IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Analisis Deskriptif Tinggi Pundak dan Panjang badan dengan panjang langkah Trot kuda delman.
Tabel 2. Hasil analisis Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan panjang langkah Trot kuda delman. Variabel
N
TP (cm) PB (cm) PLTROT (cm)
30 30 30
Minimum Maksimum 122 114 137
153 137 172
Ratarata 130,33 127,43 154,03
Simpangan baku 5,567 5,888 11,128
KV(%) 4,27% 4,61% 7,22%
Keterangan: TP (Tinggi Pundak), PB (Panjang Badan), PLTROT (Panjang Langkah Trot)
Tinggi pundak diukur dari titik tertinggi pundak pada daerah thoracic vertrebrae anterior sampai ke permukaan tanah, tinggi pundak disusun oleh panjang kaki dan dada dalam. Panjang kaki yang kokoh akan mempengaruhi pergerakan kuda pada saat melangkah dan berlari.Hasil analisis pada Tabel 2 menunjukkan
rata-rata
tinggi
pundak
kuda
delman
di
kelurahan
Sukarajakecamatan Cicendo kota Bandung adalah 130,33 cm, dengan tinggi pundak tertinggi sebesar 153 cm dan terendahnya sebesar 122 cm.
Adapun
variasi tinggi pundak pada penelitian ini termasuk dalam kategori rendah, dengan simpangan baku sebesar 5,567 cm dan koefisien variasi yang diperoleh hanya sebesar 4,27%.
Sastrosupadi (2000) mengemukakan bahwa
populasi yang
mempunyai koefisien variasi yang nilainya dibawah 15% berarti populasi yang diamati dalam keadaan seragam. Berdasarkan hasil analisis diatas rata-rata tinggi pundak kuda delman di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Cicendo Kota Bandung termasuk dalam kategori kuda berukuran kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Sasimowski, (1978) yang
28
menyatakan bahwa ukuran tinggi pundak kuda kurang atau sama dengan 130 cm termasuk dalam kategori sangat kecil, 131-147 cm kecil, 148-158 cm sedang, 159-169 cm besar, ≥ 170 cm sangat besar. Keadaan pundak merupakan hal yang penting karena dapat menentukan kecepatan dan ketangkasan pergerakan seekor kuda. Pundak kuda harus panjang, tonjolan pundak terlihat jelas dan miring (Sasimowski, 1987). Tinggi pundak disusun oleh konstruksi panjang kaki dari seekor kuda, sehingga tinggi pundak berhubungan dengan kecepatan lari, semakin tinggi pundak makin baik sehingga mempunyai
daya
mobilitas
dan
daya
tahan
(endurance)
yang
tinggi
(Bandiati,1990). Rata-rata panjang badan kuda delman Kelurahan Sukaraja Kecamatan Cicendo Kota Bandung yaitu sebesar 127 cm., dengan panjang badan terpanjang sebesar 137 cm dan terpendek sebesar 114 cm.
Keragaman parameter panjang
badan kuda delman termasuk dalam kategori rendah, hal ini ditunjukkan dengan nilai simpangan baku sebesar 5,888 cm dan koefisien variasinya sebesar 4,61%. Berdasarkan parameter diatas kuda delman di lokasi penelitian memiliki panjang badan yang relatif seragam. Panjang badan merupakan parameter penting dalam menilai performans kuda. Smith (2000) menyatakan bahwa kuda yang baik adalah berbentuk persegi, yaitu panjang badan dan tinggi pundaknya sama sehingga memaksimalkan pergerakan kuda, sedangkan besarnya dalam dada yang berkaitan dengan panjang badan berpengaruh pada rancangan sistem organ dalam yang mempengaruhi respirasi dan metabolisme energi. Sistem otot pada panjang kaki dan dalam dada yang baik dan besar juga akan meningkatkan ketangkasan kuda dalam bergerak.
29
Kerja kuda yang maksimum berhubungan dengan kerja otot yang sesuai dengan fungsinya. untuk dapat kerja dengan optimum, otot memerlukan energi yang diambil dari glikogen, dan konsumsi oksigen dalam tubuh. Kerja kuda yang optimum didapat dari latihan yang baik dan teratur. Menurut Gibbs dkk, (2004) waktu yang cukup dan memadai dalam latihan merupakan dasar yang kuat bagi kuda untuk melakukan aktivitas otot lebih tinggi lagi. Pemberian pakan yang sesuai, pemeliharaan yang baik, latihan yang teratur, dan istirahat yang cukup menjadikan kuda dapat mempunyai daya kerja yang optimal. Dalam hal ini ATP (Adenosin Tri Phospat) yang tersedia dalam otot lebih tinggi, maka akan meningkatkan daya tahan (endurance) ketika kecepatan lari bertambah (Kearns dan Keever, 2001). Oleh karena itu kuda yang mempunyai dalam dada dan panjang kaki yang baik termasuk ke dalam kuda yang baik (Sasimowski, 1978). Rata rata panjang langkah trot adalah 154,03 cm, dengannilai minimum sebesar 137 cm, sedangkan nilai maksimumnya sebesar 172 cm. Nilai simpangan baku panjang langkah trot adalah 11,128 cm. Maka panjang langkah Trot pada kuda delman seragam karena nilai koefisien variasinya sebesar 7,22%. Koefisien variasi yang di bawah 15% berarti populasi yang di amati seragam. 4.4 Analisis Korelasi dan Analisis Regresi Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan koefisien determinasi hubungan tinggi pundak dan panjang badan dengan langkah trot. r
R2
PLTROT dengan TP
0,730
0,532
PLTROT dengan PB
0,593
0,351
PLTROT dengan TP dan PB
0,782
0,611
Uraian
Keterangan : PLTROT(Panjang Langkah Trot), TP(Tinggi Pundak), PB(Panjang Badan)
30
Analisis korelasi merupakan parameter yang menunjukan hubungan diantara variabel. Koefisien korelasi antara tinggi pundak dan panjang langkah trotadalah 0,730. Sedangkan analisis korelasi antara panjang badan dan panjang langkah Trot, koefisien korelasinya sebesar 0,593. Hal ini juga menunjukan adanya korelasi yang nyata antara tinggi pundak dan panjang badan dengan panjang langkah Trot. Warwick dkk (1995) menyatakan koefisien korelasi (r) mengukur derajat hubungan antara dua sifat atau perubah (variabel). Nilai r berkisar dari -1,0 sampai +1,0 dan merupakan nilai abstrak yang tidak memiliki satuan. Korelasi sama dengan +1,0, menunjukan bahwa untuk setiap unit peningkatan dalam satu variabel, akan terjadi satu unit peningkatan pada sifat yang berkorelasi itu. Kisaran nilai koefisien korelasi 0,05-0,25 termasuk kategori rendah rendah; >0,25-0,50 kategori sedang dan >0,50-1 termasuk kategori tinggi.Hubungan korelasi yang positif berarti nilai-nilai suatu variabel meningkat diikuti dengan meningkatnya variabel lain dan sebaliknya suatu variabel diikuti dengan menurunnya variabel. Korelasi antara tinggi pundak dan panjang badan dengan panjang langkah trot berdasarkan data dan sesuai penjelasan diatas termasuk dalam kategori tinggi karena bernilai lebih dari 0,5 Adanya korelasi yang tinggi antara tinggi pundak dengan panjang langkah trot, diduga bahwa kuda delman yang memiliki tinggi pundak yang semakin tinggi akan menghasilkan kecepatan lari yang tinggi dan panjang badan yang relatif pendek akan membantu pergerakan badan sehingga akan lebih cepat dan akan menjamin kesinambungan gerak. Analisis regresi adalah studi yang mempelajari bagaimana bentuk hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut pada umumnya dinyatakan dalam bentuk matematika yang menyatakan hubungan fungsional
31
antara variabel-variabel tersebut. Dalam analisis regresi terdapat variabel dependent (y) dan variabel independent (x). Metode analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier sederhana dan berganda. Berdasarkan tabel diatas dihasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,532. Berdasarkan perhitungan tersebut menunjukan bahwa sumbangan yang diberikan dari tinggi pundak dengan panjang langkah trot sebesar 53,2% . Persamaan analisis regresi linier sederhana antara tinggi pundak dengan panjang langkah trot adalah Ϋ = 35,652+ 1,458 x1. Analisis regresi linier sederhana antara panjang badan dengan panjang langkah trot dihasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,351 hasil perhitungan menunjukan bahwa sumbangan yang diberikan dari panjang badan dengan panjang langkah trot sebesar 0,351 atau 35,1%. Persamaan analisis regresi linier sederhana antara panjang badan dengan panjang langkah trot adalah Ϋ = 11,663+ 1,120 x1. Persamaan regresi linier berganda dengan dua variabel independen antara tinggi pundak dan panjang badan Ŷ = -73,013 + 1,157 x1 + 0,602 x2. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,611. .Berdasarkan perhitungan tersebut menunjukan bahwa sumbangan yang diberikan dari tinggi pundak dan panjang badan 0,611 atau 61,1% yang menunjukan keseragaman. Model tersebut dapat digunakan untuk menduga hubungan antara tinggi pundak dan panjang badan dengan panjang langkah trot dengan koefisien determinasi sebesar 0,611.