4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Tabel Ukuran Tubuh Ikan Acoustical length adalah panjang target dalam akustik pada sebuah target,
dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau panjang organ yang secara akustik sangat dominan misalnya gelembung renang. Pada ikan bergelembung renang, panjang akustiknya dipengaruhi oleh dimensi, komposisi dan orientasi gelembung renang. Hal lain yang mempengaruhi adalah struktur belulang, tekstur jaringan tubuh, kondisi fisiologis lainnya seperti tinggi punggung serta kandungan sperma dan telur atau TKG. Ukuran tubuh ikan. Ukuran standar yang dipakai dapat dilihat pada Table 3 dan Table 4. Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Panjang total, total length (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga ujung ekor. Pada penelitian kali ini terlihat bahwa ukuran tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias Sp) yang ada tersebut merupakan ikan yang sering dikonsumsi masyarakat. Pada Table 3 terlihat secara jelas ukuran tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dan di Tabel 4 ukuran tubuh ikan lele (Clarias Sp) dari berat, panjang total, panjang standar, dan panjang kepala. Tabel. 3 Ukuran Tubuh Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ukuran
Ikan mas I
Ikan Mas II
Berat (gram)
240
290
Panjang total (cm)
20
23
32
33
Tabel. 4 Ukuran Tubuh Ikan Lele (Clarias Sp) Ukuran
Ikan Lele I
Ikan Lele II
Berat (gram)
110
140
Panjang total (cm)
24
27
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa ukuran tubuh ikan mas I (Cyprinus carpio) bisa di deskripsikan bahwa berat ikan tersebut seberat 240 gram, panjang total sebesar 20 cm, kemudian panjang standar 17 cm, dan ukuran panjang kepala ikan sebesar 5.5 cm. Beda halnya dengan Ikan Mas II (Cyprinus carpio) di deskripsikan bahwa berat ikan tersebut seberat 290 gram, panjang total sebesar 23 cm, kemudian panjang standar 18.5 cm, dan ukuran panjang kepala ikan sebesar 4.5 cm. Ikan mas II (Cyprinus carpio) lebih besar dari pada ikan mas I (Cyprinus carpio) dari segi ukurannya. Dari Tabel tersebut dapat dilihat perbedaannya dari kedua ikan tersebut. Beda halnya pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa ukuran tubuh ikan Lele I (Clarias Sp) bisa di deskripsikan bahwa berat ikan tersebut seberat 110 gram, panjang total sebesar 24 cm, kemudian panjang standar 20 cm, dan ukuran panjang kepala ikan sebesar 3.5 cm. Beda halnya dengan Ikan Lele II di deskripsikan bahwa berat ikan tersebut seberat 140 gram, panjang total sebesar 27 cm, kemudian panjang standar 22.5 cm, dan ukuran panjang kepala ikan sebesar 3.5 cm. Ikan lele II lebih besar dari pada ikan lele I dari segi ukurannya. Dari Tabel tersebut dapat dilihat perbedaannya dari kedua ikan tersebut. Pengukuran morfometrik merupakan beberapa pengukuran standar yang digunakan pada ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir,
34
panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor. Keterangan mengenai pengukuran pengukuran ini dibuat oleh Hubbs & Lagler (1964). Pada pengukuran ikan yang sedang mengalami pertumbuhan digunakan rasio dari panjang standar. Ikan yang digunakan adalah ikan yang diperkirakan mempunyai ukuran dan kelamin yang sama. Hal ini disebabkan pertumbuhan ikan tidak selalu proporsional dan dimorfime seksual sering muncul pada ikan. Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang penting dalam mendekripsikan jenis ikan. Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies. Salah satu hal yang menjadi permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil.
4.2
Grafik Amplitudo Spectrum, Amplitudo Relatif, dan Echo strength Pada Ikan mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias Sp) kelompok (10 ekor) Nilai amplitudo spectrum ikan mas berkisar antara selang 25-30. Pada detik
diantara selang 4000-6000 terjadi kenaikan amplitude spectrum hingga hampir mencapai 50 ini menunjukan adanya aktifitas fisik dari sinyal noise yang disebabkan oleh gerakan air pada water tank yang terjadi pada detik ke 4000, 5000 dan 6000 dan juga di sebabkan oleh aktifitas ikan mas yang turun naik mendekari transducer tersebut. Seperti dapat dilihat amplitudo spectrum rata-rata stabil pergerakannya dengan nilai antar 20-30.
35
Time (s) Gambar 12. Grafik (a) Amplitudo Relatif (b) dan Echo Strength dalam Time (s) Pada Ikan mas (Cyprinus carpio) Sedangkan untuk nilai amplitude relatif berada pada selang 0.1 sampai 0.15 dan juga terlihat aktifitas stabil dalam grafik tersebut hanya pada detik ke-40006000 terlihat peningkatan yang cukup tinggi hingga sampai 0.2 untuk amplitude relatif. Nilai yang ada di dalam ini sebagai pancaran transmite yang bisa menghasilkan hambur balik. Dan untuk nilai echo strength (dB) bekisar antara -25 dB sampai -20 dB. Dugaan target pada grafik menunjukan pola yang berbeda pada umumnya yaitu berupa adanya gundukan, dalam hal ini terjadi pada detik antara ke 5000-6000 dengan nilai Echo Strength -17 dB. (Lampiran 2)
36
0.2
0.1
-15
-20
25
Time (s) Gambar 13. (a) Amplitudo Relatif, dan (b) Echo strength dalam Time(s) Pada Ikan Lele (Clarias Sp) Nilai amplitudo spectrum pada ikan lele berkisar antara 28-33. Terlihat pada detik ke 0-2000 ada peningkatan nilai menjadi 30-33 tetapi pada 2000-9000 tetap stabil di sekitar nilai 30-32. Dan rata-rata nilai amplitudo spectrum ikan lele lebih stabil. Berbeda hal itu nilai amplitudo relatif ikan lele berkisar antara 0.11-0.13 dan pada detik antar 10.000-12.000 terjadi penurunan nilai dengan drastis sebesar 0.105. Sedangkan untuk nilai echo strength berkisar antara -22 dB sampai -20.5 dB. Dugaan target terdeteksi pada detik 2000 dan 15000 dengan nilai echo strength 21.5 dB dan -21 dB. Data-data yang ada bukan hanya menuntukan dalam nilai Echo Strength, karena alat fish finder bisa menghitung bukan hanya ikan yang ada bisa saja benda
37
yang terlintas dalam pancaran signal transducer. Echo Strength bisa untuk menghitung nilai tunggal atau bergerombol yang dipengaruhi oleh ukuran,jenis dan posisi. Echo Strength juga adalah gabungan dari strength-strength yang lainnya baik dari TS, SS atau lainnya. (Lampiran 2)
4.3
Grafik Amplitudo Tunggal Ikan mas dan Ikan Lele Pada Gambar 15 di bawah ini terlihat grafik amplitudo tunggal pada ikan
mas dengan sudut orientasi (a) 0o ;(b) -10 o; (c) -20o;(d) -30o; (e) -40o; (f) -50o dengan nilainya masing-masing dan perbedaannya dalam hasil outputnya. (Lampiran 3)
Gambar 14. Grafik Amplitudo Ikan Mas (Cyprinus carpio) Tunggal kanan dengan sudut orientasi (a) 0o ;(b) -10 o;(c) -20o;(d) -30o;(e) -40o;(f) -50o Pada ikan mas (Gambar 14) posisi semula (0o) nilai amplitudo berkisar antara 32-34 (b), posisi -10o nilai amplitudo berkisar antara 28-32 (c), posisi -20o
38
nilai amplitudo berkisar antara 31-33 (d), pada posisi -30o nilai amplitudo berkisar antara 28-32 (e) pada posisi -40o nilai amplitudo berkisar antara 28-31 (f)sedangkan pada posisi -50o nilai amplitudo berkisar antara 29-32. Dengan ratarata kisaran ping antara 0-3000 dari grafik tersebut. Rata-rata grafik tersebut stabil dari a-f untuk terlihat pada gambar lurus.
Gambar 15. Grafik Amplitudo Ikan Mas (Cyprinus carpio) Tunggal Kiri dengan sudut orientasi (a) 5o ;(b) 15 o; (c) 25o; (d) 35o Pada ikan mas (Gambar 15) posisi semula (5o) nilai amplitudo berkisar antara 26-28 (b), pada posisi ikan digantung dengan orientasi 15o nilai amplitudo berkisar antara 28-31 (c),pada posisi 25o berkisar antara 29-32 (d), pada posisi 35o nilai amplitudonya berkisar antara 29-32. Dan ke empat grafik tersebut sama semuanya diawali dari ping 0-3000 ping, dan grafik yang terjadi semuanya ada nilainnya dan teratur dalam nilai yang diurutkan.
39
Pada Gambar 17 dibawah ini terlihat amplitudo dengan orientasi sudut (a)0o ;(b)-10
o
(c)-15o (d) 20o; (e)-5o
Gambar 16. Grafik Amplitudo Ikan Lele (Clarias sp) Tunggal Kanan dengan sudut orientasi (a) 0o (b) -10o (c) -15o (d) -20o (e) -5o Pada ikan lele (Gambar 16) posisi semula (0o) nilai amplitudo berkisar antara 32-34 (b), posisi -10o nilai amplitudo berkisar antara 28-32 (c), posisi -15o nilai amplitudo berkisar antara 31-33 (d), pada posisi -20o nilai amplitudo berkisar antara 28-32 (e) pada posisi -5o nilai amplitudo berkisar antara 28-31. Dengan ratarata kisaran ping antara 0-3000 dama grafik tersebut. Rata-rata grafik tersebut stabil dari a-f untuk terlihat pada gambar lurus linear.
40
Pada Gambar 17 dibawah ini terlihat amplitudo dengan orientasi sudut (a),5o (b), 10o (c), 15o (d), 20o(e) 25o
Gambar 17. Grafik Amplitudo Ikan Lele (Clarias sp) Tunggal Kiri dengan sudut orientasi (a),10o (b), 15o (c), 20o (d), 25o(e) 5o Ikan Lele pada posisi semula (0o) amplitudo berkisar antara 32-34 (b), posisi -10o amplitudo berkisar antara 29-33 (c), posisi -20o berkisar antara 31-34 (d), posisi -30o berkisar antara 28-33 (e) pada posisi -45o berkisar antara 27-32 (f). pada posisi -50o berkisar antara 30-33 (g) pada posisi 10o berkisar antara 30-34 (h) pada posisi 20o berkisar antara 28-32 (i) pada posisi 30o berkisar antara 30-32 (j) pada posisi 40o berkisar antara 30-32. Pada ikan dengan sudut tunggal teknik deteksi ikan dengan manual menggunakan busur sudut. Pada ikan mas sudut yang ditampilkan hasilnya adalah sudut-55o sampai 40o. Sedangkan pada ikan Lele sudut yang ditampilkan
41
adalah -25o sampai 25o pada posisi 25o, -40o, kondisi ikan mas sudah lurus sehingga tidak diperlukan lagi dalam penambahan perubahan sudutnya sedangkan untuk ikan lele pada posisi 20o dan -15 o.
4.4
Sebaran Volume Backscattering Strength (Sv) pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias Sp) kelompok (10 ekor) Pada sebaran SV ikan mas terlihat pada Gambar 18 dengan nilainya
masing-masing dan banyaknya nilai tersebut dalam data hasil.
Volume Backscattering Strength (Sv) Gambar 18. Sebaran nilai Volume Backscattering Strength (SV) pada ikan mas schooling (10 ekor) dengan banyaknya jumlah nilai tersebut dalam data Dalam nilai dengan grafik diatas dapat dilihat dalam Tabel 5 di bawah ini untuk nilai SV yang ada dalam data tersebut. Tabel 5. Urutan Nilai SV Ikan Mas Shooling dan Jumlahnya SV
-16.5
-16
-15.5
-15
-14.5
-14
-13.5
jumlah
134
204
75
250
8531
4944
24
42
Sebaran nilai SV pada ikan mas berkisar antara -16.5 dB sampai dengan 13.5 dB, dengan nilai SV pada -16.5 dB sebanyak 134, -16 dB berjumlah 204, -15.5 dB berjumlah 75, -15 dB berjumlah 250, -14.5 dB berjumlah 8531, -14 dB berjumlah 4944, dan -13,5 dB berjumlah 24. Dari Gambar diatas diduga ikan mas berada pada rentang nilai SV -14.5 dB sampai 14 dB dikarenakan nilai tersebut mendominasi dari keseluruhan total jumlah. Pada sebaran Targeth Strength (TS) ikan mas terlihat pada Gambar 19 dengan nilainya masing-masing dan banyaknya nilai tersebut dalam data hasil.
Targeth Strength (Sv) Gambar 19. Sebaran nilai Volume Backscattering Strength (SV) pada ikan mas schooling (10 ekor) dengan banyaknya jumlah nilai tersebut dalam data
Dalam nilai dengan grafik diatas dapat dilihat dalam Tabel 6 di bawah ini untuk nilai Targeth Strength (TS) yang ada dalam data tersebut. Jarak Nilai TS Jumlah
(-37)(-40) 65
(-41)(-44) 4903
(-45)(-48) 8531
(-49)(-52) 183
(-53)(56) 180
(-57)(-60) 171
(-61)(-64) 154
(-65)(-70) 134
43
Sebaran nilai TS pada ikan mas berkisar antara (-45) dB sampai dengan -48 dB dengan jumlah data 8531, sedangkan dengan nilai TS pada (-37)-(-40) dB sebanyak 65, kemudian (-41)-(-44) dB berjumlah 4903, untuk (-49)-(-52) dB berjumlah 183, kemudian (-53)-(-56) dB berjumlah 180, kemudian (-57)-(-60) dB berjumlah 171, kemudian (-61)-(-64) dB berjumlah 154, Dari Gambar diatas diduga ikan mas berada pada rentang nilai SV -14.5 dB sampai 14 dB dikarenakan nilai tersebut mendominasi dari keseluruhan total jumlah. Pada sebaran SV ikan lele terlihat pada Gambar 20 dengan nilainya masingmasing dan banyaknya nilai tersebut dalam data hasil.
Volume Backscattering Strength (Sv) Gambar 20. Sebaran nilai Volume Backscattering Strength (SV) pada ikan Lele schooling (10 ekor) dengan banyaknya jumlah nilai tersebut dalam data Dalam nilai dengan grafik diatas dapat dilihat dalam Table 6 di bawah ini untuk nilai Volume Backscattering Strength (SV) yang ada dalam data tersebut. Tabel 7. Urutan Nilai Volume Backscattering Strength (SV) Ikan Lele Shooling dan Jumlahnya SV
-16.5
-16
-15.5
-15
-14.5
-14
-13.5
jumlah
0
0
0
336
14732
3
0
44
Sebaran nilai SV pada ikan lele berkisar antara -15 dB sampai -14 dB dengan nilai SV -15 dB sebanyak 336, -14,5 dB berjumlah 14732 dan -14 dB berjumlah 3. Dari Gambar diatas diduga ikan lele memiliki rentang nilai SV -15 dB sampai -14.5 dB, sedangkan bisa dikatakan bahwa ikan lele pada schooling 10 ekor SV nilai tersebut adalah -14.5 dB. Pada sebaran Targeth Strength (TS) ikan lele terlihat pada Gambar 21 dengan nilainya masing-masing dan banyaknya nilai tersebut dalam data hasil.
Targeth Strength (TS) Gambar 21. Sebaran nilai Targeth Strength (TS) pada ikan lele schooling (10 ekor) dengan banyaknya jumlah nilai tersebut dalam data Dalam nilai dengan grafik diatas dapat dilihat dalam Tabel 8 di bawah ini untuk nilai Targeth Strength (TS) yang ada dalam data tersebut. Sebaran nilai TS pada ikan lele berkisar antara (-45) dB sampai dengan -48 dB dengan jumlah data 8769, sedangkan dengan nilai TS pada (-42)-(-45) dB sebanyak 2, kemudian (-48)-(-51) dB berjumlah 6289, untuk (-51) dB berjumlah 10. Gambar 22 diatas diduga ikan lele berada pada rentang nilai TS -45 dB dengan jumlah 8769 dikarenakan nilai tersebut mendominasi dari keseluruhan total jumlah.
45
4.5
Nilai Target Strength pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan lele (Clarias Sp) tunggal dengan sudut orientasi yang berbeda
Pada Table 8 di bawah ini akan dapat dilihat posisi sudut orientasi dengan nilai Target Strength (TS) dari ikan mas dengan masing-masing besaran nilainnya dari data. Tabel 8. Urutan Nilai Target Strength Ikan Mas dan Jumlahnya Sudut
SV
Sudut
SV
Sudut
SV
-55
-20.8629
-20
-21.0285
15
-20.915
-50
-20.9216
-15
-20.9153
20
-21.1301
-45
-20.8864
-10
-20.8651
25
-20.7776
-40
-20.79
-5
-20.8614
30
-20.8973
-35
-20.8623
0
-21.8191
35
-20.8905
-30
-20.8341
5
-20.9674
40
-20.9403
-25
-20.8573
10
-20.9364
45
-20.9403
Pada sebaran Target Strength (TS) ikan mas pada sudut orientasi yang berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap arah datang sumber akustik terlihat pada Gambar 22.
46
Gambar 22. Grafik nilai Target Strength pada Ikan mas dengan sudut orientasi Nilai Target Strength pada ikan mas tunggal dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0o ke 40o (positif) serta 0o ke 55o (negatif). Perubahan sudut positif ini berupa perubahan posisi kepala ikan sampai menghadap ke atas dan perubahan sudut negatif merupakan perubahan posisi kepala ikan sampai menghadap ke bawah. Nilai TS pada posisi vertikal ikan, yaitu pada sudut -40o dimana posisi kepala ikan menghadap bawah sebesar -20,79 dB dan pada sudut 25o dimana posisi kepala ikan menghadap ke atas sebesar -20.77 dB, sedangkan pada posisi horizontal (0o) memiliki nilai TS sebesar -21.81 dB. Nilai TS maksimum dan minimum dicapai pada perubahan sudut -25o dan 0o masing-masing sebesar -20.85 dB dan 21.81dB.
47
Pada sebaran Target Strength (TS) ikan lele pada sudut orientasi yang berbeda-beda dari posisi horizontal ikan terhadap arah datang sumber akustik terlihat pada gambar 23 dengan nilainya masing-masing dan nilai sudut tersebut dalam data hasil.
Gambar 23. Grafik nilai Target Strength pada ikan lele dengan sudut orientasi Pada table 8 di bawah ini akan dapat dilihat posisi sudut orientasi dengan nilai Target Strength (TS) dari ikan lele dengan masing-masing besaran nilainnya dari data. Nilai Target Strength pada ikan lele tunggal dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0o ke 25o (positif) serta 0o ke 25o (negatif). Nilai TS pada posisi vertikal ikan, yaitu pada sudut -25o dimana posisi kepala ikan menghadap bawah sebesar -33,45 dB dan pada sudut 25o dimana posisi kepala ikan menghadap ke atas sebesar -33.42 dB, sedangkan pada posisi horizontal (0o)
48
memiliki nilai TS sebesar -33.62 dB. Nilai TS maksimum dan minimum dicapai pada perubahan sudut -15o dan 5o masing-masing sebesar -33,4 dB dan -33.89 dB. Tabel 9. Urutan Nilai Target Strength Ikan Lele Tunggal Sudut
Ts
Sudut
Ts
-25
-20.3375
0
-20.4607
-20
-20.2427
5
-20.2607
-15
-20.2236
10
-20.2691
-10
-20.241
15
-20.3013
-5
-20.3282
20
-20.2331
Nilai Target Strength pada ikan lele tunggal dengan perlakuan perubahan sudut posisi horizontal ikan dari 0o ke 25o (positif) serta 0o ke 25o (negatif). Nilai TS pada posisi vertikal ikan, yaitu pada sudut -15o dimana posisi kepala ikan menghadap bawah sebesar -20.22 dB dan pada sudut 20o dimana posisi kepala ikan menghadap ke atas sebesar -20.23 dB, sedangkan pada posisi horizontal (0o) memiliki nilai TS sebesar -20.46 dB. Nilai TS maksimum dan minimum dicapai pada perubahan sudut -15o dan 0o masing-masing sebesar -20,23 dB dan -20.46 dB. Perbedaan nilai amplitudo ini disebabkan karena pantulan suara yang mengenai target ikan pada posisi yang berbeda akan menghasilkan nilai target yang berbeda juga. Menurut Simmonds dan Mclennan (2005) Target Strength dari suatu objek sangat dipengaruhi dari posisi sudut ikan. Pada perubahan sudut positip, ikan berorientasi ke arah atas dimana ketika posisi ikan tegak lurus kepala ikan berada diatas. Sedangkan pada perubahan sudut negatip, ikan berorientasi kearah bawah dimana ketika tegak lurus posisi kepala ikan berada di bawah.
49
Gambar 24. Definisi sudut kemiringan ikan, positip ketika kepala diatas dan negatif ketika kepala dibawah (Simmonds dan MacLennan, 2005)
4.6
Grafik FFT dan Wavelet Pada Ikan mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias Sp) kelompok (10 ekor) Pada Gambar 25 dengan nilai Fast Fourier Transform (FFT) yang ada pada
ikan mas terlihat bahwa terjadi nilai tinggi memuncak. Pada FFT (Fast Fourier Transform) ikan mas antara frequency dengan amplitudo tersebut.
Gambar 25. Grafik nilai FFT (Fast Fourier Transform) Ikan Mas ( Cyprinus carpio) squling dengan Matlab Nilai urutan data ikan mas dan grafik nilai dari FFT (Fast Fourier Transform) memuncak pada selang titik 0. Dari gambar 25 terlihat frequency/fs dari -0.5 sampai -0.1 hingga menuju 0 memiliki nilai amplitudo 0 dan berada dalam garis horizontal sedangkan pada titik kenaikan bernilai 30 amplitudo tersebut.
50
Kemudian dari titik puncak 0 turun hingga ke 0.1 sampai dengan berkisar 0.5 yang bernilai stabil dalam nilai horizontal 0 ampitudo tersebut. Nilai-nilai amplitudo tersebut. (Lampiran 1) Tingkat frekuensi yang digunakan untuk kegiatan hidroakustik harus didasarkan pada sasaran yang akan dideteksi. Untuk mendapatkan hasil yang baik, dimana hubungan antara sinyal echo dengan karakter target dapat dianalisis secara linear, maka sinyal echo harus dalam keadaan stabil atau berada dalam kondisi geometris. Pada Gambar 26 di bawah ini hasil yang didapat oleh wavelet dengan menghubungkan antara waktu dengan amplitudo yang ada. (lampiran 4)
Gambar 26. Grafik nilai Data Ikan Mas (Cyprinus carpio) squling dengan Wavelet Pada Gambar 26 merupakan urutan data dari penelitian schooling ikan mas, rentang nilai amptitudo tersebut berkisar antara 1-31 dengan waktu yang signifikan 0-4x10⁴ dari Gambar 26. Ada beberapa noise yang terjadi akibat gerakan air water
51
tank, ataupun sifat biologis yang terjadi pada media hidup tersebut dalam hal ini ikan. Data yang ada dalam gambar tersebut rapat dan membentu kerapatan yang stabil diantara 25-30 nilai amplitudonya. Terlihat warna yang ada di Gambar 26 menunjukan nilainnya dan lebih terang warnanya di bandingkan Gambar 28, menunjukan perbedaan ikan mas dan ikan lele untuk identifikasi nilainnya. Pada ikan Schooling perbedaan nilai amplitudo pada kedua ikan ini disebabkan karena ada tidaknya gelembung renang pada ikan (swimbladder), perbedaan tingkah laku ikan tersebut dan ukuran dari ikan itu sendiri. Pada ikan mas (Cyprinus carpio) memiliki gelembung renang, ukuran ikan besar dan tingkah lakunya aktif. Sedangkan ikan lele (Clarias sp) tidak memiliki gelembung renang, ukuran ramping dan tingkah lakunya pasif bisa dikatakan bahwa pada siang hari terjadi perlakuan tersebut namun aktifnya pada malam hari. Karena pengambilan data ini dilakukan pada siang hari, ikan lele tersebut cenderung pasif di dasar fish cage. Grafik yang dihasilkan pada CWT menunjukan menggambarkan besarnya transformasi wavelet, nilai amplitudo ditujukan dengan adanya gradasi warna yang dihasilkan. Grafik analisis sinyal ditunjukan nilai amplitudo yang tinggi dengan CWT yang memiliki warna yang lebih terang atau lebih putih dibandingkan dengan nilai amplitudo yang kecil.
52
Pada Gambar 27 di bawah ini nilai FFT (Fast Fourier Transform) ikan mas yang ada terlihat berbeda dengan ikan lele. Dalam hal nilai frequency yang ada.
Gambar 27. Grafik nilai FFT (Fast Fourier Transform) Ikan Lele (Clarias Sp) dengan Matlab Nilai urutan data ikan lele dan grafik nilai dari FFT (Fast Fourier Transform) memuncak pada selang titik 0. Dari gambar 27 terlihat frequency/fs dari -0.5 sampai -0.1 hingga menuju 0 memiliki nilai amplitudo 0 dan berada dalam garis horizontal sedangkan pada titik kenaikan bernilai 30 amplitudo tersebut. Pada titik 0 terjadi nilai ganda pada 15 dan 30 untuk nilai amplitudonya tersebut. Kemudian dari titik puncak 0 turun hingga ke 0.1 sampai dengan berkisar 0.5 yang bernilai stabil dalam nilai horizontal 0 ampitudo tersebut. Nilai-nilai amplitudo tersebut. (lampiran 1) Getaran yang dihasilkan oleh ikan dibangkitkan oleh gerakan dan dari organ ikan itu sendiri seperti gelembung renang atau standulatory organ. Spektrum frekuensi suara yang dibangkitkan oleh gerakan tergantung dari
53
bentuk, ukuran dan pergerakan dari masing-masing ikan. Semakin pipih bentuk ikan maka semakin cepat penyimpangan gerakan badannya, artinya semakin tinggi frekuensi yang ditimbulkannya. Semakin panjang badan ikan maka semakin tinggi penyimpangan gerakan badannya yang berarti semakin besar amplitudo getaran yang ditimbulkannya. Amplitudo tersebut akan makin besar bila jumlah individu yang terdapat dalam sekawanan jumlahnya semakin banyak. Frekuensi getaran yang ditimbulkan dari gerakan sekelompok ikan tersebut berkisar dari 7 sampai dengan 10 Hertz. Untuk berkomunikasi, ikan membangkitkan getaran suara dengan menggosok-gosokan bagian badan-tulang, gigi secara bersamaan. Untuk kebanyakan ikan suara yang dibangkitkan akibat gelembung renang yaitu gas berisi gelembung yang menyerupai organ. Dinding elastik gelembung renang dihubungkan ke otot yang dapat memanjang dan berkontraksi untuk meningkatkan dan menurunkan volume gelombang renang. Getaran ini menggantikan air di sekitar ikan, merambat keluar sebagai gelombang suara yang dapat didengar sebagai dengkuran, siulan atau suara drum, tergantung pada penggunaan otot (Spotte,1985). Frekuensi Spektrum getaran yang dibangkitkan tergantung dari tingkah laku ikan dan struktur gelembung renang setiap ikan, sehingga getaran yang dihasilkan akan berbeda pula untuk setiap jenis ikan bahkan untuk jenis kelamin yang berbeda yang bagian tubuhnya mempunyai perbedaan meskipun sangat kecil. Dengan adanya indera pendengar maupun pembangkit sumber getaran, ikan dalam melakukan proses perkawinan akan membangkitkan getaran-getaran tertentu yang dimengerti oleh ikan lawan jensinya. Pada saat ikan jantan
54
mendekati, ikan jantan akan membangkitkan getaran halus. Demikian seterusnya sampai pasangan ikan melakukan hubungan frekuensi yang dibangkitkan si jantan makin tinggi. (Pitcher,1986) Tingkat frekuensi yang digunakan untuk kegiatan hidroakustik harus didasarkan pada sasaran yang akan dideteksi. Untuk mendapatkan hasil yang baik, dimana hubungan antara sinyal echo dengan karakter target dapat dianalisis secara linear, maka sinyal echo harus dalam keadaan stabil atau berada dalam kondisi geometris. Ketika suara dari transducer ini mengenai target pada posisi yang berbeda maka energi pantulan yang dihasilkan dari target bernilai kecil ketika pada posisi sudut dimana pantulan energi saling melemahkan (superposisi destruktif) dan bernilai besar ketika pantulan energy saling menguatkan (superposisi konstruktif). Pada Gambar 28 di bawah ini hasil yang didapat oleh wavelet dengan menghubungkan antara waktu dengan amplitude yang ada.
Gambar 28. Grafik nilai Data Ikan Lele (Clarias Sp) squling dengan Wavelet
55
Pada Gambar 28 merupakan urutan data dari penelitian schooling ikan lele, rentang nilai amptitudo tersebut berkisar antara 29-32 dengan waktu yang signifikan 1.4x10⁴ dari Gambar 28 ada beberapa noise yang terjadi akibat gerakan air water tank, ataupun sifat biologis yang terjadi pada media hidup tersebut dalam hal ini ikan. Data yang ada dalam Gambar tersebut rapat dan tebal berdempet membentuk rapatan yang stabil diantaranya 30-32 nilai amplitudonya. Mother wavelet yang digunakan pada penelitian ini adalah Morlet karena paling sesuai dengan metode CWT dan juga menurut Vetterli dan Kovacevic (1995), wavelet morlet merupakan wavelet yang cocok dengan pengolahan sinyal pada metode CWT karena bisa terkoreksi walaupun dengan jarak yang kecil. Scale yang digunakan pada penelitian ini adalah 1:1:100, artinya setiap wavelet morlet memulai scale 1 sampai 100 dengan perubahan 1. Nilai dari data tersebut menunjukan seberapa dekat atau similar antara data ikan dengan wavelet tersebut, semakin tinggi nilainya maka semakin mirip. (Mathworks, 2010). Nilai ini lah yang dijadikan adanya fenomena atau keanehan dari data bisa juga di indikasikan adanya target Pada data ikan Lele, grafik CWT menunjukan adanya banyak dugaan target yang terihat pada tiap detik dengan nilai yang cukup besar. Hal ini dikarenakan karena ikan tersebut memiliki gelembung renang dan aktif bergerak tiap detiknya. Berbeda pada ikan lele, grafik CWT menunjukan hanya beberapa saja indikasi dugaan target dari lele pada detik-detik tertentu yaitu detik 4000, 6000 dan 10000 yang jelas serta memiliki nilai yang cukup besar. Hal ini karena ikan lele tidak memiliki gelembung renang dan juga bersifat pasif pada siang hari (dimana waktu melakukan pengambilan data).