Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
HUBUNGAN ANTARA LINGKAR DADA, PANJANG BADAN, TINGGI BADAN DAN LOKASI DENGAN PRODUKSI SUSU KAMBING SAPERA (THE RELATIONSHIP BETWEEN CHEST GIRTH, BODY LENGTH, BODY HEIGHT, AND LOCATION WITH SAPERA GOAT MILK PRODUCTION) Yunika Saputra*, A.T. Ari Sudewo dan Sri Utami Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Jl. Dr. Soeparno, Karangwangkal Purwokerto 53123. Telp 0281-638792 Email :
[email protected]* ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April-Mei 2013 di peternakan kambing “ C.V. Origin Dairy Farm” Desa Sumingkir Kecamatan Jeruk Legi Kabupaten Cilacap dan peternakan kambing “C.V. Bangun Karso Farm” Desa Palasari Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi dengan produksi susu kambing Sapera, dan mengetahui besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektif ukuran lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi terhadap produksi susu kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. Materi penelitian yang digunakan adalah kambing perah Sapera laktasi sebanyak 34 ekor dengan rincian 18 ekor di Cilacap dan 16 ekor di Bogor. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Regresi Linier Berganda, sebagai independent variabel adalah lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi, sedangkang dependent variabelnya adalah produksi susu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan linier tubuh kambing Sapera di Cilacap untuk lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan adalah 85,61 ± 4,46 cm, 71,30 ± 4,17 cm, 74,21 ± 3,46 cm dan di Bogor adalah 90,97 ± 2,42 cm, 71,86 ± 3,74 cm, 73,68 ± 3,40 cm. Sedangkan nilai rataan produksi susu di Cilacap 1,230 ± 0,454 liter/hari dan di Bogor adalah 1,210 ± 0,624 liter/hari. Kesimpulan dari hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lingkar dada, panjang badan, dan tinggi badan dengan produksi susu kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. Sumbangan relatif lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi terhadap produksi susu kambing Sapera sebesar 0,021%, 39,721%, 59,929%, 0,327% dan sumbangan efektif sebesar 0,001%, 1,890%, 2,852%, 0,015% dan selebihnya dipengaruhi dari faktor lain. Saran dari penelitian ini adalah Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan linier tubuh dengan produksi susu kambing Sapera selama total produksi satu masa laktasi. Kata Kunci : Lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, produksi susu, kambing Sapera. ABSTRACT This study was Executed from in Month April-May 2013 in the goat farm "CV Origin Dairy Farm "Village Sumingkir District, Jeruklegi, Cilacap Regency and goat farm" CV Wake Karso Farm "Village Palasari District, Cijeruk, Bogor Regency. The purpose of this study was to determine the relationship between heart girth, body length, body height and location to the Sapera goat milk production, and to know the magnitude of the relative and effective contributions of the measures of heart girth, body length, bady height and location on the production of Sapera goat milk in Cilacap and Bogor. The material used were lactating Sapera dairy goats as many as 34 heads mamely 18 heads in Cilacap and 16 heads in Bogor. This study used Linear Regression Analysis, the independent variables were the heard girth, body length, body height and location, whereas the dependent variable was the milk production. The results showed that the average value linear body Sapera goad in Cilacap for heart girth, body length, and body height were 85,61 1173
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
± 4,46 cm, 71,30 ± 4,17 cm, 74,21 ± 3,46 cm and in Bogor were 90,97 ± 2,42 cm, 71,86 ± 3,74 cm, 73,68 ± 3,40 cm. While the average value milk production in Cilacap 1,230 ± 0,454 litre/day and in Bogor were 1,210 ± 0,624 litre/day. The regression analysis result showed that there was no relationship between chest girth, body length, and body height to the Sapera goat milk production in Cilacap and Bogor. Overall Relative Contribution indicated that heart girth, body length and body height had very small effects on Sapera goat milk production of 0,021%, 39,721%, 59,929%, 0,327% and efective contribution of 0,001%, 1,890%, 2,852%, 0,015% and the rest of the other factors. Suggestions in this study were more research Need done to determine the linear relations with the body production of Sapera goat milk total production during the period of lactation. Keywords : Chest girth, body length, body height, production of milk, Sapera goad. PENDAHULUAN Kambing perah merupakan salah satu komoditas ternak yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai penghasil bibit, susu, dan daging, serta merupakan sumber pendapatan pokok para peternak dalam memenuhi kebutuhan keluarga (Suryani, 2012). Kambing perah masih terasa asing bagi sebagian masyarakat, produksi susunya masih sangat eksklusif karena dijual dan didistribusikan dalam jumlah terbatas, oleh karena itu bisnis kambing perah sangat menggiurkan (Setiawan dan Tanius, 2003). Menurut Atabany (2002), kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat memproduksi susu dengan jumlah melebihi kebutuhan anak. Kambing perah yang dipelihara biasanya adalah kambing Peranakan Etawa (PE), kambing Saanen, dan kambing Jawarandu. Kambing Sapera merupakan persilangan dari kambing Saanen jantan dan Peranakan Etawa (PE) betina, karena produksi susu kambing Saanen yang cukup tinggi dan kualitas susu kambing Peranakan Etawa (PE) yang baik, maka dilakukan persilangan dengan tujuan peningkatan produksi susu. Salah satu cara untuk memilih kambing perah laktasi yang baik adalah dengan cara melihat catatan produksi susu harian (production record) yang ada. Pada umumnya sukar untuk mendapatkan catatan tersebut karena banyak peternak yang tidak melakukannya, maka didalam memilih kambing perah dilakukan dengan cara lain yaitu memperhatikan bentuk dan bagianbagian tubuh luar (eksterior) yaitu sedapat mungkin yang mempunyai tipe perah. Sangat menarik untuk diteliti bahwa ukuran-ukuran tubuh kambing dianggap mempunyai hubungan dengan performans produksinya antara lain susu. Menurut Susilorini dan Puguh (2010) bahwa ukuran tubuh yang dimiliki tidak semua mempunyai tingkat keeratan yang tinggi terhadap produksi susu. Tingkat keeratan hubungan yang tinggi hanya ditunjukkan pada volume ambing, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, dan lingkar ambing. Ukuran linier tubuh seekor ternak dapat menggambarkan besar kecilnya ukuran alat pencernaan yang dimiliki seekor ternak. Besar kecilnya alat pencernaan menggambarkan kapasitas tampung terhadap makanan yang dikonsumsi. Kemampuan produksi seekor ternak akan dicapai maksimal apabila kebutuhan nutrisi untuk hidup pokok telah terpenuhi. Semakin besar selisih antara kebutuhan hidup pokok dengan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, maka produksi yang dihasilkan akan semakin mendekati potensi genetiknya (Taofik dan Depison, 2008). Menurut Ensminger (1980), bahwa ukuran tubuh yang lebih besar akan mempunyai kesanggupan makan yang lebih banyak, sehingga produksi susunya juga menjadi banyak. Sehubungan dengan hal
1174
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana antara hubungan lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi dengan produksi susu kambing Sapera. METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing perah Sapera sebanyak 18 ekor di CV Origin Dairy Farm Cilacap dan kambing perah Sapera sebanyak 16 ekor di CV Bangun Karso Farm Bogor. Alat yang digunakan adalah alat pengukur dari kayu dan pita ukur dengan satuan cm dan alat untuk mengukur volume susu menggunakan gelas ukur dengan satuan liter. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu semua kambing Sapera laktasi di lokasi penelitian diambil datanya. Data yang akan diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran yang meliputi lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan produksi susu, serta pengamatan dan wawancara langsung dengan pemilik peternakan kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan seperti recording, suhu lingkungan, evaluasi kecukupan pakan dan data populasi kambing Sapera yang ada di Cilacap dan Bogor. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan produksi susu kambing Sapera. Lingkar dada adalah bagian belakang siku tulang rusuk paling depan, diukur dari gumba ke gumba dengan menggunakan pita ukur (cm). Panjang badan adalah jarak lurus dari bagian depan (sendi bahu) sampai benjolan tulang tapis (tulang belakang), diukur dengan menggunakan pita ukur (cm). Tinggi badan adalah ukuran tegak lurus dari titik tertinggi pundak sampai ke tanah (cm) (Soenarjo, 1998). Sedangkan produksi susu adalah rata-rata produksi susu perhari selama 1 bulan. Diukur dengan menggunakan gelas ukur (liter/hari). Data yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda yaitu dengan rumus Regresi : Yi = β₀+β1X1+β2X2+β3X3 +J Di+ei Keterangan : Yi = Produksi susu Βo = Konstanta β1,2,3 = Koefisien regresi parsial lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, dan lokasi. X1 = Lingkar Dada (cm) X2 = Panjang Badan (cm) X3 = Tinggi Badan (cm) Di = Dummy Variabel dengan D = 1 untuk lokasi Cilacap dan D = 0 untuk lokasi Bogor. Analisis regresi adalah untuk menyatakan bentuk hubungan antara dua variabel atau lebih. Jadi disini ada variabel yang variasinya dipengaruhi (dependent = Y) oleh variabel lainnya (bebas = X) (Maryanto dan Tripena, 2000). Dummy Variabel adalah variabel yang nilainya bersifat nominal nilai 0 dan 1. Uji-F akan digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi (independent variabel) secara bersama-sama dengan produksi susu (dependent variable). Menurut Ghozali (2006), apabila hasil analisis menunjukkan Fhit > Ftabel 0,05 maka terdapat hubungan antara independent variabel dengan dependent variabel.
1175
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
Fhit = Keterangan : K = Jumlah Variabel N = Jumlah Data Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing independent variabel terhadap dependent variabel. Menurut Ghozali (2006), apabila hasil analisis menunjukkan thit > tabel 0,05 maka terdapat pengaruh independent variabel ke-i terhadap dependent variabel. t.hit = keterangan : bi = Koefisien regresi variabel ke-i sdi = Standar deviasi variabel ke-i Selanjutnya menurut Nurgiyantoro dkk., (2000), untuk mengetahui besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas digunakan rumus :
SE% X = SR%X x R² Keterangan : SRX = Sumbangan relatif b = Koefisien regresi variabel ke-i Xi = Variabel bebas ke-i SE = Sumbangan efektif R² = Koefisien determinasi HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Rataan Linier Tubuh Dan Produksi Susu di Cilacap Dan Bogor Nilai rataan linier tubuh yaitu lingkar dada, panjang badan, dan tinggi badan hasil penelitian di Cilacap dan Bogor dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Rataan Linier Tubuh Kambing Sapera di Cilacap dan Bogor
Lingkar Dada (Cm)
Cilacap Rataan Simpang Baku 85,61 4,46
Rataan 90,97
Panjang Badan (Cm)
71,30
4,17
71,86
3,74
Tinggi Badan (Cm)
74,21
3,46
73,68
3,40
Ukuran Tubuh
Bogor Simpang Baku 2,42
Berdasarkan Tabel 1 nilai rataan yang diperoleh dari pengukuran lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Subandryo dkk., (1995). Subandryo dkk., (1995) melaporkan bahwa ukuran lingkar dada kambing Peranakan Etawa betina
1176
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
dewasa adalah 80,1 cm dan kambing jantan dewasa mencapai 99,5 cm, panjang badan betina dewasa 81 cm dan jantan dewasa 81cm, serta tinggi badan betina dewasa 76 cm dan jantan dewasa 84 cm. Tetapi dalam hal ini untuk linier tubuh lingkar dada sudah mendekati tetuanya, untuk panjang badan dan tinggi badan masih agak berbeda. Lingkar dada memang dapat memberikan gambaran tentang keadaan seekor ternak terutama untuk penaksiran bobot badannya. Menurut Cannas (2004) ternak yang memiliki bobot badan tinggi, proporsi penggunaan energi untuk hidup pokok menjadi lebih sedikit dan kelebihan energi bisa digunakan untuk produksi susu. Lebih lanjut menurut Taofik dan Depison (2008), lingkar dada dan ambing adalah performans ternak yang dapat digunakan sebagai faktor penduga untuk menentukan mutu genetik. Berdasarkan hasil analisis variansi secara umum ukuran linier tubuh kambing Sapera di Cilacap dan Bogor untuk panjang badan dan tinggi badan relatif sama (P>0,05), kecuali untuk lingkar dada di Bogor lebih tinggi yaitu 90,97 cm, dibandingkan dengan Cilacap yaitu 85,61 cm (P<0,01). Tingginya rataan lingkar dada di Bogor dapat disebabkan karena rataan laktasi di Bogor lebih tinggi dibandingkan di Cilacap, sehingga semakin tinggi periode laktasi menunjukkan umur yang lebih tua. Artinya semakin bertambah umur kambing maka akan diikuti dengan perkembangan tubuh kambing itu sendiri terutama pada bagian lingkar dada. Dwijanto dkk., (1984) dan Yasir (2004) menyatakan bahwa ukuran linier tubuh memberikan gambaran tentang kondisi seekor ternak, misalnya penaksiran bobot badan berdasarkan ukuran lingkar dada dan panjang badan. Lebih lanjut, menurut Cannas (2004) ternak yang memiliki bobot badan tinggi, proporsi penggunaan energi untuk hidup pokok menjadi lebih sedikit dan kelebihan energi dapat digunakan untuk produksi susu. Selain dilakukan pengukuran linier tubuh juga dilakukan pengukuran terhadap produksi susu kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. Pengukuran produksi susu dilakukan per hari yaitu selama 30 hari di Cilacap dan 30 hari di Bogor. Setelah dilakukan analisis diperoleh hasil nilai rataan produksi susu kambing Sapera di Cilacap sebesar 1,230 liter/ hari dan Bogor 1,210 liter/hari. Nilai rataan produksi susu kambing Sapera di Cilacap dan Bogor dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Rataan Produksi Susu Kambing Sapera di Cilacap dan Bogor Cilacap Produksi Produksi (L/Hr) Laktasi Bulan Laktasi (Bulan)
Rataan Susu
Bogor
Simpang Baku
KK
Rataan
Simpang Baku
KK
1,230
0,454
36,92
1,210
0,624
51,61
1,889
0,963
51,00
2,563
0,964
37,62
9,778
6,958
71,16
4,653
0,629
13,79
Berdasarkan Tabel 2 nilai rataan produksi susu di Cilacap 1,230 ± 0,454 liter/hari dan di Bogor 1,210 ± 0,624 liter/hari. Hasil ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan tetuanya seperti yang di kemukakan oleh Sutama dkk., (1999) bahwa produksi susu harian kambing Peranakan Etawa (PE) sebesar 1,164 liter/hari. Hal ini menunjukkan bahwa genetik yang dihasilkan dari
1177
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
persilangan antara kedua bangsa yaitu kambing Saanen Jantan dan Peranakan Etawa (PE) betina adalah baik. Berdasarkan hasil analisis variansi rataan produksi susu per ekor per hari di Cilacap lebih tinggi dibandingkan dengan di Bogor (P>0,05). Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Susilowati (2013) yang menyatakan bahwa BJ (Berat Jenis) susu kambing Sapera di Cilacap lebih kecil dibandingkan dengan yang di Bogor, oleh karena itu volume susu kambing Sapera di Cilacap lebih banyak. Sejalan dengan pendapat Mukhayat (2008) bahwa semakin rendah BJ susu maka kekentalan susu tersebut juga rendah dan kadar airnya tinggi sehingga volumenya meningkat, namun sebaliknya jika BJ susu tinggi maka kekentalan susu tersebut akan tinggi pula sehingga kadar airnya rendah diikuti dengan volume susu yang menurun. Menurut Haryansyah (2011) jika BJ susu tinggi maka kekentalan susu tersebut juga tinggi. Selanjutnya Walstra dan Jennes (1984) dalam Ismanto dkk., (2013) menambahkan bahwa penurunan BJ susu sebagian besar disebabkan karena bertambahnya volume air, peningkatan BJ juga disebabkan karena perluasan dari lemak susu yang menjadi lebih besar dari pada kandungan airnya. Hubungan Lingkar Dada, Panjang Badan, Tinggi Badan, Dan Lokasi Dengan Produksi Susu Hasil analisis untuk mengetahui hubungan antara lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi dengan produksi susu di Cilacap dan Bogor diperoleh persamaan garis Y = 0.320 + 0.004 (LD) - 0.028 (PB) + 0.035 (TB) – 0.008 (Lokasi). Persamaan tersebut berdasarkan hasil analisis tidak dapat digunakan sebagai persamaan garis penduga (P>0,05), artinya bahwa lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi tidak memiliki hubungan dengan variasi produksi susu harian kambing Sapera. Hal tersebut dapat dikarenakan pengukuran terhadap produksi susu masih sebatas harian (selama 30 hari). Menurut penelitian yang dilakukan Djatmiko dan Aunurohman (2002) ukuran linier tubuh terhadap produksi susu satu periode laktasi sapi perah Fries Holland setelah dilakukan analisis dan diperoleh garis regresi dengan hasil sangat nyata. Sehingga dapat digunakan sebagai penduga jumlah produksi susu pada sapi perah Fries Holland. Berdasarkan hasil uji pada koefisien regresi parsial maka untuk koefisien regresi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan tidak memiliki hubungan dengan produksi susu (P>0,05). Sehubungan variabel lokasi adalah variabel Dummy maka persamaan garis yang menyatakan hubungan lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan di Cilacap menjadi sebagai berikut Y = 0.320 + 0.004 (LD) - 0.028 (PB) + 0.035 (TB) dan persamaan garis yang menyatakan hubungan di Bogor adalah Y = (0.312) + 0.004 (LD) - 0.028 (PB) + 0.035 (TB). Produksi susu di Cilacap tidak beda nyata dengan yang di Bogor dengan hasil analisis sebesar 0,973 persen. Ukuran linier tubuh seekor ternak dapat menggambarkan besar kecilnya ukuran alat pencernaan yang dimiliki seekor ternak. Besar kecilnya alat pencernaan menggambarkan kapasitas tampung terhadap makanan yang dikonsumsi. Kemampuan produksi seekor ternak akan dicapai maksimal apabila kebutuhan nutrisi untuk hidup pokok telah terpenuhi. Semakin besar selisih antara kebutuhan hidup pokok dengan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, maka produksi yang dihasilkan akan semakin mendekati potensi genetiknya (Taofik dan Depison, 2008). Menurut Ensminger (1980), bahwa ukuran tubuh yang lebih besar akan mempunyai kesanggupan makan yang lebih banyak, sehingga produksi susunya juga menjadi banyak. Pendapat-pendapat diatas menunjukkan bahwa besarnya lingkar dada atau besarnya tubuh suatu
1178
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
ternak maka dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi susu, jadi semakin besar ukuran linier tubuh suatu ternak maka produksi susunya juga akan tinggi. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan pada kambing Sapera di Cilacap dan Bogor, hasil pengujian analisis tidak menunjukkan hasil yang nyata. Kejadian tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi produksi susu menurut Gall (1981), bahwa produksi susu dapat di pengaruhi oleh umur, jumlah anak yang dilahirkan, bentuk dan kesehatan ambing, pakan, suhu dan faktor lingkungan. Menurut Cannas (2004) ternak yang memiliki bobot badan tinggi, proporsi penggunaan energi untuk hidup pokok menjadi lebih sedikit dan kelebihan energi bisa digunakan untuk produksi susu. Lebih lanjut, menurut Phalepi (2004) menyatakan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan pada ternak (perkandangan, pakan, dan kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak, dan aktivitas pemerahan. Sumbangan Relatif Dan Sumbangan Efektif Lingkar Dada, Panjang Badan Dan Tinggi Badan Terhadap Variasi Produksi Susu Nilai sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variasi lingkar dada, panjang badan, dan tinggi badan sangat kecil terhadap variasi produksi susu. Hal tersebut sesuai dengan hasil analisis persamaan regresi yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variasi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan terhadap produksi susu kambing Sapera. Data sumbangan relatif dan sumbangan efektif lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan terhadap variasi produksi susu kambing Sapera dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sumbangan Relatif Dan Sumbangan Efektif Lingkar Dada, Panjang Badan Dan Tinggi Badan Terhadap Variasi Produksi Susu. Variabel Sumbangan Relatif Sumbangan Efektif Lingkar Dada dengan Produksi 0,021 0,001 Susu (X1Y) Panjang Badan dangan Produksi 39,721 1,890 Susu (X2Y) Tinggi Badan dengan Produksi 59,929 2,852 Susu (X3Y) Lokasi dengan Produksi Susu 0,327 0,015 (X4Y) Total 100 % 4,76 % Jika dilihat secara keseluruhan Tabel 3 menunjukkan bahwa lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan sangat kecil pengaruhnya terhadap produksi susu karena hanya memberikan proporsi sebesar 4,76 persen dan selebihnya dipengaruhi dari faktor lain. Menurut Phalepi (2004) menyatakan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh umur induk, ukuran dimensi ambing, tatalaksana yang diberlakukan pada ternak (perkandangan dan pakan), kondisi iklim setempat, dan daya adaptasi ternak. Umur induk kambing perah di Cilacap berkisar 3 tahun - 5 tahun, sedangkan di Bogor 2 tahun – 4 tahun. Selain itu ukuran dimensi ambing merupakan penentu kapasitas produksi susu kambing. 1179
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
Hardjosoebroto (1994) menambahkan bahwa ambing menunjukkan tolok ukur kapasitas dan kemampuan ternak dalam memproduksi susu. Kemampuan ternak dalam memproduksi susu juga tidak lepas dari tatalaksanan yang diberlakukan pada ternak khususnya kambing perah, diantaranya yaitu perkan dangan dan pakan. Pada umumnya kandang kambing berbentuk panggung, yang membedakan adalah teknis perkandangannya, di Cilacap sebagian ternak kambing di pelihara di kandang kelompok dan yang sebagian lagi di kandang individu, berbeda dengan di bogor keseluruhan kambing dipelihara pada kandang individu. Pakan juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu. Budiarsana dan sutama (2001) menjelaskan bahwa pakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada penampilan produksi susu, pengaruh faktor pakan terhadap tampilan produksi susu yaitu sebesar 70%. Pemberian pakan hijauan di Bogor lebih tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan serat kasar dibandingkan dengan pemberian pakan hijauan di Cilacap. Selain itu, Temperatur lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu kambing, sebab temperatur akan mempengaruhi konsumsi makan pada ternak. Pada daerah yang bertemperatur rendah konsumsi makan ternak cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah yang bertemperatur lebih tinggi, sehingga kebutuhan nutrien pada ternak yang berada di daerah yang bertemperatur rendah menjadi terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian Lu (1989) menyatakan bahwa temperatur lingkungan dapat mempengaruhi produksi susu dengan perbedaan temperatur lingkungan sebesar 10 oC. Tetapi perbedaan suhu antara Cilacap dan Bogor hanya 2 oC saja. Hal ini belum bisa mempengaruhi tinggi rendahnya produksi susu kambing Sapera. SIMPULAN Tidak ada hubungan antara lingkar dada (LD), panjang badan (PB), dan tinggi badan (TB) dengan produksi susu kambing sapera di Cilacap dan Bogor. Sumbangan relatif lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan lokasi terhadap produksi susu kambing Sapera sebesar 0,021%, 39,721%, 59,929%, 0,327% dan sumbangan efektif sebesar 0,001%, 1,890%, 2,852%, 0,015%. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan linier tubuh dengan produksi susu kambing Sapera selama total produksi satu masa laktasi. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada Ir. A.T. Ari Sudewo, MS dan Ir. Sri Utami, MP selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penelitian dan penulisan laporan. DAFTAR PUSTAKA Atabany, A. 2002. Strategi Pemberian Pakan Induk Kambing Perah Sedang Laktasi dari Sudut Neraca Energi. Makalah Pengantar Filsafah Sains. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Budiarsana, dan I-K., Sutama. 2001. Efisiensi Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor. Hal 427-434. Cannas, A. 2004. Feeding Of Lactating Ewes. In: Pulina G, editor. Dairy Sheep Nutritional. CABI Publising . Oxfordshire. 1180
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
Dwijanto, K. H., Moetodjo, Dan Siswadi. 1984. Pengamatan Ukuran Permukaan Tubuh Domba Di Kabupaten Garut Serta Hubungan Dengan Berat Karkas Domba Dan kambing Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Hal 146. Djatmiko, O. dan Aunurohman, H. 2002. Pendugaan Produksi Susu Berdasarkan Ukuran Lingkar Dada Dan Besar Ambing Sapi Fries Holland. Jurnal Animal Production, Vol 4, No.1, Mei : 3235. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto. Ensminger, M. 1980. Dairy Cattle Science. 2nd Ed. The Interstate Printers and Publishers, Inc. Danville, Illinois. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gall, C. 1981. Goad Production. Academic Press Inc. London. Hardjosoebroto, W. 1994. Aplikasi Pemulia Biakan Ternak Di Lapangan. PT. Gramedia Widia sarana Indonesia. Jakarta. Heryansyah. 2011. Pemeriksaan Susu. http//veterinary61.blogspot.com/2011/11/ pemeriksaansusu.html. Diakses 20 mei 2012. Ismanto. T, Sri Utami, Dan Haris Al-Suratim. 2013. Pengaruh Lama Penyimpanan Dalam Refrigrator Terhadap Berat Jenis Dan Viskositas Susu Kambing Pasteurisasi. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 69-78. Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Peternakan. Purwokerto. Lu, C. D. 1989. Effect Heat Strees on Goat Production. J. Small Rum. Research. 2: 151-162. In. Mulyati, J. Achmadi dan A. Purnomoadi. 2007. Produksi dan Komponen Lemak Susus Kambing Peranakan Etawa Akibat Penghembusan Udara Sejuk. Jurnal. indon. Trop. Anim. Agric. 32 (2) : 91-99. Maryanto, E dan A. Tripena. 2000. Statistik Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Mukhayat, A. S. 2008. Kajian Berat Jenis Susu Kambing Beku Dengan Lama Penyimpanan Yang Berbeda. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Peternakan. Purwokerto. Nurgiyantoro, B, Gunawan dan Marjuki. 2000. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal 284-287. Phalepi, M. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawa (Studi Kasus Di Peternakan Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya Citarasa). Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor. Prabowo, I. 2005. Kajian Ukuran-ukuran Bagian Ambing Dan Produksi Susu Kambing Pranakan Etawa. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung. Subandriyo, B. Stiadi, D. Priyanto, M. Rangkuti, W.K. Sejati, D. Anggraini, R.S.G. Sianturi, Hastono, dan O. Butar-butar. 1995. Analisis Potensi Kambing Peranakan Etawa Dan Sumber Bibit Pedesaan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Soenarjo. 1998. Buku Pegangan Ilmu Tilik Ternak. C.V. Baru. Cetakan : Pertama. Jakarta. Susilorini, T dan Puguh. 2010. Karakteristik Performa Produksi Kambing Pranakan Etawa Dengan Menggunakan Marka Gen Penyandi Metabolisme Lemak Sebagai Dasar Pedoman Bibit. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Brawijaya. Malang. Susilowati, D. 2013. Nilai Berat Jenis Dan Kadar Total Solid Susu Kambing Sapera Di Cilacap Dan Bogor. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Peternakan. Purwokerto.
1181
Yunika Saputra dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1173 -1182, September 2013
Setiawan T, dan Tanius A. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 1. Suryani, E. 2012. Studi Kasus Hubungan Antar Karakteristik Peternak Dengan Produktivitas Kambing Perah Pada Kelompok Ternak Madhani Di Kabupaten Tegal. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Peternakan. Purwokerto. Taofik A, dan Depison. 2008. Hubungan Antara Lingkar Perut dan Volume Ambing Dengan Kemampuan Produksi Susu Kambing Peranakan Ettawa. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. Vol.XI. No. 2. Bandung. Walstra, P dan R. Jenness. 1984. Dairy Chemistry and Physics. A. Wiley-intercsience Publication. New York. Yasir, A. M. 2004. Hubungan Antara Bobot Badan dengan Panjang Badan Lingkar Dada Dan Lebar Dada Kambing PE Di Desa Lumajang Kecamatan Watumalang Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Peternakan. Purwokerto.
1182