HUBUNGAN ANTARA PANJANG LANGKAH DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA
NASKAH PUBLIKASI
DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARAT DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI
Disusun Oleh: SETIA PAHLEVI J120141027
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
HUBUNGAN ANTARA PANJANG LANGKAH DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA Setia Pahlevi Program Studi SI Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta JL. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta E-mail:
[email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Perubahan pola jalan pada lansia menimbulkan keluhan seperti melambatnya kecepatan berjalan, sehingga pada lansia tidak mampu berjalan seperti dahulu. Salah satunya adalah panjang langkah. Panjang langkah adalah jarak antara dua penempatan berturut- turut dari kaki yang sama. Panjang langkah dimulai dari kaki kanan kemudian kaki kiri dan kaki kanan kembali, atau sebaliknya. Faktor yang dapat menyebabkan penurunan panjang langkah pada lansia yaitu menurunnya kekuatan pada otot gastrocnemius sehingga tidak bisa menghasilkan flantar fleksi yang optimal bisa juga disebabkan kerena control tubuh yang jelek atau karna rasa aman yang didapatkan ketika berjalan dengan langkah yang pendek. Keseimbangan didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat massa tubuh terhadap bidang tumpu. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari sistem sensorik dan muskuloskeletal yang diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adakah hubungan antara panjang langkah dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria insklusi dan eksklusi berjumlah 60 orang. Uji analisa data menggunakan uji Spearmens Rank. Hasil Penelitian: Hasil analisa data menunjukan ada hubungan antara panjang langkah dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia dengan nilai (p< 0,000) atau nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan: Dengan menggunakan metode penelitian cross sectional disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara panjang langkah dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia Kata kunci: Panjang langkah, Keseimbangan, Lanjut Usia
THE REALTIONSHIP BETWEEN STRIDE LENGTH WITH DYNAMIC BALANCE IN ELDERLY Setia Pahlevi S1 Physyotherapy Study Program Health Faculty Muhammadiyah University Surakarta JL. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta E-mail:
[email protected] ABSTRACT
Background: The changing gait analysis in the elderly cause complaints such as the slowing pace of walking, so that the elderly are not able to walk as before. One is a stride length. The stride length is the distance between two consecutive placement on the same leg. Long steps starting from the right foot then left foot and right foot back, or vice versa. Factors that may cause a decrease stride length in the elderly is declining strength in the gastrocnemius muscle so it can not produce optimal flexion flantar can also be caused because of poor body control or because a sense of security that can be acquired when running with short steps. The balance is defined as the body's ability to maintain the body's center of mass to the plane of the pivot. The balance is a complex interaction of sensory and musculoskeletal systems are regulated in the brain in response to changing internal and external conditions. Objective: To know is there a relationship between the stride length with the dynamic balance in elderly. Methods: This type of research is observational with cross sectional approach. The sampling technique is purposive sampling with insklusi and exclusion criteria of 60 people. Test data analysis using test Spearmens Rank. Results: The results of data analysis showed no relationship between the length of step with the dynamic balance in the elderly with values (p <0.000) or p <0,05 so Ho rejected and Ha accepted. Conclusions: By using a cross sectional study concluded that there is significant correlation between the stride length with the dynamic balance in elderly. Keywords: Stride length, balance, elderly
PENDAHULUAN Jumlah lansia di Indonesia dari tahun ke tahun cendrung meningkat. Indonesia termasuk dalam lima besar Negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarakan sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6 % dari total penduduk). Pada tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah lansia akan mencapai 36 juta jiwa (Kemenkes, 2015). Perubahan pola jalan pada lansia menimbulkan keluhan seperti melambatnya kecepatan berjalan, sehingga pada lansia tidak mampu berjalan seperti dahulu. Hal tersebut terjadi karena adanya usaha memperbaiki pola jalan yang baik agar terbentuknya keseimbangan saat berjalan (Lapopolo, 2006). Salah satunya adalah panjang langkah, dimana hal ini
sangat berhubungan dengan
keadaan yang tidak sehat dan merupakan penurunan kemampuan aktivitas secara mandiri. Hampir 50% dari orang diatas usia 65 tahun memiliki masalah saat berjalan (Baynum, 2008). Faktor yang dapat menyebabkan penurunan panjang langkah pada lansia yaitu disebabkan karena menurunnya kekuatan pada otot gastrocnemius sehingga tidak bisa menghasilkan flantar fleksi yang optimal, bisa juga disebabkan karena kontrol tubuh yang jelek, atau karena rasa aman yang didapat ketika berjalan dengan langkah yang pendek. Panjang langkah dan keseimbangan yang normal akan melibatkan jaringan susunan saraf dan system regulasi, yang terdiri dari system saraf, system hormone, dan system indra. Panjang langkah dan keseimbangan yang normal tergantung dari gerakan sendi
secara bebas, waktu yang pas dari intensitas aksi otot, dan infut sensoris yang normal (Baynum, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Wherda Hargodedali Surabaya dengan pengujian pada 19 lansia pada kelompok usia 76 tahun terhadap panjang langkah berjalan pada lansia menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di Panti tersebut memiliki panjang langkah lebih pendek, dimana semakin tua usia akan menunjukkan penurunan dari panjang langkah yang semakin memendek yang disebabkan karena beberapa factor, salah satunya adalah menururnnya dari kekuatan otot (Af’ idah, 2012). Studi membandingkan bahwa orang yang sehat usia 70 tahun dengan orang yang sehat 20 tahun terdapat perbedaan kecepatan berjalan dan panjang langkah, dimana pada usia 70 tahun menunjukkan pengurangan 10-20% pada kecepatan jalan dan panjang langkah. Hal ini di karenakan pada usia tua karakteristik lain dari saat berjalan yang sering berubah yaitu meliputi, lebar sikap meningkat, peningkatan waktu yang dihabiskan dalam fase dukungan ganda (yaitu dengan kedua kaki di tengah), fostur membungkuk, perubahan pada sistem motorik sensorik, untuk menghasilkan pola gait yang lebih aman dan lebih stabil (Salzaman et al, 2010). Salah satu masalah yang banyak dialami lansia adalah penurunan keseimbangan. Keseimbangan didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat massa tubuh (conter of mass- COM) terhadap bidang tumpu (base of support-BOS). Ini diperlukan dalam melakukan aktifitas fungsional sehari- hari dan untuk menghindari jatuh (Sibley et al, 2011). Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari sistem sensorik dan
muskuloskeletal yang diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Hubungan panjang langkah dengan keseimbangan pada lansia yaitu, umumnya pada lansia langkah yang terjadi lebih pendek karna kekuatan otot pada tungkai mulai menurun atau melemah, sehingga pada lansia lebih cenderung menunjukan penurunan dari panjang langkah. dengan kondisi tersebut pada lansia akan lebih berpengaruh karna akan merubah bentuk dari pola berjalan sehingga akan berpengaruh juga pada keseimbangan dan lebih menyebabkan meningkatnya dari resiko jatuh. Dari kondisi tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Panjang Langkah dengan Keseimbangan Dinamis pada Lanjut Usia”. TUJUAN Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara panjang langkah dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia LANDASAN TEORI 1. Lanjut usia Menua (= menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2011). Menurut world health organization (WHO), membagi lanjut usia kedalam beberapa kelompok yaitu, (1) usia pertengahan atau middle age ialah usia 45 tahun sampai 59 tahun, (2) lansia atau elderly age usia 60 tahun sampai 74 tahun, (3) lansia tua atau old age usia 75 tahun sampai 90 tahun, (4) usia sangat tua diatas 90 tahun (Mujahidullah, 2012). 2. Panjang Langkah a. Pengertian Panjang langakah (Stride Length) adalah jarak antara dua penempatan berturut – turut dari kaki yang sama. Panjang langkah dimulai dari kaki kanan kemudian kaki kiri dan kaki kanan kembali, begitu juga sebaliknya bisa dipakai dengan kaki kiri kemudian kaki kanan dan kaki kiri kembali (Callisaya et al, 2012) b. Pemeriksaan Panjang Langkah Panjang langkah di ukur dengan midline dilakukan dengan cara subyek diminta menapakkan kaki pada wadah yang sudah diisi tinta lalu diminta untuk berjalan diatas karton dengan kecepatan yang disukai dan nyaman atau dengan kecepatan yang biasa dilakukan. Saat akan dilakukan penilaian panjang langkah subyek tidak dikasi tahu, setelah subyek selesai berjalan baru di ukur panjang langkahnya. Ini untuk menghindari agar subyek tidak memperbaiki langkahnya
saat berjalan. Disediakan keset basah untuk membersihkan kaki subyek (Ming Wu et al, 2009). 3. Keseimbangan a. Pengertian Keseimbangan
adalah
kemampuan
tubuh
untuk
mempertahankan
keseimbangan dan kesetabilan fostur oleh aktivitas motorik. Keseimbangan tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah: menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Keseimbangan merupakan intraksi yang kompleks dari integrasi/ intraksi sitem sensorik (visual, vestibular, somatosensorik termasuk propioceptif) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi atau diatur didalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal (Dhaenkpedro, 2010). b. Pemeriksaan Keseimbangan Pemeriksaan keseimbangan dengan menggunakan tes “Timed up and go test” (Tug test). Keuntungan dari test “Timed up and go test” adalah sederhana dan mudah untuk dilakukan pasien, selain itu bisa melihat ekspresi dari penderita sebagai contoh penderita yang bangkit dari kursi dengan merintih atau merasa kesakitan perlu dicurigai adanya penyakit sendi atau penurunan kekuatan otot
tungkai. Tes dimulai dari posisi duduk dan bersandar pada sandaran kursi, kedua lengan pada sandaran tangan. Pada saat diberi aba – aba “mulai” subjek berdiri dari kursi, boleh menggunakan tangannya untuk mendorong berdiri jika pasien menghendaki, berjalan sejauh 3 meter, berputar dan kembali berjalan menuju kursi dan duduk bersandar seperti semula (Trisnowiyanto, 2012). Pasien tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih terlebih dahulu, stopwatch mulai menghitung setelah memberi aba – aba mulai dan berhenti menghitung saat pasien sudah kembali pada posisi semula dan duduk. Nilai normal dari tes ini adalah < 10 Detik = keseimbangan baik, ini mengambarkan fungsi mobilitas masih baik “tidak” ditemukan pasien mengalami penurunan keseimbangan. Sedangkan > 10 Detik = keseimbangan buruk ini mengambarkan dimana pasien sudah mengalami perlambatan gerak atau gangguan berjalan dan mengalami penurunan pada keseimbangan seiring meningkatnya waktu test Tug (Farabi, 2007). 4. Hubungan Antara Panjang Langkah dengan Keseimbangan Salah satu yang sering disebut dalam gaya berjalan adalah panjang langkah. Seseorang dengan usia di atas 60 tahun lebih menunjukkan adanya penurunan 20% panjang langkah di bandingkan
dengan usia 20-25 tahun.
Perubahan ini di akibatkan adanya penurunan kekuatan otot pada ekstremitas bawah. Panjang langkah terkait dengan kontrol keseimbangan dengan adanya penurunan panjang langkah akan mengarah pada stabilitas yang lebih besar dan
memungkinkan adanya gangguan berjalan akibat ketidakstabilan (Jennifer et al, 2008). Asas keseimbangan secara biomekanik selama berjalan dan berdiri ditempat adalah sama. Secara kinematika pengendalian pusat grafitasi tubuh selama berjalan menunjukkan bahwa pengendalian keseimbangan kasar dicapai dengan penempatan kaki, sementara pengendalian yang halus dan baik diberikan oleh otot- otot pergelangan kaki ketika weight bearing tungkai bawah. Umumnya kekuatan otot diperlukan dalam melakukan aktivitas terutama sekali aktifitas saat berjalan atau melangkah. Dalam melakukan berbagai aktivitas semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot berhubungan lansung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Kekuatan otot dari kaki, lutut, serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan saat berjalan pada saat tubuh mendapat gangguan dari luar. Penurunan fungsi otot pada ektremitas bawah mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan untuk menyanggah, menahan, dan menyeimbangkan massa tubuh. Selain itu terjadi kesulitan untuk memulai, menggarahkan, dan mengukur kecepatan kemampuan otot untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat melakukan gerakan berjalan. Keterlambatan stabilitas otot dan melambatnya pembentukan gerakan akan mempengaruhi stabilitas serta respon kecepatan keseimbangan tubuh. Karna hal tersebut maka pada lansia akan
mengalami penurunan kemampuan dalam melangkah sehingga keseimbangannya pun akan terganggu. METODE Penelitian ini dilakukan di Posyandu menur VI Makam Haji pada tanggal 17 Desember 2015. Metode penelitian ini observasional dengan pendekatan cross sectional
untuk
mengetahui hubungan antara
panjang langkah
dengan
keseimbangan dinamis pada lanjut usia. Populasi penelitian ini berjumlah 75 orang dengan sample yang memenuhi keriteria inklusi berjumlah 60 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji statistik dengan menggunakan Spearmen Rank untuk mengetahui hubungan antara panjang langkah dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia, akan dijelaskan berdasarkan table berikut: Tabel 1.1 hasil uji statistik Spearmen Rank Hubungan Panjang Langkah dengan Keseimbangan Dinamis rhitung Panjang Langkah dengan -0,597 Keseimbangan dinamis Sumber: Hasil Olah Data, 2016
p-value 0,000
Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan
Hasil analisa data dengan menggunakan Spearmen Rank menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi p< 0,000 atau nilai (p< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara panjang langkah dengan keseimbangan dinamis pada lanjut usia di Posyandu Menur VI Makamhaji.
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan 60 responden lanjut usia, diketahui bahwa responden yang memiliki panjang langkah normal terdapat 20 orang (33,3%), sedangkan responden yang memiliki panjang langkah tidak normal 40 orang (66,7%). Sedangkan responden yang memiliki keseimbangan baik terdapat 18 orang (30%), sedangkan responden yang memiliki keseimbangan buruk 42 orang (70%). Hasil uji analisa data dengan menggunakan uji Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi p<0,05 (p = 0,00), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara panjang langkah dengan keseimbangan dinamis pada lansia di Posyandu Menur VI Makamhaji. Berkurangnya panjang langkah pada lansia dikarenakan adanya perubahan pada sistem muskuloskletal (kekuatan persendian ditungkai), pelvic, maupun vertebra, dan berkurangnya kekuatan otot serta adanya atropi serabut otot, pengurangan rotasi persendian anggota gerak bawah sehingga terjadi pemendekan langkah (Michael, 2008). Saat otot- otot postural melemah maka respon otot menjadi kurang sinergis, dan hal tersebut akan berdampak pada menurunnya kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan. Kekuatan otot pada sendi pergelangan kaki akan mempengaruhi
besarnya
dari
panjang langkah.
Menurunnya kekuatan otot diakibatkan karena inaktivitas. Dengan menurunnya kekuatan otot panjang langkah akan menurun, maka diperlukan langkah yang lebih besar untuk memperbaiki keseimbangan. Selama berjalan pusat gravitasi tubuh dipertahankan secara dinamis terhadap landasan penopang. Menurunnya kontrol keseimbangan terjadi karena pustur tubuh gagal mendeteksi pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi
terhadap landasan penopang pada waktu yang tepat untuk menghindari hilangnya keseimbangan. Kegagalan ini disebabkan oleh pergeseran pusat gravitasi tubuh yang besar, cepat, dan tiba- tiba adanya gangguan dari luar serta faktor intrinsik seperti menghilangnya fungsi sensorik yang esensial untuk mendeteksi gerakan pusat gravitasi tubuh, gangguan kemampuan sistem saraf pusat untuk mengorganisasi dan menghantarkan respon fostural, akibat sistem postural yang tidak efektif maka akan menpengaruhi sistem neuromuscular, gaya berjalan abnormal, reflek fostural tidak memadai, instabilitas sendi, dan kelamahan otot (Michael, 2008). Keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering menyebabkan seorang lansia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan mototrik yang dihasilkan dari berbagai faktor diantaranya infut sensorik dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan
yang
dilaksanakan
berupa
gerakan
menyandar,
berbalik,
dan
menggangkat, dan gerakan yang bersifat membawa perturbasi, misalnya mendorong ke arah untuk menstimulasi tanggapan fostural yang benar sehingga memberikan mamfaat bagi pengguatan otot penyangga keseimbangan tubuh (Darmojo, 2011). Panjang langkah dan keseimbangan yang baik disebabkan oleh beberapa faktor, namun pada rangkuman data penelitian responden terdapat panjang langkah masih normal tetapi memiliki penurunan pada keseimbangan ini disebabkan kerena responden memiliki penurunan pada sistem sensoris yang mencakup pada sistem visual, vestibular, somatosensoris dimana pada sistem
sensoris ini terutama sekali pada mata dan pendengaran sangat dibutuhkan dalam mengontrol keseimbangan. Sedangkan pada responden memiliki panjang langkah yang tidak normal namun memiliki keseimbangan yang baik, disebabkan kerena panjang langkah dipengaruhi oleh faktor biomekanik tubuh atau fostur tubuh yang besar sehingga responden takut untuk melangkah panjang agar keseimbangan menjadi baik. Setiap individu memiliki fostur beda- beda yang digolongkan dari aspek genetik dan lingkungan sehingga fostur tubuh akan mempengaruhi panjang langkah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dari analisa dan perhitungan uji dari statistik, dapat diambil kesimpualan bahwa adanya hubungan antara panjang langkah dengan keseimbangan lanjut usia. Saran bagi masyarakat sebaiknya rajin melakukan olahraga secara rutin misalnya dengan melakukan jalan pagi selama lebih kurang 30 menit dan melakukan senam rutin selain untuk menjaga dan meninggkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh baik juga untuk menjaga keseimbangan dan kekuatan otot pada lanjut usia. Dan bagi peneliti diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai panjang langkah dan keseimbangan, dan penembahan jumlah responden yang akan diteliti dan setara antara jumlah responden laki- laki dan perempuan. Dan untuk melihat pengaruh umur yang lebih nyata terhadap hubungan panjang langkah dan keseimbangan bisa dilakukan pengkajian dan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan hasil pengujian pada kelompok usia muda, dewasa, dan lanjut usia.
DAFTAR PUSTAKA Af”idah FSN., Dewi YS., Hadhisuyatmana S. 2012. Studi Risiko Jatuh Melalui Pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI) pada Lansia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya. Indonesian Journal of Community Health Nursing. Surabaya. Baynum Debra L. 2008. Gait and balance. Diakses pada tanggal 02 Oktober 2015.Darihttp://library.med.utah.edu/neurologicexam/html/gait_abnorma l.html#01. Callisaya Ml., Blizzarl L., Mc Ginley Jl., Srikanth. 2012. Risk of Fals in Older People During Fast – Walking. Gait and Fosture. Australia Darmojo B dan Martono HH. 2011. Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan Usia lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI Dhaenkpedro. 2010: Keseimbangan. Diakses tanggal 23 Agustus 2015. Dari https://dhaenkpedro.wordpress.com/keseimbangan-balance/ Farabi. 2007. Hubungan Test Timed up and go dengan frekuensi jatuh lanjut usia. Artikel KaryaTulisIlmiah. Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas di Ponorogo Jennifer S., Brach, PT., Stephanie Studenski., Subashan Perera., Jessie M., VanSwearingen., Anne B, Newman,. 2008. Stance Time and Step Width Vriability Have Unique Contributing Impairments in Older Persons. Diakses tanggal 22 Agustus 2015. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articels/PMC2276116 Kemenkes, R.I. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Lapopolo RB., Melissa Greco., Dorianne Sullivan., Rebbecca LC., Kathleen KM., 2006. Effect of Therapeutic Excercise on Gait Speed in Community Dwelling Elderly People. Diakses tanggal 27 September 2015. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=lapopolo%20gait%20older%20adu lt%202006&cmd=correctspelling.
Michael SO., Ava DS., Glenn K., Jocelyn SB., Eric S Roher., Nancy JK. 2008. The Effect of Walking Speed on Center of Mass Displacement. Diakses tanggal 8 juli 2015 .Dari http://www.rehab.research.va.govjour04416orendruff.btml.htm Ming Wu., Linhong Ji., Dewen Jin., and Yi-Chung Pai. 2009. Minimal Step Length Necessary for Recovery of Forward Balance Loss with a Singgle
Step. Diakses tanggal 8 juli 2015. http://www.ncbi.nlm.nih.govpmcarticelsPMC2702855.htm
Dari
Mujahidullah K. 2012. Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Salzaman MD dan Thomas Jefferson. 2010. Gait and Balance of Elderly. Fhiladelphia. Diakses pada tanggal 8 Juli 2015. Dari http://www.aafp.org/afp/2010/0701/p61/.html Trisnowiyanto. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika