I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin komposit adalah suatu material restorasi yang digunakan secara luas dalam kedokteran gigi karena estetikanya baik, dapat melekat pada gigi, dan cukup kuat. Resin komposit terdiri atas dua komponen utama, yaitu matriks resin dan filler anorganik (Noble, 2012). Matriks resin dan filler dihubungkan dengan coupling agent/silane coupler (Bonsor&Pearson, 2013). Resin komposit memiliki beberapa kelemahan, yaitu sensitif terhadap kelembaban, mengalami pengerutan polimerisasi, memiliki kekuatan yang rendah dan tidak stabil di dalam air sehingga kekuatan fisiknya berkurang (Duggal dkk., 2013). Untuk menambah kekuatan resin komposit, ditambahkan beberapa jenis filler. Fungsi utama penambahan filler adalah untuk meningkatkan resistensi resin komposit terhadap kerusakan, memberi sifat translusensi, serta mengurangi pengerutan polimerisasi matriks resin pada resin komposit (Subramani dkk., 2013). Filler yang ditambahkan biasanya merupakan partikel silika anorganik, dengan bentuk kristalin (quartz) atau non kristalin (partikel kaca). Selain itu juga ditambahkan filler barium, boron, zirconium, atau yttrium untuk menghasilkan efek radiopak (Hatrick dkk., 2011). Resin komposit dapat dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan ukuran, jumlah, dan komposisi dari filler yang ditambahkan, yaitu: resin komposit makrofil (konvensional), mikrofil, dan hybrid (hibrida). Ukuran resin komposit makrofil 812µm, sedangkan ukuran resin komposit mikrofil yaitu 0,04-0,4µm (Rao, 2008). Semakin kecil partikel filler, semakin halus permukaan resin komposit setelah
1
2
dilakukan finishing dan polishing (Hatrick dkk., 2011). Resin komposit hibrida menggabungkan keuntungan dari resin komposit makrofil dan mikrofil yang tersusun oleh partikel berukuran <15-20µm dan partikel berukuran 0,01-0,05µm sebagai filler (Sideridou, 2011). Menurut Bhusan dkk. (2014), salah satu jenis resin komposit hibrida adalah resin komposit nanohibrid yang terdiri atas material gabungan antara partikel makrofil/konvensional dengan filler nanomerik yang berukuran 40nm (setara dengan 0,04µm). Ukuran partikel ini lebih kecil dibandingkan ukuran partikel pada resin komposit hibrida generasi sebelumnya, yaitu resin komposit mikrohibrid yang memiliki partikel filler berukuran 0,4-0,8µm (Garg&Garg, 2013). Ukuran partikel filler yang kecil menyebabkan resin komposit nanohibrid memiliki permukaan yang lebih halus dan celah mikro yang lebih sedikit, cukup kuat sebagai tumpatan gigi posterior, serta memiliki sifat optis baik. Menurut Vallitu (2013) dan Ertas dkk. (2006), permukaan yang lebih halus pada resin komposit ini tetap tidak mengurangi kemungkinan resin komposit nanohibrid untuk mengalami perubahan warna. Resin komposit merupakan material tumpatan estetis karena warnanya menyerupai gigi asli, namun setelah terpapar lingkungan rongga mulut resin komposit memiliki kecenderungan untuk berubah warna (Fontes dkk., 2009). Menurut Domingos dkk. (2011), ada dua jenis perubahan warna yang dapat terjadi pada resin komposit, yaitu perubahan warna intrinsik dan ekstrinsik. Perubahan warna intrinsik pada resin komposit terutama disebabkan oleh reaksi polimerisasi yang tidak sempurna, sedangkan perubahan warna ekstrinsik resin komposit disebabkan oleh sifat fisik resin komposit yang menyerap air dan dapat larut. Faktor ekstrinsik lain
3
yang mempengaruhi derajat perubahan warna yaitu konsumsi makanan dan minuman, oral hygiene, dan kehalusan permukaan restorasi (Guler dkk., 2005). Air yang diserap oleh matriks resin dapat melunakkan matriks resin tersebut, sehingga menyebabkan terjadinya degradasi material secara bertahap akibat terjadinya proses hidrolisis (Hatrick dkk., 2011; Khalil, 2005). Hidrolisis adalah proses penguraian ikatan antara matriks resin dengan filler. Akibat hidrolisis adalah terjadinya celah mikro di permukaan resin komposit (Sideridou, 2004). Celah mikro yang terbentuk menimbulkan peningkatan kekasaran permukaan resin komposit, yang selanjutnya dapat menimbulkan perubahan warna pada resin komposit. Hal ini oleh karena warna bahan merupakan refleksi dari spektrum permukaan bahan itu sendiri (Ghinea dkk., 2011). Selain menyerap air, resin komposit juga menyerap cairan lainnya dari rongga mulut, sehingga dapat menyebabkan perubahan warna (Geissberger, 2010). Berbagai media yang sering menjadi penyebab perubahan warna pada resin komposit antara lain kopi, teh, dan cola (Imamura dkk., 2008). Teh merupakan minuman yang dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia, yang berasal dari daun teh Camellia sinensis. Klasifikasi teh berdasarkan cara pengolahan daun teh, yaitu teh hijau (tidak difermentasi), teh oolong (semi fermentasi), teh hitam (fermentasi penuh), teh putih, teh kuning, dan teh puerh (Syah, 2006; Caberi, 2010). Fermentasi yang terjadi pada proses pengolahan teh adalah fermentasi kandungan katekin teh yang diakibatkan oleh adanya enzim polifenol oksidase yang terdapat di dalam daun teh (Kuroda dan Hara, 2004). Pada teh hitam seluruh kandungan katekin difermentasi, pada teh oolong proses fermentasi
4
hanya sebagian, sedangkan pada teh hijau aktivitas enzim polifenol oksidase dihentikan sehingga tidak terjadi proses fermentasi. Di Indonesia, jenis teh yang sering dikonsumsi adalah teh hitam dan teh hijau (Hartoyo, 2003). Teh hitam memiliki ciri khas yaitu memiliki zat warna, kuat, dan berasa tajam. Sifat ini berasal dari kandungan zat katekin yang teroksidasi penuh. Beberapa variasi warna pada teh hitam dipengaruhi oleh dua jenis kandungan flavin pada teh, yaitu orange-colored theaflavins (TFs) yang memberi warna merah keemasan, dan brownish thearubigins (TRs) yang memberikan warna kecoklatan (Syah, 2006). Konsumsi teh banyak mengalami modifikasi, termasuk adanya penambahan gula pada teh (Heiss dan Heiss, 2007). Di Indonesia, terdapat anjuran penambahan gula oleh Menteri Kesehatan yaitu sebesar 7,5g gula setiap 100 ml minuman (Kementerian Kesehatan, 2013). Gula meja (gula pasir) merupakan sebutan awam untuk salah satu jenis karbohidrat, yaitu sukrosa (Owusu, 2004). Setiap 1 molekul sukrosa terdiri dari 8 gugus hidroksil (OH), 3 atom oksigen hidrofilik, dan 14 atom hidrogen. (Mathlouti&Reiser, 1995). Molekul gula (sukrosa) mudah larut dalam air. Ketika dicampurkan dengan larutan yang bersifat polar (termasuk air), setidaknya 5 dari 8 grup OH pada molekul sukrosa berikatan dengan molekul air melalui ikatan hidrogen. Semakin tinggi konsentrasi sukrosa dalam air, semakin banyak molekul air yang berikatan dengan molekul sukrosa melalui ikatan hidrogen (Asadi, 2007). Ikatan hidrogen yang terjadi di antara molekul air dan molekul sukrosa ini membuat air gula bersifat lengket (Bostrelli, 2008). Ketika minuman yang ditambahkan dengan gula berkontak dengan resin komposit, partikel warna akan lebih mudah melekat pada permukaan resin komposit, sehingga dapat meningkatkan perubahan warna.
5
B. Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan perubahan warna resin komposit nanohibrid setelah direndam dalam air teh hitam dengan konsentrasi gula yang berbeda?
C. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan penulis, telah ada penelitian mengenai perbedaan perubahan warna resin komposit yang direndam di air kopi/teh hitam dengan dan tanpa penambahan gula pada resin komposit mikrofil dan mikrohibrid oleh Guler dkk. (2005). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat perbedaan perubahan warna yang cukup signifikan pada resin komposit yang direndam pada air kopi/teh yang diberi gula. Penelitian mengenai efek pemberian gula pada air teh hitam terhadap pewarnaan resin komposit nanohibrid sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Selain itu, dalam penelitian oleh Guler dkk. (2005) menggunakan konsentrasi 10g gula dalam 300ml teh (setara dengan 3,33g gula dalam 100ml teh) untuk membandingkan pengaruh penambahan gula terhadap perubahan warna resin komposit, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan konsentrasi 3,33g dan 7,5g gula dalam 100 ml teh untuk membandingkan pengaruh konsentrasi gula terhadap perubahan warna resin komposit. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan perubahan warna pada resin komposit nanohibrid yang direndam dalam air teh hitam dengan konsentrasi gula yang berbeda.
6
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh konsentrasi gula yang ditambahkan pada minuman terhadap peningkatan perubahan warna resin komposit.
2.
Memberikan referensi bagi tenaga medis sebagai bahan edukasi pada pasien dengan tumpatan resin komposit nanohibrid.