Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif dengan Tinggi Badan Manusia Akhmad Nurcahyo Email:
[email protected] Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya
Abstrak Jejak sepatu sering ditemukan di tempat kejadian perkara kasus kejahatan. Menarik untuk dipelajari variabel panjang langkah (stride length) yang dapat diukur dari jejak sepatu individu yang berjalan. Masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana korelasi antara panjang langkah dengan tinggi badan seseorang, dan bagaimana rumus regresi estimasi tinggi badan berdasarkan panjang langkah. Penelitian ini mengambil 50 sampel laki-laki dan 50 sampel perempuan secara random dari mahasiswa FISIP Universitas Airlangga. Variabel yang diukur adalah tinggi badan dan panjang langkah. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata dan deviasi standar, serta dilakukan uji korelasi pearson, kemudian mencari rumus regresi untuk mengestimasi tinggi badan berdasarkan panjang langkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang langkah berkorelasi positif dengan tinggi badan, serta dapat digunakan sebagai variabel untuk mengestimasi tinggi badan. Rumus regresi yang dihasilkan pada sampel laki-laki adalah Y = 156,868 + (0,109)X, X adalah panjang langkah. Rumus regresi pada sampel perempuan adalah Y = 1419,761 + (0,135)X, X adalah panjang langkah. Pengetahuan ini akan berguna dalam disiplin ilmu antropologi forensik untuk identifikasi apabila ditemukan jejak sepatu di tempat kejadian perkara. Kata kunci: antropologi forensik, estimasi, tinggi badan, panjang langkah Abstract Shoes trace evidence are often found in the place of the criminal case. It is interesting to study the stride length as variable wich is measured from the individual shoes trace. The objective of the research was to find the corellation of the stride length with the body stature, and how to formulate the regression of the stature based on the stride length, 50 males and 50 females were taken as random sampling of the research of FISIP Airlangga Unversity students. The descriptive statistics used as data’s analyses to find the mean and the standard deviation, and Pearson correlation test was applied, then to find the regression formulation to estimate the stature wich based on the stride length. The result of the research indicated that the stride length was positively correlated with the stature, and be able to applied as a variable to estimate the stature. The regression formulation are Y=156.868+(0.109)X, for male, and Y=1419.761+(0.135)X, for female. This science is useful for forensic anthropology discipline to identify shoes trace. Keywords: stride length, forensic anthropology, stature, estimation
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 86
merumuskan
Pendahuluan Jejak sepatu adalah jenis bukti identifikasi yang banyak dijumpai dalam suatu kasus kejahatan (Tang et al., 2010). Jejak sepatu dihasilkan oleh langkah kaki manusia.
Penelitian
langkah
manusia
biasanya dilakukan dalam studi medis untuk mengetahui kelainan dalam cara berjalan (Bodziak, 2000). Penelitian cara berjalan ini sesungguhnya akan lebih menarik apabila dilakukan pada studi forensik, di mana panjang langkah (stride length) dapat diukur pada jejak sepatu, sehingga
dapat
diambil
informasi-
informasi untuk proses identifikasi (Nixon et al., 2010).
permasalahan,
yakni
bagaimana korelasi antara tinggi badan dengan variabel panjang langkah pada mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya? Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kegunaan jejak sepatu dalam
mengidentifikasi
pemiliknya,
sehingga dapat mengetahui korelasi antara tinggi badan dengan panjang langkah (stride length) pada jejak sepatu. Metode Penelitian ini mengambil sampel dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP)
Universitas
Airlangga
Surabaya. Pengambilan sampel dibagi dalam dua kelompok, yaitu laki-laki dan
Penelitian jejak kaki dan jejak sepatu
perempuan. Sampel diambil sebanyak 50
pada studi forensik pada umumnya adalah
orang pada mahasiswa laki-laki dan 50
mengestimasi tinggi badan dan jenis
orang pada mahasiswa perempuan. Teknik
kelamin seseorang berdasarkan panjang
pengambilan sampel dalam penelitian ini
dan lebar jejak kaki atau jejak sepatu,
adalah accidental sampling.
bukan dari ukuran langkahnya. Seperti penelitian Ozden et al. (2005) yang mengestimasi tinggi badan dan jenis kelamin menggunakan dimensi ukuran kaki dan ukuran sepatu. Di Indonesia juga terdapat studi forensik tentang jejak kaki, adalah Furqana (2007) yang mengestimasi tinggi badan dan berat badan berdasarkan jejak kaki tanpa alas kaki (barefoot). Berdasarkan latar belakang yang diuraikan
di
atas,
maka
peneliti
Alat
yang
diperlukan
dalam
penelitian adalah 1) Stature meter yang merupakan alat pengukur tinggi badan yang mempunyai panjang 200 cm. 2) Tinta Stensile, sebagai bahan membuat jejak sepatu pada media kertas. 3) Kertas, berukuran 2 meter sebagai media tempat sampel melangkah. 4) Meteran, adalah alat ukur panjang yang digunakan untuk mengukur panjang langkah pada cetakan sepatu. 5) Sandal, sebagai alas kaki sampel AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 87
dan untuk menempelkan tinta pada kertas.
antara variabel tinggi badan (basis-vertex)
Teknik pengukuran langkah (stride length)
dengan panjang langkah (stride length).
dilakukan
Kemudian
sesuai
dideskripsikan
dengan
Bodziak
yang
(2000)
dan
pengukuran tinggi badan dilakukan sesuai dengan metode Martin dan Saller dalam Jasuja et al. (1997). Tabel 1. Jumlah Sampel dan Distribusi Umur pada Sampel Laki-laki dan Perempuan Umur Laki-laki Perempuan
uji
refregi
linier
untuk
mendapatkan rumus regresi tinggi badan dengan variabel panjang langkah. Hasil Dan Pembahasan Data
yang
terkumpul
selain
mengukur tinggi badan dan panjang langkah adalah menuliskan data identitas diri berupa nama, umur, jenis kelamin,
(tahun)
(orang)
(orang)
17
1
1
didapat distribusi frekuensi sampel seperti
18
3
13
pada Tabel 1. Sampel berumur 17 sampai
19
12
13
23 tahun, dengan jumlah terbanyak pada
20
14
7
umur 20 tahun pada sampel laki-laki, dan
21
10
14
pada
22
8
2
perempuan.
23
2
0
Total
50
50
tempat asal, serta etnis. Dari analisis
umur
Sampel
21
dari
tahun
pada
kelompok
sampel
laki-laki
didominasi oleh subjek yang beretnis Jawa dengan jumlah 47 orang atau dengan Data
dianalisis
menggunakan
presentase sebesar 94%, sedangkan subjek
statistik deskriptif untuk mendapatkan
yang beretnis selain Jawa hanya berjumlah
rata-rata
serta
3 orang, di antaranya 2 dari Batak dan 1
dilakukan uji korelasi. Uji korelasi yang
dari Sumbawa. Sampel dari kelompok
digunakan adalah uji korelasi Pearson.
perempuan didominasi oleh subjek yang
Sebelum
korelasi,
beretnis Jawa dengan jumlah 46 orang atau
harus dilakukan uji kenormalan data
dengan presentase sebesar 92%, sedangkan
dengan
Sample
subjek yang beretnis selain Jawa hanya
Kolmogorov Smirnov Test. Pada penelitian
berjumlah 4 orang, di antaranya 2 dari
ini,
Batak, 1 dari Sumatera dan 1 dari Madura.
dan
deviasi
melakukan
analisis
menggunakan
variabel
standar,
yang
One
dikorelasikan
menggunakan uji korelasi Pearson yakni
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 88
Tabel 2. Variasi Tinggi Badan pada Sampel Laki-laki dan Perempuan Variabel Mean
Min
Max
SD
Laki-laki
1696,88
1570
1865
65,984
Perempuan
1561,90
1445
1700
55,045
Tinggi Badan
Keterangan: Mean = Rata-rata, Max = Nilai maksimal, SD = Standard deviasi, Min = Nilai minimum.
Tabel 2 menunjukkan bahwa ratarata tinggi badan laki-laki lebih tinggi daripada tinggi badan perempuan. Lakilaki
memiliki
rata-rata
tinggi
badan
1696,88 ± 65,984 mm (169,9 ± 6,98 cm) dengan variasi tinggi badan minimum 1570 mm (157 cm) dan tinggi badan maximum 18565 mm (186,5 cm). Rata-rata tinggi badan pada sampel perempuan sebesar 1561,90 mm (156,19 cm) dengan variasi tinggi badan minimum 1445 mm (144,5
langkah
minimum
690
mm
panjang
langkah maximum sebesar 1380 mm. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel laki-laki memiliki ukuran tinggi badan, dan panjang langkah lebih besar dibandingkan dengan ukuran sampel
pada
perempuan.
Hal
ini
menunjukkan bahwa laki-laki di FISIP UNAIR lebih tinggi daripada perempuan. Pada
sampel
laki-laki
terdapat
cm) dan tinggi badan maximum sebesar
hubungan yang signifikan antara tinggi
1700 mm (170 cm).
badan
Tabel 3 menunjukkan bahwa ratarata panjang langkah sampel laki-laki lebih besar daripada panjang langkah sampel perempuan, dengan selisih sebesar 43,54 mm. Rata-rata panjang langkah sampel laki-laki sebesar 1099,32 ± 24,079 mm dengan variasi panjang langkah minimum
dengan
panjang langkah,
dan
menunjukkan arah hubungan yang positif dengan nilai koefisien sebesar (r = 0,282). Nilai koefisien regresi tinggi badan yaitu a = 1576,868, b = 0,109, maka dapat disusun persamaan rumus regresi linier (dalam mm) sebagai berikut: Y= 1576,868 + 0,109 X.
765 mm dan panjang langkah maximum
Pada sampel perempuan, korelasi
sebesar 1440 mm. Perempuan memiliki
antara tinggi badan dengan panjang juga
rata-rata panjang langkah sebesar 1055,78
terdapat hubungan yang signifikan dengan
± 17,592 mm, dengan variasi panjang
nilai koefisien sebesar (r = 0,304). Nilai AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 89
koefisien regresi tinggi badan yaitu a =
persamaan rumus regresi (dalam mm)
1419,761, b = 0,135, maka dapat disusun
sebagai berikut: Y = 1419,761 + 0,135 X.
Tabel 3. Variasi Panjang Langkah pada Sampel Laki-laki dan Perempuan Variabel Mean
Min
Max
SD
Laki-laki
1099,32
765
1440
170,267
Perempuan
1055,78
690
1380
124,399
Panjang Langkah
Keterangan: Mean Min Max SD Std. Error
langkah antara lain adalah genetis, usia = Rata-rata = Nilai minimum = Nilai maksimal = Standard deviasi = Standard Error
dan populasi.
Daftar Pustaka Simpulan Terdapat hubungan yang signifikan antara
tinggi
badan
dengan
panjang
langkah, dan menunjukkan arah hubungan yang positif antara tinggi badan dengan panjang langkah. Koefisien korelasi yang dihasilkan adalah +0,282 (untuk laki-laki) dan +0,304 (untuk perempuan), dengan demikian menunjukkan bahwa walaupun terdapat korelasi yang signifikan antara panjang langkah dan tinggi badan, tetapi korelasinya dapat dikatakan lemah karena koefisien korelasi kurang dari 0,5. Hali ini dikarenakan panjang langkah tidak hanya dipengaruhi oleh tinggi badan saja, faktor-
Bodziak, W. J., (2000). Footwear Impression Evidence: Detection, Recovery and Examination, 2nd ed., CRC Press, Boca Raton. Furqana, M. E., (2007). Identifikasi Jejak Kaki: Studi Forensik tentang Estimasi Berat Badan dan Tinggi Badan serta Perawakan Tubuh berdasarkan Jejak Kaki, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Jasuja, O. P., Harbhajan, S., & Anupama, K., (1997). ‘Estimation of stature from stride length while walking fast’, Forensic Science International, 86(3), 181-186. Nixon, M. S., Bouchrika, I., Arbab-Zavar, B., & Carter, J. N., (2010). On Use of Biometrics in Forensics: Gait and Ear.
faktor lain yang mempengaruhi panjang Ozden, H., Balci, Y., Demirüstü, C., Turgut, A., & Ertugrul, M., (2005). AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 90
‘Stature and sex estimate using foot and shoe dimensions’. Forensic Science International, 147(2), 181184. Tang,
Y., Srihari, S. N., & Kasiviswanathan, H., (2010). ‘Similarity and clustering of footwear prints’, In Granular Computing (GrC), 2010 IEEE International Conference on (pp. 459-464), IEEE.
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 91