xv
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer digunakan oleh dokter gigi, karena memiliki warna yang sangat estetis dan memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi posterior dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keinginan pasien sebagai usaha agar giginya kembali utuh, dapat berfungsi dengan baik dan hasil restorasi terlihat seperti gigi asli, juga adanya peningkatan kebutuhan akan restorasi dengan minimal invasif (Lucey dkk., 2010). Derajat polimerisasi merupakan salah satu faktor pengaruh kesuksesan tumpatan resin komposit aktivasi sinar tampak (Alrahlah, 2013; Aguiar dkk., 2009; Lombardini dkk., 2012). Salah satu masalah yang berhubungan dengan resin komposit aktivasi sinar tampak adalah terbatasnya penetrasi sinar tampak yang dibutuhkan untuk polimerisasi pada kedalaman tertentu (Alrahlah dkk., 2014). Polimerisasi yang tidak adekuat dapat mengurangi sifat fisik dan mekanis resin komposit diantaranya adalah menurunnya modulus elastisitas dan kekerasan (Aguiar dkk., 2009), meningkatnya absorpsi air dan kebocoran tepi (Aguiar dkk., 2009), berkurangnya resistensi pemakaian (Lombardini dkk., 2012), melemahnya pelekatan bonding (Aguiar dkk., 2009) dan menurunnya biokompabilitas material. Biokompabilitas material dapat menurun karena adanya iritasi dan toksisitas pada pulpa dari material akibat pelepasan monomer yang tidak terpolimerisasi (Alrahlah dkk., 2014; Thiab, 2012).
1
2
Energi sinar dapat menurun secara drastis saat melewati resin komposit (Flury dkk., 2012), karena sinar yang melewati resin komposit akan diserap dan disebarkan sehingga mengurangi kemampuan sinar untuk aktivasi lapisan resin komposit yang terdalam (Poggio dkk., 2012; Thiab, 2012).Kekerasan permukaan telah terbukti menjadi indikator kuat dalam penentuan derajat polimerisasi (Lombardini dkk., 2012; Poggio dkk., 2012). Kekerasan resin komposit semakin rendah seiring dengan bertambahnya ketebalan resin komposit (Thiab, 2012). Nilai minimum untuk rasio kekerasan antara permukaan bottom dan top dari resin komposit adalah 0,80. Jika rasio kekerasan antara permukaan bottom dan top resin komposit melebihi nilai minimum, maka diasumsikan polimerisasi sampai area bottom adekuat (Lombardini dkk., 2012; Poggio dkk., 2012; Bucuta & Ilie, 2013; Gracia dkk., 2014). Metode aplikasi resin komposit dengan lapisan incremental merupakan teknik standar untuk aplikasi resin komposit pada preparasi kavitas. Tujuan pertama dari teknik ini adalah untuk memberikan batasan ketebalan resin komposit yang dipenetrasi cahaya (Alrahlah dkk., 2014). Aplikasi resin komposit ketebalan 2 mm atau kurang pada metode incremental bertujuan untuk meningkatkan penetrasi cahaya, sehingga didapatkan polimerisasi yang adekuat. Tujuan kedua dari teknik incremental adalah untuk mengurangi shrinkage stress, yaitu dengan cara aplikasi resin komposit tidak pada dua dinding yang berhadapan sehingga mengurangi nilai C-factor (rasio area permukaan bonded – unbounded pada kavitas preparasi). Shrinkage stress dapat menyebabkan defleksi (perubahan letak) tonjol yang dapat menimbulkan sensitifitas dan mikrofraktur pada resin atau
3
struktur gigi. Shrinkage stress juga dapat menyebabkan kegagalan adhesi permukaan gigi atau resin komposit sehingga menimbulkan kebocoran tepi dan karies sekunder (Lazarchik dkk., 2007). Aplikasi dengan teknik incremental saat merestorasi kavitas yang dalam membutuhkan waktu lama (Lazarchik dkk., 2007) serta meningkatkan resiko kontaminasi pada tiap lapisan (Vasquez, 2012; Flury dkk., 2012; Lazarchik dkk., 2007) yang menyebabkan kegagalan ikatan antar lapisan (Alrahlah dkk., 2014). Berbagai pabrikan telah memperkenalkan tipe resin komposit baru yang disebut material bulk fill yang diklaim mampu dipolimerisasi dengan ketebalan lapisan sampai 4 mm (Flury dkk., 2012). Peningkatan derajat polimerisasi resin komposit bulk fill dilakukan dengan memodifikasi filler (Oliveira dkk., 2011), peningkatan translusensi (Shah, 2013), perubahan pada fotoinisiator (Anonim, 2013) serta penggabungan beberapa jenis monomer resin komposit bulk fill (Xia dkk., 2008). Peningkatan ukuran filler resin komposit bulk fill akan menurunkan penyebaran cahaya antar filler dan matriks sehingga penetrasi cahaya dapat lebih dalam (Ilie dkk., 2013a). Peningkatan translusensi resin komposit bulk fill juga menyebabkan penetrasi sinar menjadi lebih dalam (Shah, 2013; Kwong, 2012; Anusavice, 2003). Penggabungan beberapa jenis monomer juga dilakukan pada resin komposit bulk fill untuk menurunkan viskositas serta meningkatkan fleksibilitas monomer yang akan meningkatkan derajat konversi dari resin komposit (Alrahlah, 2013).
4
Beberapa produsen mengganti fotoinisiator camphorquinone menjadi ivocerin (dibenzoyl germanium ) pada material bulk fill. Inisiator ini memiliki absorbsi panjang gelombang dengan rasio yang lebih luas dibandingkan camphorquinone (Alrahlah, 2013), sehingga material bulk fill dapat diaplikasikan sampai kedalaman 4 mm dengan penyinaran selama 10 detik menggunakan light Cure Unit (LCU) dengan output cahaya minimal 1000 mW/cm3 (Anonim, 2013). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui kedalaman polimerisasi resin komposit berdasarkan kekerasan pada ketebalan tertentu. Lombardini dkk. (2012) dan Aguiar dkk. (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh ketebalan resin komposit terhadap rasio kekerasan resin komposit antara permukaan bottom dan top, hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Czasch dan Ilie (2013) yaitu terdapat pengaruh ketebalan resin komposit terhadap kekerasan resin komposit bulk fill pada ketebalan 1, 2, 4 dan 6 mm. Hal ini didukung oleh Ciccone-Nogueira dkk. (2007) juga mengungkapkan bahwa kekerasan mikro semakin berkurang berbanding lurus dengan meningkatnya ketebalan resin komposit. Resin komposit bulk fill berdasarkan viskositasnya dapat diklasifikasikan sebagai resin komposit bulk fill viskositas rendah dan viskositas tinggi (Christensen, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Alrahlah (2013), Alrahlah dkk. (2014), Bucuta dan Ilie (2013), Christensen (2012), Ilie dkk. (2013a), dan Ilie dkk. (2013b) mengungkapkan bahwa resin komposit bulk fill viskositas tinggi mampu terpolimerisasi sempurna dengan ketebalan yang direkomendasikan oleh pabrik. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Flury
5
dkk. (2012) dan Tiba dkk. (2013) dengan kesimpulan bahwa material resin komposit bulk fill viskositas tinggi tidak mampu terpolimerisasi dengan ketebalan yang direkomendasikan pabrik yaitu 4 mm. Czasch dan Ilie (2013) mengungkapkan bahwa sifat mikromekanis resin komposit bulk fill viskositas rendah tidak dipengaruhi oleh ketebalan lapisan resin komposit. Ilie dkk. (2013a) mengungkapkan bahwa material ini mampu terpolimerisasi dengan kedalaman sampai 4 mm. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tiba dkk. (2013), Christensen (2012), Ilie dkk. (2013 b), dan Bucuta dan Ilie (2013) dengan kesimpulan bahwa resin komposit bulk fill viskositas rendah dapat terpolimerisasi sempurna sampai kedalaman 4 mm. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Gracia dkk. (2014) dengan kesimpulan bahwa rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas rendah menurun pada kedalaman 4 mm sebesar 0,70 lebih rendah dari minimum rasio kekerasan mikro yang sudah ditetapkan yaitu 0,80.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : 1. Bagaimana perbedaan rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas rendah dengan rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas tinggi?
6
2. Bagaimana perbedaan rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas tinggi pada ketebalan 2 mm dengan rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas tinggi pada ketebalan 4 mm? 3. Bagaimana perbedaan rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas rendah pada ketebalan 2 mm dengan rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas rendah pada ketebalan 4 mm?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill antara resin komposit bulk fill viskositas rendah dan resin komposit bulk fill viskositas tinggi 2. Untuk mengetahui rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas tinggi antara ketebalan 2 mm dan 4 mm. 3. Untuk mengetahui rasio kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas rendah antara ketebalan 2 mm dan 4 mm.
D. Keaslian Penelitian Pada penelitian ini digunakan material resin komposit bulk fill untuk mengetahui perbedaan kekerasan mikro resin komposit bulk fill viskositas rendah dan resin komposit bulk fill viskositas tinggi pada ketebalan material 2 mm dan 4 mm. berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Lazarchik dkk. (2007) dan Moosavi & Abedini (2009) yang menggunakan resin komposit packable sebagai
7
objek penelitian. Banyak pula penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketebalan resin komposit terhadap derajat polimerisasi pada beberapa jenis resin komposit bulk fill, namun pada penelitian ini digunakan material bulk fill dan metode yang berbeda (Flury dkk, 2012; Czasch dan Ilie, 2013; Sabatini, 2012; Ilie dkk., 2013a; Ilie dkk., 2013b; Tiba dkk., 2013).
E. Manfaat Penelitian Sebagai informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi lebih lanjut, khususnya ilmu konservasi gigi. Pada aplikasi klinis, hasil dari penelitian ini juga diharapkan memberikan pengetahuan tentang maksimal ketebalan yang dapat dicapai pada aplikasi resin komposit bulk fill viskositas rendah dan resin komposit bulk fill viskositas tinggi untuk mencegah polimerisasi yang tidak adekuat, sehingga gigi dapat berfungsi kembali dengan optimal dan restorasi dapat bertahan lama.