HUBUNGAN ANTARA RASA SYUKUR DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA Fivin Fadhliyah J. S. Ishak Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang
[email protected]
ABSTRACT This study aimed to determine the relationship between gratitude and psychological well-being on elderly. Subject of this research includes 100 elderly of ARTAGA (Arek Taman Gayam) community. Obtain through purposive sampling technique. Result of this study showed that all assumption test is met include normality test and linierity test. Data analysis method used statistical technique of Pearson’s Product Moment Correlation with SPSS 17.0 for Windows. Based on the result of the analysis, correlation valuses obtained at 0.627 and is 0.000. The result of this study indicated that there is a significant and positive correlation between the gratitude variable and psychological well-being variable on elderly.
Keywords: Gratitude, Psychological well-being, Elderly
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasa syukur dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia. Subjek penelitian berjumlah 100 lanjut usia di komunitas ARTAGA (Arek Taman Gayam). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan skala rasa syukur dan skala kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua uji asumsi telah dipenuhi diantaranya uji normalitas dan linieritas. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment-Pearson dengan menggunakan program SPSS 17.0 for windows. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara variabel rasa syukur dan variabel kesejahteraan psikologis sebesar 0,627 dan ρ sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel rasa syukur dan variabel kesejahteraan psikologis.
Kata Kunci : Rasa syukur, kesejahteraan psikologis, lanjut usia
1
2
LATAR BELAKANG Lanjut usia adalah individu yang mengalami proses menua, dengan bertambahnya usia maka seseorang akan mengalami penurunan kondisi fisik maupun non fisik secara alamiah dengan begitu lanjut usia akan mengalami penurunan produktifitas bahkan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya (Suardiman, 2011). Berbagai penurunan yang terjadi pada lanjut usia, menuntut mereka agar melakukan penyesuaian diri dengan baik. Penyesuaian diri pada lanjut usia tidak dapat berjalan dengan mulus sebab terdapat beberapa masalah secara umum yang dihadapi sehingga dapat menghambat proses penyesuaian diri tersebut. Menurut Suardiman (2011) terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh lanjut usia yaitu masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah kesehatan dan masalah psikologis. Kepuasan dan kebahagiaan merupakan suatu kondisi positif yang dituju oleh semua orang. Timbulnya masalah-masalah pada lanjut usia seperti yang telah dijabarkan pada paragraf sebelumnya, hal ini dapat berpengaruh pada kepuasan dan kebahagiaan pada lanjut usia itu sendiri. Dijelaskan oleh Santrock (2002) bahwa indeks kesejahteraan psikologis pada lanjut usia digunakan untuk menilai kepuasan hidup pada lanjut usia itu sendiri. Kesejahteraan psikologis pada lanjut usia dikaitkan dengan pendapatan, kesehatan, gaya hidup yang aktif serta jaringan pertemanan dan keluarga (Suardiman, 2011). Kesejahteraan psikologis sangat penting dimiliki oleh lanjut usia terutama dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan yang harus dilewati, karena hal itu tidak hanya berdampak baik pada kesehatan mental tetapi juga berperan terhadap kesehatan fisik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vazquez, dkk, (2009) yang berjudul Psychological Well-being and Health menemukan bahwa well-being memiliki implikasi pada kesehatan fisik.
3
Penurunan fisik yang menyebabkan berbagai gangguan fungsional dan penyakit pada lanjut usia tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik tetapi akan mempengaruhi kondisi psikisnya. Tetapi jika lanjut usia ini memiliki rasa syukur dengan murah hati menerima perubahan dalam hidupnya maka mereka akan merasakan kebahagiaan. McCullough, dkk (Wood, dkk, 2007) menemukan bahwa rasa syukur memiliki hubungan positif dengan kepuasan hidup, gairah hidup dan kebahagiaan, sebaliknya rasa syukur memiliki hubungan negatif dengan perasaan negatif seperti kedengkian dan depresi yang berarti semakin tinggi rasa syukur maka semakin rendah perasaan dengki dan depresi. Kesulitan pada lanjut usia yang dialami akibat penurunan fisik maupun mental dapat mengurangi efektifitas lanjut usia itu dalam melakukan penyesuaian diri yang mengakibatkan lanjut usia tersebut sulit untuk mencapai kesejahteraan psikologis, tetapi jika seseorang merasa syukur maka diasumsikan orang tersebut memiliki kesejahteraan psikologis.
LANDASAN TEORI Rasa Syukur Rasa syukur dalam bahasa inggris disebut gratitude. Kata gratitude berasal dari bahasa latin yaitu gratia yang berarti kelembutan, kebaikan hati atau terima kasih (Pruyser dalam Emmons & McCullough, 2003). Peterson dan Seligman (2004) mendefinisikan gratitude atau syukur sebagai suatu perasaan terima kasih dan rasa senang atas respon penerimaan hadiah, hadiah itu memberikan manfaat bagi seseorang atau suatu kejadian yang memberikan kedamaian. Menurut Wood, dkk (2007) rasa
4
syukur adalah sebagai bentuk ciri pribadi yang berpikir positif, mempresentasikan hidup menjadi lebih positif. Menurut Anderson, dkk (2006) konsep syukur merupakan pengaruh moral yang berfungsi untuk memotivasi individu untuk terlibat dalam perilaku prososial dan bertindak sebagai barometer moral yang menyediakan afeksi positif. Emmons dan McCullough (2003) menemukan bahwa orang-orang yang bersyukur tidak hanya menunjukkan keadaan mental yang lebih positif (misalnya antusias, tekun, dan penuh perhatian), tetapi juga lebih murah hati, peduli, dan membantu orang lain. Kesejahteraan Psikologis Menurut Diener (Papalia, 2008) kesejahteraan psikologis merupakan perasaan subjektif dan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri. Menurut Ryff individu yang memiliki kesejahteraan psikologis adalah individu yang memiliki respon positif terhadap dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi (Papalia, 2008). Kesejahteraan psikologis dapat menjadikan gambaran mengenai level tertinggi dari fungsi individu sebagai manusia dan apa yang diidam-idamkannya sebagai mahluk yang memiliki tujuan dan akan berjuang untuk hidupnya (Snyder, dkk, 2002). Menurut Jahoda (Linley dan Joseph, 2004) kesejahteraan psikologi adalah suatu keadaan wellness yang merupakan manifestasi dari kesehatan mental, jahoda menyebutkan ada tiga kriteria yang biasanya digunakan untuk menerangkan definisi sehat mental, yaitu tidak ada penyakit mental, normalitas dan kesejahteraan psikologis.
5
Lanjut Usia Masa dewasa akhir (lanjut usia) yang dimulai pada usia enam puluhan dan diperluas sampai sekitar usia 120 tahun memiliki rentang kehidupan yang paling panjang dalam periode kehidupan manusia (Santrock, 2002). Masa usia tua adalah masa dimana individu
mulai merasakan berbagai perubahan yang cukup besar baik dari segi kesehatan yang mulai menurun, kemampuan mengingat yang mulai berkurang, juga kemampuan lain yang bisa menghambatnya untuk beraktivitas seperti saat masih berusia muda. Penurunan berbagai kemampuan tentu mengakibatkan banyak munculnya problem psikologis pada diri individu yang menginjak usia tua (Hurlock, 2002). Hurlock (2002) menngemukakan bahwa tugas perkembangan lanjut usia yaitu, menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia, membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan, dan menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes. Hipotesis Ha
:
Terdapat hubungan antara rasa syukur dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang diolah dengan metoda statistika.
6
Variabel Penelitian Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini yaitu rasa syukur, sedangkan variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kesejahteraan psikologis. Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 100 orang, yaitu lanjut usia rata-rata berumur 60 tahun ke atas yang berada di salah satu komunitas lanjut usia di Malang yaitu ARTAGA (Arek Taman Gayam). Subjek pada tryout menggunakan 40 orang. Sehingga jumlah keseluruhan yaitu 140 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknin purposive sampling. Alat Ukur 1.
Rasa Syukur Skala rasa syukur pada penelitian ini dilandaskan berdasarkan teori dari Emmons
dkk, (2002) yang menjabarkan dimensi rasa syukur terdiri dari empat yaitu, intensity, frequency, span, density. Aitem pernyataan dengan sistem skor skala Likert dengan menggunakan 5 pilihan alternatif respon skala. Standar rit pada skala ujicoba yaitu > 0,200, kemudian mendapatkan hasil aitem yang lolos pada skala rasa syukur terdiri dari 19 aitem. 15 aitem favorabel dan 4 aitem tidak favorabel. Koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,856 dengan hal tersebut berarti bahwa skala rasa syukur tergolong reliabel (standar reliabilitas > 0,60). 2.
Kesejahteraan Psikologis Skala kesejahteraan psikologis pada penelitian ini dilandaskan berdasarkan dimensi
dari teori Ryff (1989) yang terdiri dari 6 dimensi yaitu, yaitu penerimaan diri, hubungan
7
positif dengan orang, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Aitem pernyataan dengan sistem skor skala Likert dengan menggunakan 5 pilihan alternatif respon skala. Standar rit pada skala ujicoba yaitu > 0,200, kemudian mendapatkan hasil aitem yang lolos pada skala kesejahteraan psikologis terdiri dari 45 aitem. 34 aitem favorabel dan 11 aitem tidak favorabel. Koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,919 dengan hal tersebut berarti bahwa skala rasa syukur tergolong reliabel (standar reliabilitas > 0,60). Metode Analisis Setelah menyebarkan skala pada keseluruhan subjek maka diperoleh data, data tersebut dianalisis sehingga dapat diinterpretasikan. Sebelum melakukan uji hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linieritas, sedangkan uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi pearson product moment. HASIL 1. Hasil uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas pada penelitian ini telah menunjukan bahwa semua memenuhi kriteria diantaranya, Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Variabel
Nilai KolmogrovSmirnov
Nilai Signifikan
Keterangan
Rasa Syukur
0.71
0.200
Sebaran Normal
Kesejahteraan Psikologis
0.72
0.200
Sebaran Normal
8
Hasil uji normalitas pada skala rasa syukur diperoleh nilai KolmogrovSmirnov sebesar 0.72 dengan nilai signifikan 0.200 Nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti distribusi data variabel aktivitas telah menyebar secara normal. Variabel kesjahteraan psikologis memiliki nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0.72 dengan nilai signifikan 0.200 Nilai signifikan variabel kesejahteraan psikologis juga juga menunjukkan hasil lebih besar dari 0,05.
Variabel
Tabel 2. Hasil Uji Linearitas Nilai Nilai F Signifikan
Rasa Syukur * Kesejahteraan Psikologis
106.87
0.000
Keterangan Linier
Dari hasil uji linearitas diiperoleh nilai F sebesar 106.87 dengan nilai signifikan sebesar 0.000 yang lebih kecil nilainya dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel rasa syukur memiliki hubungan yang linier dengan variabel kesejahteraan psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasa syukur maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis. 2. Hasil uji asumsi telah terpenuhi sehingga dapat dilakukan uji hipotesis yang mendapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Product Moment-Pearson Nilai Signifikan (α) Variabel Korelasi (r) Rasa Syukur*kesejahteraan Psikologis
0.627
0.000
Nilai korelasi antara variabel X (Rasa Syukur) dengan variabel Y (Kesejahteraan Psikologis) adalah sebesar 0.627, berdasarkan tabel interpretasi taraf korelasi antar variabel, kedua variabel tersebut memiliki hubungan positif yang kuat.
9
Taraf signifikansi korelasi kedua variabel di atas juga mencapai 0.000 sehingga dapat diketahui bahwa kedua variabel ini memang memiliki hubungan yang kuat. PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukan bahwa terdapat hubungan linier yang signifikan antara rasa syukur dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia. Sebagaimana ditunjukan dengan angka koefisien korelasi sebesar 0.627 dengan signifikansi 0.000 menunjukan bahwa terdapat hubungan linier positif dan signifikan antara rasa syukur dan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia. Angka ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi rasa syukur maka semakin tinggi ksejahteraan psikologis yang dimiliki oleh lanjut usia tersebut, sebaliknya jika rasa syukur rendah maka kesejahteraan psikologis juga rendah. Berdasarkan hasil analisa secara statistik menunjukan hipotesis yang diajukan oleh peneliti yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara rasa syukur dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia dapat diterima. Rasa syukur merupakan kecenderungan seseorang menunjukan respon terhadap segala yang terjadi di sekitarnya dengan adanya rasa terima kasih terhadap orang lain. Rasa syukur pada diri seseorang biasanya ditunjukan dengan sikap positif terhadap lingkungannya seperti memberi kenyamanan dengan perasaan cinta dan kasih sayang terhadap orang lain, memiliki niat baik untuk berbagi dan sebagainnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan melihat skor rasa syukur pada subjek yang diteliti, berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa 92 % lanjut usia di ARTAGA memiliki tingkat rasa syukur pada kategori tinggi. Komunitas ini sering mengadakan kegiatan
10
sosial seperti donor darah, mambantu kaum duafa, saling membantu sesama anggota dan kegiatan sosial lainnya. Selain kegiatan sosial komunitas ini sering melakukan berbagai pertemuan rutin antara lain, menghadiri acara tembang kenangan, menari, pengajian, dan jalan sehat. Gaya hidup seperti ini dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada lanjut usia. Suardiman (2011) mengatakan bahwa gaya hidup yang aktif berhubungan dengan kesejahteraan psikologis. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa 88 % lanjut usia di komunitas ARTAGA memperoleh skor kesejahteraan psikologis pada kategori yang tinggi. Hasil skor kesejahteraan psikologis dikorelasikan dengan rasa syukur mendapat kategori kuat, artinya rasa syukur memiliki hubungan yang kuat dengan kesejahteraan psikologis. Dilihat dari signifikansinya dihasilkan bahwa taraf signifikansinya tinggi yaitu mencapai 0.000. Berdasarkan hasil tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa lanjut usia sangat penting untuk memiliki rasa syukur yang tinggi karena dengan rasa syukur tersebut lanjut usia akan lebih mudah mencapai kesejahteraan psikologis. Hasil analisis pada penelitian ini juga menunjukan bahwa variabel rasa syukur memberikan sumbangan efektif sebesar 39,31 %, sedangkan sisanya 60,69 % dimiliki oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan dari individu diantaranya, usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, perkawinan, budaya, dukungan sosial, kompetensi pribadi, religiusitas dan kepribadian. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
11
1. Terdapat hubungan positif yang kuat anatara rasa syukur dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia, sehingga apabila rasa syukur pada lanjut usia tinggi maka kesejahteraan psikologis juga tinggi, sebaliknya jika rasa syukur rendah maka diikuti dengan kesejahteraan psikologis rendah. 2. Hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa 92 % lanjut usia di ARTAGA memiliki tingkat rasa syukur pada kategori tinggi. 3. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa 88 % lanjut usia dikomunitas ARTAGA memperoleh skor kesejahteraan psikologis pada kategori yang tinggi. 4. Nilai sumbangan efektif variabel rasa syukur terhadap kesejahteraan psikologis mencapai 39.31% dan sisanya sebesar 60.69%. SARAN 1. Saran Metodologis Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan jumlah sampel penelitian sehingga akan lebih representatif dan memperkaya hasil penelitian. Selain itu juga disarankan agar peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor – faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yang diperkirakan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada lanjut usia. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu; usia, jenis
kelamin, status sosial ekonomi, perkawinan, budaya, dukungan sosial, kompetensi pribadi, dan religiusitas. 2. Saran Praktis Diharapkan setelah mengetahui hasil penelitian ini, subyek dalam hal ini lanjut usia memahami bahwa dengan memiliki rasa syukur seseorang lebih mudah mencapai kesejahteraan psikologis, dengan begitu mereka tidak terganggu adanya proses menua sehingga lanjut usia dapat bermanfaat bagi kehidupan sosialnya.
12
DAFTAR PUSTAKA Andersson, L. M., Robert A., Giacalone C. L., Jurkiewicz. (2006). On the relationship of hope and gratitude to corporate social responsibility. Journal of Business Ethic, 70:401–40 Emmons, R., Cullough, M. (2003) Counting Blessings Versus Burdens: An Experimental Investigation of Gratitude and Subjective Well-Being in Daily Life. Jounal of Personality and Social Psychology, 2, 84, 377-389. Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga Linley, P., & Joseph, S. (2004). Possitive Psychology in Practice. New Jersey: John Willey & Sons. McCullogh, M. E,. Emmons. R. A,. & Tsang, J. (2002). The Grateful Disposition: A Conceptual and Empirical Topography. Journal of Personality and Social Psychology. 82,1,112-127 Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development. Newyork : McGraw-Hills Peterson, C & Seligman, M. E. P. (2004). Character, Strenght, and Virtues: A Handbook & Classification. New York: Oxford University press. Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything, or is it? Exploration on the meaning of Psychological Well-being. Journal Personality and Social Psychology, 57, 1069-1081. Santrock, J. W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Edisi kelima. Jilid 2. Jakarta: Erlangga Suardiman, S. P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press Snyders, C.R., Lopez, Shane J. (2002).Handbook of Possitive Pyschology.Newyork : Oxford University Press. Vasquez, C., Gonzalo H., Juan R., Diego G. (2009). Psycohological Well-being and Health.Contribution of Positiv Psychology. Spain. School of Psychology Complutense University, 15-27. Wood, M. A., Stephen J, Linley, A. (2007). Coping Style As a Psychological Resource of Gratefull People. Journal of Sosial and Clinical Psychology, volume 26, 1076–1093