6
sehingga diperoleh nilai aktivitas enzim dan daya inhibisi enzim terhadap lipase pankreas. Kontrol negatif dilakukan tanpa penambahan ekstrak (balngko), sedangkan untuk kontrol positif dilakukan dengan mengganti ekstrak menggunakan Xenical® (Lampiran 5). Pengujian Ekstrak Gabungan sebagai Inhibitor Aktivitas Lipase Pankreas secara In Vivo (Kaur dan Kulkarni 2000) Pengujian dilakukan setelah mengetahui dan membandingkan persentase tertinggi dari uji in vitro setiap kombinasi. Daya inhibisi tertinggi secara in vitro terjadi pada kombinasi ekstrak etanol asam gelugur dan ekstrak etanol kunci pepet (1:1) yang dapat menghambat aktivitas enzim lipase pankreas sebesar 75.69% pada konsentrasi 20 ppm. Pengujian in vivo dilakukan berdasarkan metode Kaur dan Kulkarni (2000) dengan beberapa modifikasi. Ekstrak sampel terpilih diuji pada 60 ekor tikus putih dengan berat badan pada kisaran yang seragam antara 160220 gram yang dibagi pada lima kelompok perlakuan, yaitu perlakuan 1 (P1, perlakuan 2 (P2), perlakuan 3 (P3), kontrrol positif (KP), dan kontrol negatif (KN). Tabel 1 Dosis perlakuan ekstrak ∑ Tikus (ekor)
P
Dosis (mg/200 BB)
12
P1
32
12
P2
128
Ekstraksi Ekstraksi bertujuan mengetahui persentase ekstrak yang terdapat pada sampel (rendemen). Data rendemen ekstrak dapat juga digunakan untuk menghitung banyaknya sampel yang dibutuhkan untuk menghasilkan ekstrak dalam ekstraksi skala besar. Data rendemen kedua sampel ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Data rendemen ekstrak sampel Sampel
12
P3
512
12
KP
2.16
12
KN
akuades
Asam gelugur
Masing-masing perlakuan memiliki 6 kandang (ulangan), dan satu kandang terdapat 2 ekor tikus (Lampiran 6). Bahan pakan tikus sama untuk semua kelompok berupa pelet. Pengujian dilakukan selama 30 hari dengan mengamati bobot badan per 6 hari dan jumlah konsumsi pakan setiap harinya. Data hasil penelitian diuji dengan rancangan acak lengkap (RAL) in time.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Penentuan kadar air berguna mengetahui cara penanganan terbaik hal penyimpanan sampel. Kadar air simplisia kering yang didapatkan
rimpang kunci pepet sebesar 4.72% dan buah asam gelugur 6.4057% (Lampiran 8). Nilai yang diperoleh berada di bawah batas ambang 10% yang berarti sampel bisa disimpan dalam jangka waktu lama dan terhindar dari pengaruh aktivitas mikrob. Selain itu, dengan mengetahui kadar air sampel, jumlah awal bahan untuk proses ekstraksi sampel basah dapat diperhitungkan. Nilai kadar air yang didapatkan dari kedua sampel berbeda dengan yang didapatkan Fitriani dan Susanti (2009), yaitu 5.51% untuk kunci pepet dan 18.72% untuk asam gelugur. Jumlah air yang terkandung dalam sampel tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, di antaranya kelembapan udara, perlakuan terhadap sampel, waktu pengambilan sampel, dan besarnya penguapan (evaporasi) (Harjadi 1987).
untuk dalam serbuk untuk
Kunci pepet
ekstrak
Rendemen (%)
etanol
21.30
air
19.23
etanol
15.75
air
18.13
Proses ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Kelebihannya adalah dapat menjaga kandungan senyawa dalam sampel yang tidak tahan panas sehingga tidak rusak, dan sampel yang diekstraksi bisa langsung dalam jumlah yang banyak. Adapun kekurangan metode ini adalah membutuhkan banyak pelarut dan waktu yang lama dalam prosesnya. Nilai rendemen yang didapatkan erat kaitannya dengan pelarut yang digunakan. Air merupakan pelarut yang bersifat polar sehingga dapat mengekstraksi senyawasenyawa yang bersifat polar dari sampel. Adapun etanol bersifat polar pada gugus
7
hidroksil dan nonpolar pada gugus alkil, sehingga mempunyai kemampuan mengekstraksi senyawa-senyawa yang mempunyai perbedaan tingkat kepolaran. Harborne (1987) menyatakan bahwa alkohol merupakan pelarut serba guna yang sangat baik untuk ekstraksi pendahuluan karena dapat mengekstraksi senyawa polar dan nonpolar. Uji In Vitro Berdasarkan Aktivitas Lipase Pankreas Pengujian ekstrak sampel secara in vitro menggunakan enzim lipase murni dengan konsentrasi 1.4 х 10-6 μg/μL dan asam oleat sebagai standar. Substrat yang lazim digunakan dalam pengukuran aktivitas lipase pankreas secara in vitro adalah substrat murni seperti triolein dan trilinolein. Menurut Desnuelle dan Savary (1963), pengujian in vitro terbaik terhadap aktivitas lipase pankreas dengan menggunakan substrat trigliserida rantai panjang yang tidak larut dalam air dalam bentuk emulsi. Substrat yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak wijen dengan konsentrasi 0.243 μg/μL. Pemilihan minyak wijen sebagai substrat dikarenakan kaya akan asam lemak tak jenuh khususnya asam oleat dan dan asam linoleat. Pemilihan ini juga diperkuat berdasarkan hasil penelitian Martatilofa (2008) yang menguji aktivitas dua jenis substrat, yaitu minyak merk „X” dan minyak wijen terhadap lipase pankreas. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas minyak wijen lebih tinggi sebesar 4105.2728 μmol/L menit dibandingkan dengan minyak “X” sebesar 1031.6836 μmol/L menit. Hal ini mengartikan bahwa enzim lipase pankreas cocok berinteraksi dengan substrat minyak wijen. Aktivitas enzim salah satunya dipengaruhi suhu dan pH. Pengukuran aktivitas enzim lipase pankreas dilakukan pada saat kondisi optimum, yaitu pada pH 8, waktu inkubasi 45 menit, dan suhu 40 °C. Hal ini berdasarkan hasil optimasi enzim lipase pankreas yang dilakukan oleh Martatilofa dan Silitonga (2008). Pengujian kombinasi ekstrak kunci pepet dan asam gelugur sebagai inhibitor lipase pankreas dilakukan dengan melarutkan ekstrak dalam buffer pH 8. Penggunaan buffer dimaksudkan menjaga kondisi enzim dan substrat sehingga tetap berada pada kondisi optimum. Enzim lipase bekerja dengan cara mempercepat hidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol. Dalam uji in vitro, reaksi antara enzim lipase terhadap substrat minyak wijen dihentikan dengan penambahan kloroform. Penambahan kloroform-heptana (1:1) bertujuan mengekstraksi asam lemak (asam oleat) yang dihasilkan dari hidrolisis minyak wijen. Asam lemak bebas (asam oleat) hasil hidrolisis diikat dengan menambahkan pereaksi tembaga yang kemudian akan dikompleks dengan penambahan natrium dietilditiokarbamat. Aktivitas enzim lipase pankreas dihitung dengan pengukuran nilai serapan menggunakan spektrofotometer UV-Vis baik terhadap blangko maupun perlakuan sehingga diperoleh nilai daya inhibisi. Konsentrasi ekstrak yang digunakan dari 10-30 ppm dan berada di bawah batas ambang hasil uji toksisitas terhadap larva udang (LC50).. Berdasarkan hasil penelitian Fitriani dan Susanti (2009), nilai LC50 ekstrak air asam gelugur sebesar 117.62 ppm dan ekstrak etanolnya sebesar 103.63 ppm. Adapun ekstrak air kunci pepet sebesar 1140.89 ppm dan ekstrak etanolnya sebesar 504.43 ppm. Uji toksisitas larva udang dilakukan sebagai uji pendahuluan untuk mengamati potensi bioaktivitas dan toksisitas dari setiap sampel sehingga dapat ditentukan konsentrasi ekstrak yang aman untuk pengujian. Suatu ekstrak sampel akan bersifat bioaktif apabila mempunyai nilai LC50 kurang dari 1000 ppm (Meyer et al. 1982). Persentase daya inhibisi berbagai kombinasi ekstrak diperlihatkan pada Gambar 7 (Lampiran 10). Gambar 7 memperlihatkan pada umumnya aktivitas lipase pankreas dapat dihambat dengan penambahan berbagai variasi kombinasi ekstrak. Kontrol positif yang digunakan adalah Xenical®. Daya inhibisi tertinggi pada kontrol positif terjadi pada konsentrasi 30 ppm sebesar 41.81%. Kandungan utama kontrol positif adalah adanya orlistat (tetrahidrolipstatin) yang merupakan antiobesitas pertama yang tidak bekerja sebagai penekan nafsu makan, tetapi bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim lipase pankreas. Orlistat bekerja pada lumen lambung dan usus halus yang berikatan secara kovalen pada sisi aktif enzim dan membentuk kompleks yang stabil (AlSuwailem et al. 2006). Kombinasi pertama yang diuji adalah gabungan ekstrak etanol asam gelugur dan ekstrak etanol kunci pepet (1:1). Pada konsentrasi 10-20 ppm memperlihatkan terjadinya peningkatan daya inhibisi sejalan dengan ditingkatkannya konsentrasi
8
80 70
Daya inhibisi (%)
60 50
KP
40
K1
30
K2
20
K3 K4
10
S1
0 -10 -20
10
15
20
25
30
Konsentrasi kombinasi ekstrak (ppm) Gambar 7 Daya inhibisi kombinasi ekstrak terhadap aktivitas lipase pankreas. KP: kontrol positif Xenical®; K1: kombinasi ekstrak etanol asam gelugur dan ekstrak etanol kunci pepet (1:1); K2: kombinasi ekstrak air asam gelugur dan ekstrak air kunci pepet (1:1); K3: kombinasi ekstrak etanol asam gelugur dan ekstrak air kunci pepet (1:1); K4: kombinasi ekstrak etanol asam gelugur dan ekstrak air kunci pepet (2:1); S1: ekstrak air kunci pepet.
ekstrak, kemudian hampir konstan pada konsentrasi selanjutnya. Daya inhibisi tertinggi terjadi pada konsentrasi 20 ppm sebesar 75.69%. Tingginya persentase penghambatan terhadap aktivitas enzim, menunjukkan kecocokan perpaduan ekstrak bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Daya inhibisi terendah terjadi pada konsentrasi 10 ppm sebesar 40.63%. Kombinasi kedua adalah gabungan ekstrak air asam gelugur dan ekstrak air kunci pepet (1:1). Hasil penelitian menunjukkan daya inhibisi yang terjadi semakin menurun ketika konsentrasi ekstrak ditingkatkan. Hal ini dimungkinkan enzim lebih tertarik berikatan dengan substrat sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim. Daya inhibisi tertinggi terjadi pada konsentrasi 10 ppm sebesar 34.56%. Nilai yang didapatkan pada kombinasi kedua tidak melebihi kemampuan kombinasi pertama. Kandungan senyawa metabolit sekunder seperti flavonid dan tanin yang berfungsi sebagai inhibitor aktivitas lipase pada ekstrak air yang tidak terlalu melimpah menjadi salah satu alasan tidak mampunya ekstrak menyerang sisi katalitik enzim.
Kombinasi ketiga adalah gabungan ekstrak etanol asam gelugur dan ekstrak air kunci pepet (1:1). Data memperlihatkan aktivitas lipase pankreas dapat dihambat pada semua variasi konsentrasi dengan nilai yang tinggi dan relatif seragam. Persentase inhibisi tertinggi terjadi pada konsentrasi 20 ppm sebesar 72.91% dan terendah pada konsentrasi 25 ppm sebesar 53.58%. Kombinasi keempat yang merupakan gabungan ekstrak etanol asam gelugur dan ekstrak air kunci pepet (2:1) menunjukkan bahwa dengan peningkatan komposisi asam gelugur dalam perbandingan tidak menjadikan persentase penghambatan aktivitas lipase pankreas lebih tinggi dari kombinasi sebelumya. Hal ini mengartikan bahwa ekstrak air kunci pepet lebih optimal bekerja dengan ekstrak etanol kunci pepet pada perbandingan yang setara dalam menghambat lipase pankreas. Pada kombinasi keempat, persentase inhibisi tertinggi sebesar 53.98% (25 ppm) dan terendah 38.04% (20 ppm). Substansi variasi kombinasi ekstrak yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh penggabungan senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin, dan tanin pada ekstrak kunci pepet dan asam hidroksisitrat
9
(HCA) yang merupakan kandungan terbanyak dari buah asam gelugur selain saponin sebagai inhibitor lipase pankreas. Informasi data yang didapatkan sejalan berdasarkaan hasil penelitian Iswantini et al. (2003b) yang menyatakan bahwa ekstrak flavonoid, tanin, gabungan ekstrak steroid dengan tanin, dan tanin dengan flavonoid pada bangle dapat menghambat aktivitas lipase. Senyawa aktif saponin yang terdapat pada tanaman Thea sinensis (Han et al. 2001), Platycodi radix (Xu et al. 2005), Panax japonicus (Han et al. 2005), tanaman Kochia scoparia (Han et al. 2006), dan senyawa aktif tanin pada buah jenis berry (Gordon et al. 2009) dinyatakan juga berpotensi sebagai antiobesitas dengan menghambat aktivitas lipase pankreas. Kandungan HCA pada tumbuhan marga Garcinia dapat mencapai 20-30% berdasarkan bobot kering (Lewis 1969) dan pada Garcinia atroviridis mencapai 45,17% (Muzakki 2006). HCA bersifat mudah larut dalam air dan alkohol. Sebagaimana pernyataan Lowenstein (1971) bahwa HCA mengurangi konversi karbohidrat menjadi lemak, maka HCA yang terkandung dalam buah gelugur akan menghambat secara kompetitif kerja enzim ATP-sitrat liase yang berfungsi mengubah asam sitrat menjadi asetil koenzim A. Dalam siklus Krebs, asetil Ko-A akan diubah menjadi malonil Ko-A yang kemudian dikonversi menjadi asam lemak. Hal ini memberikan arti bahwa HCA dapat berfungsi sebagai inhibitor aktivitas lipase dan ATP-sitrat liase. Kunci pepet yang berpotensi sebagai antiobesitas dilakukan pengujian lanjutan dalam konsentrasi yang lebih rendah. Gambar 7 memberikan informasi daya inhibisi dari ekstrak kunci pepet tunggal hanya sebesar 25.29% (10 ppm). Pada konsentrasi 25 dan 30 ppm persentase inhibisi bernilai sangat rendah bahkan bernilai negatif. Keadaan yang bertolak belakang ini kemungkinan disebabkan adanya faktor antagonis dalam mekanisme kerja yang berakibat enzim teraktifkan. Hasil pengujian in vitro terhadap beberapa variasi kombinasi, dihasilkan persentase inhibisi tertinggi pada kombinasi pertama sebesar 75.69% (20 ppm). Grafik membentuk pola polynomial dengan persamaan y = 2.539x2 + 6.767x – 2.608 dengan nilai koefisien determinasi 0.951. Konsentrasi kombinasi ekstrak yang dapat menginhibisi 50% aktivitas enzim lipase pankreas (IC50) didapatkan pada konsentrasi 11.23 ppm. Mekanisme kerja inhibitor enzim yang terjadi belum diketahui secara pasti apakah
kompetitif, unkompetitif, atau nonkompetitif. Tipe inhibitor kompetitif memiliki kemungkinan cukup besar karena ekstrak harus bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan enzim sebelum enzim merubah substrat menjadi produk yang dalam hal ini adalah asam lemak. Orlistat (tetrahidrolipstatin) termasuk tipe inhibitor kompetitif. Sisi aktif katalitik enzim lipase pankreas akan menyerang gugus ester yang sama-sama dimiliki substrat (lemak) maupun orlistat (Tiss et al. 2009). Struktur orlistat ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8 Struktur orlistat. Asam hidroksisitrat pada buah gelugur mempunyai tiga gugus karboksilat yang sama dimiliki asam sitrat diketahui sebagai inhibitor kompetitif terhadap aktivitas ATP-sitrat liase (Loon et al. 2000). Berdasarkan penelitian Watson et al. (1969), HCA memiliki afinitas yang lebih besar untuk bereaksi dengan ATPsitrat liase bila dibandingkan dengan substrat alaminya, yaitu asam sitrat. Konsentrasi reaktan memainkan peran yang penting pada reaksi inhibisi, karena ketika konsentrasi ekstrak berlebih, kemungkinan terbesar sisi aktif enzim lebih memilih sisi aktif reaktan. Hasil uji in vitro yang menunjukkan nilai tertinggi terhadap penghambatan aktivitas enzim lipase pankreas dijadikan acuan tingkatan dosis untuk pengujian lanjutan (in vivo) terhadap hewan coba tikus putih. Uji In Vivo Berdasarkan Bobot Badan dan Konsumsi Pakan Khasiat kombinasi ekstrak kunci pepet dan asam gelugur sebagai pelangsing diuji secara in vivo terhadap tikus putih betina jenis SD (Sprague-dawley). Sebelum perlakuan, dilakukan terlebih dahulu adaptasi kandang selama dua minggu dengan tujuan mengkondisikan tikus terhadap lingkungan tempat tinggal. Bobot badan (BB) pada saat adaptasi cenderung terus naik setiap minggunya (Gambar 9/Lampiran 11). Kenaikan ini menunjukkan keadaan yang
10
2.16 mg/200 mg BB/hari mengacu pada Rahardjo et al. (2005). Pemberian ekstrak pada tikus dilakukan dengan cara dicekok. Data hasil pengamatan dihitung menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) in time, Hal ini karena adanya pengamatan berlanjut dan erat kaitannya dengan waktu. Pengamatan pada saat perlakuan difokuskan pada perkembangan berat badan dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Penghitungan dilakukan secara parsial (satu per satu) setiap enam hari sekali dan simultan (keseluruhan) terhadap setiap perlakuan. Respon pertama dimulai dari pengaruh interaksi perlakuan dan waktu terhadap respon bobot badan per enam harinya (Lampiran 11). Data statistik menunjukkan interaksi ini mempunyai nilai p < α (0.05). Data lengkap perhitungan statistik disajikan pada Lampiran 12. Grafik bobot badan sebelum dan selama perlakuan di perlihatkan pada Gambar 9.
Respon bobot badan (g)
positif dari sisi kesehatan tikus, sehingga pengujian ekstrak dapat dilakukan. Pakan yang digunakan adalah pelet dengan komposisi protein 18%, lemak 4%, fiber 4%, abu 11%, dan metabolisme energi 2000 kkal. Adaptasi pakan dilakukan selama 9 hari sebelum perlakuan dengan tujuan mengetahui jumlah pakan yang dibutuhkan tikus dalam satu harinya. Berdasarkan pengamatan tiga variasi jumlah pakan, yaitu 40, 50, dan 60 gram, didapatkan jumlah ideal yang diperlukan sebanyak 40 gram/hari, sehingga jumlah pakan yang diberikan selama perlakuan 30 hari sebanyak 40 gram untuk konsumsi dua ekor tikus. Dosis ekstrak yang diberikan pada perlakuan 1 berdasarkan konsentrasi ekstrak yang menghasilkan inhibisi tertinggi pada uji in vitro, adapun pada perlakuan 2 merupakan kelipatan 4 dari dosis 1, dan pada perlakuan 3 merupakan kelipatan 4 dari dosis 2. Dosis yang diberikan untuk kontrol positif sebanyak
240 Sebelum Perlakuan
225
210 195
Selama Perlakuan
180 165 150 0
6
12
18
24
30
36
42
Waktu (hari) P1
P2
P3
KP
KN
Gambar 9 Bobot badan tikus sebelum dan selama perlakuan. P1: perlakuan 1; P2: perlakuan 2; P3: perlakuan 3; KP: kontrol positif; KN: kontrol negatif. Hari ke-12 sama dengan hari ke-0 awal perlakuan. Kelompok kontrol negatif merupakan kelompok tikus yang tidak diberikan ekstrak ataupun obat pelangsing yang sudah dikomersialkan. Setiap harinya kelompok perlakuan mendapat tambahan 2 mL akuades. Bobot badan pada kontrol negatif cenderung selalu naik dalam setiap minggunya dan grafik terlihat membentuk pola yang linear. Persentase kenaikan tertinggi terjadi pada enam hari pertama perlakuan sebesar 9.19% dan dalam waktu 30 hari bobot badan dapat naik sampai 25.78% sebesar 238.25 g dari
bobot badan awal hari ke-0 perlakuan sebesar 189.42 g. Aktivitas lipase pankreas pada tikus kelompok kontrol negatif dimungkinkan berjalan normal sehingga berdampak pada tingginya penyerapan asam lemak dalam usus yang dapat memicu kegemukan. Pola pertambahan bobot badan kontrol positif hampir sama dengan kontrol negatif membentuk pola linear, tetapi sedikit lebih rendah. Hal ini terjadi juga pada perlakuan 1 dan 2. Persentase kenaikan tertinggi kelompok kontrol positif terjadi pada enam hari pertama
11
pola polynomial dengan persamaan y = 2.599x2 – 13.30x + 183.2 dengan koefisien determinasi R2 sebesar 0.840. Hal ini sama dengan pola pergerakan grafik persen inhibisi tertinggi secara in vitro. Perhitungan data bobot badan selain dihitung secara parsial, juga secara simultan (menyeluruh) dari semua data. Hasil analisis rancangan acak lengkap menunjukkan nilai- p > α (0.05). Nilai ini menunjukkan terdapat pengaruh nyata dari perlakuan. Pengaruh perlakuan terhadap rerata bobot badan untuk kelima perlakuan diperlihatkan pada Gambar 10. Rerata bobot badan pada perlakuan 1 dan 2 menunjukkan nilai yang hampir sama sebesar 208.57 g dan 208.05 g. Hal ini menunjukkan tingkatan dosis sampai perlakuan 2 tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Akan tetapi, nilai yang diperlihatkan pada Perlakuan 1 dan 2 masih menunjukkan adanya pengaruh pada pencegahan perkembangan bobot badan karena masih di bawah rerata bobot badan kontrol negatif yang mempunyai rerata tertinggi sebesar 222.92 g. Kontrol positif memiliki pengaruh yang paling kecil dibandingkan dengan kontrol negatif dan dihasilkan rerata bobot badan sebesar 213.58 g. Pengaruh terbesar ekstrak terhadap penurunan bobot badan ditunjukkan pada perlakuan 3 yang menghasilkan rerata sebesar 171.38 g. Respon bobot badan (g)
perlakuan sebesar 7.38% dan naik 22.67% dari 185.25 g menjadi 227.25 g dalam waktu 30 hari perlakuan. Perlakuan 1 merupakan kelompok tikus yang mendapat sediaan kombinasi ekstrak dengan dosis terendah, yaitu sebesar 36 mg/200 BB. Gambar 9 menunjukkan rerata bobot badan pada hari ke-30 sebesar 220.33 g atau 18.62% lebih tinggi dari bobot badan pada hari ke-12 atau awal perlakuan. Pemberian kombinasi ekstrak sebagai penghambat aktivitas lipase pankreas pada perlakuan 1 lebih dapat terlihat pengaruhnya dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Meskipun pola perkembangan bobot badan pada grafik memperlihatkan pergerakan yang sama membentuk pola linear, akan tetapi lebih rendah, sehingga dosis ekstrak pada perlakuan 1 cenderung menjaga bobot badan dari kenaikan yang berlebih dan tidak memberikan efek untuk menurunkan bobot badan. Tingkatan dosis ekstrak yang kedua adalah sebesar 141 mg/200 BB dan diberikan pada kelompok tikus perlakuan 2. Pemberian ekstrak pada perlakuan 2 memberikan pengaruh nyata jika dibandingkan dengan kontrol negatif atau kontrol positif, tetapi tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan perlakuan 1. Persentase kenaikan tertinggi terjadi pada enam hari pertama perlakuan sebesar 6.88% dan naik 16.64% selama 30 hari perlakuan. Dosis ekstrak perlakuan 2 mampu menjaga perkembangan bobot badan dari kenaikan yang berlebihan. Dosis ekstrak tertinggi diberikan pada kelompok tikus perlakuan 3 sebesar 564 mg/200 BB. Pemberian dosis ekatrak pada perlakuan 3 memberikan pengaruh yang sangat signifikan dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Penurunan bobot badan terjadi pada 12 hari pertama perlakuan sebesar 11.22%. Bobot badan setelah 12 hari pertama perlakuan mulai mengalami kenaikan kembali dan puncaknya terjadi pada enam hari terakhir sampai 180.33 g, tetapi belum melebihi bobot badan awal perlakuan sebesar 185.75 g. Hal ini dimungkinkan terjadinya penyesuaian lambung dalam menerima kehadiran ekstrak sehingga ekstrak efektif diberikan selama 12 hari pertama. Dosis ekstrak pada perlakuan 3 memberikan efek yang cukup kuat dan signifikan sehingga berpotensi menurunkan bobot badan. Kombinasi kedua ekstrak pada perlakuan 3 dapat menurunkan bobot badan tikus sampai 11.22% dalam jangka waktu 12 hari. Pergerakan grafik pada perlakuan 3 mengikuti
250
208.57
208.05
200
213.58
222.92
KP
KN
171.38
150 100 50 0
P1
P2
P3
Perlakuan Gambar 10 Rerata bobot badan berbagai kelompok perlakuan. Hal yang berpengaruh terhadap respon bobot badan selain perlakuan adalah waktu. Data statistik menunjukkan nilai- p >α (0.05). Grafik pengaruh waktu terhadap bobot badan secara simultan ditunjukkan pada Gambar 11. Berdasarkan Gambar, bobot badan secara keseluruhan cenderung meningkat per enam harinya. Kenaikan tertinggi sangat terlihat pada enam hari terakhir perlakuan sebesar 4.89% dari 203.06 g menjadi 213 g. Kenaikan
12
Respon bobot badan (g)
yang terjadi dapat disebabkan keadaan tikus yang sedang cenderung berkembang. 220
213.00
210
201.78 203.06 197.89
200 190.80
190 180 170 6
12
18
24
30
Waktu (hari) Gambar 11 Rerata bobot badan pada berbagai waktu. Penelitian obat untuk menurunkan bobot badan melalui mekanisme penghambatan aktivitas lipase pankreas salah satunya berdasarkan hasil penelitian Kaur dan Kulkarni (2000) yang menyatakan, kombinasi ekstrak 5 tanaman herbal OB-200G, ekstrak teasaponin (Han et al. 2001), dan ekstrak kulit
jeruk, teh hitam, kafein (Huang et al. 2009) secara signifikan menurunkan bobot badan tikus dibandingkan dengan kontrol yang mendapatkan pakan dengan asupan lemak tinggi. Respon kedua selain bobot badan adalah pakan. Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh nyata dari perlakuan, waktu, serta interaksi perlakuan dan waktu terhadap konsumsi pakan. Grafik bobot badan sebelum dan selama perlakuan di perlihatkan pada Gambar 12. Konsumsi pakan pada kontrol negatif terjadi peningkatan yang signifikan pada enam hari pertama perlakuan, yaitu dari 27.94 g menjadi 32.83 g atau 17.51%. Secara umum jumlah pakan yang dikonsumsi cenderung naik setiap minggunya. Hal ini karena tikus yang berusia sekitar 9 minggu sedang mengalami perkembangan dan membutuhkan banyak energi. Jumlah pakan yang dikonsumsi sebelum perlakuan memilki respon yang berbeda dengan masa perlakuan.
Gambar 12 Jumlah konsumsi pakan KN, KP, P1, P2, dan P3. Hari ke-0 diartikan sebagai Sembilan hari masa adaptasi. Adapun selama 30 hari perlakuan tidak berbeda secara nyata. Konsumsi tertinggi terjadi pada enam hari terakhir sebanyak 32.94 g. Pengaruh terhadap kontrol positif secara umum menunjukkan jumlah pakan yang dikonsumsi cenderung naik. Kenaikan tertinggi terjadi pada enam hari pertama perlakuan sebesar 9.19% atau 0.52x dari kontrol negatif. Rerata jumlah pakan yang dikonsumsi dalam setiap minggunya pada kontrol positif sedikit lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi pada kelompok kontrol negatif,
tetapi secara statistik hasil tersebut tidak berbeda secara nyata. Jumlah pakan yang dikonsumsi pada kelompok perlakuan 1 menunjukkan terjadinya penurunan sampai hari ke-24 perlakuan. Konsumsi pakan tertinggi terjadi pada waktu sebelum perlakuan sebanyak 29.81 g disusul enam hari terakhir 29.58 g. Berdasarkan uji lanjut Duncan (Lampiran 14), konsumsi pakan pada perlakuan 1 tidak memperlihatkan respon yang berbeda antara waktu yang satu dengan yang lain. Akan tetapi rerata pakan yang dikonsumsi memiliki nilai yang lebih rendah dan memberikan
13
saat sebelum perlakuan, yaitu sebanyak 27.94 g (Lampiran 14). Konsumsi pakan kedua terbanyak dimiliki kontrol positif. Rerata pakan yang dikonsumsi pada kontrol positif yaitu sebesar 30.26 gram per harinya. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan pada saat sebelum perlakuan, yaitu sebanyak 27.83 g. Rerata pakan yang dikonsumsi pada perlakuan 1 dan 2 hampir sama. Pakan yang dikonsumsi pada perlakuan 1 lebih rendah dari kontrol yaitu sebanyak 28.48 g per harinya turun dibanding sebelum perlakuan sebanyak 29.81 g. Adapun pada perlakuan 2 menghabiskan 28.08 g per harinya dan mengalami penurunan dibanding sebelum perlakuan 29.85 g. Pemberian dosis tertinggi pada perlakuan 3 mengakibatkan penurunan nafsu makan yang nyata, sehingga rerata pakan yang dikonsumsi menunjukkan nilai yang paling rendah sebesar 19.87 g jauh lebih rendah dibandingkan sebelum perlakuan yang menghabiskan 30.13 g per hari untuk dua ekor tikus. Pengaruh nyata terhadap pakan dipengaruhi juga oleh waktu. Data terhadap respon pakan secara simultan diperlihatkan pada Gambar 14. 30
Respon pakan (g)
pengaruh yang berbeda dalam setiap waktunya dibandingkan dengan kontrol negatif. Pemberian ekstrak pada perlakuan 1 dapat sedikit menurunkan nafsu makan. Pemberian dosis ekstrak pada perlakuan 2 memberikan pengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi. Berdasarkan data statistik jumlah konsumsi pakan tidak memberikan respon yang berbeda pada setiap minggunya. Respon pakan menunjukkan perbedaan dibandingkan kontrol negatif dengan nilai yang lebih rendah. Konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan 2 terjadi pada waktu sebelum perlakuan sebesar 29.81 g per hari. Dosis pada perlakuan 3 memberikan pengaruh yang cukup kuat pada penurunan konsumsi pakan. Pada enam hari pertama perlakuan, jumlah pakan yang dikonsumsi turun sebesar 48.65% dari 30.13 g menjadi 15.47 g. Peningkatan konsumsi pakan pada minggu berikutnya tidak melebihi jumlah pakan tikus sebelum perlakuan sebesar 30.13g. Jumlah pakan yang dikonsumsi bardasarkan analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan perlakuan yang lainnya. Pola grafik pada perlakuan 3 terhadap respon pakan mengikuti pola polynomial. Pemberian ekstrak pada perlakuan 3 berpotensi menurunkan bobot badan dengan mekanisme menekan nafsu makan. Berdasarkan data hasil uji simultan, pengaruh perlakuan terhadap rerata pakan yang dikonsumsi ditunjukkan pada Gambar 13.
29.29
29 28.01
28
27.46
27
27.29 26.55
26
Konsumsi pakan (g)
40 30
28.48
30.26
28.08
31.91
25 6
12
18
24
30
Waktu (hari)
19.87
20
Gambar 14 Rerata jumlah pakan yang dikonsumsi selama perlakuan.
10 0
P1
P2
P3
KP
KN
Perlakuan Gambar 13 Rerata konsumsi pakan pada berbagai kelompok perlakuan. Hasil yang diperlihatkan pada Gambar 13 terlihat satu tipe dengan grafik pengaruh perlakuan terhadap bobot badan. Konsumsi pakan pada kontrol negatif merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu sebanyak 31.91 g lebih tinggi pada
Berdasarkan Gambar 14, pertambahan waktu tidak menunjukkan konsumsi pakan yang semakin meningkat. Konsumsi pakan pada enam hari kedua mempunyai nilai yang paling rendah sebesar 26.55 g, dan rerata pada enam hari pertama, ketiga, dan keempat menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata sekitar 27 g dan 28 g. Konsumsi pakan tertinggi terjadi pada enam hari terakhir sebanyak 29.29 g. Hal ini berbanding lurus dengan rerata bobot badan yang diperoleh pada enam hari terakhir secara simultan yang menunjukkan nilai bobot badan yang paling tinggi.
14
Asam hidroksisitrat diketahui tidak berpengaruh terhadap nafsu makan (Mattes dan Bormann (2000). Pengaruh yang terjadi dimungkinkan dari senyawa metabolit sekunder baik dari asam gelugur maupun kunci pepet. Kombinasi ekstrak yang diberikan terutama pada perlakuan 3 berdasarkan respon terhadap bobot badan dan jumlah pakan yang dikonsumsi setiap harinya, maka kombinasi ekstrak dapat menghambat aktivitas lipase pankreas dan menekan nafsu makan sehingga dapat menurunkan bobot badan.
Alviar B et al. 2002. Diet composition and method of weight management. United States Patents No. 6413545. [terhubung berkala]. www.uspto.gov. [18 Mar 2009]. [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methods of Analysis. Ed ke-14. Arlington: Association of Official Analytical Chemist. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Volume 1. Jakarta: Badan POM RI.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Data hasil uji in vitro menunjukkan kombinasi ekstrak asam gelugur dan rimpang kunci pepet berpotensi menurunkan bobot badan dengan jalan menghambat aktivitas lipase pankreas. Persentasi penghambatan tertinggi terjadi pada kombinasi ekstrak etanol asam gelugur dan ekstrak etanol kunci pepet (1:1) pada konsentrasi 20 ppm sebesar 75.69%. Hasil uji in vivo menunjukkan dosis ekstrak pada perlakuan 3 mempunyai efek menurunkan bobot badan sebesar 11.22% selama 12 hari dengan mekanisme kerja menghambat aktivitas lipase pankreas dan menurunkan nafsu makan. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kinetika reaksi, sehingga didapatkan tipe inhibitor (kompetitif, unkompetitif, atau nonkompetitif) yang tepat dalam menghambat aktivitas enzim lipase pankreas.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi SS. 2001. The potency of potassium hydroxycitrate derived from gelugur fruit (Garcinia atroviridis) in reducing body weight and cholesterol levels in rats. Hayati 8(1):23-26. Al-Suwailem AK, Al-Tamimi AS, Al-Omar MA, Al-Suhibani MS. 2006. Safety and mechanism of action of orlistat (tetrahydrolipstatin) as the first local antiobesity drug. J Appl Sci Res2(4): 205208.
Chung CS. 2006. Sweet and sour, the lovely gelugor. Gardenwis 26:18-19. Desnuelle P, Savary P. 1963. Specifities of lipases. J Lipid Res 4:369-384. Fitriani A. 2009. Uji in vitro ekstrak air dan etanol dari buah asam gelugur, rimpang lengkuas, dan kencur sebagai inhibitor aktivitas lipase pankreas [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Gaman PM, Sherrington KB. 1992 . Ilmu Pangn, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua. Murdijati Gardjito dkk, penerjemah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Terjemahan dari: The Science Of Food, An Introduction to Food Science, Nutrition and Microbiology, Second edition. Gordon J, McDougall, Nimish N, Kulkarni, Derek Stewart. 2009. Berry polyphenols inhibit pancreatic lipase activity in vitro. Food Chem 115:193–199. Han LK et al. 2001. Anti-obesity effects in rodents of dietary teasaponin, a lipase inhibitor. Int J of Obesity 25:1459-1464. Han LK et al. 2005. Anti-obesity effects of chikusetsusaponins isolated from Panax japonicus rhizomes. [artikel]. BioMed Central 5(9):1-10. Han LK et al. 2006. Reduction of fat storage in mice fed a high-fat diet long term by treatment with saponins prepared from Kochia scoparia fruit. [artikel]. Phytother Res.