HASIL DAN PEMBAHASAN Kolmkteristik U b n - U k u m n Tubuh Sapi faisir di Sumatem Barat Rataan, koefisien keragamau dan hasil uji-t dari sepuluh sifat kuantitatif
yang diteliti pada sapi Pesisir untuk semua h g h t umur, jenis keiamin, dan subpopdasi disajikan pada
T M 4 dm Tabel 5 masing-masing untuk jenis
kelamin jantan dan M n a .
Ratrrsn Ukuran-Ukuran Tubuh pada Sapi Pesisir Jantan
kman, koeiisien keragaman mtar subpopulasi dan kelornpok umur serta jmzd uji statist& ( u j i - . ~ ~ ) rataan semw &umu tub& untuk sapi Psisir jantan
disajikan pada TabeI 4. Pada kdompok mak, dari Tabel 4 ini dapat dikesaukakan b a b a ratam
bobot baha pjaug Wan., hggi pun& tin@ pin& d a 4pjmg kepala, dm Idxu kepala tertinggi ditmpilkan oleh subpopulasi Padang Pariaman
-
dan terendah pala subpopulasi P* Sehtan I h ih a d uji-t(a0.0ut) pada raulan antar subpopdasi pada kelornpok anak sapi Pesisir menunjukkm bhwa panjmg badan, tinem: plmdak, tinggi pingguZ dalm dads, lebar pinggul, panjang kepala, dan Iebm k@a subpopulasi Padang Pariaman
bow
berbeda nyata dmi subpopuhsi Pesisir S e h n dan Agma SebaZilmyq semua ukuran tub& &k tinggi pin@, dmgm uji statist& yang sama
memperlihatkanbahwatidakterdaplrtperbedaannyataan~ararataansubpopulasi Pesisir Sdatan dan Agam. Dari Tabel 4 ini dapt pula d i k e m u h h bahwa kodsien kmgamm p d a kelompok a& sangat bemarhi antar ukuran tub& dan subpopulasi. Koefisien kmgman tertinggi seam kmum-turut ditampihn oleh lebar dads pada sJbpopulasl Pesisir S e h m dan Agam bobot badsn pada ketiga subpopulasi, Iebar pin@ dan p j a n g k@a pada subpopulasi Agam dengan kiwm a n m 10.94% - 20.80°A Koekien k m g m m ukursn tubuh h m y a adalah m d a h dengan kisaran 1.02%pa& tinggi pin@ subpopulasi Padang Pariaman sampai 8.68%pada Idxupin& subpopulasi Pesisir Selatan.
CI
m
Tabel 4 Rataan, impangan baku, koefisien variasi, dan hasil uji-t ukuran-ukuran tubuh sapi Pesisir di Sumatem Barat ~mtukkelamin jantan -
No 1
Ukuran tubuh
Bobot badan (kg)
-"
Subpopulasi
n
Anak
x
Pesisir Selatan
(12) 84.4"
Padang Pariaman
( I 1) 96.5b
Agam
(9)
Pesisir Selatan
(12) 90.5"
-x
Muda
s.d KK(%) n s.d 16.0 18.96 (122) 124.4"& 23.6
* 13.4
85.8' h 13.7
49
KKIW
-x
Dewasa
n s.d 18.97 (3 1) 162.2' f 25.4
KK(%)
15.66
13.89 (18) 1 6 5 . 2 ~ 24.3 f
14.71 (17) 203.1bf 17.0
8.37
15.97 (20) 125.9" 24.9
19.78 (17) 167.5' & 20.2
12.06
6.23 (31) ll2.2"* 9.8
8.73
6.36 (17) 119.3'*
5.6
4.69
95.1 (122) 102.8'f
6.4
2
Panjangbadan(cm)
PadangPariaman
(11) 95.0b* 7.2
7.58
3
Lingkar dada (crn)
Padang Pariaman
(1 1) 103.4' f 6.3
6.09 (18) 1 2 8 . 4f~ 6.7
5.22 ( 1 7) 1 4 2 . 3 ~ &7.4
5.20
4
Tinggi pundak (cm) Padang Pariaman
1.16 (18) 105.l bA 3.7
3.52 (17) 1 0 8 . 7 ~ i 2.4
2.21
4.50 (20)
4,69 (17) 101.SC;t2,5
2.46
5.4
5.36 (31) 103.8'* 4.1
3.95
3.6
3.28 (17) 1 1 4 . 6 ~ i3.1
2.71
4.9
4.88 (17) 106.7'*
2.72
5
(1 1) 95.2'
*
1.1
Agam
(9)
Pesisir Selatan
(12) 90.4'
*
(1 1) 9
*~ 1.04
Tinggi pinggul (an) Padang Pariaman Asam
86.7' h 3.9
~
4.8
(9) 92.1" h 2.8
(18)
111.7~f7.1
93.SC* 4.4
* 109.7~*
5.31 (122) 100.7* ~ 1-02 (1 8)
3.04 (20) 100.4'*
Keterangan: humf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata
2.9
00
m
Tabel 4 (fanjutan)
No 6
7
8
9
10
Ukuran tubuh Dalarn dada (cm)
Le bar dada (an)
Lebarpinggul(cm)
Muda
Dewasa -
--
Pesisir Selatan
n x s.d KKW n x s.d (12) 39.3" rt 3.1 7.89 (122) 46.0.f 4.2
Padang Pariaman
(11) 4 1 . 2 ~ 0.6
*
1.46 (1,8)
46.S4i 2.4
5.16 (17)
~ 2 . 3 ~3.7 4
(9)
3 9 . 3 9 2.5
6.36 (20)
46.6'rt 3.2
6.87 (17)
49.6'*
Subpopulasi
*
,
a(%) n
x
s.d
9.13 (31) 4 6 . 8 9 3 3 .
KK(%) 684
,
2.9
7.07 5.85
Pesisir Selatan
(12) 22.6"
Padang Pariaman
(1 1 ) 21.3"
0.8
3 7 6 (18)
26.6bf 3.6
13.53 (17) 2 ~ . 53 4.4 ~
Awn
((9) 20.1" k 4.1
20.40 (20)
21.1m2t 3.2
15.16 (17)
24.7-h 2,3
Pesisir SeIatan
(12) 26.5' i 2.3
8.68 (122) 28.9s 3.3
11.42 (31)
32.7'k 4.4
13.46
PadangPariarnan
(11) 23.ab* 0.9
3.78 (18)
31.5~42.4
7.62 (17) 35.1b* 2.0
5.70
Agam
(9)
25.2&* 3.1
12.30 (20)
29.8&& 3.9
Pesisir SeIatan
(12) 3 1 . 7 ' ~ t 2.5
Panjang kepala (cm) Padang Pariaman
Lebar kepala (cm)
Anak -
(I I ) 3 5 . 9
*
4.7
0.8
Agam
(9) 32.0"
Pesisir Selatan
(12) 14.3"rt 0.9
Padang Pariaman
(1 I) 1 6.3b
Agam
(9)
14.6'
33.
20.80 (122) 22.5ak 3.4
15.11
(31)
24.3. k 2.5
13.09 (17) 33.4'k
10.29 15.55
9.31
2.4
7.18
7.89 (122) 35.4'k
2.3
6.50 ( 3 1 ) 35.ba* 2.1
5.90
*
1.0
2.69 (17)
3,13
2.25 (18)
37.1b
10.94 (20) 33.5' k 2.2 6.29 (122) 15.7'f
1.2
*
0.6
3.68 (18)
*
I.1
7.53 (20) 15.6' rt 0.9
1 6 . 7i ~ 0.5
Keterangan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata
38.4b& 1.2
6.57 (17) 37.3'*
0.8
2.14
7.64 (31)
1.2
7.36
2.99 (17) 1 7 . 6 ~ *0.8
4.55
5.77 (17) 16.8'*
4.17
16.3.k
0.7
Pads kelompok sapi jam muda h g a i m a n a disajikan psda Tabel 4,
smua rataan ukuran tubuh, kecuali ddam dada, tatinggi ditampilkan oleh
dari kedua subpopulasi Pesisir Selatan dan Agam. Narnun danikian, semua rataan
subpopulasi Padang Pariman dan s m m statistik berbeda nyata u k ~ r a ntub&
k
(&.05/2)
d tinggi pundak, tidak twdapt perbedam yang ny& antara
subpopulasi Pesisir Selatan dan Agam. K d s i e n Iceragman ukurau-ukuran tubuh pa& kelompok j a m muda sehgaimana disajikan pada Tabel 4, sangat bervariasi antar ukuran tubuh dm
subpopuhi. Koefisiea keragaman terthggi ditampdkm oleh bobot badan pada kefiga subpopulasi, lingkar dada pada subpopdrrsi Agam, dan Iebar dada pada
ketiga subpopdasi, serta lebar pin@ Agam dengan kisaran 11.42%
-
pada subpopdasi Pesisir Selatau dm
19.78%. Koefisien keragarnan ukuran tubuh
l a b y i&ih mdah dmgan kisaran 2.69% pa& panjaug kqAa subpopdasi Padang Pariaman sampai 9.13%pa& dalam dada subpopulasi Pesisir Sdatan. Pada Tabel 4 ini dapat pula dikemukakan bahwa pada kelompok sapi Pesisir jmtan dewasa, seanua ukuran tub& tertinggi ditampilkm oleh subpopulasi Padang P m h a n dm terendah pada s u b p o Pesisir ~ Sehta~. Dsri uji statistik (tao.05n) memperlihatkaa bahwa rataan semua ukuran tub& subpopdasi Padang Pariaman berbeda nyata dari kedua subpopulasi Pesisir Selatan dm Agam. h g a n uji statistik yang sama tddap rataan tinggi pundak, tinggi pi&&, rlatam dda, p j a n g kepala, dan lebar kepala
-
rnenunjukkan terdaprrt pakdmn yang nyata antam subpopulasi Pesisir Selatan
*terdapst-ysngnyatapada-bbot badan, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dm Iebar pin@
mtm
~pulasiPesisirSelatandanGgant
Kmfisien keragmm tdn.mmdewasa, s&g&mm
tubuh pada kelompok sapi jmtan
disajikan pa& TaW 4 sangat
antar subpopulasi.
Beberapa ukuran tubuh yang memiliki koofisien keragaman t h g g i d i m m Y a
addah bobot tubuh pada subpopulasi Pesisir Selatan dm Agm, lebar dada pada subpopulasi Pesisir Sdatan dm P h g Pariaman, dan lebar pinggul pa& subpopdm Fesisir S e h m denukuran tubub l&ya
kisaran antara 10.29% - 1 5.66%. Sedangkan
m ~ d h t k a nkoefisien kga&aman r e o w dengan
Idman 2.14% p d a paojang kepala sampai 9.31% pada l e k dada subpopuhi Agm-
Apabila dibandingkan antar kelompok umur, nilai k&sien
keragamm
pada sapi jantan mu& reMf lebih tine (2.69% - 19.78%)dibanding kelompok
anak (1.02% - 20.80%) dm kelompok dewasa (2.21% - 15.66%). Hasil ini menggambarkan M w a ukuran-ukuran tubuh pa& kelompok umur muda lebih h g a r r ~ ,dm kemgarnan tertinggi ditemukan pada bobot badan &banding
kelompok anak dan d
m
&ban Ukuran-Ukuran Tubuh pada Sapi Pesisir Betina
Ratam, koe&ien k ~ m g m mdan had uji statis& (h.~n) ukmm-ukurar~ tub& pada sapi Pesisir betina sangat h a r i a s i antar subpopulasi dan kelompok umur dagamam disajikan p d a Tabel 5.
Pada kelompok anak Wna, tujuh dari sepduh rataan ukuran tub& (bobot
badan, panjang badan, pun& tinggi P ~ W P ~ dad& panjang kepala, dan lebar kepala) textinggi ditampilkm oleb mbpopulasi Padang Parhum, dan tip fataau ukuran tubuh b m y a (2inglrar dada, l e b dada, dan lebar pin@) t d g g i ditampoleh subpopdasi Pesisir S e h m .
I M h a d uji statistik ( t a o . ~ ) .sebagaimana Wikan pada Tabel
5,
menunjukkan Wwa terdapat peabedam nyata pada ratam b o b badan, tinggi
dad% lebm pingguZ panjag k e p k dan lebar subpopulasi Padmg P a r i m m dmi kedua subppulasi Pesisir Selatan
pudak, tinggi ping@, -1
kepda pol& dan Agtazl,
~~ ratam panjmg hadan, linglcar chdq dan dab dada
rnmphhatkan perberbedaan yang ti@ nyata mtata subpopulasi Pesisir
Selrrtan dan Agam. Dengan uji sEatistik yang sma, dapai dikemuktikao bahwa tidak t-t perbedaan ymg ayata pada panjag badan, h@ W dad% Iebar dada, lebar pinggul, dm Iebar kepala antara subpopulasi Pesisir Selatan dm A p . Sedangkan bebaapa mtaan ukuran mbuh hmya, seperti bobot badan, tinggi p d a k , tinggi pinggul, dm panjang kepala rneanpdhtkan perbedaan yang nyah antara subpopdasi PeSisir Selatan dan Agam.
3
Tabel 5 Rataan, simpangan baku,koefisim variai, dm h&il uji-t ukm-ukuran tubuh sapi Pesisir di Sumaten Barat untuk kelamin betina
No 1
2
3
4
5
Ukuran tubuh Bobot badan (kg)
Panjang badan (cm)
Lingkar dada (cm)
Tinggi pundak (em)
Subpopulast
- Anak n
x
s.d 153
KK(%)
n
x
Muds
sr.d 112.6' 23.5
Pesisir Selatan
1
Padang Pariaman
(1 2) 91 .4bi 9.3
10.17 (20)
* 1 59.4b* 32.8
Agam
(1 1) 81.6' rt 10.4
12.75 (24)
115.3'h 12.0
Pesisir Selatan
(1 1) 89.5" A 7.5
8.38 (37)
99.5"f 8.3
Padang Pariman
(I 2) 94.5'
Awn
(1 1) 89.1'
Pesisir Selatan
(1 1) 105.8'
8
*
18.80 (37)
- Dewasa
x s,d KK(%) 20.87 (73) 149.14f18.2 12.21
KKf%)
n
20.58 (33) 199.gb 29.7
14.86
10.41 (50) 161.2'f 19.7
12.22
8.34 (73)109.4'*
6.7
6.12
*
7.5
6.90 (33) 1 1 8 . 3 ~ f 7.4
6.26
zt
5.9
5.80 (50) 113.6'f 6.8
5.98
4.6
4.35 (37) 114.9' f 11.0
9.57 (73) 125.5"f 6.3
5.02
Padang Pariaman
(12) 102.5* f 6.8
6.63 (20) 127.7~*11.8
9.24 (33) 140.1 k 7.6
5.42
Agam
(11)104.9'*
4.19 (24)
117.1'4 7.1
6.06 (50)130.1ck 6.3
4.84
Pesisir Selatan
(1 1) 86.1' i 4.4
93.5* f 6.9
7.38 (73) 99.2"k 3.3
3.33
Padang Pariaman
(12) 94.gb
1.79 (20) 104.2~ 7.7
7.39 (33) 1 0 8 . 2 ~ * 4.6
4.25
Agam
(11)
3.38 (24)
92.8'k 3.4
3.66 (50) 101.7"* 3.9
3.83
Pesisir Setatan
(21)
3.75 (37)
97.6.k 6.2
6.35 (73) 102.6%
33,
3.31
1.86 (20)
107.9~ 6.6
3.17 (24)
98.Sa& 3.6
Tinggi pinggul (an) Padang Pariaman Awn
(12)
(1 I )
*
6.8
7.19 (20)
108.7b
6.3
7.07 (24)
101.7'
4.4
* 1.7 85.8' * 2.9 93.4" * 3.5 9 6 . *~ ~1.8 91.4' * 2.9
5.11 (37)
Ketemgan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata
6.12 (33) 1 1 2 . 3+~ 4.8 3.64
(50) 106.6"k 3.7
4.27 3.47
No
Ukuran tubuh
Subpopulad Pesisir Selatan
n (11)
x
Anak
s.d 40.1" rt 2.2
(11) 39.6' zk 2.9
8
Lebarpinggul(cm)
I0 Lebar kepala (cm)
-
Muda
- Dewasa
n x s.d 5.49 (37) 43.2' h 3.8
8 8 0 (73)
x s.d 47.4. f 2.5
44.3* zk 2.9
6.55 (SO)
50.0~
KK(%)
7.32 (24)
(%)
n
*
3.9
KK (%I 5.27
7,80
Pesisir Selatan
(1 1) 22.1'
*
2.3
10.41 (37)
24.4'
3.4
13.93 (73)
25.9" h 2.3
8.88
Pesisir Selatan
(11) 26.6'
*
2.1
7.89 (37)
31.6'
3.9
12.34 (73)
34.7' f 2.6
7.49
PadangPariman
(12)23.4b*-1.2 5.13 (20)
32.8'k
4.3
13.11
(33)
3 5 . 0 n * 3.9
11.14
&am
(1 I ) 25.2*& 2.9
10.14 (SO)
32.db & 2.4
7.41
Pesisir Selatan
(1 1) 32.2azk 2.6
(73)
Agam
(11) 31.lCk 3.5
Pesisir Selatan
(1 I )
Padmg Pariaman Awn
11.51 (24) 8.07
(37)
11.25 (24)
29.6bk 3.0
35.2' f 3.1
8.81
37.3' k 2.4
6.43
34.1' h 2.0"
5.86 (50) 36.3' ic 2.5
6.89
*
0.8
5.63
(37)
14.5' i 1.1
7.59 (73)
15.4'
1 .O
6.49
(12) 15.sb
0.7
4.52
(20)
16.zb i 1.0
6.17 (33)
17. I k 1.0
5.85
(1 1)
1.0
7.09 (24)
15.4' f 0.9
5.84 (50)
16.1' k 1.2
7.45
14.2'*
*
4 . 1
Ketmgan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan berbeda nyata
Kdsien keraganaan
~~tub&
kdmpok anak betina
sangat berrariasi antar subpopulasi. B e k a p ukuran tubuh, seperti bobot badan
pa& ketiga subpopulasi, lebar dada parh subpopdasi Pesisir Selatan dan Agam, l e h pinggul dan panjag kepah pada subpopubi Agam adalah t d g g i
dibanding ukuran tub& h m y a dengan kisatan 10.17% sampai 18.80%. sdangkan ukuran tub& Iainnya memiliki koefisim keragaman rendah, yang
berkisar antara 1.78% - 8.38%. Pada kelompok betina muda, semua r a m ukuran tub& t d g g i
diwpilkan old subpopulasi Padang Pariaman, dan bebaapa ukuran tubuh
taendah ditunjukkan oleh subpopulasi Pesisir Selatan atau oleh subpopulnsi A
p sebagamma diqikan pada Tabel 5, Deagan uji statishk
tdadap
ram damn-ukuran tubub antar subpopulasi menunjukkan bahwa rataan bobot prmdak, P ~ ~ & ddam dad* panjang kepala, dan lebar kepala pada subpopulasi Padmg
badan, panjang badan, hgkar Ma, lebar pin-
Pariaman berbeda nyata dari kedua subpopulasi Pesisir Sdatan dau A m Sebalhya, tidak terdapat perbedm yang nyata pa& rataan bobot badan,
panjmg badan,
tiaggi pmdak, h g g i pingguZ
*hk lebar
pinggul, dan lebar kepala mtara mbpopulasi Pesisir Selatan dan Agm.
Dari Tabel 5 ini juga dapat ditseandakm Wwa nilai Irodsien ker;lgaman dcmn--
tubuh kelompok M
Bebaapa ukum tub*
a muda =&at
besagam antar subpopulasi.
s q d : bobot badan pada ketiga subpopulasi, ddam
dada pub subpopulasi Padang Pariaman, lebar dada dm d a h ping@ pada kdga &popuIasi
memiliki d a i k d e n kmgmm yang tin*
denw
-
kisanm 10.14% 20.87%. Sebagian besar ukuran tubun laim~~a, s w : panjang Wm, hgkar tinggi pmdak, hggi ping& pjang keplq dm l e h kepala pads ketiga subpopulasi meanilild k d s i e n Icerapmu rendah denm k k a antara 3 - a %srtmpai 9.63%. Pa& kelompok b&a
dewasa, sernua rataan ukuran tubuh tertinggj
ditampilkm oleh subpopdasi Padgng Pariamaa Nmm demikian, sebagian
besar ratam ukursln tubuh seperti h h t badan, pmjang Wan, lingkar dada, tinggi pundak, hggi pinggul, dm lebw kej& terendah ditunjukkan oleh subpopdm Psisir Selatan. Dengau uji statid
(ta0.0~)
menunjukkm bahwa
ratam bbot hh,panjtmg badan, h *
W hggj pmdak,
phgguZ
dalam Ma, panjang kepda, dan l e h kepala subpopulasi Padang Pariaman nyata dari ltedua subpopulasi Pesisir S e w dm Agam Dari uji
perbedaim yang nyata pada s e m ~ amaan ukuran tub& mtara subpopdasi Pesisir Selatan dm Agam. statist& yang smut menu~jukkan pula terd-
Namun demikian, tidak terdapat peabedaan yang nyata pada rataan lebar dada dan lebar pin& antiua mbppuhi Pesisir SeIatan dan M m g Pariaman. t h r i Tabel 5 ini dapat pula kita &at bahwa k d s i e n ragam ukuran tubuh pada sapi betina dewasa sangat bmahsi anm subppulasi. Beberapa u k m tub& sepertj bobot badan pads ketiga subpopulasi, lebar dada dm lebar pinggul F%aiammrnemiwd m e n keragaman bakisiu m m 15.44% adalah lebih tinggi dibanning koefisien keragaman ukuran
pada fllbpopw-g 11.14%
-
tubuh Mmya yang berkisar anma 3.31%- 9.44%.
Berdasadum pada tmpilrm dan uji statistik pada rataan ukman-tubuh antar mbpopulasi padti kedw jmis k d d n sapi Pesisir seam mum hasil penelitian ini menunjukkrm: pertama, mtaan ukuran-ukuran tubuh ptcda ketigrr
kelmquk umur (& dan d m ) subpop&& Padang Pariarmln pa& kedua jenis kelamin ternyata lebih tinggi dm behbeds nyata dari kedua subpopulasi Pesisir SeSatan
dan
Agam; kedua, sebqgan besar
~~
tubuh pa& kelompok a d dm muda kedua jenis kelamin rnempmIibtkan ratam yang sam pala kedua d p p i h i Pesisir Selatan dm dan ketiga, pada kelompok dewasa dari kedua jenis kdadn menunjukkan rataan ukuran t u b u b y a n g b e r b e d a a n t a r ~~ ~i u i m e r u ~ i n d h s i a w a l bahwa sapi Pesisir mbpopulasi Pesisir Selatau dan Agam &ah
satu ntmpun
sapi yang sam, akm rnmdiki hubungan kdmhtm yang Iebib dekat dibmdingh anma subpopdasi Padmg P
b dengau kedua subpopW
PesisirSegataadanAgauL Kesamaan rataan ukuran tubuh antma Pesisir Selatan dan Agam atau
den@ kedua s u b p o w Pesisir Selatan dan Agam diduga d i d k a n oleh yang menyatakan bahwa tampilam feootipik (P) diptagmihi oIeh &or
lingkungsn (E), @pe
(G) serta intgaksi lingkungan dan genotipe (GE)
(Mq, 1978; WaTwick ef al., 1983; Bourdon, 1997). Oleh kareua kondisi lingkuugan ketiga drterah asal ternak ini memitiki lingkunp makro yang sama, m&
kesamaan atau perbedaafi fenotipik antar subpopulasi sapi Pesisir ini
diduga M k m oleh fhkbr perbwlaan genotipenya Dan' dugaan ixd d q a t disimpuIkan bahwa sapi kedua subpopulasi Pesisir Selatan dan Agam m d i k i
kesamaan genotipe l
a tiem dihdingkan den-
sapi subpopulasi Padang
pariman. Sebalhya, sapi subpopulasi Padang Pariaman diduga te1& banyak
dimafllki atau dicampuri oleh bangsa sapi lab yang masuk ke d
d ini.
Koefhim kerslgarmm t d m m - m tubuh sangat bervariasi antar ketiga kelompok umur dari kedua jenis kelamin dan antar ketiga rnbp0pula.s. Se~arti mum, dati sepuluh ukuran tub& k d s i e n keragaman testinggi difampilkan
oleh bobot badan. Dibdingkan antar ketiga kdompok umur ptsda kedua jenis kelamin, kMsien keragaman semua ukuran tub& pada kelompok sapi muda
datif lebih tinggi dibanding kedua irelampok umur lainnya Dari kaelumhm nilai koeiisien kesagmm pada kedua jenis kelamin ~disajhpadaT~4drmTabel5~dik~bahwrlnilai koefisim kmgamm sangat besvarillsi antar peubah ukuran-ukuran tubuh deugan
ldsaran dari tmdah 1.02%
mpai
20.87%
Kisaran k d s i e n
k m g m a u pula ke tiga tingkat umur (an& muda, dan dewma) dan ke dm jenis kelamin muk bobt badan umumnya l&ih tin@ dmgan kisaran 8.37% 20.87% d i i g pada dcuatt-
tinggi p
turn @anjang badan, lingkar dada,
a binggj pinggllZ dalam dda, I e k d a k lebar pin@
panjang
ddew kismu 1.02% - 20.WA K&im kerapnm yang d a t 3 tinggi p d a bobot badan mengin* batma peubah ini bokh kepda, dm lebar k@a)
dikatakan kutrmg stabiI dan htll ini d i e k s n oleh karena peubrb ini banyak dipenganlhr old f a b r lingkungan,
impbkaskiqa ukuran ini kurang
bermanfaat dagai p c i r i kelompok sapi hi. Sedmgkan koefisiea keragarnan yang rel& rendah p d a ukuran-ukm tubuh @anjsmg badan, linglcar d d q tinggi pundak, t i n d p g d , M ~ U dda, I dada, lebar pin@, panjang dan lebar k@a ) mengin*ikan Wwa u k m m - m mbuh hi lebih
wa,
stabil. HA ini disebabkan o l d h e m ukuran-damn tubuh ini sedikit sekdi
dipgamh oleh fikbr lingkungan, h g g a
implikasinya peubah ini
dapt dimadaatkan sebagai penciri keiompok sapi ini. K i m nilai koefisien keragaman y m g diperoleh pada penelitiau ini
mengindhsikan bahwa sapi ini mash merniliki tingkat keraganm ukuran-
ukuran tub& yimg reiatiftinggi sehingga dari satu sisi ukuran-ukuran tubuh sapi mash dapat ditingkatkao dm di sisi lain sapi ini dapat hgunakan sebagm sumber plasma nutfhh bagi pemuliaao ternak sapi lndmesia di masa yang akan datang. Apabila dihubungkan dengan seleksi yang mungkrn dildcukm pada sapi pesisir, mab dari dari-nilai k o d i e n keragaman ukuran-damn tubuh ymg
disajiksm pada Tabel 4 dan Tabel 5 maka kernajuan seleksi akau lebih bear
d i ~ l e pada h bobt badan, liogkar dada, Mar dada, dan I& pinggul. Ktxagma ini tejadi berdasarkan p d a teori segregasi saat meiosis dan ~ u n y a ~ e $ j a n t a n d a n b e c i n a s a a t ~ i t e r j a d i s e c a r a a c aHalini k, r n e n w b a t k a n gen-gen yang bergabmg
sangat kagam yang akhirnya
m e a n h i h k m g m m p d a fedlotip yang mereka lmibm Sebagaj bukti empirhya, tidak ada kehidupan tingkat t i n e ymg serupa walau antar saudara
d pada k e d a identik. Kemudian, keragamrm ini
h d m g shbpm, k
dapat pub d i & h
oleh pabedam kundisi lingkungm yang diterima individu
muhi dari igot sampai lahir dm dewasa
Dibandingkan den=
be-
bangsa sapi lokal Indonesia I h y a , bobot
b a d a n s a p i P ~ d i S ~ ~ ~ ~ d a h ; r r t a u t e r k d ~
disoyikanpadaTabd6. ~mbmtuklstindariTabeI6hi,searaproporsid
bobot~sapiPesiSir~(ll~n~fl~dari3.5-4tahrm)~kelamin jmtan bertrmrt-him memiliki bobot hanya sebesar 75.01Yq 60.03%, dm 47.85% dikding bobot bdau sapi Madura, Bali, dm PO. Sedangkau pads sapi b h untulr umur yang sauna, w r s i ini adalah 85.40% 70.77% dm 48.33%. OI& karma tampilan bobt h i a n addab d a b satu pciri satu beurgsa, & dapat m a n bahm sapi Pesisir ini dakh d a h satu bangs sapi khas Indonesia.
D b t m ukuwMllnrnm tubuh yaug diteliti, ukurau tin@ pundak pada pelitian ini (99.9 f 4.9 cm)hampir sama deagm ahtan Leurink (1 8 1 0)yang
dim U a m Merkem (1926) yang meugem*
bahwa tin& puadak sapi
jantan di Padang dan d a m tinggi sekitamya addah antara 1 - 1.26 m.
Kemudh, dihdingkan dengao hasil -tian
sekitar 2 1 M u n Mu 01eh
Saladin (1983) sebagaimana disajikan pada Tabel 6 , hasil penditian ini
meaampllkan mtaan b b o t h i m lebih r e d & pada behgai tingkat umur (0.5 6 tahun).
Tabel 6 Perbandingan tampilan rataan bobot badan (kg) sapi Pesisir Slrmatera Barat dengan sapi lokal Indonesia lainnya
Jenis kelamin dm umur (th)
Jam@
0,5 - 1,O 1,0- 2,O 2,O - 2,5 3,O - 3,s 4,O - 6,O
~esisir'
add
88.91 13 1.95 149.22 168.87 186.10
114.4 171.0
P&I? 148.9 190.9
~ a l i ~~ c e h ~PO4 164.0
132.0
-
195.3
217.3
-
238.8 248.1
233.t
-
277.1
310.0
302.0
388.9
0,5 - I ,O 84.81 105.1 136.2 1,O - 2,O 119.88 154.2 1a.O 2,O - 2,5 142.16 212.2 3,O - 3,5 163.87 194.4 169.9 4,O - 6,O 174.80 203.5 239.6 'Sumber: 1 H a d penehhan 2 Siregar et al. (1985) 3 Sd& (1983) 4 F a p P B - D i t j d (1 985)
149.1
122.0
195.8
-
-
Betina
tinggi, (2) semakin ting@ya
-
247.0
-
145.0
-
-
361.7
pas% (masyarakat) pada sapi jmtan
peranan sapi jantan berukuran besar, kuat, dm kekar d a r n kehidupan
mgan) yang dapat d i g m a h baik untuk mengohh Man -*an
maupun
sebagai alat transportasi hasil pertanian, baik dmgan menyewa atau membeli
sendiri. Penunman pada ukunm-ukum tub& (tinggi pundak dan bobot badan) ini juga mungkm dibabkan oleh perubahan linglrungan terutamsl oleh sundin hxkwmgnya lahan penggembakn akiM dari semakin lwnya laha,u pernukiman dan budidaya pertanian dan sebalihya populasi sapi cendemng tern rneningkat. Dibandingkan dengan b e h p a banw sapi k e d (microcaItle) di dunia ymg dipublikasikan oleh National Research Council (1991) sebagaimma
disajikan pada Tabel 7, tmyata bahwa sapi Pesisir (Pesisir Selatan) ini
merupakan h g s a sapi terkecil ke dua di dunia setelah Dwarf West Afiian
Shorthorn dari wilayah p t a i m
a Barat.
Tabel 7 Tampilan ratasn bobot tubuh (kg) sapi Pesisir di S u m t m Barat dmgm beberapa bangsa sapi kecil (microcattle) dunia Bang= ~i s a ~ kecil' i Bummi Brahman (Meksiko) Dwarf West can Shorthm (panti AfihB;arat) M u m (Nigeria) R ~ Q F@ T O P TWWa) KedahKelantan (Malaysia) Hill Cattle (Nepal) YeUow M e (Barat Daya dan Selatan Cina) cbeju Himwoo (Kom)
Bobot tubuh (kg), umur 3 - 3.5 tahm Jantan Bdina 200 - 220
150 - 180
150 210 350 250 200
125
380 280
160 200 200
160 250 230
Sumber 1 National R a m & C o d (1 99 1) 2 H a d pmelitian
I)alam u p p menckhn antar subpopuki sapi Pesisir di S u m m a &rat,
telah d i l d d m analisis didubhan t
m data
ukuran-ukum tubuh.
K m u h dilakukan pula m a h i s korelasi h o n i k mluk menenmkm ukuran-
ukuran tub& yang menyebabkan tejadinya perbedam antar subpopulasi ini.
A d i s i s Diskriminan
Analisis d i s m a n dilihkan terhadap u h - u k u r a n tubuh (panjmg huh, lingkar dada, lebar ,&it
d a m dada, tinggi pun&
lebar ping*
tine
pinggul, lingkar pinggul, ddam pinggd, pstnjang kepda dan lebar k w a ) pa&
ke dua jenis kelamin jantan dan betina pada ke tiga subpDpuIasi sapi Pesisir di Sumatera Barat.
semua ukuran-ukuran tub&
Analisis fungsi diskriminan Iinier t-ap
pada tiga subpopdasi sapi Iokd Sumatera Bamt menghdkau pengelompokan
menurut SubpopuIasi atau dmah asal sebagaimana disajikan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Pengelompolcan sapi Pesisir di Sumatera B m t menurwt subpopulasi --fimgid-' ' Subpopulasi
Submulasi Pesisir Selatan Pdang P&tman
'
PesisirSelatm
n (%)
Padang Parimrman n (%)
Total
n
(%)
Agam
Total
86.36
17 5.94
22 7.69
286 100
30 27-03
78 70.27
3 2.70
111 100
345 66-34
106 20.08
77 14.58
528 100
247
l k i Tabel 8 ini dapat dikem* bahwa tin@ kesesuaian pengeIompokan sapi Pesisir di Sumtltera Barat menurut subpopuh balrisar mtara 39.69h - 86.36% Kesefllaian tmhggi ditemukan pada subpopulasi Pesisir Selatan (86.36%), kernudian diikuti oleh Padang Pariaman (70.27%) dan termdah dab subpopulasi Agm (39.6Ph).
Pada mbpopulasi Pesisir Selatan, sebdqysm besar sampel (86.36%) dari 236 ekw sampel merniliki k m k a n dalam subpopulasmyaa Hmya s&gm k e d diantara -pel ini yang ma& ke subpopulasi lain, y h i 5.94% dari anggota subpopuhsi
ini mas& ke mbpopulasi Padang Pariaman dan 7.6%
masuk ke subpopulasi Agam. Dan' 1 11 -pel
subpopulasi Padang Pariaman,
masuk ke subpopdasi Apm.
S e w a n M (51.91%) dari daggota subpopulasi Agam mas&
ke s&ppulasi P&ir Selatan, dan sebahagian k d (8.40%) masuk ke subpopulasi Padang Pariaman, dan sebanyak 3 9.69% sesuai dalam subpopdasinya Hal ini mengindihsikan bahwa subpopuhsi sapi Pesisir S e w dan Agam memiliki tingkat kesamartn morfdogi lebih tinggi dibding dengan subpopdasi Padang
Pasiamaa Ditinjau dari a d i s i s jarak antar kdompok, Tabel 9 berikut menunjukkan
b&wa jarak terbesar dlperlihatkan mtara subpopuh Padang Pariamtm dan Agam (5.371, kemudian diikuti a n m subpopulasi Pesisir Seban dan Pdang
Pariaman (4.44) dm madah antam Pesisir Sdatm dm Agam (1.06). Hal ini mmunjukkan bahwa diantam ke ti@ subpopulasi sapi Pesisir di Sumatem Barat, subpopulasi Pesisii S e h m md&i hubmgan yang datif lebih dekat dmgm
subpopulasi Agam d i i g k m hubungan antara subpopulasi Padang Psriaman dengan w b p q u b Pesisir S e h dan Agam.
Tabel 9 Jarak antar s
u sapi Pesisir ~ di Sumatera ~ Barat
S e b q p m m dikanukakm pada h a d analisis di atas, antara subpopulasi
Pesisir SWau dsn
memiliki tm&t kesrrmaan nwfologi lebib tinggi dibandingkaa autara ke dua subpopulasi ini deagan subpopdasi Padang Parham Hasil ini menbahw ternak sapi pada Ice dua subpopulasi Pesisir Sdatan dart Agan ini baasaI dari moyang yang sama Sebollllmya, memisahya u k m a w h m morfologi sapi pada s u b m a s i Padang Piukm dari ke dm subpopulasi Pesisir Selatm dm Agam balremunglanan dkbabkan
ol& karena ternak sapi di daerah ini teM h y a k kcampur dengan banh g s s sapi lain, baik oleh inseminasi buatan mazlpm oleh ternak hidup. Hal ini didukung oleh karena dayah Padrrng Pariaman sejak lama lebih teabuka dan
pola betem& masyarakatnya sudah lebih maju &banding Pesisir SeIatan dan
Analisis Peubah Pembeda Antar Subpopulrmsi Sapi Peisir di Sumatera Barat
Pendugam peubah ukuran tubuh yang menyebabkan perbedaan antar subpopulasi sapi Pesisir di Sumatera Bsrat dilakukan dengan analisis korelasi kanonik, dan hasilnya disajhn pada Tabel 10.
Ukuran d a i kordrtsi kanonik pada satu peubab mengindikasikankekuatan peranan peubah-peubah tersebut sebaga~ pembeda mtar keIompok atau
dikemukakan bahwa pada fungi kanonik 1 ditemukan b e h p a peubah dengan korebi kmonik rehitif tinggi, berhnt-turut dari yang tertinggi adalah: tinggi pundak (0.677), tinggi pinggul (0.649), Iebar kepala (0.543), bobot badan (0.535), dan panjang kepala (0.51 8).
Tabel 10 Struktur total k a n d di Sumtltera h m l
Kanonik 1
Kanonik 2
Bobot badan Panjang badan Linglardada Lhgkar P& Tinggi pmdak Tinggi pmggul Warn dadaDdm pin&
0.535470 0.342522 0.422109 0.3 f 5458 0.677485 0.649669 0.207003 0,151245
0.250161 0.274 127 0.166837 0.209128 0.137957
Lebar dada Lebar pin@ Pmjang kt@ Lebar kepaia
0.380323 0.113841 0.5 17587
Ukuran-*
tubuh
~~tub& sapi Pesisir
0.543441
0.320020 0.297473 0.369574 - 0.341523 - 0.038113 - 0.182427 0.294972
Hasil ini menggambdm wtm-ututan kekuatm atau kepentingan dimmsi tubuh s&@
m b p o p ~sapi Pesisir di Sumstera Barat,
secara benrnrtan dari yang takuat atm terpenting addah: tiuggi pmd& tinggi ping@, lebar k q d a , b o b badan dan panjang kepala Sebdhya, beberapa pubah m y a pada peubEth kanonik 1 @anjaw badan, l i n g h dada, lingkar piaggul, Mam dada, dalam pinggul, lebar dada, dm lebar ping@), dan semua peubah pa& fungsi kanonik 2 r n e d i k i nilai korelasi h o n i k yang relatif rendah, berldsar dari 4 . 0 3 8 sampai dengan 0.422. Hal ini menunjukkan bahwa peuW-peuW ini kurang penting dx%iii @ pembeda antar subpopuiasi
sapi Pesisir di Sumatera Barat.
K a r a M t i k drmn Kcragaman W a r n Bulu pada Smpi Posisir di Sumatem 23a-t Karakteristik Warm Bdu
Hasil pengamatan t d d a p wama dan pola warna bulu sapi Pesisir di S
m Bacaf pada pliitian ini mezluajukkan bahwa wama bulu sapi
tmasuk warna tunggal den= h
ini
rariasi pada bagian leher, kepala, darl kaki
g ham ~& T ~idak terdapat teraak sapi ytmg wama bullmya bertotovbelaog.
S e a m mum, w m a bulu sapi Pesisir ini takelompok pada warm terang
dm wama gelap, coatoh warm ini disajih pada Gambar (1% I b, Ic, dan Id). T d warn tgang disini addab putih dan putih kekmingan (Gambar la dm Ib), dan kuning ( G a m b Ic dm Id). Untd-wama bulu put& k&unjn&an oleh r n a s y d a t Pesisir S e h m biass disebut dengm istilah pilo d€qmbllhl~~pir;mg w a n individu berwama bang memiWd miasi wama pada bagian
Ieher, yakm terdqatqa wama agak gehp m u k dari bahu sampai di belakang kepala, sebagtrimana dapat dilihat pada -bar
lc. Kecuali pada sapi yang
berwarna put& sepanjang tub& bagian d d m (dda - p u t - dangkang), dm
ke empat kaki b a g h h a h biasaaya bawama agak terang dibmding wama tllbuhnya Sepmrnjsmg tulang behlmg, mdai dari pmuk
bataog ekor
garis wama gelap dibanding warn bdu tubuhnya. Bulu &or pada um~berwarnahitamuntuIrsemua~~hlbuh. tad*
M b a r 1Contoh warm bufu ksmgpad& s q i Pesisir di Sumatem Baa+ (a) warm pirelb,(b) warmpila, (c) wama krmiag mu* dan (d) warmi W g Wompok wama bdu Wua pa&
mi P&sk di Smatda
adafab
m a prtda kelompok w m terang, kdompok w m a gehp ~ u m ~ j u g a m ~ ~ w ~ t n r l u ~ e b ~ m u d a p a d a b a g i a n ~ tulmh(dada-pem-&ngkmg) dmkeempatkakihgm~kdpada
-S
mdivid~pmgbexwimmbaam.~ j u g a h a l n y a ~ w a m a ~ g e I a p juga ditemulm pztda I&% dm garis bdu yaug -ma
geZzqs juga terdapat di
sqa@g t u h g behkang satnpai ke baing &or k m d i pa& individu btmamhitam.
Gmk 2 Contoh m a buhr g h p pads s q i P* di Szan&eraBarat (a) warm eoklat, (b) warna m& &(c) wama ookIat kdxhmn, dm (d) warnahitam Kmqpman Wama Barlu p d a &pi P&irdi$runsltersl Bamt
B
d
h path macam wama bdu yan$ ditemukan pada sapi Pesisir di
Smatm B a r a t , ~ ~ p a d a @ P e s i s $ i n i ~ e l o m ~ m e n j a d i S warm
yaitu:
putih, W g , dbata, dmhitm warn meamrut d p p d a s r i pada sapi Peisir di
~~~
Sumatem Barat disajilmpa& Tabel I I.
PadaTW 11 ~
~
d
i
l
c
subp~plilasisapi Pesisir di Sumzltera Barat
~
b
a
h
w
a
~
w
~
di dominasi 0141 winma reffah brtta
(34.36%), dan k e m n h ~ - h m diilruti t oleh
W
m
(25.51%),
coldat (39,96%), hitam (10.91%], dan p d h (9.26%). J i b wama hi dikelompddm mmjd k l ~ n p o kw m u -8 (pnrih dm kming) clan
d
k
e
t
i
bat% dan hitam) maka proporsi wama kelmpok wama gelap (coklat, gelq lebih besar (65.23%) d i h d i n g proporsi warna terang (34.77%). Mgan memperhtih hmpilan wama M u p d a sapi Psisir di Sumatera
Barat, sebagaimana dijeladtm di atas dapat d~kemukakanbahwa wama gelap ini md pa& warm-wama dmm, wama tipe har atau van'asinya sebagaimana dijelaskan oleh Fries & Ruvinsky (1999) bahwa m
a bulu tipe
liar antara lain memilild sifht pigmmtasi yang solid, mderung memilil6 warm
lebih gehp pada kepda dan leher. Variasi warna bulu tipe liar ini termasuk warna merah dm bitam. Warna-wama lain selain wana&wama ini, seperti warns putih dm kuning yang diamati padst peuelitian ini, adalab rnodifiasi c h i ti@
disebabkan oleh pengldangan pigmentasi (lightening). Tabel 11 S e t a m warm bulu p d a sapi Pesisir di Sumatera Barat Subppulas~&~iis kelamin
%
Total
n
Macmlwama Putih Kuning M A haw Coklat Hitam Total
33.33 45
29.84 124
h i Tabel 11 di srtas dapt dikean*
19.16 167
17.53 97
24.53 53
486
bahwa pmyebmn warraa p u t 4
Wama putih, tampi1 dalam propork ymg tidak taIdu jauh berbeda pda ke tiga subpop&si
A
dengan kisllran 28.8Ph srrmpi 33.33%; wama b
p (29.84%); wama merah
g
M a memplihatkan pkdw yang cukup
w
g pariaman dan A g m (19.16%);warm coklat mempdibatkan perbedaan
k o n m anm subpopulasi Pesisir Sehtan (79.38%) dengsm
ymg
*@si
padang Pariaman
mm@htkau
(3.09?/0)dan Agam (1 7.53%); dan w m hitam
perbedam proporsi yang cukup kontras antam subpopulasi
P e .Selatan (a. 15%) dea~gansubpopulasi P h g Panpanaman (1 1.32%) dan Agam (24.53%).
Proporsi antar ke Iima w
m pada tiga subpopulasi menunjukkan bahwa
proporsi warm terendah dimpilkan oleh warm putifi (9.26%) dm &ti
oleh
hitarn (10.91%), wkht ( I 9.96%), kuning (25.51%), dm tertinggi warm merah
baa
(34.35%).
berkemw1alelnya
Redldahnya propmi warna putib pada sapi Pesisir ini
disebabkan oleh karena wama puth wn bersifat resesif terhadap
Wn tidak putih pada sapi Nellore -ma
dijelaskan oleh Ibsen
(I 933) diacu dalam Bogart (1 959). Wdau warm hitam memiliki sifat dunban (Bogart, 19591, namm
proporsinya pada populasi sapi Pcsisir ini addah terendah kedua (10.91%)
setelah put&
Hal ini diduga d k b a b b old karena masyankat petemdc c%ndexung kurang menyukai warna ini karma mereka beranggarpan bahwa sapi
wama bitam memiliki tanpeamen lebih galak dibmdmg sapi wama h m y a sehingga lebih sulit dalam pmganaonya
D a r i T M 11 d i a t a s d a p a t p d a ~ ~ ~ w a w m a m e r a h b a t a
merupakm warn dominan pada populasi sapi Pesisir ini. merah bats ini diduga disetrabkrm deksi rtl;oni
. .
warm oleh petwak teddap wama Domtnasl
hitam (aid B) yang bersifat d o m h (Bogart, 1959), yang berdampak @a d g b b q a ppmisJeI resesi*a
(alel b mtuk merah). Dari pola dm m a m warm hasil p e n e l i h ini m i r sama dengan basil penelitian Namikrlwrt el al. (1982) pda sapi Aceh dm sapi Madm ymg melaporkan bahw sapi Sumatera (Aceh dan Psedang) memiliki m a w w m @itam, wkht kehitaman, coklat-kdng, dm abiwbu putih) yang di dominasi oleh wama ooklat-kuning dm sapi Madura rnaniliki tiga wama yang m a dengan sapi Sumatem, yakni: hitam, c o b t k e h m h ~dtm abu-abu putih dengan w m a dominan COW kekunhp.
Tampilan AIelik h k u s MikmmteIit pada Sapi Pesisir di Sumatera Barat
Isolasi daa Elrstraksi DNA dari Sampel Damb Isolasi DNA telah dilakukan terhadap sernua sarnpel darah ini nmun dm h a d viswbasi d a g m elektrofwesis gel agarose, jumIah simpel DNA to&l yang memenuhi syarat untuk analisa bdmtnya hanya mencap 189 sampel
mu d m a r 83.26% dari total ~8mpeldarab yang dikoleksi dengan penyebaran 123 sarnpel untuk subpopulasi Pesisir Selatan dm 66 sampel untuk subpopulasi Padsng Parimlm.
Sampel DNA h a d isolasi lainnya (38 sampel), kurang atau tidak
m e m d syarat untuk anaba benkutnya, hal ini ditrmjukkan oleh pita DNA yang terlalu tipis atau terlalu bmyak latarnya Hal ini rnunglun hsebabkan oleh ma& terdapatnya sisa &ohoI p e n p e t danlatau old kareaa sampel d
d
beku kuFang sempurna d h a r r k a n sebelm analisis dilakukan. Dcteksi Polimoriisme Alel-ald DNA Mikroatdit Deteksi polirnorhme DNA d s a t e l i t
dilahkan
den@
~ g x m p l i f h s6i lokus mikrosatezit, sebagiimm disajiksn p d a Tabd 2, pada sstmpel DNA total dari Ice dua subpopulasi sapi Pesisir di
Sumatera Barat; Pesisir
Selatan dan Padang Pariaman.
Ampliiikasi l o b d m s a t e l i t dilddan dengan mesin PCR GenAmp
PCR Syskm 2400. Oleh karena perbedaan jlrmlah dan susunan k a dari masing-masing primer duosatelit yang digmakm babeda satu sama lain, mqebdhn vohrme pere$ksi dan program amplilikasi (Pa) untuk masing-
masing l o b milmornelitj u g berbeda. Upaya opthnasi clhkukm terlebih dzhulu t d d a p volume pereaksi dan annwling masingmasing primer. Beberapa bahan pemksi ymg h u a & m antm lain adahb DNA -pel, k o primer ~(F dan R) ~,
tetnptur
konsmtmi MgC12. Dengan beberapa kali uji wba ptsda masing-masing primer
telah dqxm1eh volume p r a k t u clan ~ ~ K X @ I U cmneali~pgoptimum dingga reaksi PCR d q a t mdan dengan baik.
~ ~ ~ M d y m g T e r b e m t u k ~ p e m k t ~ g d ~ d y a n g b e a i s i p r o d & ~ DNA Wd sgpi Pcsisir X R t&&ap l o ~ l o B a smihaatdit pada m e n & a d h ~ p b p i t d a I d & mdiwntdb ~ pa& GaEnk3 m.
Pada T M 12 ini dapat dikemukakan bahwa empat dari mam lokus mikrosatelit yang diskruing pada penelitian ini menghasilkan jumlah alel yang b e r m (Iebih banyak atau lebih sedikit) dihdingkau d e n p j&
ale1 pada
referensi (NAGRP, 20011, kecuah untuk lokus-lokus ETH3 dan BM.2113 menghasllkan jumlah ale1 yang sama dengan referemi, Izlasing-&g
sebanyak
10 dan 1 1 alel. Dari Tabel 12 ini dapat juga dikemukakan bahwa dari enam l o b h s a t & t yang didxhing @a
189 -1
sapi Pesisir di Sumatera Barat,
terdeteksi sebanyak 7 1 alel atau rata-rata 1 1.8 alel perlokus. Lebih lanjut, clan Tabel 12 ini cbjikan pula perbzmdingan jurnlah ale1 .
.
yang d h & m antar Iokw dan antar subpopulasi. Jika dibandingkan jmM
ale1 yang terbentuk pada masing-masing subpopulasi, jumIah aiel yang dihasilkan oIeh subpopulasi Pdmg Pariman lebih banyak dibandingkau Pesisir S e h (66 vs 58 alel) arau d e n p rataan 11 ale1 untuk subpopulasi Padang
Pariaman dan 9.6 alel untuk subpopulasi Pesisir Selatan. Dan enam lokus yang diuji, dua l o b (INRA037, dan BM2113) menghasllltanjumlah dd p g sama,
dan emm lokus lainnya (ETH225,HEL9, ETH3, dm ILSTS006) menghasilkan jumlah ale1yang berbeda pacia kedua subpopulasi. The1 12 Jumlah ale1 yang dihasilkan setiap lokus -elit di Sumatera Barat
No 1
LoJNS ETH225
Refmi*
pada sapi Pesisir
Jumlah alel Hasil Pesisir Total Selatan
lO(141-159) 11(147-169)
9
.
-g
Parim 10
---- .--
-.-
~%era~lgan: NAGRP ('ZOO I) angka dalam ( ) adalah k i m ukur;m panjang b a s
kdasarkan pa& jumlah dm macam ale1 yang dihasilkan oleh lokus-
lokus mikrosatelit yang diteliti menunjukkan bahwa hampir semua Iokus dapat m e m e sumberdaya genetik ke dua subpop&i.
Hal ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh MacHugh ( 1 996) bahwa rata-rata jurnlah ale1 yang diamati pa& setiap lokus untuk setiap subpopulasi (bangsa) dipertimbangkan s h g a i indikasi yang baik dari keanekaragaman genetik untuk bangsa atau
kelompok temak tertentu sebagaham juga dikemukakan oleh Litt & Luty (1989); Tautz (1989); s a t a Hartati & Sudarmonowati (1998) yang menyatakan
bahwa sekuen baulang mikrosatelit lmmdal sebagai p b e d a atau penanda
genet& M a g a i makhluk hidup.
Dari maam dan ukuran ale], had penelhian ini menunjukkan bahwa empat lokus (ETH225, HEL9, INRA037,dan ILSTSOM) dari enam lokus yang
&ji
dapat menghasilkan alel-del khas (diagnodk) pada masing-masing
subpopulstsi, satu lokus (ETH3) menghasilltan aIel khas hanya pada subpopulasi Padang Pariaman, dau satu lokus lainnya (BM2 1 13) tidak menghasilkan ale1
kbas pada ke dua subpopulasi. Has11 ini secara rinci disajrkan pada Tabel 1 3.
Perbedaan macam (ukuraa) dan jumlah ale1 yang dihasiIkan daIam lokus dan subpopulasi menuujukkan pda bahwa lokus-lokus mikrosatelit ini memiliki tin* -k yang tin&. Tin* dkbabkan oleh h a tingkat rn-ya
kemgman mikrosatelit yang tinggi ini tinggi, minimal lom3 (Je-s ef al.,
1988) atau pada &saran 10" - 10-' badlokuslgametlgenerasi (Dallas, 1992;
Edward ef al., 1992; dan Lehman ei al., 1996). Mekmisrne terjadinya kmgamanpmlah dan ulnuan ale1 pada lokus-lokus
mihsatelit, antam lain oleh kemmghm teajadinya sli'ge strand selama replikasi (Richard & Sutherhd, 1994); kmungkman rekornbinasi yang tidak
dm DNA polherase dippage (Tautz & Schlotterer, 1994) dan ganggum pada saat transhipsi (Fox et al., 1934; dan Dam & links-Robertson,
&bang 1995).
Tabel 13 Jumlah dan sebm ale1 khas yang d i h a d b masing-masinglokus mikrosatelit pada sapi Pesisir di Sumatera Barat J~nnlahdan ukuran ale1 (bp) Pesisir Selatan
Lob
Total
1
ETHZ25
Macam 11 (147-169) A -K
2
HEL9
12 (147-169)
A-
Tohl
L
Padang Pariaman Total
Khas
9
K (147)
10
8
J(151)
11
D (161); J (149) E (161); H (155)
Khas
K (149);
3
INRAO37
13(112-148)
A-M
4
ETH3
10 (101-125)
A
5
ILSrSood
14 (279-351)
6
BM2113
11 (123-145)
Rataan
11.8
L (147)
12
M(112)
12
F(138)
8
-
10
A (125); J (101)
A-N
10
M(289); N (279)
12
C (MI); H (331)
A-K
I1
-
11
-
-J
9.6
I1
Tingkat k m g a u m j d a h aid per10kus mikrosatelit yang
~~pada
sapi Pesisir di Sumatera B m t yang d m i m e m i h tmgkat k m g m m lebih
-
Tabel 14 Perbandingan bebmpa h a d penditian jumIorh Iokus dan ald pada bfxbgahewsntertrak Jumlah l o b
No
ymg d 1
i
2
d
,
Jumlah ale1
M ~ F X
Sumber
Hswanyangdib
dihasdkm 3.5
294 sampel sapi Bali
Hadwiram et al. (2003)
2
20
8.4
72% za~npl q ? i M a m M q # 1 ( 1 9 % ) zebu, 2 E u q m b i s g Ame*ianrw2hm
3
6
11.7
189 sampel sapi Pesisir di Sumatera Bmai
mitian
ini
Macam, Jumlah dan Sebamn Genotipe Berdasarkan pada mamn dm jlrmlah ald yang d-h d c m *
01th
setiap
lokus m e h i pa& masing-masing s a m d untuk setiap subppulai dipar,leh sebam genotipe unt& Seeiap lokus dan subpopuh sap1 Pesisir di Sumatera Barat yang disajikan pada Lampiran 5.
Bdasarkan data pada Lampiran 5 ini d i p l e h pola &arm
gmotipe
untuk masing-masing Iokus mikrosatelit yang diuji pada masingmasing
subpopulasi sebagaimma disajikan pada Tabel 15 berikut. T&l 15 Sebaran genotipe untuk masing-masing lokus mhosatelit pada populasi sapi Pesisir di Sumatem Barat Jumlah No
Lokus
genotip e
JumlahGmoti~e pads Subpopu'asi (%' Pesisir Padang Selatan Pariaman
,urn,A Gmotipc yang ada pada ke dua subpopulasi (%)
Sebagaunana disajikan pada Tabel I5 di atas, dapat dikemukakan bahwa
ke enam iokus mkosatelit mampu menghasilkan genotipe-genotipe kbas mtuk masing-masing subpopdasi sapi Pesisir di Sumatera B m t . Dari ke enam lokus ~~t ini, jumlah genotipe khas tertinggi (47.37%) d i h a s h oleh lokus ILSTS006 pada subpopulasi Padang Pariaman, dan terendzh (1 8.1 8%) d i b a s i h
oleh lo& BM2113 pada subpnpulasi Pesisir S e U Deagan k e p e m i h n geslotipe khas pada masing-masing subpopuIasi
Pesisir Selatan dan Pwlsmg Pariaman dqmt menjacb iedikasi bahwa ke dua subpopulasi sapi Pesisir di Sumatem Barat ini b&eda secara gmetik. Semakin tinggi pmprsi gmotipe khas yang dimiliki oleb satu keIompok atau individy semakin tinggi pula derajat perbedaan genetik mereka. Sebalihya, semakin
besar jumlah genotipe yang dimiliki bersama antar individu atau kelompok tern& semakin tinggi pula tingkat kesamaan genet&
mereka.
semaldn banyak satu lokus m i l a m l i t rnengbdkm genotipe-genotipe khas pada individu atau kelompok ternak, semakin b a r pula kemungkman lokus mjkrosatelit tersebut dapat digunakan Hampir
-a,
ale1 E (115 bp) pada l o b ETH3 subpopulasi Padang Parkan, h a d dengkapnya dapat dilihat pads Lampiran 1 1 dan drringkaskan pada Tabel 16
Tabel 1 6 K i m tiehemi ale1 per lokus mikrosatelit pada sap1 Pesisir di S u m a t m Barat No 1
hhd uhn-an (b)
EM2113 (123-143)
F h s ia l e l l s u ~ Padang Parisman Pesisir S e h Trrtinggi Ttmdah Tertinggi Taendah P(i35bp) I (129 bp); J (125) F (I35 bp) 1 (129 bp) (h1953fIL113541) K(123) (CTZ12 f O.M07) (0.0192 0.0135)
*
(0.0156+ 0.0109)
G (155%I(151 bp) (0.0536 t O.OX1I)
E (159 bp)
*
(Q.l a 2 0.04j5)
E
(115 bp) (k3273 f 0.6147)
1 (132 ),M (1 12 bp) (0.01 14 0.0113)
*
Pada Tabel 16 ini dapat dikemukakan bahwa beberapa alel ternyata memiliki k h m i i yang konsisten, dan b e b m p aId h u y a dengan ikhemi
berlaman antara ke dua subpopulasi. Alel-ale1 F (1 35 bp) pala lokus BM2 1 1 3, alel E (159 bp) pada lokus EXH225, dm ale1 E (1 15 bp) pada lokus ETW sewra konsisten memiliki fi&uensi tertinggi pada ke dua subpopulasi, dangkan alel I (129 bp)pda lokus BM2113 secara konsisten mnmjukkan hkuensi tmmdah
pada ke dm subpopulasi Pesisir Selatan dan Padang Pariaman. BebeEapa del yang memiliki h h e m i berhvmm antara ke dua
subpopulasi adalah alel D (335 bp) pada lokus ILSTS006 terhggi pada subpopulasl Pesisir Selatan tapi tmndah pada sdqwpdasi Padang Pariman, sebahya ale1 C (165 bp) pada Iokus HEL9 temdah pada subpopulasi Pesisir
pada subpopulasi Pzadmg Pariaman. Besamya ragarn fdmensi Jel mikrosatelit baik antar lokus m q u n antar
Selartan m u n
m b p p u k sapi Pesisir di Sumatera Bar?lt ini disebabh oleh karena lokus mikrosatelit ini memiliki sifat polimorfik tinggi (Georga er a/.,1993; dan
Vddes et al., 1993).
m g a n r n e m p h t h n data hkuensi yang disajikan di atas terdapat satu
kemderungan bhwa lebih banyak ale1 dari lokus-lokus &satelit ini yang ti@ dhibki oleh subpopulasi Pesisir Selatan. Hasil ini mengindikasikan bahwa sapi Pesisir pada subpopulasi ini memilila kmekaragaman genetlk yang
l&ih rendah dibaoding den-
subppulasi Padang Pariaman K d a m seperti
ini diduga disebabkan oleh tingginya derajat biak dalam (inbreeding) pada
mbpopulasi ini. Hal ini dimungkinkan karma jarang d
i masyarakat Pesisir
Selatan sejak masa ldu sampai saat ini yang mendatangkan bibit sapi dari luar
daerah. Keanekaragmm genetilr ymg rdatif readah pada subpopdasi Pesisir Selatan iai bakemungkinan juga disebzbkan oleh gencarnya penjualan sapi jantan 01th peternak sdnw sebgm gemtipe atau del-ale1 yang dimiliki Gilang dari mbpopulasi ini. SeMknya, d d Padang Pariaman sejak masa lalu d a b daerah yang sangat t & d q poIa b a o c o k tauam lebih maju dm msymh yang dintlmis meayebabkan sebqgan besar sapi pi-
mereka berasal dari Iuar d d .
Dengm d d a n , p d a m m sapi pada subpopulasi ini m p k m kawin campuran bedxqp bibit saqi dari lw dengan bibit sapi yang telah ada sehgga merekamemiliki tmgkat keanedmragaman genet& Iebih tinggi.
Untuk melihat perbandingan fiekuensi alel utuk masing-mas@ l o h antarmbpopulasi d i s a j k p d a Gambar5 - 10. MamnjicRutllslllSl ald lokus BM2113 pada sapi PReisir trntara subpopnlasi P&~~BBlrP&~gparip~
M a Gambar 5, disajikan &man fkhmsi del ysmg d i h a s i h oleh Iokw BM2113 pala ke dua mbppulasi sapi Pesisir (subpopulasi P h i r Selatan dm Padang Pariaman). h i Gambslr 5 ini dapat dikern* Wwa semw a1e.l A sampai K yang chhdkm lokus BM2113 mats nimiliki oleh ke dua subpopdasi Pesisir S d m dan Agam walau den*
frekuensi yang sangat bervariasi.
Sd@m kecil dd yakni alel-aid: A, B, D, dan H memiliki hkuensi lebih tinggi pada subpopuhi Pesisir S e M &banding pada subpopulasi Padang
Pariamm S e h g h besar alel lainnya: C, E. F, G, I, J, dan K manperiihatkan
25
-j8 '1 b
20 15 I0
5 0
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Maan a i e l / s ~ ~ i
1Subpopulasi Pss. Selatan 0 Subpopulasi Pd. Pariaman (jambar 5 DishibuSi fihensi ale1 lolcus BM2113 @a dua subpopuiasi sapi Pesisir di Sumatera Barat -
alerl hkus Em225 sntara wbpopuiasrasr Pair& Sdaian dan
Sektun&4u&
Padb~rgrnlwlln
Pada Gambar 6 berikut disajikan sebaran frekumsi ale1 dari l o b ETH225 pi& ke dua subpopdasi Pesisir Selatan dm Padang Pariaman.
25
-q
g
j
20
15
lo 5
.
0 .
A
. B
. C
.
D
E
.
. F
.
.
G
H
.
. I
J
,
K
ale&xtlqqlh
ISubppulasi PsSelatan 0 Subpopulasi Pd.Pariaman Gambar 6 Disbi'busi h k u a s i ale1 lokus ETH225 pada ke dua subpopulasi sapi Pesisir di Sumatera Barat
Ihri Gatnbar 6 di atas dal#it dikemukb bahwa hkuasi ald dari lokw
ETH225 tiddc tdalu jauh berbeda antara ke dua subpopdasi. Dimping itu, lobs ETH225 ini mampu pula menghilkan beberapa ale1 diagnostik untuk membedakan antara ke dua subpopulasi. h r i 11 alel yang dihasilkao oleh lokus ETH225 hi,tiga del meaupakaa alel diagnostik ymg menyebar dua ale1 (D dan J) @a subpqdasi Padmg Pariaman dan satu ale1 (K)pa& subpopulasi Pesisir S e b
Pada Gambar 7 bedat disajdm sebaran fkhensi ale1 yang dihasilkan oleh l o b ILST006 pada ke dm mbpopulasi Pesisir Matan dm P h g Pariaman.
Dan Grunbar 7
ini dapat dikanukakan bahwa Iokus ILSTS006
mampu rnaghdum k k a p alel djagnostlc untuk membdakm antam Ice dua
subpopulasi. I3a-i -bar
7 ini puIa dapat dikemukakan bahwa behapa ale1 maniliki
h h m s i y;rmg tin@ pula m a s i n g e subppdm Alel-ale1 A, C, dm K memiWd Wa~eaSitinggi pada subpopulasi Padang Pariaman, sedangkan del-
a l d ~ , F , H , d a n J m e m i l i k i ~ i ~ ~ ~ P e s i s i r S h . 50
45 40
3 35 Y
-i3 30
g ;:
a;.
I
15 10
5 0
A
-bar
I J.K L M N D&All%&pu
ISubpopulasi Pss.Selatm 0 Subpopdasi Pd.Pariamm 7 Distribusi lhktmsi dd 1ohs JLSTS006 pada ke dm subpopdasi sapi Pesisir di Sumatera Barat
- . Dari 14 ale1 yang d h a h n oleh lokus ILSTS006, a a m alel merupah ale1 diagnostik yang meyebar pada ke dua subpopulasi. Empat alel (C, F, G, dan K) mmpakan alel dagnostik untuk subpopulasi Padang Pariaman, dan dua ale1 (M dm N) merupakan ale1 diagnostik untuk subpopulasi Pesisir Selatan. S e b o ~ n j ? e k u e ~ ' a lokus l d HEL9 anfamsubpopulasi P&ir PaBong P d n s a n
SeCalan dan
Pada Gambar 8 berrkut disajikan s e b m khensi ale1 yang d h d k a n oleh lokus HEL9 pada ke dua subpopdasi Pesisir Sdatan dm Padang Pariaman.
A B C D E F G H I J K L Macam alel/subpopulasi
I
a Subpopulasi Pss-Selatan[7 Subpopulasi Pd.Pariaman Gambar 8 Dishi'busi frekuensi alel lokus HEL9 pada ke dua subw~dasisavi Pesisir di Sumatera Barat
Gsrmbar 8 di atas dapa dikem*
bpihwa
I
I
lokus fiEt9
rnengbmhn sebaran hkuensi alel yang cukup kontras antara ke dua subpopdasi. Disamping ity pada Gambar 8 ini dapat pula dilihat bahwa lokus
HEL9 mampu maghadkan del-alel dmgnostik pada ke dm subpopulasi. M-dd A, B, D, G, dan I menampilkan frekuuensi lebih tinggi pada subpopulttsi Pesisir Selatan dibanding pada subpopulasi Padang Pariaman. S e M i k q a , ald-ald C, E,
H, J, K dm L menampilkan fre,kwnsi lebih tinggi
pada subpophi Padmg Pariman d i b d h g pada subpopulasi Pesisir Sdsrtan.
. .
Dari 12 alel yang drhasllkan oleh lokus HEL9, Iima ale1 diantaranya
adalah ale1 diagnostik. Empt ale1 dari lima aIeJ diagnostik ini (E,H,K, dan L) t e d q a t pads subpopulasi P a g Pariaman_ dan satu ale1 lainnya (I) terdqw pada subpopulasi Pesisir Selatan.
Pada Gambar 9 berikut disajlkan sebaran hkuensi ald yang dihasilkan
oleh lokus ETH3 p d a ke dua subpopulasi Pesisir S e h n dan Padang Pariaman, dimping itu lokus ETH3 ini juga rnengbasikm beberapa dd diagnostik pada
ke dua subpop*.
35
30 h
25
3 20
1 g
l4
15
lo 5 0
A
B
C
D E F G H Macam aIeYsubpopulasi
I
J
ISubpopulasi Pss.Selatau [7 Subpopuhi Pd-Pariaman Gambar 9 Dishibusi alel lokus ETH3 pada ke dua subpopulasi sapi Pesisir di Sumatera Barat
Dari Gambar 9 di atas dapat dikem*
bahwa lokus ETM
m e n g h d k i ~sebaran ~ frekuensi ald yang sangat besvariasi mtar subpopulasi
dm antar del. h i 10 ale1 yaig dihasillcan lokus hi, euam ale1 mmgbilkan
ikkumi yang cukup tinggi prada salah satu atau ke dua subpopulasi. Nel-alel A, B, C, E,dm J m p i l den*mi lebih tinggi pads subpopdasi Padang Pariaman dibanding subpopulasi Pesisir Selataa Sebalihyq del-ale1 F, G, H,
dan I tampil dmgan k b s i lebih tinggi pada subpopulasi Pesisir Selatan dhanding subpopulrtsi Padang Pariaman.
Dari 10 alel yang d i h s i k m oleh l o b ETH3 ini, hanya ada dm ald (A
dan J) yang menrpakan alel diagnostik, dan ke duanya terdapat pada subpopuIasi P-g
Pariaman.
Sebarun&kumtsi alel Iokus INRA03 7 antam subgopulasi Parkir Selafan dun Padang Pariama Pada Gambm 10 krikut disajikan sebaran fihensi ale1 yang dihasiUran oleh lobs INRA037 psda ke dua subpopulasi Pesisir Selatan dan Padang Pariaman. Disamping itu, pada Gambar 10 ini dapat pula ctilihat beberapa ale1 diagnostik sebagai panbeda antar ke dua subpopdasi.
25 20
8 3 1s
1 e L
10
5 0
A
B
C
D
E
F
-J*w
H
I
J
K
L
M
Subpopulasi Pss-Selatan0 Subpopulasi Pd. Pariaman Gambar 10 Distribusi hkwnsi del ldrus INRA037 pada ke dua subpopulasi sapi Pesisir di Sumatera Barat
Dtlri 13 del yang dihasilkan Iokus INRA037 ini, tujuh alel (A, C, D, E, G,
H, J, dm M menrrmpilkan hkuensi lebih tinggi pab subpopdasi Pesisir Selatan, xbhknya miam ale1 (B,F, G, K, dm L) menampilkan frekt~ensilebih tinggi pda dqmpuh Pahug Pariaman dibanding subpopulasi Pesisir Selatan.
Lebih lanjut dapat d
i
k W w~a hanya ~ a& dua ald dari 13 ale1
yang dihasilkan lobs INRA037 hi p g mefllpdm ale1 diagnosbk, y a k ale1 F
mtuk subpopulasi Padang Pariman dan ale1 M u t u k subpopulasi Pesisir SeIatan. Hekmwigositas Hetaozigositas (H)secara sederbana addab proporsi heterozigot yang
diamati d a b satu populasi sam@
(MacHua 1996). Heterozigositas masing-
masing lokus &pat diduga dari f i e k u d ale1 yang diperoleh pada setiap Iokus
d d m subpopulasi tertentu. Rataan dan sirnpangan baku heterozigositas ke enam lokus mhsatelit
pada ke dm subpopulasi sapi Pesisir disajikan p d a Tabd 17 W t . Tabel I7 Nilai h&erozigositas dm simpmgan baku masing-masing lokus pada ke dm subpopulasi sapi Pesisir di Sumatem Barat No
Lokus
Pesisir Selatan
H
Padang Pariaman H s-d
s.d
Rtltaan heterozigosittls dan -gan
balm dari mm lo& mkosatelit
p d a subpopulasi Pesisir SeIatan berkisar dai m d a h (0.81903 k 0.00017) pa&
lokus
sampai tertinggi (0.88831
rataan untuk m m Iokus 0.8573 1
* 0.00009) pada l o b ETH225 dengan
* 0.00014.
Sedangkan pada subpopulasi
Padomg Pariaman diperoleh rataan dm s h p g a n baku heterozigositas dengan
kisaran dari terendah (0.831 1 9
* 0.00024) pada lokus ETH3 sampai t d g i
(0.89581 k O.Ooo04)
l o b INRA037 deogan rataan untuk semua lokus
0.87381 k 0.00012.
Dari data yang disajikan pa& Tabel 17 di atas dapat dikem-
bahwa
hetaoigositas subpopulasi Pesisir Selatan sedikit lebih rendah dibanding subpopulasi Padang Pariman, namun tidak b a M secara ekstrim (0.8573 vs 0.8738).
Hasil ini berbeda dengan hasil MacHugh (1 996) memperoleh
ram heterozigositas
pada 20 lokus mjkrosatelit yang
dikhing pada 20 bangsa sapi Afiika dengan rataan autara 0.198 =k 0.014 sampai 0,888 i 0,003dan rataan untuk semua lokus 0.643 k 0.045.
Namm demikian, rataan heterozigositas yang diperoleh pada hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkm dengan rataan heterozigositas yang
dipaoleh H a n d i d a n el d. (2003) pada popdasi sapi Bali dengan menggunakaa dua lokus rnikrosatelit (HFL9 dan INRA035 ) didapat rataan 0,135
pada lokus HEL9 dan 0,530 pada lokus INRA035. Perbedaan ini menunjukkm bahwa m x a gene& sapi Pesisir di Sumatem Barat memiliki tingkat h-ozigositas
lebih beragam dibanding sapi Bali. Hal ini disebabkm karma
sapi Btrli merupakan satu bangsa sapi dimana sistirn perkawinannya dibatasi hmya den-
bangsay sendiri (inbred) h i d i n g dengan sapi Pesisir di
Sumatera B m t populasinya sangat terbuka t d a d a p bangsa-baugsa sapi lain yang m a d ke daemh ini.
Hasil ini semalrin mempejelas inddmi bahwa sapi Pesisir subpoputasi Pesisir Selatan memiliki keangeoetik lebih rendah dibanding subpopha Padang Pariaman seb-
telah dijelaskan sebehmmya.
Prom AIeLAld L o b DNA Mihwtelit Terhadap h b o t Badan Sapi P ~ i s i di r Sumatem Barat
Dengan menggudm data bbot badan
yang benrmur 1 3 tabun
pada ke dm subpopulasi dm genotipe yang dimilikinya, maka dipa1eh satu g a m h jlrmlah dm &dcwmialel masing-masing lokus mllrrosatelit yang diuji
dengan
bobot Man, dau hasdnya disajikan pada Tabel 28 b t .
Pariaman (17)'
207.5
9 (A, 8, C, D; E. F,
E (0.2353y
G,H, I)
hh~! Pariamao (32)'
202.7
12 (A.B,C,D, E, F, G,Y L J , K , L ) ~
B (0.02~)'
G (0.1719y
A, L (0.0156f
Wwa ratam bbot badm sapi Pesisir umur 2 3 subpopulasi Padang Pariaman Jika dibandingkau jumlah alel yang tadapt antara ke dua subpopulasi Ptldang P a r i m memiliki jllmlah ald lebih baayak dibmding subpopulasi p&ir Selatau keumli p d a l o b BM2113 deepjmM alel yang sama.
untuk lokus HEL9, 12 vs 1 1 untuk 1 0 h INRA037,lO vs 8 untuk lokus E m ,
dan 12 vs 9 untuk lokus ILSTS006. Hal ini menggambarkan bahwa pada m b p p l m Padang Pariaman yang memiliki rataan bobot badan Iebih tinggi cenderung rnemiliki jumlah ale1 yang lebih banyak.
B e r m pada frekuensi a 1 4 enpat lokus (ETH225,HEL9,ETH3, dm
BM2113) mempedihatkan 6ekuensi ale1 lebih tinggi pada subpopulasi Padang P a r i m dibanding subpopdasi Pesisir Sdatan, dm dua lokus (INRA037 dan ILSTS006) memperlihatkan hkuensi ale1 lebih tinggi pada subpopulasi Pesisir Selatan &-banding subpopulasi Padang Pariarnan. Hasil ini memberik. satu
pada mtaan bobot badm lebih tinggi, cendenmg m e m i h fiekuensi ale1yang r e h i f lebih hggi pula in&
awal bahwa