ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
SKRIPSI FARIS FAKHRI DESTANTO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN Faris Fakhri Destanto. D14061974. 2011. Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Hj. Komariah, M.Si. Pembimbing Anggota : Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola hubungan bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang badan pada domba lokal dengan umur yang berbeda. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 216 ekor domba lokal dengan rincian Domba Ekor Tipis (DET) sebanyak 134 ekor dan Domba Ekor Gemuk (DEG) sejumlah 82 ekor yang diambil dari tiga peternakan domba di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah pada bulan Januari hingga Maret 2011. Masing-masing diklasifikasikan menjadi dua kelompok umur, yaitu I0 (0-1 tahun), I1 (1-2 tahun) dan dilakukan pengukuran terhadap bobot badan (BB), lingkar dada (LD) dan panjang badan (PB). Penentuan antara masingmasing parameter ukuran tubuh dalam setiap bangsa dan umur yang berbeda nyata, diperoleh dan dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan BB pada DEG tidak mengalami perbedaan yang nyata antara umur I0 dan I1 (P>0,05), namun pada DET, umur sangat nyata berpengaruh terhadap rataan BB. Rataan LD dan PB pada DEG tidak mengalami perbedaan yang nyata antara umur I0 dan I1, namun pada DET, umur sangat nyata berpengaruh terhadap rataan LD dan PB. Terdapat korelasi positif dan sangat nyata (P<0,01) antara LD dan BB maupun PB dengan BB pada DEG dan DET. Pola hubungan antara kedua parameter ukuran tubuh diprediksi menggunakan regresi linear sederhana dengan nilai determinasi (R2) dan korelasi (KK) serta ditemukan rumus BB = 1,152 LD - 48,29 (R2 = 0,857; KK = 0,926) dan BB = 0,984 PB - 29,35 (R2 = 0,578; KK = 0,761) untuk DEG I0, sedangkan pada DEG I1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,916 LD - 37,35 (R2 = 0,875; KK = 0,935) dan BB = 1,051 PB - 33,47 (R2 = 0,772; KK = 0,879). DET I0 memiliki pola hubungan yang diperlihatkan dengan rumus BB = 0,748 LD - 26,72 (R2 = 0,901; KK = 0,949) dan BB = 0,838 PB - 23,81 (R2 = 0,575; KK = 0,759), sedangkan pada DET I1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,904 LD - 35,45 (R2 = 0,852; KK = 0,923) dan BB = 1,040 PB 29,89 (R2 = 0,566; KK = 0,753). Kata kunci : domba ekor gemuk, domba ekor tipis, bobot badan, lingkar dada, panjang badan
ii
ABSTRACT Estimation of Body Weight based on Body Length and Chest Circumference of Local Sheep in Tegalwaru Village Ciampea District Bogor Destanto, F. F., Komariah and M. Baihaqi The aim of this study was to estimate body weight (BW) based on chest circumference (CC) and body length (BL) of local sheep with different age. The 216 local sheep were selected as sample consists of 134 heads Thin Tailed Sheep (TT) and 82 heads Fat Tailed Sheep (FT). The sample were taken from Bogor consisting of Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah from January to March 2011. The samples were classificated by different age groups, I0 (0-1 year old) and I1 (1-2 years old). The differences of body measurement ages were analyzed by t-test. In order to make equation for estimating BW from CC and BL, there was analized by Correlation and Linear Regression Analyses. The results showed that significantly positive correlation (P<0,01) between CC and BW and between BW and BL in FT and TT. The pattern of relations between the two parameters of body size predicted using simple linear regression and equation formula below, BW = 1,152 CC - 48,29 (R2 = 0,857; Correlation = 0,926) and BW = 0,984 BL - 29,35 (R2 = 0,578; Correlation = 0,761) for FT I0, while the FT I1, the formula predicted size of each body size BW = 0,916 CC - 37,35 (R2 = 0,875; Correlation = 0,935) and BW = 1,051 BL - 33,47 (R2 = 0,772; Correlation = 0,879). TT I0 has a pattern of relationship shown in formula BW = 0,748 CC - 26,72 (R2 = 0,901; Correlation = 0,949) and BW = 0,838 BL - 23,81 (R2 = 0,575; Correlation = 0,759), whereas in the TT I1, prediction formula of each body size such as BW = 0,904 CC - 35,45 (R2 = 0,852; Correlation = 0,923) and BW = 1,040 BL - 29,89 (R2 = 0.566; Correlation = 0,753). Keywords: Fat Tail sheep, Thin Tail Sheep, body weight, chest circumference, body length
iii
ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
FARIS FAKHRI DESTANTO D14061974
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
iv
Judul : Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor Nama : Faris Fakhri Destanto NRP : D14061974
Menyetujui, Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota
Ir. Hj. Komariah, M.Si. NIP. 19590515 198903 2 001
Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. NIP. 19800129 200501 1 005
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 13 September 2011
Tanggal Lulus : ………………
v
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1988 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Junianto Ngaspan Mintarjo dan Ibu Hj. Tatin Agustina. Pendidikan penulis diawali dari taman kanak-kanak pada tahun 1993 di TK Cenderawasih Jaya 1 Bekasi, dilanjutkan ke sekolah dasar di SD Negeri Siliwangi 1 Bekasi tahun 1994, kemudian ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Bekasi pada tahun 2000. Selepas menamatkan SMP, pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bekasi. Pada tahun 2006, penulis berkesempatan mengikuti pendidikan Sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di organisasi Lembaga Dakwah Kampus DKM Al Hurriyyah sebagai ketua di Divisi Hubungan Mahasiswa dan Departemen Minat dan Bakat serta Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Daerah Priangan Barat sebagai koordinator Badan Pekerja Daerah. Tahun 2008 hingga 2010, penulis berkesempatan menjadi asisten Mata Kuliah Dasar Umum Pendidikan Agama Islam Tingkat Persiapan Bersama di IPB dan pada tahun 2010 mengajar selama 2 bulan di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Ar Raudhoh Ciampea. Selain itu penulis juga mengikuti berbagai kegiatan, seperti seminar nasional, seni suara nasyid dan kepanitiaan kegiatan mahasiswa.
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
Estimasi Bobot Badan
Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor di bawah bimbingan Ir. Hj. Komariah, M.Si. dan Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program sarjana dan meraih gelar sarjana peternakan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud dalam berperan aktif dan berkontribusi memajukan dunia peternakan khususnya di Indonesia. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai adanya korelasi positif antara peningkatan bobot badan dengan berbagai macam ukuran tubuh, diantaranya lingkar dada dan panjang badan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kelancaran penelitian. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, namun Penulis berharap semoga karya kecil ini memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat dijadikan panduan bagi yang membutuhkan, khususnya dalam upaya peningkatan prduktivitas Domba Lokal di Kabupaten Bogor.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ......................................................................................................
ii
ABSTRACT.........................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................
v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vii
DAFTAR ISI........................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
xii
PENDAHULUAN ...............................................................................................
1
Latar Belakang ......................................................................................... Tujuan ......................................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................
3
Domba Lokal ........................................................................................... Domba Ekor Tipis ........................................................................ Domba Ekor Gemuk .................................................................... Pemeliharaan Domba ............................................................................... Sistem Ekstensif........................................................................... Sistem Semi Intensif .................................................................... Sistem Intensif ............................................................................. Pertumbuhan Ternak ................................................................................ Penggemukkan ......................................................................................... Ukuran Tubuh Ternak Sebagai Penduga Bobot Badan ........................... Menentukan Umur Domba ......................................................................
3 3 4 4 4 4 5 5 6 6 10
MATERI DAN METODE ...................................................................................
11
Lokasi dan Waktu .................................................................................... Materi ....................................................................................................... Ternak ........................................................................................ Peralatan..................................................................................... Prosedur ................................................................................................... Persiapan .................................................................................... Pengumpulan Data ..................................................................... Peubah yang Diukur................................................................... Rancangan ................................................................................................
11 11 11 11 11 11 12 12 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
15
Keadaan Geografis Wilayah ....................................................................
15 viii
Kondisi Umum Peternakan ...................................................................... Mitra Tani Farm ......................................................................... UD Berkah ................................................................................. Sumber Rezeki Farm ................................................................. Hubungan Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Domba ........................ Domba Ekor Gemuk .................................................................. Domba Ekor Tipis ...................................................................... Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan Persamaan Regresi Linear ........................................................................ Domba Ekor Gemuk .................................................................. Domba Ekor Tipis……... ........................................................... Uji Keakuratan .........................................................................................
16 16 17 18 19 20 22
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................
36
Kesimpulan .............................................................................................. Saran ........................................................................................................
36 36
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
38
LAMPIRAN.........................................................................................................
42
24 24 29 34
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Pendugaan umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri ..............
10
2.
Sebaran Kelompok Ternak Berdasarkan Kelompok Umur ………….
11
3.
Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda…….………………………………………………………...
20
Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda ……………………………….………………...
21
Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda…….………………………………………………………...
22
Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda ……………………………………………..…..
23
7.
Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I0 ……..
24
8.
Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I1……...
26
9.
Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I0………...
29
10.
Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I1………...
32
11.
Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Lingkar Dada…………………………………………………………
34
Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Panjang Badan………………………………………………………..
35
4. 5. 6.
12.
x
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri……..
12
2.
Cara mengukur Ukuran Tubuh……………………………………
13
3.
Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea……
15
4.
Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm………...
17
5.
Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD. Berkah…..
18
6.
Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba SR Farm……...
19
7.
Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk umur I0 ……………………………...
25
Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk umur I0 ……………………………...
26
Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk umur I1 ……………………………...
27
Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk umur I1 ……………………………...
28
Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I0 ………………………………..
30
Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I0 ………………………………..
31
Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I1 ………………………………..
32
Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I1 ………………………………..
33
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I0…..………............
43
2.
Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I0
43
3.
Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I0….………
43
4.
Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I1…………………..
43
5.
Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I1
44
6.
Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I1…………
44
7.
Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I0……………………..
44
8.
Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I0
44
9.
Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I0……………
44
10.
Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I1….……………….
45
11.
Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I1
45
12.
Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I1….………..
45
13.
Uji T pada Bobot Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1
46
14.
Uji T pada Lingkar Dada antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1
46
15.
Uji T pada Panjang Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1………………………………………………………………..
46
16.
Uji T pada Bobot Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1…
46
17.
Uji T pada Lingkar Dada antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1
47
18.
Uji T pada Panjang Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1
47
19.
Uji Keakuratan………………………………………………………...
47
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis, memiliki beranekaragam plasma nutfah ternak, salah satunya domba. Menurut Mason (1980) tercatat sebanyak 96% domba di Asia Tenggara berada di Indonesia. Masyarakat Indonesia umumnya beternak domba sebagai sumber penghasilan sampingan. Di daerah pedesaan, masyarakat lebih cenderung menjadikan ternak domba sebagai sumber penghasilan utama mereka selain bertani. Masyarakat mengetahui bahwa beternak domba memiliki banyak keuntungan, diantaranya domba merupakan salah satu ternak yang memiliki tingkat kesuburan tinggi. Mason (1980) menjelaskan domba di Asia memiliki peranan khusus di masing-masing negara asalnya, seperti India memiliki Domba Mandya yang berfungsi memproduksi daging, Pakistan dengan Domba Damani yang dapat menghasilkan susu (ternak perah) dan Domba Lokal dari Indonesia memiliki kesuburan tinggi. Disebutkan total produksi domba ialah 200-220 ekor per 100 ekor domba dewasa per tahun, sehingga dapat dikatakan domba merupakan ternak prolifik atau ternak dengan rataan jumlah kelahiran anak banyak per tahun. Ternak domba mengalami penyebaran dalam perkembangbiakkannya seiring dengan keluar-masuknya pedagang domestik maupun internasional yang membawa serta ternaknya. Provinsi yang besar pengaruhnya dalam distibusi ternak domba adalah Jawa Barat. Pemanfaatan domba bukan merupakan hal baru bagi masyarakat daerah Bogor. Tercatat populasi domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2009 mencapai 5.249 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2009). Salah satu bangsa ternak domba yang dimiliki dan sangat potensial untuk dikembangkan dimasa mendatang adalah domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi melahirkan yaitu 1,82 kali dalam satu tahun (Iniguez et al., 1991). Bobot badan domba mencerminkan bobot karkas yang dihasilkan dan menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan pakan serta nilai jual domba. Secara umum ada dua metode penentuan bobot badan seekor ternak, yaitu penimbangan (weight scale) dan pendugaan. Metode penimbangan merupakan cara
paling akurat tetapi memiliki beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan peralatan khusus dan tidak semua ranch memiliki peralatan tersebut. Metode ini dalam kondisi tertentu tidak praktis. Adapun metode pendugaan umumnya dilakukan melalui ukuran-ukuran tubuh ternak, misalnya melalui lingkar dada dan panjang badan. Data-data seperti bobot badan dan ukuran dimensi tubuh perlu diketahui untuk menduga bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh pada domba lokal. Diperkirakan terdapat korelasi positif antara bobot badan dengan lingkar dada, tinggi pundak dan panjang badan, sehingga secara tidak langsung pendugaan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan hanya menentukan lingkar dada dan panjang badan. Penentuan bobot badan dengan cara ini diharapkan lebih praktis untuk diterapkan, walaupun ketepatannya pada masing-masing jenis ternak masih perlu dikaji. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian lanjutan untuk menambah informasi keeratan hubungan antara panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan pada tingkat umur yang berbeda. Tujuan Penelitian ini bertujuan membandingkan pola hubungan bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang badan pada domba lokal dengan umur berbeda.
2
TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi melahirkan yaitu 1,82 kali dalam satu tahun (Iniguez et al., 1991). Populasi domba di Indonesia tahun 2009 tercatat sebesar 10.471.991 ekor. Angka ini mengalami kenaikan 8,28% dari tahun sebelumnya yaitu berjumlah 9.605.339 ekor. Populasi domba tertinggi terdapat di Propinsi Jawa Barat yaitu 5.524.209 ekor atau sebanyak 52,75% populasi domba di Indonesia terdapat di Jawa Barat (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Domba lokal merupakan bangsa domba bertubuh kecil. Mulyaningsih (1990) berpendapat, sedikitnya terdapat tiga bangsa keturunan asli yang disebut domba pribumi, yaitu Domba Ekor Tipis (thin-tailed), Domba Priangan dari Jawa Barat dan Domba Ekor Gemuk dari Jawa Timur (fat-tailed). Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal dari India dan DEG berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne, 1993). Domba lokal mampu hidup di daerah yang gersang. Karakteristik domba ini antara lain memiliki badan yang relatif kecil, warna bulu dominan putih pada bagian mata dan pada hidung terdapat bercak hitam, telinga berukuran sedang dan tanduk melengkung ke dalam bagi jantan (Devendra dan McLeroy, 1992; Mulyaningsih, 2006). Domba Ekor Tipis Pulau Jawa memiliki beranekaragam bangsa domba. Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia yang mudah ditemui di seluruh Pulau Jawa terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di daerah yang gersang dengan ciri-ciri tubuh kecil, ekor relatif kecil dan tipis serta bulu badan berwarna putih atau belang-belang hitam. Domba betina umumnya tidak bertanduk dengan berat dewasa sekitar 15-20 kg sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar dengan berat dewasa sekitar 30-40 kg. Tubuh domba ini sedikit berlemak, sehingga karkas yang dihasilkannya pun lebih banyak. Dalam penelitian Rianto et al. (2006), Domba Ekor Tipis memiliki persentase lemak pada karkas berkisar antara 4,97% hingga 9,66%, sedangkan persentase daging pada karkas berkisar 67,09% hingga 69,41%. Rizal (2000) 3
menyatakan persentase karkas dipengaruhi oleh bobot badan dan perlemakan tubuh pada waktu mencapai kondisi dipasarkan. Komponen karkas terdiri dari tulang, daging dan lemak (Soeparno, 1994). Domba Ekor Gemuk Bangsa domba lokal lain yang terdapat di Indonesia ialah Domba Ekor Gemuk (DEG) yang banyak ditemui di daerah Jawa Timur dan Madura. Domba berekor gemuk (fat-tailed) seperti Domba Donggala dan domba-domba lainnya berada di daerah Jawa Timur. DEG juga terdapat di Surabaya dan Situbondo. Ciri khas dari DEG ini adalah bentuk ekor yang panjang, lebar, tebal, besar, semakin ke ujung semakin kecil dan berlemak yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan habitatnya yaitu beriklim kering. Domba ini memiliki ciri lain yaitu berwarna putih, wool kasar, domba jantan dan domba betina tidak mempunyai tanduk, sebagian besar domba bewarna putih, tetapi ada beberapa pada anaknya yang berwarna hitam atau kecoklatan. Domba betina sangat prolifik dengan selang beranak hanya 8-9 bulan, umur pertama kali beranak antara 11-17 bulan, dan dapat menghasilkan 2,34 anak sapihan per tahun (Devendra dan McLeroy, 1982) Pemeliharaan Domba Sistem pemeliharaan domba di Indonesia umumnya dilakukan dengan tiga cara, yaitu : Sistem Ekstensif Sistem ekstensif merupakan cara pemeliharaan domba dengan membiarkan seluruh aktivitas makan, perkawinan, pertumbuhan dan penggemukkan dilakukan di padang penggembalaan. Domba dilepas di padang penggembalaan dengan rumput yang cukup subur dan pertumbuhan domba ini sangat tergantung dari kualitas padang pengembalaannya. Sistem Semi Intensif Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem ekstensif dan intensif yang umumnya disebut juga dengan sistem pertanian terpadu. Sistem semi intensif banyak dilakukan oleh petani tradisional yang mempunyai tanah pertanian, sehingga dapat dikatakan memelihara ternak merupakan sampingan dari kegiatan bertaninya. Pada 4
sistem semi intensif ternak digembalakan saat siang hari di padang penggembalaan dan pada malam hari ternak dikandangkan serta pakan diberikan di dalam kandang. Sistem Intensif Sistem intensif banyak diterapkan pada peternakan komersial. Pemeliharaan dengan sistem ini yaitu ternak dikandangkan terus-menerus (sepanjang hari) (Tomaszewska et al., 1993). Sistem ini umumnya juga diterapkan di pedesaan yang padat penduduknya. Ternak yang dipelihara secara intensif umumnya menggunakan pakan berupa rumput secukupnya, sedangkan sisa kebutuhannya dipenuhi dengan memberikan konsentrat. Peternakan komersial di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea, Bogor menggunakan sistem intensif karena sumber pakan cukup tersedia serta iklim sekitar lokasi cenderung mendukung tumbuhnya hijauan makanan ternak berkualitas. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Munier et al. (2003) menyatakan bahwa pemberian pakan tambahan terhadap domba yang dipelihara secara intensif dapat meningkatkan pertambahan bobot tubuh harian dan bobot akhir. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Selain itu dengan pemeliharaan secara intensif ini ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk program penggemukkan (Mathius et al., 1998). Pertumbuhan Ternak Salamena (2006) menjelaskan pertumbuhan semua ternak pada awalnya lambat dan meningkat dengan cepat kemudian lambat pada saat ternak mendekati dewasa tubuh. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetis atau faktor keturunan dan faktor lingkungan seperti pemberian pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tatalaksana, akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam mencapai kedewasaan. Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan (Natasasmita, 1979). Kecepatan pertumbuhan diukur dalam kilogram melalui penimbangan berulang-ulang dan dapat dilakukan setiap waktu.
5
Penggemukan Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk pertambahan bobot badan (Suharya dan Setiadi, 1992). Istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang berarti pembentukan lemak dan istilah tersebut dewasa ini tidak sesuai lagi karena sistem produksi dan selera konsumen yang berubah-ubah. Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya. Bila ternak yang digunakan belum dewasa, maka program tersebut sifatnya adalah membesarkan sambil menggemukan atau memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1999). Penggemukkan pada umumnya terdapat tiga kategori yaitu penggemukkan jangka waktu pendek (kurang lebih satu bulan), jangka waktu sedang (kurang lebih dua bulan) dan jangka waktu panjang (kurang lebih tiga bulan) (Parakkasi, 1999). Waktu penggemukan yang semakin lama akan menghasilkan pertambahan bobot badan menurun, tetapi presentase karkas akan meningkat seiring dengan lama penggemukan. Ukuran Tubuh Ternak sebagai Penduga Bobot Badan Fenotipik suatu bangsa ternak tidak lepas dari faktor proses pertumbuhan atau berubahnya ukuran tubuh pada ternak tersebut secara berkesinambungan. Ukuranukuran permukaan tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan antara lain untuk menaksir bobot badan dengan ketelitian cukup tinggi serta untuk memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa (Doho, 1994; Mulliadi, 1996). Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain. Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda, karena pengaruh genetik maupun lingkungan, tetapi dapat berkorelasi satu sama lain. Doho (1994) menyatakan bahwa ukuran tubuh memiliki korelasi yang erat dengan bobot badan. Korelasi tersebut mencerminkan adanya proses pertumbuhan yang terjadi pada ternak. Untuk menjaga keseimbangan biologis setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diiikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh.
6
Pertumbuhan meliputi peningkatan bobot badan, pertambahan dalam masa organik, mitosis, migrasi sel, sintesis protein dan pertambahan ukuran linear tubuh. Korelasi disebut positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan peningkatan pada sifat lain. Apabila satu sifat meningkat sedangkan sifat lain menurun maka korelasinya disebut negatif (Laidding, 1996). Penggunaan ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat memberikan gambaran eksterior seekor domba dan mengetahui perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam seleksi. Keragaman merupakan suatu sifat populasi yang sangat penting dalam melakukan seleksi. Seleksi akan efektif bila terdapat tingkat keragaman tinggi (Martojo, 1990). Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan bobot badan ternak, namun bobot badan dapat diduga dengan mengukur ukuran tubuh ternak. Penelitian yang dilakukan Pesmen dan Yardimci (2008) menyimpulkan bahwa bobot badan dapat dijadikan ukuran penduga menggunakan beberapa ukuran tubuh pada Kambing Saanen yang dipisahkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menggunakan kambing umur 2-2,5 tahun pada periode laktasi awal sedangkan kelompok kedua digunakan kambing siap inseminasi untuk pertama kalinya. Bobot badan ditemukan berkorelasi positif dengan lingkar dada, lingkar sengkel, tinggi pundak, panjang badan dan dalam dada pada kelompok pertama, sedangkan pada kelompok kedua bobot badan berkorelasi sempurna
dengan lingkar dada dan panjang badan.
Persamaan regresi dugaan untuk kelompok pertama yaitu BB = -151,295 + 1,067 LD + 3,262 PB + 0,167 LS + 0,604 TP + 0,254 DD dan BB = -64,753 + 0,863 LD + 0,717 PB - 0,029 LS + 0,207 TP + 0,254 DD untuk kelompok kedua. Penelitian serupa dilakukan Jimmy et al. (2010) menyimpulkan bahwa lingkar dada dan tinggi pundak dapat memprediksi bobot badan di semua jenis kelamin, usia dan bangsa. Analisis regresi dilakukan untuk menduga bobot badan melalui semua ukuran tubuh linier. Data diklasifikasikan berdasarkan bangsa, usia, jenis kelamin dan pola warna bulu. Bangsa, umur dan jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi semua ukuran tubuh. Warna bulu tidak memiliki pengaruh yang signifikan (P>0,05) pada ukuran tubuh apapun. Hewan yang berumur lebih tua mempunyai ukuran lebih besar (P<0,05) dibandingkan ternak berusia muda. Di seluruh usia, jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi bobot badan
7
dan ukuran linear tubuh pada jantan menunjukkan supremasi. Semua ukuran tubuh secara signifikan lebih tinggi pada Kambing Mubende (P<0,05) menjelaskan bahwa kambing ini lebih besar bentuk tubuhnya dari dua kambing lainnya. Semua ukuran linear tubuh dan bobot badan sangat berpengaruh (P<0,001) dan berkorelasi positif pada segala usia kecuali kelompok dengan dua pasang gigi seri permanen (I2). Penggabungan ukuran tubuh dalam regresi berganda, dapat meningkatkan nilai koefisien determinasi (R2) menjadi 0,91. Ukuran-ukuran rangka seperti panjang badan kurang dipengaruhi oleh gizi dan dengan demikian menunjukkan ukuran yang melekat lebih baik dari dimensi yang terkait deposisi lemak dan otot, seperti ukuran-ukuran lebar lingkar tubuh serta bobot badan (Kamalzadeh et al., 1998). Coleman dan Evans (1985) melaporkan bahwa pembatasan nutrisi dalam pakan yang diberikan pada sapi, dapat menekan pertumbuhan tinggi dan panjang badan selama fase pertumbuhan. Ukuran linier dan bobot badan nyata dipengaruhi oleh bangsa, umur dan jenis kelamin, namun tidak dengan tingkat warna bulu (P<0,05). Warna bulu dikendalikan tunggal atau sedikit gen sehingga dengan demikian tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada sifat kuantitatif. Persamaan penduga bobot badan (BB) melalui lingkar dada (LD) yang diperoleh pada Kambing Mubende yaitu BB = -35,39 + 0,94 LD dengan koefisien determinasi disesuaikan (R2 adjusted) sebesar 0,90 (P<0,001), sedangkan pada SEA (Teso/Lugware) yaitu BB = -25,85 + 0,76 LD dengan R2 adjusted sebesar 0,88 (P<0,001) (Jimmy et al., 2010). Studi karakteristik morfometrik yang dilakukan Wirdateti et al. (2009) pada Rusa Sambar akan digunakan sebagai sifat dasar pertumbuhan terkait seleksi. Tujuan penelitian adalah untuk mengatur seleksi terbaik pada keturunan Rusa Sambar. Karakteristik morfometrik yang diamati pada penelitian yaitu masing-masing bobot badan, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, panjang kepala, lebar kepala, lebar telinga dan panjang telinga. Hasil penelitian menunjukkan lingkar dada (LD) berkorelasi sangat nyata terhadap bobot badan (BB) dengan persamaan penduga BB = -108,004 + 1,875 LD. Dapat disimpulkan lingkar dada merupakan kriteria yang dapat digunakan untuk menyeleksi sifat pertumbuhan pada Rusa Sambar. Bobot badan Rusa Sambar jantan pada umur dara dan dewasa lebih tinggi dibandingkan betina, kecuali pada rusa muda. Hal ini diduga terjadi karena pengaruh
8
hormonal, sehingga rusa jantan lebih berat mulai umur dara. Menurut Lincoln (1985), sekresi hormon luteinizing (LH) erat hubungannya dengan pertumbuhan dan siklus reproduksi pada kelompok jantan dan betina. Rendahnya bobot badan pada Rusa Sambar dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan yang tidak memadai, yaitu populasi rusa di lapang melebihi kapasitas tampungnya (Semiadi et al., 2005). Lingkar dada memberikan nilai korelasi fenotipik yang tertinggi kemudian diikuti oleh panjang badan, yaitu masing-masing 0,94 dan 0,90. Lingkar dada selanjutnya digunakan untuk menduga persamaan regresi linear yang paling baik sebagai penduga bobot badan. Nilai ketepatan (derajat determinasi) untuk persamaan regresi dengan variabel bebas gabungan lingkar dada dan panjang badan yaitu 0,88 sedangkan pada lingkar dada sebesar 0,87. Tampak bahwa semakin banyak variabel bebas yang dilibatkan untuk menduga bobot badan diperoleh derajat determinasi yang lebih tinggi. Persamaan linier penduga bobot badan dengan derajat determinasi (R2) tertinggi berturut-turut BB = -116,24 + 1,44 LD + 0,52 PB (R2 = 0,88) dan BB = -108,00 + 1,88 LD (R2 = 0,87). Cam et al. (2010) menyimpulkan bahwa panjang badan dapat digunakan sebagai penduga bobot badan pada Kambing Kilkeci tanpa mempertimbangkan usia, kondisi lapang dan jenis kelamin yang dibesarkan di empat peternakan berbeda sebelum waktu kawin pada kondisi peternakan rakyat. Terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara kelompok usia. Ditemukan korelasi positif dan signifikan (P<0,001) antara bobot badan dan ukuran tubuh. Korelasi tertinggi ditemukan antara bobot badan dan lingkar dada (0,847) dan dalam dada (0,775). Bobot badan dapat diduga menggunakan persamaan BB = -47,8 + 1,12 LD dengan koefisien determinasi (R2 = 0,717), sedangkan panjang badan dapat digunakan sebagai penduga ukuran bobot badan menggunakan persamaan BB = -20,2 + 0,96 PB dengan koefisien determinasi yang rendah (0,368). Ukuran linear tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Hal serupa diungkapkan Fourie et al. (2002) bahwa lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh paling besar terhadap bobot badan. Apriliyani (2007) sependapat dengan Fourie et al. (2002) dan menyatakan bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama. Jamal (2007)
9
dan Utami (2008) menambahkan lingkar dada, tinggi pundak, dalam dada dan panjang badan, berkorelasi positif dengan bobot badan. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai
kriteria
seleksi
karena
berkaitan
dengan
produktivitas
domba
(Trislawati, 2006). Lingkar dada diukur melingkar di belakang sendi siku, sedangkan panjang badan pada domba ditentukan dengan mengukur jarak antara tulang duduk sampai bahu. Menentukan Umur Domba Umur ternak dalam pemeliharaan mempunyai peran yang penting karena melalui umur peternak dapat mengetahui kapan ternaknya dapat dikawinkan maupun digemukkan. Cara menentukan umur domba dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan melihat pergantian serta keausan (pergesekan antar gigi susu yang tumbuh menjadi gigi seri) gigi seri dan berdasarkan informasi dari peternak (pencatatan). Umur menentukan tingkat pertumbuhan domba. Pada umur yang berbeda, pertumbuhan domba cenderung tidak sama. Frandson (1992) menerangkan, saat paling baik untuk menentukan umur seekor ternak adalah ketika pemunculan gigi. Gigi depan disebut gigi seri (incisor) dan biasanya dinyatakan dengan huruf I. Gigi ini diberi nomor dari arah pusat mulut atau simfisis, ke arah lateral. Pasangan pertama diberi kode I1 atau sentral, pasangan kedua disebut I2 atau intermediet, selanjutnya I3 disebut intermediet kedua dan yang terakhir (paling lateral) dengan nomor I4 atau sudut. Penentuan umur berdasarkan pergantian dan keausan gigi seri diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Gigi Seri Tetap
Umur
Keterangan
Kurang satu tahun
I0
Sepasang gigi tetap (2 buah)
l - 2 tahun
I1
Dua pasang gigi tetap (4 buah)
2 - 3 tahun
I2
Tiga pasang gigi tetap (6 buah)
3 - 4 tahun
I3
Empat pasang gigi tetap (8 buah)
4 - 5 tahun
I4
Belum ada gigi tetap (gigi susu)
Sumber : Ludgate (1989)
10
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD Berkah yang bertempat di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa barat, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan pada bulan Januari-Maret 2011. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini 216 ekor domba lokal jantan berasal dari tiga lokasi peternakan. Pakan yang diberikan adalah rumput lapang penuh pada UD. Berkah dan Sumber Rezeki Farm serta dan konsentrat dan ampas tahu pada Mitra Tani Farm. Jumlah dan sebaran contoh ternak domba menurut bangsa ternak yang berada pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sebaran Kelompok Ternak Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur
Kelompok Ternak
Jumlah
I0 (ekor)
I1 (ekor)
(ekor)
Domba Ekor Tipis
113
21
134
Domba Ekor Gemuk
52
30
82
Keterangan :
I0 = umur kurang dari 1 tahun I1 = umur antara 1,0-1,5 tahun
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan gantung kapasitas 100 kg dengan skala terkecil 0,2 kg, tongkat ukur dengan skala terkecil 0,1 cm, alat tulis dan pita ukur kapasitas 100 cm. Prosedur Persiapan Tahap awal dilakukan pemisahan domba berdasarkan bangsa ternak domba. Sebanyak 216 ekor domba yang berasal dari Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah dipisahkan menjadi 134 ekor Domba Ekor Tipis dan 82 ekor Domba Ekor Gemuk. Data bobot badan pada masing-masing diketahui dengan penimbangan terlebih dahulu. 11
Pengumpulan Data Data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan langsung terhadap sifat kuantitatif (bobot badan, panjang badan, dan lingkar dada) domba. Data sekunder adalah data populasi ternak dan kondisi kandang yang diperoleh melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber dan wawancara. Data-data domba yang telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan umur. Belum adanya sistem pencatatan yang baik menyebabkan umur domba tidak dapat ditentukan sehingga dilakukan penentuan umur ternak domba dengan melihat gigi. Adapun pendugaan umur ternak dilakukan dengan pengamatan berdasarkan gigi seri tetap seperti yang terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri Peubah yang Diukur Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah karakteristik fenotipik yang berkaitan dengan sifat kuantitatif, yaitu dengan mengukur panjang badan, lingkar dada dan bobot badan. Metode pengukuran untuk masing-masing peubah dilakukan sebagai berikut (Gambar 2) :
12
Panjang badan (PB) diukur dengan menghitung jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang bahu (Os scapula) sampai benjolan tulang lapis/tulang duduk (Os ischium), menggunakan tongkat ukur. Panjang badan bersatuan cm. Lingkar dada (LD) diukur melingkari rongga dada di belakang sendi bahu (Os scapula) dan kaki depan, menggunakan pita ukur. Lingkar dada bersatuan cm. Bobot badan (BB) diukur menggunakan timbangan. Lingkar dada memiliki satuan kg.
Gambar 2. Cara Mengukur Ukuran Tubuh Rancangan Data
yang
diperoleh
kemudian
dianalisis
secara
deskriptif
untuk
menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian, menentukan rataan, standar deviasi, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan persamaan regresi antara masing-masing ukuran tubuh yang mendukung keakuratan hasil penelitian. Dalam pengukuran, akan dihasilkan bentuk sebaran yang membentuk garis lurus atau linear. Sebaran data ini diolah menggunakan analisis regresi linear sederhana sesuai dengan persamaan (Brody, 1945) : y = a + bx Keterangan : y
= nilai bobot hidup dugaan (kg)
a
= intersep
b
= koefisien regresi/slope
x
= ukuran linear tubuh (cm)
13
Hubungan antara dua ukuran tubuh, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi berdasarkan Sudjana (1988), model korelasinya adalah :
Keterangan : r
= koefisien korelasi
x1
= peubah bebas ke-1
x2
= peubah bebas ke-2
n
= banyaknya pengulangan
Berdasarkan analisis di atas dihitung nilai korelasi (r) dan koefisien determinasi (R2). Nilai korelasi menunjukkan keeratan hubungan antara peubah x (LD dan PB) dan y (BB), sedangkan nilai koefisien determinasi menunjukkan besarnya keragaman peubah x yang mempengaruhi keragaman peubah y. Penentuan antara masing-masing parameter ukuran tubuh dalam setiap bangsa dan umur yang berbeda nyata, diperoleh dan dianalisis dengan uji-t.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada 6o18'10"-6o47'10" Lintang Selatan dan 106o23'45"-107o13'30" Bujur Timur. Kabupaten Bogor terdiri dari 35 kecamatan, salah satunya ialah Kecamatan Ciampea. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 146.608 jiwa yang terdiri atas 75.527 lakilaki dan 71.081 perempuan. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 53,6 km2 dengan ketinggian sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah Kecamatan Ciampea berupa dataran dan perbukitan. Perbukitan di kecamatan ini mencapai 55% dari seluruh luas wilayah, dengan suhu udara sekitar 20-30oC dan curah hujan mencapai 22 hari per tahun (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Kabupaten Bogor, 2010). Penelitian mengambil sampel di tiga peternakan di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah. Desa Tegalwaru merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Ciampea. Batas sebelah Utara Desa Tegalwaru adalah Desa Bojongrangkas. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongjengkol. Lokasi Desa Tegalwaru dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea (http://maps.google.com, 5 Agustus 2011) 15
Desa Tegalwaru masuk ke dalam kategori Inpres Desa Tertinggal dengan luas wilayah 338.843 ha dan ketinggian 200 m di atas permukaan laut (dpl) serta curah hujan tinggi yaitu sekitar 21-23 m3. Desa Tegalwaru pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk 12.327 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tegalwaru pada umumnya hanya tamat sekolah dasar atau sederajat, yaitu sebesar 1.135 orang atau 9,21% dari jumlah penduduk, namun masih ada sejumlah masyarakat yang mampu meneruskan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi setingkat program doktor (S3) yaitu sekitar 27 orang atau 0,22% dari jumlah penduduk. Penduduk yang memiliki mata pencaharian bertani (termasuk didalamnay beternak) di Kecamatan Ciampea yaitu berjumlah 971 jiwa atau 7,88% dari jumlah penduduk (Haerudin, 2010). Kondisi Umum Peternakan Mitra Tani Farm Mitra Tani Farm atau lebih dikenal MT Farm merupakan sebuah usaha berbasis peternakan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya domba, kambing, sapi dan kelinci. Usaha ini dikelola oleh beberapa alumni Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bidang usaha dari MT Farm mencakup penggemukkan, pembibitan, aqiqah dan cattering. Usaha MT Farm dibina dan dibimbing oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Luas lahan dan kandang sebesar 1 Ha. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem koloni yang dapat menampung 10-15 ekor domba tiap kandang dan total keseluruhan kapasitas kandang hingga 300 ekor ternak domba. Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa konsentrat dan ampas tahu. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 4. Jumlah ampas tahu yang diberikan tidak ditimbang, tetapi ditaksir sebanyak kebutuhan ternak, sedangkan pemberian konsentrat dengan ditakar sebesar satu ember untuk 1-2 kandang. Pakan berupa ampas tahu diberikan pada siang dan sore hari, sedangkan konsentrat diberikan pada pagi hari. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. MT Farm berlokasi di Jalan Baru No.39 RT.04 RW.05 Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
16
Gambar 4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm UD Berkah Usaha Dagang Berkah disingkat UD. Berkah merupakan usaha berbasis peternakan komersial perorangan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya sapi, domba dan kambing. Peternakan ini didirikan pada tahun 2005. Bidang usaha dari UD. Berkah mencakup penggemukkan, pembibitan dan aqiqah. Ternak domba dan kambing dalam jumlah sedikit, hanya untuk aqiqah dan jasa cattering, sebagian pembibitan. Pada Hari Raya Idul Qurban, jumlah ternak ditambah untuk keperluan penggemukkan dan penjualan. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem individu yang dapat menampung hingga 75 ekor ternak domba, sedangkan kandang pembibitan menerapkan sistem koloni hingga 45 ekor ternak domba. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 5.
17
Gambar 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD Berkah Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapang dan daun. Waktu pemberian pada pagi, siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan hijauan domba tidak perlu diberikan air minum terpisah. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap genteng. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. UD. Berkah beralamat di Gang Barokah Jalan Manunggal Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Sumber Rezeki Farm Peternakan
Sumber
Rezeki
(SR)
Farm
dibentuk
melalui
program
pemberdayaan Direktorat Jenderal Peternakan bernama Sarjana Masuk Desa atau lebih dikenal dengan sebutan SMD. SR Farm mulai beroperasi Februari 2011, walaupun telah disahkan berdiri sejak Desember 2010. SR Farm khusus menangani budidaya dan penjualan ternak domba. Berawal dari 68 ekor domba yang terdiri atas 33 ekor Domba Garut dan 35 Domba Ekor Tipis (lokal), SR Farm dapat bertahan 18
hingga saat ini. Peternakan ini memiliki kandang yang dapat menampung ternak domba hingga 100 ekor. Kandang domba SR Farm menerapkan sistem koloni dengan kapasitas 5-7 ekor per kandang. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba Sumber Rezeki Farm Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapang. Waktu pemberian pada pagi, siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan hijauan domba tidak diberikan air minum. Domba dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. SR Farm bertempat tidak jauh dari MT Farm, yaitu Desa Tegalwaru RT.03 RW.05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Domba Ukuran-ukuran permukaan tubuh memiliki kegunaan untuk menaksir bobot badan dan memberikan gambaran bentuk (shape) tubuh hewan sebagai ciri khas
19
suatu bangsa (Doho, 1994). Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk yang telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 3. Domba Ekor Gemuk Tabel 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda Umur
Bobot Badan (kg)
I0
18,74±6,05 (n=52)
I1
17,94±5,71 (n=30)
Rataan Umum
18,45±5,91
Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor)
Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Domba Ekor Gemuk mempunyai rataan umum bobot badan sebesar 18,45 kg/ekor dengan kisaran antara 17,94-18,74 kg/ekor. Data memperlihatkan terjadinya penurunan rataan bobot badan pada Domba Ekor Gemuk. Perbedaan bobot badan ini mungkin disebabkan oleh kondisi tubuh saat ternak ditimbang. Perbedaan kondisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan, sebagaimana dinyatakan oleh Judge et al. (1989) bahwa komposisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan. Diperkirakan pada laju pertumbuhan yang berbeda, pertumbuhan tulang karkas tidak berbeda, sedangkan pertumbuhan daging dan lemak karkas berbeda (Rianto et al., 2006). Natasasmita (1979) menambahkan bahwa pakan sangat penting diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan ternak, sehingga harus mengandung gizi dan selalu tersedia. Pakan yang diberikan pada umumnya berupa hijauan; tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang, maka perlu diberikan penambahan pakan penguat seperti konsentrat. Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang proporsional dari bobot badan, karena bobot badan merupakan fungsi dari volume tubuh. Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh ternak dapat dideskripsikan dengan menggunakan ukuran permukaan tubuh dan penilaian visual pada ternak. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Gemuk (DEG) pada umur berbeda disajikan pada Tabel 4.
20
Tabel 4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda Peubah
I0 (n=52)
I1 (n=30)
Rataan Umum (n=82)
---------------------------------- cm -------------------------------
Lingkar Dada
58,17±4,86
60,33±5,83
58,96±5,3
Panjang Badan
48,85±4,68
48,9±4,77
48,87±4,68
Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor)
Rataan lingkar dada DEG pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum lingkar dada sebesar 58,96 cm/ekor dengan kisaran antara 58,17-60,33 cm/ekor. Hal yang sama juga terjadi pada rataan panjang badan DEG pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Banyak faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh diantaranya pakan dan jenis kelamin. Pakan yang diberikan pada penelitian ini adalah ad libitum disesuaikan dengan takaran tempat pakan yang ada, sementara itu kandang berbentuk koloni, sehingga memungkinkan sebagian domba tidak mendapatkan pakan seuai kebutuhannya. Ukuran tubuh bertambah seiring dengan bertambahnya umur, namun demikian ukuran tubuh ternak juga dipengaruhi kandungan gizi dan jenis kelamin. Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum panjang badan sebesar 48,87 cm/ekor dengan kisaran antara 48,85-48,9 cm/ekor. Hasil ini menandakan bahwa panjang badan Domba Ekor Gemuk umur I0 hingga umur I1 tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut Aberle et al. (2001), ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan mengalami pertumbuhan. Pada waktu kecepatan pertumbuhan mendekati konstan, slope kurva pertumbuhan hampir tidak berubah. Dalam hal ini, pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ penting mulai berhenti, sedangkan penggemukkan (fattening) mulai dipercepat. Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Rataan bobot badan Domba Ekor Tipis yang telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 5.
21
Domba Ekor Tipis Tabel 5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda Umur
Bobot Badan (kg)
I0
15,32±5,44 (n=113)A
I1
23,91±6,56 (n=21)B
Rataan Umum
16,67±6,42
Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01)
Berbeda dengan Domba Ekor Gemuk, pada Domba Ekor Tipis bobot badan umur I0 dan I1 berbeda sangat nyata (masak dini). Hal tersebut ditunjukkan oleh bobot badan Domba Ekor Tipis umur I1 yang nyata lebih tinggi dibandingkan Domba Ekor Tipis umur I0 (P<0,01). Domba Ekor Tipis umur I0 memiliki rataan bobot badan 15,32 kg/ekor sedangkan pada umur I1, rataan bobot badan Domba Ekor Tipis mencapai 23,91 kg/ekor. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan bobot badan pada domba. Meningkatnya umur berkorelasi dengan meningkatnya bobot badan, namun pertumbuhan akan terhenti pada umur tertentu sehingga bobot badan tidak akan meningkat kembali. Hasil ini sesuai dengan apa yang dikatakan Tillman et al. (1984) bahwa pertumbuhan ternak terdiri atas tahap cepat yang terjadi mulai awal sampai pubertas dan tahap lambat yang terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai. Bobot badan yang berbeda disebabkan domba mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsumsi pakan. Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Bobot badan juga dipengaruhi oleh manajemen dan lingkungan pemeliharaan serta pemberian pakan yang diberikan, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Aberle et al. (2001) dan Williams (1982). Tampak bahwa kelompok Domba Ekor Tipis memiliki bobot badan yang lebih besar dibandingkan Domba Ekor Gemuk, sehingga dapat dikatakan bangsa domba dapat mempengaruhi ukuran bobot badan. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Tipis (DET) pada umur berbeda disajikan pada Tabel 6.
22
Tabel 6. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda I0 (n=113)
Peubah
I1 (n=21)
Rataan Umum (n=134)
----------------------------- cm --------------------------
Lingkar Dada Panjang Badan
56,15±6,89A
65,62±6,69B
57,64±7,66
A
B
47,44±5,21
46,65±4,92
51,71±4,75
Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01)
Perbedaan umur berpengaruh nyata terhadap rataan lingkar dada dan panjang badan Domba Ekor Tipis (P<0,01). Rataan lingkar dada DET pada umur I1 sangat nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I0. Hal demikian terjadi pula pada rataan panjang badan DET pada umur I0 maupun I1. Rataan panjang badan DET pada umur I1 nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I0. Hasil ini memiliki arti lingkar dada dan panjang badan dapat dijadikan kriteria dalam menentukan bobot badan DET pada umur I0 dan I1. Penelitian sebelumnya menyatakan lingkar dada dan panjang badan mempunyai korelasi yang erat dengan bobot badan domba, sehingga erat hubungannya
dengan
pertumbuhan.
Diwyanto
(1982)
dan
Amri
(1992)
menambahkan semakin cepat laju pertumbuhan, menyebabkan ukuran tubuh linear seperti lingkar dada dan panjang badan meningkat. Hal ini pula yang mendasari konsep pertumbuhan yaitu ke arah samping (Manggung, 1979). Ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan masih dapat mengalami pertumbuhan selama belum mendekati pertumbuhan konstan. Pertumbuhan merupakan terjadinya perubahan ukuran tubuh dalam suatu organisme sebelum mencapai dewasa, sedangkan perkembangan adalah produk hasil perbedaan pertumbuhan dari masing-masing bagian tubuh dari suatu organisme. Selain umur, lingkar dada dan panjang badan merupakan karakter tubuh yang dapat dipengaruhi oleh genetik ternak. Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada merupakan karakter kuantitatif (Salamena, 2006). Selanjutnya Noor (2004) menyatakan karakter atau sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak gen yang aksinya bersifat aditif, sehingga terdapat kemungkinan bobot badan dipengaruhi oleh gen dari ukuran tubuh lain seperti panjang badan dan lingkar dada.
23
Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan Persamaan Regresi Linear Pada umumnya, bobot badan domba akan mencerminkan bobot karkas yang dihasilkan dan menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan pakan serta nilai jual domba. Metode pengukuran bobot badan dapat dilakukan dengan pendugaan yang umumnya dilakukan melalui ukuran-ukuran tubuh ternak, misalnya melalui lingkar dada dan panjang badan. Domba Ekor Gemuk Tabel 7 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG) umur I0. Tabel 7. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I0 Persamaan
R2
Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan
y = 1,152x-48,29
0,857
0,926**
Panjang Badan – Bobot Badan
y = 0,984x-29,35
0,578
0,761**
Ukuran
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 7 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,152x-48,29 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,926 dan koefisien determinasi 0,857. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 1,152 satuan dan sekitar 85,7% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 14,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 7). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I0.
24
33
Bobot Badan (kg)
28
23
y = 1.152x - 48.29 R² = 0.857 18
13
8 50
55
60
65
70
Lingkar Dada (cm)
Gambar 7. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I0 Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,984x-29,35 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,761 dan koefisien determinasi 0,578. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,984 satuan dan sekitar 57,8% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 42,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 8). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I0. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Gemuk umur I0 yang diukur tertera pada Tabel 7.
25
33
Bobot Badan (kg)
28
23
18
y = 0.984x - 29.35 R² = 0.578
13
8 40
45
50
55
60
Panjang Badan (cm)
Gambar 8. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I0 Setiap
komponen
tubuh
mempunyai
kecepatan
pertumbuhan
atau
perkembangan yang berbeda, karena pengaruh genetik maupun lingkungan, namun dapat berkorelasi satu sama lain. Doho (1994) mengemukakan bahwa korelasi yang erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya proses pertumbuhan yang terjadi pada hewan tersebut, karena untuk menjaga keseimbangan biologis, maka setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diiikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh. Tabel 8 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG) umur I1. Tabel 8. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I1 Persamaan
R2
Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan
y = 0,916x-37,35
0,875
0,935**
Panjang Badan – Bobot Badan
y = 1,051x-33,47
0,772
0,879**
Ukuran
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
26
Tabel 8 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,916x-37,35 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,935 dan koefisien determinasi 0,875. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,916 satuan dan sekitar 87,5% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 12,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 9). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I1.
Bobot Badan (kg)
29
24
y = 0.916x - 37.35 R² = 0.875
19
14
9
50
55
60
65
70
75
Lingkar Dada (cm)
Gambar 9. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I1 Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,051x-33,47 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,879 dan koefisien determinasi 0,772. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
27
badan (y) sebesar 1,051 satuan dan sekitar 77,2% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 22,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 10). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I1. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Gemuk umur I1 yang diukur tertera pada Tabel 8.
Bobot Badan (kg)
29
24
19
y = 1.051x - 33.47 R² = 0.772
14
9 41
46
51
56
61
Panjang Badan (cm)
Gambar 10. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Umur I1 Nilai korelasi ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk umur I1 pada umumnya lebih tinggi dari I0, dengan kata lain Domba Ekor Gemuk umur I1 umumnya memiliki hubungan yang lebih erat pada masing-masing ukuran tubuh dibandingkan Domba Ekor Gemuk umur I0. Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 hingga +1. Nilai -1 menunjukkan adanya hubungan yang sempurna namun bersifat terbalik atau berlawanan (negatif) antara masing-masing variabel, sedangkan hubungan +1
28
menyatakan adanya hubungan sempurna positif antara masing-masing variabel. Koefisien korelasi bernilai sempurna positif mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y juga naik, sedangkan koefisien korelasi bernilai sempurna negatif jika nilai X naik, maka Y akan turun atau sebaliknya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Nurhayati (2004) bahwa terdapat korelasi positif antara bobot badan dan panjang badan. Domba Ekor Tipis Tabel 9 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I0. Tabel 9. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I0 Persamaan
R2
Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan
y = 0,748x-26,72
0,901
0,949**
Panjang Badan – Bobot Badan
y = 0,838x-23,81
0,575
0,759**
Ukuran
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 9 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,748x-26,72 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,949 dan koefisien determinasi 0,901. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,748 satuan dan sekitar 90,1% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 9,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 11). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I0.
29
36
Bobot Badan (kg)
31
26
21
y = 0.748x - 26.72 R² = 0.901
16
11
6 41
46
51
56
61
66
71
76
Lingkar Dada (cm)
Gambar 11 Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Umur I0 Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,838x-23,81 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,759 dan koefisien determinasi 0,575. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,838 satuan dan sekitar 57,5% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 42,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 12). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I0. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Tipis umur I0 yang diukur tertera pada Tabel 9.
30
35
Bobot Badan (kg)
30
25
20
y = 0.838x - 23.81 R² = 0.575
15
10
5 37
42
47
52
57
62
Panjang Badan (cm)
Gambar 12. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Umur I0 Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan nilai ukuran tubuh ternak ialah bangsa ternak, kemampuan individu ternak saat tumbuh dan manajemen pemeliharaan termasuk di dalamnya pemberian dan konsumsi pakan. Tumbuh kembang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pakan dan manajemen (Aberle et al., 2001). Selanjutnya dinyatakan Cole (1982), laju pertumbuhan setelah lepas sapih ditentukan oleh potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak. Potensi pertumbuhan dalam periode lepas sapih juga dipengaruhi oleh faktor bangsa. Perbedaan bangsa memberikan keragaman dalam kecepatan pertumbuhan dan komposisi tubuh. Ternak dari satu bangsa tertentu cenderung tumbuh dan berkembang dalam suatu sifat yang khas, yang mencerminkan kekhasan bangsanya (Aberle et al., 2001). Tabel 10 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I1.
31
Tabel 10. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I1 Persamaan
R2
Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan
y = 0,904x-35,45
0,852
0,923**
Panjang Badan – Bobot Badan
y = 1,040x-29,89
0,566
0,753**
Ukuran
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 10 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,904x-35,45 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,923 dan koefisien determinasi 0,852. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,904 satuan dan sekitar 85,2% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar dada dan bobot badan, sedangkan 14,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot badan (Gambar 13). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I1. 39
Bobot Badan (kg)
34
29
24
19
y = 0.904x - 35.45 R² = 0.852
14
9 48
53
58
63
68
73
Lingkar Dada (cm)
Gambar 13. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Umur I1 32
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,040x-29,89 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,753 dan koefisien determinasi 0,566. Hal tersebut memiliki pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot badan (y) sebesar 1,040 satuan dan sekitar 56,6% kesesuaian model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan bobot badan, sedangkan 43,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan (Gambar 14). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I1. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Tipis umur I1 yang diukur tertera pada Tabel 10. 39
Bobot Badan (kg)
34
29
24
y = 1.040x - 29.89 R² = 0.566
19
14
9 41
46
51
56
61
Panjang Badan (cm)
Gambar 14. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis umur I1 Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh besar terhadap bobot badan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
33
korelasi positif ditemukan antara lingkar dada dan tingkat pertumbuhan yang mengindikasikan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan pada ternak. Darmadi (2004) menambahkan bahwa pada umumnya lingkar dada lebih mempengaruhi bobot badan dibandingkan panjang badan yang mempengaruhinya. Uji Keakuratan Uji keakuratan perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan rumus pendugaan terhadap ukuran tubuh domba yang sebenarnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan ukuran bobot hidup dan lingkar dada yang dimasukkan ke dalam pengolahan data persamaan tersebut. Pengujian keakuratan disajikan pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Lingkar Dada Bangsa Domba
Umur
I0
DEG
Ukuran Sebenarnya LD (cm) BB (kg/ekor) 60 26,5 61 25,5 64 29 61 26 62 23,5
BB Dugaan (kg/ekor) 20,83 21,98 25,44 21,98 23,13
Rataan
I1
72 64 56 56 59
31,75 26 17,2 16,8 16,8
28,6 21,27 13,95 13,95 16,69
56 55 44 48 51
15,3 14,95 6,9 9,4 11,8
15,17 14,42 6,19 9,18 11,43
58 49 71 74 63
18,85 10,75 31 38 25
16,98 8,85 28,73 31,45 21,5
Rataan
I0
DET
Rataan
I1
Rataan
Ketelitian (%) 78,6 % 86,2% 87,7% 84,5% 98,4% 87,1% 90,1% 81,8% 81,1% 83% 99,3% 72,1% 99,2% 96,5% 89,7% 97,7% 96,9% 96% 90,1% 82,3% 92,7% 82,8% 86% 71,3%
Keterangan : LD = Lingkar Dada; BB = Bobot Badan; BB Dugaan = Bobot Badan yang diduga menggunakan persamaan regresi
34
Tabel 12. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Panjang Badan Bangsa Domba
Umur
I0
DEG
Ukuran Sebenarnya PB (cm) BB (kg/ekor) 44,5 26,5 42,5 13 49 25,5 53 30 51 26
BB Dugaan (kg/ekor) 14,44 12,47 18,87 22,8 20,83
Rataan
I1
52,5 56,5 47 42 43
27,5 28,5 23,5 13,5 12,1
21,71 25,91 15,93 10,67 11,72
53 45 49 41 43
20,95 13,9 17,9 10,8 12,4
20,6 13,9 17,25 10,55 12,22
42 48 53,5 57 60
17 20,1 31 34 38
13,79 20,03 25,75 29,39 32,51
Rataan
I0
DET
Rataan
I1
Rataan
Ketelitian (%) 54,5 % 95,9% 74% 76% 80,1% 76,1% 78,9% 90,9% 67,8% 79% 96,9% 82,7% 98,3% 100% 96,4% 97,7% 98,6% 98,2% 81,1% 99,7% 83,1% 86,4% 85,6% 87,2%
Keterangan : PB = Panjang Badan; BB = Bobot Badan; BB Dugaan = Bobot Badan yang diduga menggunakan persamaan regresi
Berdasarkan Tabel 11 dan 12, diperoleh persentase ketelitian pengujian rumus relatif cukup tinggi karena lebih dari 70%, sehingga persamaan ini cukup akurat untuk digunakan sebagai penduga bobot badan DEG dan DET pada masingmasing umur di kecamatan tersebut. Rumus penduga melalui persamaan regresi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dengan kepemilikan alat ukur yang kurang memadai agar memudahkan dalam menentukan bobot hidup dan menseleksi domba tanpa harus menimbang satu persatu. Masyarakat cukup hanya menggunakan pita atau tongkat ukur yang ada di pasaran untuk menduga bobot badan ternak domba di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea.
35
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penentuan bobot badan dapat menggunakan persamaan regresi dengan menggunakan lingkar dada (LD) dan panjang badan (PB), yaitu BB = 1,152 LD 48,29 (R2 = 0,857; KK = 0,926) dan BB = 0,984 PB – 29,35 (R2 = 0,578; KK = 0,761) untuk Domba Ekor Gemuk umur I0, sedangkan pada Domba Ekor Gemuk umur I1, persamaan penduga masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,916 LD – 37,35 (R2 = 0,875; KK = 0,935) dan BB = 1,051 PB – 33,47 (R2 = 0,772; KK = 0,879). Domba Ekor Tipis umur I0 memiliki pola hubungan yang diperlihatkan dengan persamaan BB = 0,748 LD – 26,72 (R2 = 0,901; KK = 0,949) dan BB = 0,838 PB – 23,81 (R2 = 0,575; KK = 0,759), sedangkan pada Domba Ekor Tipis umur I1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,904 LD – 35,45 (R2 = 0,852; KK = 0,923) dan BB = 1,040 PB – 29,89 (R2 = 0,566; KK = 0,753). Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ukuran tubuh lain yang dapat dijadikan variabel penduga bobot badan pada ternak domba. Peternak diharapkan lebih memperhatikan manajemen pemeliharaan dan perlu melakukan pencatatan produksi.
36
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur tak terhingga Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat pertolongan dari-Nya, Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang istiqomah dalam Iman dan Islam hingga akhir hayatnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir. Hj. Komariah, M.Si. sebagai dosen pembimbing utama dan Bapak Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. sebagai dosen pembimbing anggota atas segala kesabaran, pengertian dan bimbingannya sejak penyusunan proposal hingga penulisan skripsi ini. Ibu Ir. Henny Nuraini, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik, terimakasih atas bimbingan studi selama menjalankan kegiatan akademik di Fapet IPB. Penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama dari Mas Budi, Mas Afnan dan Mas Amrul beserta tim MT Farm, Kang Tedi dan Mba’Umi, S.Pt. beserta tim SR Farm dan Ust.Romli dan Mas Tri beserta tim UD. Berkah juga tim peneliti bimbingan Ibu Komariah, Aslimah, Desti Astuti dan Latifah Hanum yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu selama penelitian berlangsung serta atas informasi berharga terkait kondisi peternakan masng-masing. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan pula kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc dan Ibu Ir. Widya Hermana, M.Si. sebagai dosen penguji dalam ujian sidang, yang telah mengkritik, memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam penulisan skripsi ini. Ibunda dan Ayahanda yang Penulis sangat sayangi dan banggakan, terimakasih atas segala curahan dan kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan dan doa terbaik kepada Penulis hingga saat ini. Adik penulis yang kedua Deasy Lina Tsuraya beserta suaminya Ayatullah Nainggolan, S.Pd. dan adik bungsu penulis Fahmi Irfan Dzaki, terimakasih atas segala motivasi dan doanya. Seseorang yang ikhlas mendoakan dan memotivasi, Brillian Desca. Kepada Ust. Drs. E. Syamsudin beserta keluarga dan Mas Wasis Wiseso, S.Pt. beserta keluarga, terimakasih atas segala perhatian dan taushiyyahnya. Kepada sahabat IPTP43, Asrama Masjid dan LDK Al Hurriyyah, Puskomda Pribar, Asisten PAI, Itsar Networking, Kosan Al Izzah, Palem, As Shaff, Batu dan Forhuman serta kepada semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada kalian semua. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amiin.
37
DAFTAR PUSTAKA Aberle E. D., J. C. Forrest, D. E. Gerrard, E. W. Mills, H. B. Hendrick, M. D. Judge & R. A. Merkel. 2001. Principles of Meat Science. 4th Edit. Kendall/Hunt Publishing Co., Iowa. Amri, U. 1992. Beberapa ukuran tubuh sebagai penduga bobot karkas pada ternak domba lokal. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Apriliyani, I. N. 2007. Penampilan produksi dan pendugaan bobot hidup berdasarkan ukuran linear tubuh sapi lokal dan sapi persilangan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor. 2010. Data Curah Hujan Kabupaten Bogor. http://www.bmg.go.id/data.bmkg?Jenis=Teks&IDS=3449599169746188273. [8 Juli 2011] Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth. Reinhold Publishing Co., Inc., New York. Cam, M. A., M. Olfaz & E. Soydan. 2010. Possibilities of using morphometrics characteristics as a tool for body weight prediction in Turkish Hair Goats (Kilkeci). Asian Journal of Animal and Veterinary Advances 5 (1): 52-59. Cole, V. G. 1982. Beef Cattle Production Guide. NSWUP Ed. Parramatta, New South Wales: Mac Arthur Press. Coleman, S.W. & B.C. Evans, 1985. Effect of nutrition of age and size on compensatory growth in two breeds of steers. Journal Animal Science 63: 1968-1982. Darmadi, D. 2004. Produktivitas Domba Garut tipe daging di dua desa yang berbeda ketinggian tempat di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Devendra, C & G. B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. Longman Group Limited, London. Devendra, C. & G. B. McLeroy. 1992. Sheep Breeds. Dalam : C. Devendra & G. B. McLeroy (Editor). Goat and Sheep Production in the Tropic. ELBS Longman Group Ltd, London. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2009. Statistik Peternakan. http://disnakan.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&i d =175&Itemid=311 [8 Juni 2011] Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Statistik Peternakan 2009. Departemen Pertanian, Jakarta. Diwyanto, K. 1982. Pengamatan fenotip Domba Priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
38
Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada Domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Oliver & C. Van Der Weathuizen. 2002. Relationship between production performance, visual appraisal and body measurements of young Dorper Rams. South African Journal of Animal Science 32 : 256-262. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan : B. Srigandono dan Koen Praseno. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Google Maps. 2011. Peta Satelit Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea. http://maps.google.com/peta+satelit+desa+tegalwaru+kecamatan+ciampea [5 Agustus 2011]. Haerudin. 2009. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa Kepala Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea, Bogor. Iniguez, L., M. Sanhez & S. P. Ginting. 1991. Productivity of Sumatran Sheep in a system integrated with rubber plantation. Small Ruminant Research 5 : 303307. Jamal, M. K. 2007. Pendugaan bobot badan melalui ukuran-ukuran tubuh dengan pendekatan analisis regresi best-subset pada Domba Garut tipe tangkas, pedaging dan persilangannya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jimmy, S., M. David, K. R. Donald & M. Dennis. 2010. Variability in body morphometric measurements and their application in predicting live body weight of Mubende and Small East African Goat breeds in Uganda. MiddleEast Journal of Scientific Research 5 (2): 98-105. Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Forest, H. B. Hedrick & R. A. Merkel. 1989. Principles of Meat Science. Kendal Hunt Publishing Company, Dubuque. Kamalzadeh, A., W. J. Koops & J. van Bruchem, 1998. Feed quality restriction and compensatory growth in growing sheep: modelling changes in both dimensions. Livestock Production Science 53: 57-67. Laidding, A. R. 1996. Hubungan berat badan dan lingkar dada dengan beberapa sifat ekonomi penting pada Sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan Universitas Hassanudin IV (10) : 127-133. Lincoln, G. A. 1985. Seasonal breeding in deer. In: Biology of deer production (Eds. P.F. Fennessy & K.R. Drew). The Royal Society of New Zealand Bulletin 22:165-179. Ludgate, P. J., 1989. Kumpulan peragaan dalam rangka penelitian ternak kambing dan domba di pedesaan. Cetakan kedua. Small Ruminant Collaborative Research Support Program. Balitnak. Departemen Pertanian, Bogor. Manggung, R. I. R. 1979. Pendugaan bobot hidup dan bobot karkas Sapi Bali berdasarkan pengukuran morfologi. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
39
Martojo, H. 1990. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mason, I. L. 1980. Profilic Tropical Sheep. Food and Agricultural Organization of The United Nations, Rome. Mathius, W. B., B. Haryanto & I. W. R. Susana. 1998. Studi strategi kebutuhan energi protein untuk domba lokal: Dua tingkat energi-protein ransum, atas jumlah foetus. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian, Bogor. Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik Domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyaningsih, N. 1990. Domba Garut sebagai sumber plasma nutfah ternak. Plasma Nutfah Hewan Indonesia. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Indonesia. 4249. Mulyaningsih, T. 2006. Penampilan Domba Ekor Tipis jantan yang digemukkan dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Munier, F. F., D. Bulo, Syafruddin & Femmi N. F. 2003. Pertambahan bobot badan Domba Ekor Gemuk (DEG) yang dipelihara secara semi-intensif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian, Bogor. Natasasmita, A. 1979. Body composition of Swamp Buffalo (Bubalus bubalis). A study of developmental growth and sex differences. Thesis. University of Melbourne, Australia. Noor, R. R. 2004. Genetika Ternak. Edisi ke 3. Penebar Swadaya, Jakarta. Nurhayati. 2004. Penampilan pertumbuhan Domba Priangan di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Pesmen, G. & M. Yardimci. 2008. Estimating the live weight using some body measurements in Saanen Goats. Archiva Zootechnica 11 (4) : 30-40. Rianto, E., E. Lindasari, E. Purbowati. 2006. Pertumbuhan dan komponen fisik karkas Domba Ekor Tipis jantan yang mendapat dedak padi dengan aras berbeda. Journal Animal Production 8 (1) : 29-33. Rizal, Y. 2000. Respon ayam broiler terhadap penggantian sebagian bungkil kedelai dengan bungkil inti sawit dalam ransum. Jurnal Peternakan dan Lingkungan (6) 1 : 15 – 20 Salamena, J. F. 2006. Karakteristik fenotipik Domba Kisar di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku sebagai langkah awal konservasi dan pengembangannya. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
40
Semiadi G, Adhi IGMJ & Trasodiharto A. 2005. Pola kelahiran Rusa Sambar (Cervus unicolor) di Penangkaran Kalimantan Timur. Jurnal Biodiversitas 6 (1) : 59-62. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi II. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudjana. 1988. Metode Statistik. Edisi ke IV. Tarsito, Bandung. Suharya, E. & R. Setiadi. 1992. Pembinaan produksi ternak domba dan kambing di Jawa Barat. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor, Bogor. Tillman, A.D., Hartadi H., Reksohadiprodjo S., Prawirokusumo S. & Lebdosoekojo S. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner & T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surakarta. Trislawati, L. 2006. Seleksi Domba Garut pejantan di Peternakan Ternak Domba Sehat Dompet Dhuafa (TDS-DD) Republika berdasarkan ukuran-ukuran tubuh. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Utami, T. 2008. Pola pertumbuhan berdasarkan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh Domba Lokal di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Williams, I. H. 1982. A Course Manual in Nutritions and Growth. Australian Vicechamcellons Com, Australia. Williamson G. & W. J. A. Payne. 1993. Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. 5th Ed. Longmans Green and Company, Ltd. London. Wirdateti, B. Brahmantyo, A. Reksodiharjo, G. Semiadi & H. Dahrudin. 2009. Karakteristik morfometrik Rusa Sambar (Rusa unicolor) sebagai dasar kriteria seleksi sifat pertumbuhan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 10 (1) : 7-11.
41
LAMPIRAN
42
Lampiran 1. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I0 Variabel Jumlah lingkar dada (x) 52 panjang badan (x) 52 bobot badan (y) 52
Rataan 58.173 48.846 18.743
SE Rataan 0.674 0.648 0.839
StDev 4.862 4.675 6.052
Lampiran 2. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I0
panjang badan bobot badan
lingkar dada panjang badan 0.783 0.926 0.761
Lampiran 3. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I0 Persamaan Regresi : bobot badan (y) = - 48.3 + 1.15 lingkar dada (x) Penduga Konstanta lingkar dada (x)
Nilai -48.291 1.15232
Nilai SE 3.885 0.06656
T -12.43 17.31
P 0.000 0.000
T -5.04 8.29
P 0.000 0.000
S = 2.31100 R2 = 85.7% R2 (adj) = 85.4% Persamaan Regresi : bobot badan (y) = - 29.4 + 0.985 panjang badan (x) Penduga Konstanta Panjang badan (x)
Nilai -29.359 0.9848
Nilai SE 5.829 0.1188
S = 3.96637 R2 = 57.9% R2 (adj) = 57.0% Lampiran 4. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I1 Variabel Jumlah lingkar dada (x) 30 panjang badan (x) 30 bobot badan (y) 30
Rataan 60.33 48.90 17.94
SE Rataan 1.06 0.871 1.04
StDev 5.83 4.771 5.71
43
Lampiran 5. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I1
panjang badan bobot badan
lingkar dada panjang badan 0.838 0.935 0.879
Lampiran 6. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I1 Persamaan Regresi : bobot badan (y) = - 37.4 + 0.916 lingkar dada (x) Penduga Konstanta lingkar dada (x)
Nilai -37.350 0.91647
Nilai SE 3.966 0.06544
T -9.42 14.00
P 0.000 0.000
T -6.32 9.75
P 0.000 0.000
S = 2.05350 R2 = 87.5% R2 (adj) = 87.1% Persamaan Regresi : bobot badan (y) = - 33.5 + 1.05 panjang badan (x) Penduga Konstanta Panjang badan (x)
Nilai -33.477 1.0515
Nilai SE 5.299 0.1079
S = 2.77163 R2 = 77.2% R2 (adj) = 76.4% Lampiran 7. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I0 Variabel lingkar dada (x) panjang badan (x) bobot badan (y)
Jumlah 113 113 113
Rataan 56.155 46.650 15.319
SE Rataan 0.649 0.462 0.511
StDev 6.894 4.916 5.436
Lampiran 8. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I0
panjang badan bobot badan
lingkar dada panjang badan 0.777 0.949 0.759
Lampiran 9. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I0 Persamaan Regresi : bobot badan (y) = - 26.7 + 0.749 lingkar dada (x) 44
Penduga Konstanta lingkar dada (x)
Nilai -26.720 0.74863
Nilai SE 1.331 0.02352
T -20.08 31.83
P 0.000 0.000
T -7.43 12.27
P 0.000 0.000
S = 1.71589 R2 = 90.1% R2 (adj) = 90.0% Persamaan Regresi : bobot badan (y) = - 23.8 + 0.839 panjang badan (x) Penduga Konstanta Panjang badan (x)
Nilai -23.818 0.83895
Nilai SE 3.207 0.06837
S = 3.55725 R2 = 57.6% R2 (adj) = 57.2% Lampiran 10. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I1 Variabel Jumlah lingkar dada (x) 21 panjang badan (x) 21 bobot badan (y) 21
Rataan 65.62 51.71 23.91
SE Rataan 1.46 1.04 1.43
StDev 6.70 4.75 6.56
Lampiran 11. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I1
panjang badan bobot badan
lingkar dada panjang badan 0.732 0.923 0.753
Lampiran 12. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I1 Persamaan Regresi : bobot badan (y) = - 35.5 + 0.905 lingkar dada (x) Penduga Konstanta lingkar dada (x)
Nilai -35.451 0.90469
Nilai SE 5.695 0.08636
T -6.23 10.48
P 0.000 0.000
Persamaan Regresi : bobot badan (y) = - 29.9 + 1.04 panjang badan (x) Penduga Nilai Nilai SE T Konstanta -29.89 10.84 -2.76 Panjang badan (x) 1.0405 0.2087 4.98
P 0.013 0.000
S = 2.58627 R2 = 85.2% R2 (adj) = 84.5%
45
S = 4.43186 R2 = 56.7% R2 (adj) = 54.4% Lampiran 13. Uji T pada Bobot Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1 Dua sampel T untuk bobot badan I0 vs bobot badan I1 bobot badan I0 bobot badan I1
Jumlah 52 30
Rataan 18.74 17.94
St.Deviasi 6.05 5.71
Rataan SE 0.84 1.0
P-Value = 0.558 (P>0,05) Lampiran 14. Uji T pada Lingkar Dada antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1 Dua sampel T untuk lingkar dada I0 vs lingkar dada I1 Lingkar dada I0 Lingkar dada I1
Jumlah 52 30
Rataan 58.17 60.33
St.Deviasi 4.86 5.83
Rataan SE 0.67 1.1
P-Value = 0.075 (P>0,05) Lampiran 15. Uji T pada Panjang Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1 Dua sampel T untuk panjang badan I0 vs panjang badan I1 panjang badan I0 panjang badan I1
Jumlah 52 30
Rataan 48.85 48.90
St.Deviasi 4.68 4.77
Rataan SE 0.65 0.87
P-Value = 0.960 (P>0,05) Lampiran 16. Uji T pada Bobot Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1 Dua sampel T untuk bobot badan I0 vs bobot badan I1 bobot badan I0 bobot badan I1
Jumlah 113 21
Rataan 15.32 23.91
St.Deviasi 5.44 6.56
Rataan SE 0.51 1.4
P-Value = 0.000 (P<0,01)
46
Lampiran 17. Uji T pada Lingkar Dada antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1 Dua sampel T untuk lingkar dada I0 vs lingkar dada I1 Lingkar dada I0 Lingkar dada I1
Jumlah 113 21
Rataan 56.15 65.62
St.Deviasi 6.89 6.70
Rataan SE 0.65 1.5
P-Value = 0.000 (P<0,01) Lampiran 18. Uji T pada Panjang Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1 Dua sampel T untuk panjang badan I0 vs panjang badan I1 Panjang badan I0 Panjang badan I1
Jumlah 113 21
Rataan 46.65 51.71
St.Deviasi 4.92 4.75
Rataan SE 0.46 1.0
P-Value = 0.000 (P<0,01) Lampiran 19. Uji Keakuratan Domba Ekor Gemuk Umur I0 Persamaan Regresi Lingkar Dada (LD) – Bobot Badan (BB) BB = 1,152 LD – 48,29 LD1=60cm BBd = 1,152(60) – 48,29 = 20,83kg (78,6%) dst. Persamaan Regresi Panjang Badan (PB)– Bobot Badan (BB) BB = 0,984 PB – 29,35 PB1=44,5cm BBd = 0,984(44,5) – 29,35 = 14,44kg (54,5%) dst.
Domba Ekor Gemuk Umur I1 Persamaan Regresi Lingkar Dada (LD) – Bobot Badan (BB) BB = 0,916 LD – 37,35 LD1=72cm BBd = 0,916(72) – 37,35 = 28,6kg (90,1%) dst. Persamaan Regresi Panjang Badan (PB)– Bobot Badan (BB) BB = 1,051 PB – 33,47 PB1=52,5cm BBd = 1,051(52,5) – 33,47 = 21,71kg (78,9%) dst.
47
Domba Ekor Tipis Umur I0 Persamaan Regresi Lingkar Dada (LD) – Bobot Badan (BB) BB = 0,748 LD – 26,72 LD1=56cm BBd = 0,748(56) – 26,72 = 15,17kg (99,2%) dst. Persamaan Regresi Panjang Badan (PB)– Bobot Badan (BB) BB = 0,838 PB – 23,81 PB1=53cm BBd = 0,838(53) – 23,81 = 20,6kg (98,3%) dst.
Domba Ekor Tipis Umur I1 Persamaan Regresi Lingkar Dada (LD) – Bobot Badan (BB) BB = 0,904 LD – 35,45 LD1=58cm BBd = 0,904(58) – 35,45 = 16,98kg (90,1%) dst. Persamaan Regresi Panjang Badan (PB)– Bobot Badan (BB) BB = 1,04 PB – 29,89 PB1=42cm BBd = 1,04(42) – 29,89 = 13,79kg (81,1%) dst.
48