama-sama menunjukkan hasil yang positif yaitu meningkatkan pengetahuan para remaja tentang kesehatan reproduksi. Adapun kelebihan booklet sebagai media yang berbasis teks yaitu ketersediaan materi dengan topik yang bervariasi dengan banyak format yang berbeda, fleksibel, bisa dibawa dari tempat satu ke tempat yang lain, dan mudah digunakan. Selain itu kekurangan media booklet berbasis teks adalah perlunya mengingat isi dari materi tersebut, tingkat ingatan setiap invidu berbeda-beda, selain itu juga tingkat membaca setiap invidu berbeda-beda terhadap pemahaman tata bahasa dan terminologi (Smaldino, Lowther dan Russell, 2012). Selain dengan media booklet metode ceramah juga bisa diterapkan dalam pendidikan kesehatan. Metode ceramah biasanya digunakan untuk kelompok besar (Notoatmodjo, 2007). Metode ceramah sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan memiliki kelebihan yaitu metode ini mudah diterapkan karena sederhana, efisien waktu, banyak materi yang bisa disampaikan dan peserta didik bisa lebih mudah dikontrol namun peserta didik bisa menjadi cepat bosan di menit-menit berikutnya dan materi yang disampaikan kurang mudah diingat (Zaini, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2010) menunjukkan hasil bahwa metode ceramah berpengaruh secara bermakna terhadap pengetahuan remaja dalam menanggapi perubahan sistem reproduksi. Pendidikan tentang kesehatan tidak hanya bisa diperoleh melalui sekolah formal namun juga bisa didapatkan di institusi lain seperti pondok pesantren pendidikan kesehatan juga bisa didapatkan (Soedijarto, 2007). Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia (Rumadi, 2006).
Pesantren banyak menyimpan keunikan dan kearifan tradisi, di Indonesia, pesantren mempunyai potensi yang cukup besar, terutama dalam bidang keilmuan (Saifullah, 2008). Jumlah santri pondok pesantren di 33 provinsi di seluruh Indonesia mencapai 3,65 juta yang tersebar di 25.000 pondok pesantren (Republika, 2011). Sumber yang sama juga menyebutkan, sebagian besar dari jumlah santri tersebut adalah anak-anak sampai remaja. Pondok pesantren merupakan simbol kesederhanaan yang artinya pondok-pondok untuk penginapan santri itu dibangun karena kondisi jarak antara santri dan kiai cukup jauh sehingga memaksa mereka untuk mewujudkan penginapan sekedarnya dalam bentuk bilik-bilik kecil di sekitar masjid dan rumah kiai (Qomar, 2009). Hal tersebut merupakan kondisi yang
menarik
untuk
diteliti
karena
menurut
Blum
lingkungan
dapat
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Banyak penelitian kesehatan yang dilakukan di pondok pesantren diantaranya adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Sasmita (2012) di pondok pesantren tentang kesehatan di lingkungan pondok. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kebersihan personal dengan tingkat kejadian skabies di pondok pesantren di kota Surakarta. Kesehatan reproduksi juga tidak luput dari topik penelitian di pondok pesantren, contohnya penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2005) tentang persepsi kesehatan reproduksi santri Pondok Pesantren Holy Alfurqon Semarang. Penelitian tersebut menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisa dengan menggunakan persentase dengan kategori tidak baik, kurang baik, cukup dan baik.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa persepsi santri tentang kesehatan reproduksi, anatomi sistem reproduksi dan penyakit menular seksual terbilang cukup baik tetapi untuk kesehatan tentang menstruasi dan masa subur masih kurang baik. Pondok pesantren Ali Maksum merupakan pondok pesantren yang berlokasi di Krapyak Kulon, Sewon, Bantul. Pesantren ini memiliki jumlah santri yang paling banyak diantara pesantren-pesantren lain di Yogyakarta. Pada tahun 2014 berdasarkan data dari pengurus jumlah santri putri yang menempuh pendidikan Madrasah Tsanawiyah adalah 247 orang. Pesantren ini berada di lingkungan yang padat penduduk sehingga lingkungan dan asramanya dibagi menjadi beberapa lokasi. Pondok pesantren ini mempunyai beberapa komplek, salah satunya adalah komplek Zaenab. Komplek Zaenab merupakan komplek yang diperuntukkan santri Tsanawiyah. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara
kepada pembimbing santri bahwa para santri masih perlu diingatkan kebiasaan kebersihannya khususnya tentang menstruasi. Setiap hari Jumat diadakan kegiatan yang bernama Rok’an yaitu kegiatan bersih-bersih. Selain itu pembimbing yang diwawancarai juga mengatakan bahwa rentang siklus fase menstruasi yang dialami santri lama. Penelitian sebelumnya mengenai manajemen menstruasi belum pernah dilakukan di pondok pesantren Ali-Maksum. Pembimbing juga mengatakan bahwa di pondok tersebut pernah diberi pendidikan kesehatan mengenai sistem reproduksi secara umum tetapi tidak spesifik pada menstruasi.
Dari gambaran tersebut
pendidikan kesehatan mengenai menstruasi perlu
diberikan kepada para santri di pondok pesantren Ali-Maksum Krapyak Kulon.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan yaitu: Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi melalui metode booklet dan ceramah terhadap penignkatan pengetahuan menstruasi, organ reproduksi wanita, siklus menstruasi, menstrual hygiene dan premenstrual syndrome santri komplek Zaenab Pondok Pesantren Ali Maksum.
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Tujuan umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi melalui metode booklet dan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan menstruasi santri komplek Zaenab Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak Kulon.
2.
Tujuan khusus a. Mengetahui
pengaruh
pendidikan
kesehatan
menstruasi
terhadap
peningkatan pengetahuan santri tentang organ reproduksi wanita. b. Mengetahui
pengaruh
pendidikan
kesehatan
menstruasi
terhadap
peningkatan pengetahuan santri tentang siklus menstruasi. c. Mengetahui
pengaruh
pendidikan
kesehatan
peningkatan pengetahuan menstrual hygiene.
menstruasi
terhadap
d. Mengetahui
pengaruh
pendidikan
kesehatan
menstruasi
terhadap
peningkatan pengetahuan santri tentang premenstrual syndrome.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat: 1. Manfaat teoritis: Melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengaruh pendidikan
kesehatan
tentang menstruasi terhadap pengetahuan remaja
khusunya santri putri di pondok pesantren pada saat menstruasi. 2. Manfaat praktis a. Bagi santri putri Pondok Pesantren Ali Maksum Menambah pengetahuan santri tentang menstruasi agar santri bisa lebih memperhatikan manajemen yang benar dalam menghadapi menstruasi. b. Bagi Pondok Pesantren Ali Maksum Sebagai masukan kepada pengurus untuk bisa meningkatkan perhatian dan pemberian edukasi kepada santri agar bisa lebih meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya. c. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode booklet dan ceramah terhadap pengetahuan menstruasi santri, melatih peneliti untuk bisa menerapkan metode riset yang bisa diterapkan di lapangan dan sebagai syarat kelulusan dalam menempuh program sarjana keperawatan.
d. Bagi profesi keperawatan Menambah informasi khususnya keperawatan maternitas dan komunitas pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode booklet dan ceramah terhadap pengetahuan santri remaja yang tinggal bersama dalam asrama agar bisa memberikan pendidikan kesehatan yang bermanfaat.
E.
Keaslian Penelitian
Penelitian “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Menstruasi Melalui Metode Booklet dan Ceramah Terhadap Pengetahuan Santri Komplek Zaenab Pondok Pesantren Ali Maksum” belum pernah diteliti sebelumnya akan tetapi peneliti menemukan penelitian yang serupa yaitu: 1. Mintarsih (2006) dengan judul penelitiannya yaitu “Pendidikan Kesehatan Melalui Booklet dan Poster dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Kabupaten Tasikmalaya”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan booklet dan poster dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi. Perbedaan dengan penelitian tersebut dengan yang akan peneliti lakukan adalah pada variabel independennya yaitu pendidikan kesehatan melalui booklet dan poster tentang kesehatan reproduksi, metode dan populasi. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan metode serta jenis salah satu media yang digunakan. 2. Utami (2010) dengan judul penelitiannya “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah Terhadap Perubahan Perilaku Remaja Dalam
Menghadapi Perubahan Sistem Reproduksi”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan remaja terhadap pengetahuan dan sikap remaja terhadap perubahan sistim reproduksi. Metode yang digunakan dalam penelitian sama dengan metode yang akan peneliti lakukan yaitu adalah quasi experimental. Selain itu metode dalam penelitian tersebut sama dengan salah satu metode yang akan peneliti lakukan yaitu ceramah. Sampel dalam penelitian ini jelas berbeda yaitu adalah para siswi di SMP kabupaten Bantul, Yogyakarta. Perbedaan yang jelas lagi dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel dan populasinya. Pada penelitian yang akan peneliti lakukan populasinya adalah para santri putri di sebuah pondok pesantren. 3. Anibue, Anibue & Nwankwo, (2009) dengan judul penelitian “The Impact of Pre-Menarcheal Training Menstrual Practices and Hygiene of Nigerian School Girls”.
Penelitian
ini
menggunakan
desain
cross
sectional
dengan
menggunakan kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa efek yang merugikan pada pengalaman menstruasi berdasarkan kehidupan di sekolah dan sosial tentang pendidikan premenarche menyebabkan penggunaan pembalut tidak kebersihan. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada konten yang akan diteliti kemudian metodenya yang merupakan penelitian eksperimen yaitu quasi experimental. 4. Widyawati (2005) dengan judul penelitiannya “Persepsi Santri tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di Pondok Pesantren The Holy L Furqon Mangkang Selatan Semarang”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
persepsi santri tentang kesehatan reproduksi masih kurang. Penelitian Widyawati
berbeda
dengan
penelitian
yang
akan
peneliti
lakukan.
Perbedaannya adalah pada penelitian yang dilakukan peneliti tentang mentruasi dengan
menggunakan metode quasi experimental sedangkan Widyawati
adalah tentang persepsi
kesehatan reproduksi dengan metode deskriptif
eksploratif. Dari segi populasi juga berbeda karena asal dari pondok pesantren santri penelitian Widyawati adalah pondok pesantren The Holy Al-furqon Semarang sedangkan peneliti adalah pondok pesantren Ali Maksum Yogyakarta. 5. Martini (2012) dengan judul penelitiannya “Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas X tentang Kebersihan Daerah Kewanitaan saat Menstruasi di SMA Muhammadiyah Sragen Tahun 2012”. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa tingkat pengetahuan siswi SMA Muhammdiyah Sragen tentang kebersihan daerah kewanitaan saat menstruasi masih cukup. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan pada siswi SMA. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pertanyaan positif dan negatif yang disusun oleh Sri Martini sendiri. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada metode, populasi dan jenis kuesioner yang dipakai. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel kebersihan daerah kewanitaan adalah salah satu konten yang dibahas pendidikan kesehatan dalam penelitian ini. 6. Indah, Fiani, dan Yuliatun (2013)
dengan judul penelitiannya “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Perubahan Perilaku
Menstrual hygiene Remaja Putri untuk Pencegahan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)”. Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap perubahan perilaku menstrual hygiene remaja putri untuk pencegahan ISR, penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Dau Malang dan SMPN Satu Atap. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada metodenya. Penelitian yang dilakukan oleh Indah dan kawankawan menggunakan metode true experimental, yang memberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah jenis metode yang dipakai yaitu quasi experimental, populasinya adalah remaja putri di pondok pesantren. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel penelitian pendidikan kesehatan dalam penelitian tersebut adalah salah satu konten yang dibahas dalam pendidikan kesehatan menstruasi dalam penelitian ini. 7. Thakre et al, (2011) tentang “Menstrual hygiene: Knowledge and Practice among Adolescent School Girls of Saoner, Nagpur District”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2011 pada 308 remaja putri yang sedang menempuh pendidikan di Nagpur. Hasil menunjukkan penggunaan pembalut saat menstruasi 49,35% dari semua responden dan praktek kebersihan alat genital hanya 33,85%. Beberapa praktek menstrual hygiene menunjukkan perbedaan yang signifikan antara remaja yang tinggal di kota dan di desa. Penelitian oleh Thakre berbeda dengan yang akan peneliti lakukan yaitu dari
populasinya yang jelas berbeda yaitu berbeda negara, penelitian Thakre berada di Nagpur India dan dilakukan di sekolah umum namun yang akan peneliti lakukan adalah di Yogyakarta Indonesia dan di pondok pesantren. Selain itu penelitian yang akan peneliti lakukan ini adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan dengan quasi experimental. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel dalam penelitian tersebut samasama dibahas dalam kedua penelitian ini. 8. Adika et al, (2011) tentang “Perception and behaviour on use of sanitary pads during menstruation among adolescent school girls in Bayelsa State, Nigeria”. Penelitian ini mengunnakan desain cross sectional dengan menggunakan kuesioner. Responden berjumlah 140 yang merupakan remaja yang bersekolah di Niger Delta University. Hasilnya menunjukkan bahwa 64,3% menggunakan pembalut,
62,3%
mempunyai persepsi yang baik mengenai penggunaan
pembalut yang bertujuan untuk kebersihan. Keseluruhan jumlah yaitu 67,1% merasa puas dan percaya diri dengan penggunaan pembalut akan tetapi terlihat 66,4% mengganti pembalut sebagai hal yang positif. Sebanyak 52,1% berangkat sekolah dengan normal. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa remaja di Nigeria mempunyai persepsi yang baik mengenai penggunaan pembalut. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian analitik dengan metode quasi experimental dan populasi penelitian tersebut dengan penelitian ini yang berbeda negara.