perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENUJU SOLO SEHAT 2010 (Studi Evaluasi Kualitatif Tentang Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010)
Disusun Oleh : Nama : Ipho Adhita Wahanani NIM
: D0306044 SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENUJU SOLO SEHAT 2010 (Studi Evaluasi Kualitatif Tentang Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010) Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan siap diuji oleh Dewan Penguji Skripsi Pada Jurusan Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing Skripsi
Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si NIP. 197707192008012016
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Diterima dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Hari Tanggal
: :
Oktober 2010
Panitia Penguji Skrisi : 1. Prof. Dr. RB. Soemanto, MA NIP. 19470914 197603 1 001 2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si NIP.19631014 198803 2 001
(
)
( Sekretaris
)
3. Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si NIP. 197707192008012016
(
)
Ketua
Penguji
Mengetahui Dekan FISIP UNS
Drs. H. Supriyadi, SN., SU NIP. 19530128 198103 1001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Maka eratkanlah pegangan tanganmu pada tali Allah yang akan melindungimu karena sesungguhnya tali Allah itu pengaman yang dapat dipercaya manakala semua pengaman tidak dapat diandalkan” (Dr. ‘Aidin bin ‘Abdullah Al-Qarni : 145 : 2004)
Kamu tidak akan disedihkan tanpa disiapkan kebahagiaan, juga tidak akan digalaukan tanpa dibangunkan kedamaian, dan kamu tidak mungkin direndahkan tanpa disusunkan derajat yang tinggi (Mario Teguh)
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN v Allah SWT v Ayah (Almarhum) dan Ibu tercinta v Adikku, Nenek, serta Keluarga Besar Atmadja v Mas Farid
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENUJU SOLO SEHAT 2010 (Studi Evaluasi Kualitatif Tentang Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010). Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak mudah dan tidak terlepas dari campurtangan, bimbingan, arahan, bantuan, motivasi dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Drs. Supriyadi, SN. SU. selaku Dekan FISIP UNS. 2. Siti Zunariyah, S.sos, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingannya berupa masukan-masukan dan arahan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan. 3. Dra. Suyatmi, M.S. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan studi di FISIP UNS. 4. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan segenap Dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS yang telah memberikan arahan dan membekali ilmu pengetahuan selama penulis menempuh studi di FISIP UNS.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Ayah (Almarhum) dan Ibuku tercinta untuk doa restu dan kasih sayang yang telah diberikan. Adikku Lila, Kakakku Bogie (Almarhum), Nenek, Tante Mimit, Om Didik, Om Sus serta semua keluarga besar Atmadja yang telah memberikan semangat dan motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Muhammad Faried Darmawan. Terima kasih atas kasih sayang, dukungan, semangat dan motivasinya. Banyak hal yang kamu ajarkan padaku selama ini, semoga selalu mendampingiku. 7. Seluruh Informan dalam penelitian yaitu warga bantaran Kalianyar, khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08 Kelurahan Mojosongo, Pihak dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, serta Kader Posyandu Anggrek. 8. Fita Itonk. Terima kasih atas kesetiaan, kebersamaan motivasi dan serta semangatnya. Persahabatan kita sangat berarti buatku. 9. Teman-teman Kos MP2 beserta Alumni, Eka, Puji, Tia, Nana, Ervin, Fitri, Ajeng, Ira, Ema, Ijah, Akmal, Deni, Iyo. Terima kasih atas kebersamaannya. 10. Teman-teman Sosiologi, terutama angkatan 2006 Vita, Fita, Indah, Indra, Tegar, Dito. Angkatan 2005 Sukro, Penyol, Pak Ndut, Bram dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, terimakasih atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, penulis kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi semua pihak.
Surakarta,
Oktober 2010
Penulis,
Ipho Adhita Wahanani
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
v
KATA PENGANTAR ......................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................
xii
ABSTRAK ......................................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
7
C. Tujuan ..........................................................................................
7
D. Manfaat ........................................................................................
7
E. Konsep dan Kerangka Pemikiran ................................................
8
F. Landasan Teori ............................................................................
19
G. Penelitian Terdahulu ....................................................................
32
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Definisi Konseptual .....................................................................
37
I.
Metode Penelitian ........................................................................
38
1. Lokasi Penelitian ...................................................................
38
2. Jenis Penelitian ......................................................................
39
3. Teknik Penganmbilan Sampel ...............................................
40
4. Sumbe Data ............................................................................
41
5. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
42
6. Analisis Data ..........................................................................
44
7. Validitas Data ........................................................................
45
BAB II DESKRIPSI LOKASI ......................................................................
47
A. Gambaran Umum ........................................................................
47
1. Kota Surakarta .......................................................................
47
2. Kecamatan Jebres ..................................................................
50
3. Profil Kelurahan Mojosongo .................................................
51
a. Kondisi Geografis .............................................................
51
b. Kondisi Demografis .........................................................
52
c. Sarana Prasarana ...............................................................
55
B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan Kota Surakarta .......................................................................................
58
C. Pengertian dan Sasaran .................................................................
61
D. Kondisi Bantaran Kalianyar ........................................................
63
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ...........................................
68
A. Identitas Informan ........................................................................
68
B. Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumahtangga ...........................................
70
1.Petunjuk Pelaksanaan Program PHBS .....................................
72
2.Tahap Pelaksanaan Program PHBS ..........................................
76
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ............................... 103 D. Evaluasi Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumahtangga ................................. 126 BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 140 A. Kesimpulan .................................................................................. 140 B. Saran ............................................................................................ 143 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Surakarta ..........................................................
49
Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Dalam Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
...................................................................................................... 53
Tabel 2.3 Komposisi penduduk menurut Mata Pencaharian ...........................
54
Tabel 2.5 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan .....................................
55
Tabel 2.6 Sarana Pendidikan ...........................................................................
56
Tabel 2.7 Sarana Kesehatan ............................................................................
57
Tabel 3.1 Data PHBS Warga Bantaran Kalianyar RT 05 RW 08, Kampung Sabrang Lor, Kelurahan Mojosongo ..............................
81
Tabel 3.2 Nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS) Warga Bantaran Kalianyar RT 05 RW 08, Kampung Sabrang Lor, Kelurahan Mojosongo .......................................................................................
commit to user xii
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR DIAGRAM Diagram 3.1 Pengelolaan Manajemen Program PHBS .....................................
commit to user xiii
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ipho Adhita Wahanani, Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Menuju Solo Sehat 2010, Skripsi, Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober, 2010. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Depkes RI tentang Indonesia Sehat 2010 merupakan pijakan awal bagi setiap kabupaten/kota untuk menjalankan visi tersebut di tiap wilayahnya masing-masing. Salah satunya adalah kota Surakarta dengan visinya yaitu Solo Sehat 2010. Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK) menuju Solo Sehat 2010 adalah mulai diberlakukannya paradigma sehat yaitu perpindahan paradigma sakit yang selama ini dianut oleh masyarakat. Upaya untuk merubah paradigma masyarakat tersebut salah satunya dengan digalakkan pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Tujuan dari penelitian dalam studi ini adalah untuk mengetahui Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi kualitatif. Dengan observasi yaitu pengamatan langsung yang dilakukan peneliti di lokasi, wawancara yang dilakukan dengan pedoman wawancara. Informan adalah warga bantaran Kalianyar, pihak dari Dinas Kesehatan serta Kader Posyandu Anggrek. Informan ditentukan berdasarkan purpossive sampling atau sampel bertujuan. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan model analisa interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga komponen utama diantaranya adalah reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diuji melalui trianggulasi sumber. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Pertama, pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkan petugas-petugas kesehatan yang meliputi petugas puskesmas, kelurahan, petugas posyandu serta ibu-ibu PKK sebagai pelaksana program. Kedua, pelaksana program tersebut mendapatkan pembekalan berupa pelatihan, seminar, lokakarya serta diskusi yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan yang selanjutnya mereka akan memberikan sosialisasi, pemahaman, keteladanan serta dukungan kepada masyarakat untuk mau menerapkan perilaku kesehatan yang sesuai dengan keenambelas indicator PHBS tatanan rumahtangga. Ketiga, program ini belum bisa dikatakan berhasil karena standar nilai keberhasilan dari Dinas Kesehatan adalah berdasarkan nilai IPKS yaitu Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Ipho Adhita Wahanani, Program Behavior Clean and Healthy (PHBS) Towards Healthy Solo 2010, Thesis, Surakarta: Faculty of Social and Political Sciences, University of Surakarta Eleven March, October, 2010. Health is a fundamental human right and is one of the factors that determine the quality of human resources. Therefore, health should be maintained and improved quality. To achieve this goal, the government has launched the Healthy Indonesia 2010 vision. MOH vision of Healthy Indonesia 2010 was a first step for each district to carry out that vision in each area respectively. One is the city of Surakarta Solo with his vision of Healthy 2010. One of the efforts the City Health Office of Surakarta (DKK) towards Healthy Solo 2010 is the entry into force of the health paradigm is the paradigm shift that had been sick embraced by the community. Efforts to change the paradigm of community is one of them with the intensified implementation of the program Clean And Healthy Lifestyle. The aim of the research in this study is to determine Impementasi Program Behavior Clean and Healthy (PHBS) resident banks to reach Solo Kalianyar Healthy 2010 in accordance with indicators PHBS household order. This study used qualitative methods of evaluation. With the observation of direct observations conducted by researchers at the site, interviews conducted with the guidance interview. The informant is a citizen Kalianyar banks, the Departments of Health and Kader Posyandu Orchid. Informants are determined based on sampling or sample purpossive aims. Analysis of the data in this study using the model of interactive analysis. This interactive model consists of three main components such as data reduction, data and conclusion. The validity was tested through triangulation of data sources. Based on research results can be summarized as follows: First, the implementation of the program Clean and Healthy Behavior involve officers of health that includes health center staff, village, neighborhood health center staff and the PKK as an implementer of the program. Second, implementing the program get a debriefing form of training, seminars, workshops and discussions held by the Public Health Service which in turn they will provide socialization, understanding, modeling and support to people to want to apply health behavior according to the order of the sixteen indicators PHBS household. Third, this program can not be said to succeed because the standard value of the success of the Public Health Service is based on the value that is healthy IPKS President and the Plenary as much as 65%.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah diterapkan Departemen Kesehatan merupakan visi yang ideal tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu kehidupan masyarakat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republic Indonesia (Depkes RI. 2006). Hal tersebut dipertegas lagi dengan tujuan pembangunan kesehatan menuju sehat 2010, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal. Lingkungan sehat yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat. Adapun ciri khas lingkungan sehat, yaitu : 1. Lingkungan yang terbebas dari polusi, tersedianya air bersih
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sanitasi lingkungan yang memadai 3. Pemukiman yang sehat 4. Perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan 5. Serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Dari segi perilaku sehat, perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah perilaku yang bersifat produktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 didukung dengan telah ditetapkannya Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem pemberdayaan masyarakat. Selain itu, kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional serta program dari Pusat Promosi Kesehatan yaitu :”Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010)”. Melalui visi ini pembangunan kesehatan dilansaskan kepada paradigma sehat, yang ini pokoknya menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan menjadi titik sentral pembangunan nasional. Paradigma ini yang akan mengarahkan pembangunan kesehatan untuk lebih mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan pemnyakit atau pencegahan kesehatan (preventif), dengan
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanpa mengessampingkan upaya-upaya penanggulangan atau penyembuhan penyakit (kuratif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat sendiri bertujuan untuk memberdayakan setiap individu agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Selain itu bermanfaat pula untuk mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Sehingga bertambah juga tingkat pengetahuan seseorang tentang sehat-sakit. Sedangkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat adalah kemitraan atau dukungan lintas sector yang rendah, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi petugas terlatih, alokasi dana terbatas, perubahan struktur organisasi, indicator PHBS skala nasional. Sesuai dengan salah satu dari Grand Strategy Depkes RI yaitu bahwa pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Visi Depkes RI tentang Indonesia Sehat 2010 merupakan pijakan awal bagi setiap kabupaten/kota untuk menjalankan visi tersebut di tiap wilayahnya masing-masing. Salah satunya adalah kota Surakarta dengan visinya yaitu Solo Sehat 2010. dalam mewujudkan visi
tersebut
pembangunan
telah
ditetapkan
nasional
misi
berwawasan
pembangunan kesehatan,
commit to user 3
yaitu
mendorong
menggerakkan kemandirian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan
kesehatan
individu,
keluarga
dan
masyarakat
beserta
lingkungannya. Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan diperlukan perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK) menuju Solo Sehat 2010 adalah mulai diberlakukannya paradigma sehat yaitu perpindahan paradigma sakit yang selama ini dianut oleh masyarakat. Dimana paradigma sakit selama ini masyarakat beranggapan bahwa apabila sakit, masyarakat miskin dapat berobat dengan mudah dan murah. Namun dalam paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah pola pikir masyarakat tersebut, agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun berfikir untuk berperilaku hidup sehat dan tidak sakit. Upaya untuk merubah paradigma masyarakat tersebut salah satunya dengan digalakkan pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Upaya peningkatan perilaku sehat dirumah tangga belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini antara lain dapat dilihat dari data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2004 menunjukkan bahwa Indonesia sebesar 35% masyarakat merokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (65% banding 45%). Sebanyak 82% penduduk 15 tahun keatas kurang melakukan aktifitas fisik
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau olahraga, dengan kategori (75%) kurang bergerak dan (9%) tidak terbiasa melakukan aktifitas fisik. Berdasarkan hasil pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga Provinsi Jawa Tengah 73% belum menjadi peserta dana sehat dan sebesar 68% keluarga belum bebas rokok (Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2006). Berdasarkan data-data tersebut diatas, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat khususnya dalam tatanan rumah tangga masyarakat yang tinggal disekitar bantaran Kalianyar untuk mengetahui perilakunya untuk mewujudkan hidup bersih dan sehat serta mewujudkan Visi Solo Sehat 2010. Rumah tangga atau keluarga merupakan langkah dan sarana awal bagi seseorang untuk menerapkan pola perilaku tersebut. Selama ini, bantaran selalu identik dengan kekumuhan dan padat penduduk. Pilihan masyarakat untuk bermukim di sekitar bantaran sungai tak terlepas dari air sebagai kebutuhan hidup manusia. Akan tetapi, terlepas dari kebutuhan tersebut, perilaku masyarakat didaerah bantaran itupun belum menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat, misalnya masyarakat masih membuang sampah disungai tepatnya dibelakang rumah mereka. Hal tersebut akan berakibat tercemarnya air sungai dan apabila dikonsumsi akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Sehingga menjadikan penurunan kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai tersebut akibat penyalahgunaan fungsi bantaran sungai.
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berangkat dari argumentasi tersebut, dengan mengingat dari dampak perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, khususnya untuk masyarakat yang tinggal disekitar bantaran Kalianyar. Upaya tersebut salah satunya termasuk dalam pelaksanaan Program PHBS, yaitu dengan memberikan pelatihan atau penyuluhan kepada petugas kesehatan seperti petugas Puskesmas, Posyandu, PKK dan lain-lain. Penyuluhan kepada petugas kesehatan tersebut dilakukan oleh pembuat kebijakan yaitu Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Setelah mendapatkan penyuluhan, selanjutnya, petugas kesehatan tersebut melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan mulai diberlakukannya perubahan paradigma sakit ke paradigma sehat. Dimana paradigma sakit, masyarakat berfikir bahwa masyarakat miskin apabila sakit dapat berobat dengan murah dan mudah. Namun dalam paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah pola pikir masyarakat tersebut, agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun berfikir untuk berperilaku hidup sehat dan tidak sakit. Agar selanjutnya dapat diketahui bagaimana pelaksanaan program tersebut agar visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta Menuju Solo Sehat 2010 tersebut dapat tercapai.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. PERUMUSAN MASALAH Sesuai dengan latar belakang diatas, maka batasan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga ? C. TUJUAN Sesuai perumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian dalam studi ini adalah untuk mengetahui Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga. D. MANFAAT 1. Manfaat teoritis Penelitian
diharapkan
mampu
menjadi
pijakan
bagi
penelitian
berikutnya agar dapat dikaji lebih mendalam. 2. Manfaat praktis Dapat memberikan gambaran yang obyektif dan nyata tentang Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. KONSEP DAN KERANGKA PEMIKIRAN e.1 Konsep Yang Digunakan Penelitian Evaluasi merupakan aspek penting dari penelitian sosial terutama yang diarahkan pada evaluasi social action program yang disebut juga perubahan sosial yang direncanakan. Program-program yang direncanakan untuk memeperbaiki kehidupan manusia misalnya bidang pendidikan, bidang kesehatan dan lain-lain. Berdasarkan hal diatas maka dalam penelitian ini akan membahas serangkaian kajian yang berkaitan dengan Evaluasi Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010 Menurut Herbert H. Hyman penelitian evaluasi adalah prosedur penemuan fakta tentang aksi-aksi social yang direncanakan. Dari definisi tersebut didalamnya mencakup 2 substansi
yaitu, aspek konseptual : yaitu adanya
hubungan aktifitas dengan tujuan yang diinginkan, serta aspek metodologis yeitu bagaimana mengukur akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas program. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi mengandung pengertian: 1. sudut spesifikasi obyeknya berarti menilai hasil berbagai macam program yang dilaksanakan pemerintah berkaitan dengan problem yang dihadapi masyarakat.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. sudut teknik penilaian merupakan cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menilai hasil dari program pemerintah tadi. 3. sudut analisisnya akan dapat menunjukkan hasil akhir (kesimpulan) dari kegiatan menilai program pemerintah tersebut, apakh efektif atau tidak, mempunyai dampak positif lebih daripada negatifnya atau sebaliknya. M. T. Feurstein (1986 : 8) menyatakan bahwa hasil evaluasi berarti membantu mereka yang terlibat dalam banyak jenis program pengembangan untuk menafsir nilai pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Menurut Feurstein ada 10 alasan pokok melakukan evaluasi yaitu: 1. Keberhasilan : untuk mengetahui apa yang telah dicapai 2. mengukur kemajuan : apakah sesuai dengan sasaran program 3. Memperbaiki monitoring : agar manajemennya lebih baik 4. Mengetahui apakah sudah efektif : perubahanm apakah yang ditimbulkan oleh program 5. Identifikasi kekuatan dan kelemahan : untuk memperkuat program 6. Keuntungan biaya : apakah biayanya masuk akal 7. Mengumpulkan informasi : untuk merencanakan dan mengelola aktifitas program secara lebih baik. 8. Berbagai pengalaman : mencegah orang lain tidak melakukab kesalahan yang sama untuk mendorong mereka agar menggunakan metode yang sama.
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Meningkatkan efektivitas ; agar lebih memberi dampak 10. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik : agar sesuai dengan kebutuhan orang banyak khususnya masyarakat tingkat bawah. M. T. Feurstein memberikan sembilan indikator yang digunakan untuk menilai keserhasilan suatu program yaitu : 1. Availabilitas : indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu ada dan tersedia 2. Relevansi : indikator yang menunjukkan seberapa jauh sesuatu hal dapat dikatakan relevan atau tepat 3. Accesabilitas ; indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu benarbenar dapat terjangkau oleh mereka yang memerlukan 4. Kebergunaan : indikator yang menunjukkan sejauh mana sesuatu yang telah disediakan dipakai untuk tujuan semula 5. Ketercakupan : indikator yang menunjukkan apakah proporsi mereka yang memerlukan sesuatu itu dapat menerimanya 6. Kualitas : indikator yang menunjukkan kualitas atau standar tertentu 7. Usaha : indikator yang menunjukkan apa dan berapa banyak yang diinvestasikan untuk mencapai sasaran 8. Efisiensi : indikator yang menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas telah dimanfaatkan dengan cara yang terbaik 9. Hasil : Merupakan hasil akhir dari pelaksanaan program
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada intinya evaluasi merupakan proses penilaian untuk mengukur performance dan hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target yang telah ditentukan sebelumnya, yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program dimasa mendatang. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program dilakukan untuk mengetahui proses kerja dari pelaksanaan program, apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program yang telah ditetapkan, dan untuk mengetahui sejauh mana program yang telah dilaksanakan berhasil memberikan dampak atau manfaat bagi kelompok sasaran dari program tersebut. e.2 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) e.2.1 Pengertian PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan. PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e.2.2 Tujuan Tujuan dari pelaksanaaan program PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat baik tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah. e.2.3 Tatanan Program PHBS dapat dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tempat ibadah, instansi pendidikan, warung makan, pasar dan sebagainya. Khusus untuk Provinsi Jawa Tengah memfokuskan pada 3 jenis tatanan yaitu tatanan rumah tangga, tatanan instansi pendidikan dan tatanan tempat ibadah. Pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa ketiga tatanan tersebut mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian derajat kesehatan 1. Tatanan Rumah Tangga Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Bertolak dari pengertian di atas sehingga PHBS ditatanan rumah tangga adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk memberdayakan
dan
meningkatkan
kemampuan
keluarga
dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat. 2. Institusi Pendidikan Institusi pendidikan adalah tempat diselenggarakannya proses belajar
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. PHBS di institusi pendidikan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengajar maupun anak didiknya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan yang dimaksud adalah tingkat SD atau MI, SLTP atau MTS-SLTA atau MA. 3. Tempat Ibadah Tempat ibadah adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan keagamaan atau ibadah bagi masyarakat sesuai dengan agama yang dianut. PHBS ditempat ibadah adalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengurus maupun pengunjung dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. e.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga e.3.1 Pengertian Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian rumah dan PHBS tatanan rumah tangga, untuk penjelasan lebih rinci sebagai berikut: e.3.1.1 Rumah 1) Keputusan Menteri Kesehatan RI. NO.829/MENKES/SK/VII/1999 rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga dalam. 2) UU NO.4 Tahun 1992 rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. e.3.1.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku bersih dan sehat e.3.2 Tujuan Adapun tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat. Menjelaskan tujuan khusus dari program PHBS adalah meningkatkan pengetahuan dan kemauan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS dan agar anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat e.3.3 Manfaat Manfaat dilaksanakanya program PHBS ini adalah: 1. Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit. 2. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota rumah tangga. 3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi lain seperti pendidikan
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan usaha lain. 4. Guna meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. 5. Sebagai salah satu indikator keberhasilan pemerintah kabupaten atau kota dalam bidang pembangunan kesehatan. 6. Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain. e.4 Indikator PHBS e.4.1 Indikator Indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian Persyaratan indikator yaitu: 1. Sahih dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya diukur oleh indikator tersebut, 2. Obyektif harus memberikan hasil walaupun dipakai orang yang berbeda pada waktu yang berbeda, 3. Sensitif dapat mengukur perubahan sekecil apapun, 4. Spesifik dapat mengukur perubahan situasi yang dimaksud e.4.2 Indikator PHBS Mengacu pada pengertian pada perilaku sehat indikator ditetapkan pada area atau wilayah yaitu: a. Indikator Nasional Indikator nasional terdiri dari 3 indikator yaitu:
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. presentase penduduk tidak merokok 2. persentase penduduk yang memakan sayuran dan buah-buahan 3. persentase penduduk melakukan aktifitas olahraga b. Indikator Lokal Spesifik Indikator lokal spesifik yaitu indikator nasional ditambah indikator local spesifik masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Ada 16 indikator yang dapat digunakan untuk perilaku sehat adalah sebagai berikut: 1. Ibu hamil memeriksakan kehamilan. 2. Ibu melahirkan ditolong tenaga kesehatan. 3. Pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi (KB). 4. Bayi ditimbang. 5. Penduduk sarapan pagi sebelum melaksanakan aktivitas. 6. Bayi diimunisasi lengkap. 7. Penduduk minum air bersih yang dimasak. 8. Penduduk menggunakan jamban sehat. 9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun. 10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur. 11. Penduduk tidak menggunakan NAPZA. 12. Penduduk mempunyai askes atau tabungan atau emas atau uang. 13. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi. 15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Papsmear. 16. Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan yang ada di daerah. e.4.3 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Indikator PHBS tatanan rumah tangga yaitu suatu alat ukur atau suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan rumah tangga. Indikator PHBS tatanan rumah tangga diarahkan pada aspek program prioritas yaitu: kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup dan upaya kesehatan masyarakat. Indikator lokal Jawa Tengah menggunakan 10 indikator nasional ditambah dengan 6 indikator lokal menurut yaitu : 1. Persalinan dengan tenaga kesehatan. 2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi. 3. Penimbangan balita. 4. Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang. 5. Memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. 6. Menggunakan jamban sehat.
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Membuang sampah pada tempatnya. 8. Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi. 9. Lantai rumah kedap air. 10. Anggota rumah tangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari, dilakukan 3-5 kali per minggu. 11. Anggota keluarga tidak merokok. 12. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar. 13. Menggosok gigi minimal 2 kali sehari. 14. Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. 15. Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). 16. Melakukan
Pemberantasan
Sarang
Nyamuk
(PSN)
minimal
seminggu sekali. Berdasarkan indikator tersebut dapat ditentukan klasifikasi PHBS yang ditunjukkan melalui nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS) yaitu: 1. Sehat pratama (warna merah) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 0-5. 2. Sehat madya (warna kuning) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 6- 10. 3. Sehat utama (warna hijau) : indikator rumah tangga yang memenuhi
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antara 11- 15. 4. Sehat paripurna (warna biru) : apabila indikator rumah tangga mempunyai nilai 16.
F. LANDASAN TEORI Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sosiologis dimana dalam sosiologi yang menjadi obyek utamanya adalah masyarakat, dengan melihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan paradigma yang berlaku dalam ilmu sosiologi. Paradigma merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pngetahuan karena paradigma merupakan kesatuan konsensus yang terluas. Secara lebih jelas, George Ritzer merumuskan paradigma sebagai berikut, “Pandangan dasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang mestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (dicipline). Selanjutnya Ritzer membagi paradigma menjadi 3 yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial. Sedangkan paradigma yang dipakai dalam penelitian ini adalah paradigma perilaku sosial. Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial yaitu : 1) Behaviour Sociology; 2) Teori Exchange.
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berkaitan dengan ini, perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat bantaran sungai adalah bagian dari behavioral sociology. Paradigma perilaku Sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalannya adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Teori ini dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner yang lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Teori ini biasa juga disebut Teori belajar dalam Ilmu Psikologi. Konsep dasar dari teori ini adalah penguat / ganjaran (reward). Teori ini lebih menitikberatkan pada tingkah laku aktor dan lingkungan. Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Manusia pada dasaranya tidak mencari keuntungan maksimal, tapi
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
senantiasa ingin mendapatkan keuntungan dari interaksi tersebut. Manusia tidak bertindak secara rasional sepenuhnya, tapi senantiasa berfikir untung rugi pada saat berinteraksi walau manusia tidak memiliki info yang cukup untuk mengembangkan alternatif, tapi dapat menggunakan info yang terbatas tersebut untuk mengembangkan alternatif guna memperhitungkan untung rugi. Manusia terbatas, tapi dapat berkompetisi untuk mendapat keuntungan. Walau manusia senantiasa berusaha mendapat keuntungan dari hasil interaksi, tapi mereka dibatasi oleh sumber-sumber yang tersedia. Manusia berusaha memperoleh wujud materi tapi mereka melibatkan dan menghasilkan sesuatu yang non materi (benci, suka, dll). Ada 5 bentuk Perilaku Sosial yaitu : a.
Proposisi keberhasilan Jika tindakannya sering mendapatkan ganjaran, maka semakin sering dilakukan
b.
Proposisi stimulus Jika stimulus merupakan kondisi dimana seseorang mendapatkan ganjaran, maka semakin besar kemungkinan untuk mengulangi seperti pada waktu lalu
c.
Proposisi nilai
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semakin bermanfaat maka semakin sering kemungkinan tindakan tersebut diulangi d.
Proposisi kejenuhan kerugian Semakin sering seseorang mendapatkan ganjaran yang isitimewa, maka bagian yang lebih mendalam dari ganjaran tersebut mejadi kurang bermakna bagi orang lain
e.
Proposisi persetujuan dan perlawanan Jika tidak mendapat ganjaran atau hukuman yang tidak diharapkan, ia akan marah dan semakin besar kemungkinan orang tersebut akan melakukan perlawanan dan hasil tingkah lakunya makin berharga bagi dirinya. Jika dapat ganjaran atau lebih, maka akan menunjukan tingkah laku persetujuan. Dan hasil tingkah lakunya semakin berharga baginya
f.1 Asumsi Dasar 1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu) 2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan) 3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol) Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
probabilitas
bahwa
digilib.uns.ac.id
suatu
perilaku
akan
terjadi.
Sebaliknya,
hukuman
(punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian: 1. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). 2. Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll). Berdasarkan Skiner pembentukan perilaku pada masyarakat dibedakan menjadi 2 respon yaitu: 1. Respondent respons yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan tertentu, perangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli,
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2. Operant respons adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli, atau reirforcer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat perilaku yang telah dilakukan. Hal ini didasari pada asumsi-asumsi berikut: 1. Belajar itu adalah tingkah laku. 2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan. 3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di definisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di kontrol secara seksama. 4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku. Menurut Skinner, bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu yaitu:
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Faktor dari dalam individu, berupa karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2) Faktor dari luar individu, berupa lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sehubungan dengan kesehatan menurut Eunike R. Rustiana (2005:75) antara lain faktor–faktor umum dalam perilaku kesehatan, beberapa faktor umum yang memepengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu: 1. Keturunan, 2. Belajar dengan operan conditing dengan tipe seperti penguatan, pemadaman dan hukuman, 3. Belajar dengan meniru, 4. Status emosional seseorang, 5. gejala kesakitan yang dirasakan seseorang, 6. Kognitif. Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas mengenai personality traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik yang cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu.
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f.2 Perilaku Kesehatan Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok: 1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek : a.
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b.
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c.
Perilaku gizi (makanan dan minuman).
2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 3. Perilaku Kesehatan Lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain yaitu Becker membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini. a. Perilaku hidup sehat.
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain : 1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna. 2. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status sesehatan yang bersangkutan. 3. Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. 4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. 5. Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan. 6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatankegiatan yang positif. 7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya
Kemampuan berfikir seseorang adalah sebagai penentu dalam menentukan pilihan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan
kesehatan.
Perubahan perilaku
kesehatan
merupakan tujuan
pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori dari Lawrence Green perilaku dipengaruhi 4 faktor yaitu: b.
Faktor Pemudah, factor pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan nilai yang dimiliki oleh seseorang. Contoh seseorang tidak merokok karena mereka yakin bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. c.
Faktor
Pemungkin,
factor
pemicu
terhadap
perilaku
yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk didalamnya ketrampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan. d.
Faktor Penguat, factor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Factor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok yang dipercaya oleh masyarakat
e.
Faktor Lingkungan, adalah segala factor baik fisik, biologis maupun social budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan
Dr. M.a. Suleiman dalam jurnalnya yang berjudul “The Influence Of Environmental Factors On The Adolescent’s” Health menjelaskan tentang : To understand how people participate in health maintenance, comprehensive information is needed on how people think and act in relation to health, including details of their beliefs, attitudes, knowledge and awareness of health matters. It has been suggested that the individual strives to maintain a healthy balance and an equilibrium achievement by reducing health risks and improving healthy resources, including health potential. Health is influenced by a variety of external factors based on the complex interactions between the individual and his immediate environment. Numerous among these are social, psychological and environmental factors.
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
The social environment role in the adolescents’ capacity to maintain and promote their health and to prevent diseases.
(Untuk
memahami
bagaimana
orang-orang
berpartisipasi
dalam
pemeliharaan kesehatan, diperlukan informasi yang komprehensif tentang bagaimana orang berpikir dan bertindak dalam hubungannya dengan kesehatan, termasuk rincian dari keyakinan mereka, sikap, pengetahuan dan kesadaran akan masalah-masalah kesehatan. Telah diusulkan bahwa individu berusaha untuk menjaga keseimbangan yang sehat dan pencapaian ekuilibrium dengan mengurangi risiko kesehatan dan meningkatkan sumber daya yang sehat, termasuk kesehatan potensial.
Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor
eksternal yang didasarkan pada interaksi yang kompleks antara individu dan lingkungan. Banyak di antaranya adalah sosial, psikologis dan faktor lingkungan. Lingkungan sosial memainkan peran penentu untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mereka dan untuk mencegah penyakit) f.3 Perilaku Sakit Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb. Perilaku ini mencakup: a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan). Berdasarkan teori-teori diatas, maka penelitian ini memfokuskan pada dampak atas pelaksanaan program perilaku masyarakat yang hidup bersih dan sehat agar dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perilaku masyarakat yang diharapkan di kota Surakarta, khususnya masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Kalianyar adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya sesuai dengan upaya preventif yang ditekankan pemerintah kota surakarta tanpa mengabaikan usaha kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan mengingat masyarakat yang tinggal di Bantaran Sungai identik dengan kumuh dan mayoritas penduduknya berasal dari masyarakat kalangan bawah dimana untuk menjangkau layanan kesehatan, sebagian masyarakat masih mengeluh dengan mahalnya biaya pengobatan saat ini, oleh karena itu untuk mencegah terjadinya penyakit dan angka KLB (Kejadian Luar Biasa), masyarakat harus lebih menekankan kepada usaha preventive atau upaya pencegahan. Perilaku masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Kalianyar akan dilihat berdasarkan indikator-indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga dimana indikator tersebut akan digunakan untuk mengukur derajat kesehatan untuk tercapainya Visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu Menuju Solo Sehat 2010.
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. PENELITIAN TERDAHULU Untuk pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan di jelaskan beberapa penelitian terdahulu tentang perilaku kesehatan. Salah satunya adalah penelitian tentang Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Dengan Terapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Desa Dempet Kabupaten Demak. Penelitian ini dilakukan oleh Siti Nurhamidah pada tahun 2007. Penelitian ini merupakan explanatory survey dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Desa Dempet, Kabupaten Demak. Hasil dari penelitian ini menggambarkan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan sedang mengenai PHBS, namun dalam terapan PHBS, responden masih berada ditingkat Sehat pratama (warna merah) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 0-5. Hasil dari penelitian menunjukkan 37,7% responden dengan tingkat pengetahuan rendah dengan terapan PHBS diringkat pratama. Selanjutnya 45,3% responden dengan tingkat pengetahuan sedang dengan terapan PHBS ditingkat pratama. Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi dengan terapan PHBS ditingkat pratama dalam persen sebesar 17,0%. Responden dengan tingkat pengetahuan rendah dengan terapan PHBS ditingkat madya dalam persen sebesar 31,6%. Selanjutnya menunjukkan 52,6% responden dengan tingkat madya. Responden dengan pengetahuan tinggi dengan terapan PHBS ditingkat madya dalam persen sebesar 15,8%. Analisa dari
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS tatanan rumah tangga di Desa Dempet, Kabupaten Demak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sedikit ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan tinggi namun tidak diterapkan pada perilaku kesehatan sehari-hari. Pernyataan tersebut didukung dengan indikator klasifikasi PHBS ditunjukkan melalui nilai indeks potensi keluarga sehat (IPKS) yaitu sehat pratama dan sehat madya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Imanda Amalia pada tahun 2009 tentang hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat pada pedagang hidangan istimewa kampong (HIK) di pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat pada pedagang hidangan istimewa kampong (HIK) di pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini adalah proporsi
PHBS
berdasarkan
tingkat
pendidikan
yaitu
pedagang
HIK
berpendidikan SLTP/SMA memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang HIK berpendidikan SD/tak sekolah. Proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan sangat signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS. Tingkat pendidikan pedagang HIK sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat pendidikan pedagang HIK yang rendah akan
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi pedagang HIK dalam memeperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat. Sedangkan tingkat pendapatan pedagang HIK juga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Pedagang HIK yang belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari juga mengakibatkan pedagang HIK lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup daripada pengobatan penyakit dan pencegahan penyakit berupa PHBS baik dirumah maupun ditempat kerja. Dalam usaha untuk mencapai Solo Sehat 2010, maka perlu juga dilihat penelitian Takehito Takano dan Keiko Nakamura dalam jurnalnya yang berjudul “Participatory research to enhance vision sharing for Healthy Town initiatives in Japan”. Jurnal tersebut menjelaskan tentang : This is of participatory research project conducted by the Tokyo Citizen’s Council for Health Promotions to enchance vision sharing, there by aiding the implementation of healthy town initiative. The Citizen’s Cuoncil conducted a survey to elucidate citizen interest and expectations regarding healthy town. The project had three stage: (i) a survey; (ii) dissemination of the result; and (iii) evaluation of the impact of the survey’s finding. The survey was conducted among ordinary citizen’s council. Responses from 476 ordinary citizen, 400 community group members, 316 health promotion practicioner and 387 members of the citizen’s council were received and analyzed. Major criteria that respondent required of a healthy town were : adequate sports facilites and walking/jogging trails (44,5%); easy access for senior citizens, small children and people with disabilities (42,2%); and parks, clean rivers and natural features (33,1%). Prioritized criteria given by specific respondent garoup were (i) a town with little crime and few traffict accident (ordinary citizen :37,2%) and (ii) a town were people help aech other (health promotion practicioners :36,7%; members of the citizen council: 31,5%). Factor analysis revealed that the following three dimensions : (i) helath conducine physical living environment ; (ii) social
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
network and mutual help; and (iii) social discipline/rules and good access to services. The research result were disseminated to the general public, community groups and members of the Citizen’s Council. The result substantiated citizen views, which were then incorporated into plants toward realizing Healthy Town initiative. This research effort generated a vision of the creation of healthy town by the participation of citizen in a megacity.
(Penelitian ini merupakan penelitian partisipatif yang dilakukan oleh Dewan Warga Negara Tokyo untuk mempromosikan kesehatan dalam rangka meningkatkan berbagi visi untuk membantu pelaksanaan inisiatif Kota Sehat. Dewan Warga Negara melakukan survei untuk menjelaskan kepentingan dan harapan warga mengenai Kota Sehat. Proyek ini memiliki tiga tahap: (i) survei; (ii) penyebaran hasil; dan (iii) evaluasi dampak dari temuan survei. Survey dilakukan antara warga negara biasa, anggota kelompok masyarakat, kelompok promosi kesehatan dan anggota Dewan Warga Negara. Tanggapan dari 476 warga negara biasa, 400 anggota kelompok masyarakat, 316 kelompok promosi kesehatan dan 387 anggota Dewan Warga Negara diterima dan dianalisis. Kriteria yang dituntut untuk mencapai Kota Sehat 2010 adalah sebagai berikut: fasilitas olah raga yang memadai dan aktifitas jogging (44,5%); kemudahan akses bagi warga negara senior, anak-anak kecil dan para penderita cacat (42,2%), membersihkan sungai dan fitur alam lainnya (33.1%). Kriteria prioritas yang diberikan oleh kelompok-kelompok responden tertentu adalah : (i) kota dengan beberapa sedikit kejahatan dan kecelakaan lalu lintas (warga negara biasa: 37,2%)
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan (ii) sebuah kota di mana orang membantu satu sama lain (kelompok promosi kesehatan : 36.7%; anggota Dewan: 31,5%). Analisis faktor menunjukkan bahwa struktur pandangan mengenai kriteria warga negara untuk menuju Kota Sehat memiliki tiga dimensi berikut: (i) kesehatan fisik lingkungan hidup yang kondusif, (ii) jaringan sosial dan saling membantu, dan (iii) masyarakat disiplin terhadap peraturan dan akses yang baik ke layanan. Hasil-hasil penelitian disebarluaskan kepada masyarakat umum, kelompok masyarakat dan anggota Dewan Warga Negara. Hasil tinjauan didukung oleh warga, yang kemudian dimasukkan ke dalam rencana menuju inisiatif mewujudkan Kota Sehat. Upaya penelitian ini menghasilkan visi penciptaan Kota Sehat oleh partisipasi warga dalam kota besar). Berdasarkan penjelasan mengenai penelitian tentang perilaku kesehatan yang terdahulu, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini lebih memfokuskan pada Evaluasi Impementasi Program Pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran kalianyar sesuai dengan indikator PHBS pada tatanan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan Visi yang dicetuskan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu “Menuju Solo Sehat 2010”.
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. DEFINISI KONSEPTUAL 1. Perilaku Menurut ensiklopedi Amerika bahwa perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi perilaku tertentu 2. Perilaku Sehat Adalah pengetahuan, sikap dan tidakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2002 : 3)). 3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat. (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2002 : 4). 4. Tatanan Rumah Tangga Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. 5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku bersih dan sehat.
I. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Bantaran Kalianyar, Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08, Kelurahan Mojosongo. Alasannya pemilihan lokasi tersebut adalah : 1. Lokasi merupakan salah satu tempat atau daerah di wilayah Surakarta dimana program PHBS itu dilakukan. 2. Lokasi tersebut adalah tempat berkumpulnya warga dari kalangan menengah ke bawah yang mayoritas penduduknya kurang dapat menjangkau layanan kesehatan, sehingga untuk meminimalisir terjadinya penyakit, warganya harus dapat membiasakan hidup bersih dan sehat sebagai upaya
dan
preventif dalam rangka menuju Solo Sehat 2010. 3. Bantaran Sungai identik dengan kekumuhan, jadi perlu dikaji bagaimana perilaku masyarakat sekitarnya untuk menjaga kesehatan keluarga maupun lingkungannya.
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini menggunakan metode evaluasi kualitatif yaitu penelitian terhadap program yang sudah atau sedang berjalan dimana bertujuan untuk mengukur akibat dan dampak dari suatu program sebagai landasan bagi penyusunan kebijaksanaan dan rancangan program yang akan datang. Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya suatu program. (Michael Quinn Patton, 2006: 30). Penelitian ini merupakan evaluasi implementasi suatu program yaitu Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program PHBS tersebut. Penulis dalam penelitian ini menggunakan indikator-indikator untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan program yang penulis evaluasi. Sebuah indikator merupakan sebuah petunjuk atau tanda. Indikator-indikator menunjukkan kemajuan yang telah dicapai dan membantu dalam mengukur perubahan. Indikator-indikator yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Availabilitas : indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu ada dan tersedia 2. Relevansi : indikator yang menunjukkan seberapa jauh sesuatu hal dapat
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikatakan relevan atau tepat 3. Accesabilitas ; indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu benarbenar dapat terjangkau oleh mereka yang memerlukan 4. Kebergunaan : indikator yang menunjukkan sejauh mana sesuatu yang telah disediakan dipakai untuk tujuan semula 5. Ketercakupan : indikator yang menunjukkan apakah proporsi mereka yang memerlukan sesuatu itu dapat menerimanya 6. Kualitas : indikator yang menunjukkan kualitas atau standar tertentu 7. Usaha : indikator yang menunjukkan apa dan berapa banyak yang diinvestasikan untuk mencapai sasaran 8. Efisiensi : indikator yang menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas telah dimanfaatkan dengan cara yang terbaik 9. Hasil : merupakan hasil akhir dari pelaksanaan program.
C. Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu dan populasi survei adalah kumpulan unsur-unsur yang dipilih secara nyata dari sampel survei. Berkaitan dengan penelitian ini maka yang menjadi populasinya adalah
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
warga masyarakat yang tinggal disekitar Bantaran Kalianyar. 2. Sampling Besarnya sampel tidak ditentukan berdasarkan ketentuan mutlak, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Jumlah sampel tidak harus mewakili
populasi,
dimana
peneliti
menggunakan
pertimbangan
berdasarkan konsep teoritis serta karakteristik empiris. 3. Teknik pengambilan sampel Dalam
penelitian
ini
bersifat
purpossive
sampling,
yaitu
pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti. Pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Pengambilan sampel dalam penelitian ini mewakili karakteristik dari masyarakat yaitu dari tingkat pendidikan dan pekerjaan serta penghasilan. D. Sumber Data 1. Data Primer Data ini diperoleh dari wawancara kepada warga yang tinggal disekitar Bantaran Kalianyar tentang pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga 2. Data Sekunder Diperoleh melalui buku kesehatan maupun data Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Posyandu setempat, Buku
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat, Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK), Badan Pemberdayaan Masyarakat (BAPERMAS) kota Surakarta maupun literatur lainnya. E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk pendekatan kualitatif terhadap sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara Teknik wawancara ini dilakukan dengan struktur yang tidak ketat atau informal guna menanyakan pendapat informan dan responden tentang kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka menuju Solo Sehat 2010. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan perorangan atau per keluarga/tatanan rumah tangga selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian tanya jawab yang bersifat terbuka dan mendalam. Dalam wawancara ini : v
Pewawancara adalah seseorang yang menggali informasi
secara mendalam sesuai dengan tujuannya v
Sumber informasi kunci adalah warga yang dipandang
memenuhi kriteria batasan masalah peneliti v
Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pedoman wawancara (Interview Guide) Teknik pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara sistematis sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman wawancara. Interview guide dalam penelitian ini bersifat fleksibel artinya pertanyaan yang diajukan kepada informan akan berkembang dan tidak hanya terpancang pada daftar pertanyaan, karena sifat dari penelitian kualitatif yaitu semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin valid data yang diperoleh dalam penelitian ini. 3. Observasi Langsung Yaitu merupakan pengamatan perilaku yang relefan dengan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian (HB Sutopo, 1998). Menurut Koentjoroningrat observasi merupakan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Teknik ini biasanya diartikan sebagai pengamatan dari system fenomena yang diselidiki, dimana observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian, pelaksanaannya langsung dimana suatu peristiwa terjadi. Adapun sistem yang dilakukan pada observasi langsung adalah Non Participation Obervation dimana kedudukan peneliti hanya sebagai pengamat bukan anggota penuh dari obyek yang diteliti.
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan observasi dalam penelitian ini meliputi observasi terhadap kegiatan sehari-hari warga Bantaran Kalianyar yang sesuai dengan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah Tangga. F. Analisis Data Analisis
data
adalah
proses
mengatur
urutan
data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat diketemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disampaikan oleh data. Sesuai dengan judul penelitian, maka pnelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi Data Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan. Reduksi data dilakukan selama proses penelitian ini berlangsung yang dimulai sebelum pengumpulan data dilakukan. Data reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan dalam memilih kasus, pertanyaan yang akan diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. 2. Penyajian Data Penyajian data merupakan kegiatan merakit informasi atau mengorganisasikan data serta menyajikan dalam bentuk tabel berupa data
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
statistik sederhana dan selanjunya diinterpretasikan serta evaluasi dalam bentuk cerita agar dapat diambil suatu kesimpulan. 3. Penarikan Kesimpulan Menarik kesimpulan dari keseluruhan data yang diperoleh dari hasil melakukan penelitian terhadap objek penelitian. G. Validitas Data Validitas data yang dimaksudkan adalah sebagai pembuktian bahwa data yang diperileh peneliti sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Untuk menguji data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data atau sebagai pembanding terhadap data. Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, dimana data tidak hanya diambil dari satu sumber saja tetapi dari beberapa sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. (4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendapat dan pandangan orang. (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengecek
keabsahan data adalah dengan cara
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen, yaitu data PHBS Kota Surakarta maupun data PHBS di Posyandu setempat.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI WILAYAH
A. Gambaran Umum 1. Kota Surakarta Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo” secara umum memang dataran rendah dan berada diantara pertemuan Sungai Pepe, Sungar Anyar, Sungai Jenes yang kesemuanya bermuara di Sungai Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut dan terletak antara 110°45’15”110°45’35” Bujur Timur, 70°36’00”-70°56’00” Lintang Selatan. Kota Surakarta terletak di Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah bagian selatan dan merupakan daerah perhubungan antara propinsi Jawa Tengah – Jawa Timur dan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan keadaan mobilitas masyarakat yang tinggi. Berbicara tentang letak daerah Surakarta, sebenarnya kota ini sangat strategis. Hal ini dikarenakan kota Surakarta sendiri merupakan jalur utama transportasi ke beberapa kota besar di Pulau Jawa. Kota – kota tersebut antara lain adalah Semarang, Yogyakarta
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
dan
digilib.uns.ac.id
Surabaya.
Karena
kota
Surakarta
yang
strategis
maka
perkembangan kota ini memicu kegiatan ekonomi di berbagai sudut kota kecil disekitar wilayahnya antara lain Boyolali, Klaten, Sragen, Sukoharjo, Karanganyar dan Wonogiri. Kotamadya Surakarta dibatasi oleh : a. Sebelah
Utara
berbatasan
dengan
Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Boyolali b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnanyar c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Dengan 51 Kelurahan, 595 RW dan 2.669 RT yang bergabung dalam 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Banjarsari 33% dari luas wilayah secara keseluruhan, Kecamatan Jebres 29%, Kecamatan Laweyan 20%, Kecamatan Pasar Kliwon 11% dan Kecamatan Serengan 7%. Kelima Kecamatan dan 51 Kelurahan tersebut adalah : a. Kecamatan Laweyan : Pajang, Laweyan, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Sondakan, Kerten, Jajar dan Karangasem.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kecamatan Serengan : Danukusuman, Serengan, Tipes, Kratonan, Jayengan dan Kemlayan c. Kecamatan Pasar Kliwon : Joyontakan, Semanggi, Pasar Kliwon, Gajahan, Baluwarti, Kampung Baru, KedungLumbu, Sangkrah, dan Kauman. d. Kecamatan Jebres : Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Sudiroprajan, Gandekan, Kampung Sewu, Pucang Sawit, Jagalan, Purwodiningratan, Tegalharjo, Jebres, Mojosongo. e. Kecamatan Stabelan, Punggawan,
Banjarsari : Kadipiro, Nusukan, Gilingan, Kestalan,
Keprabon,
Mangkubumen,
Timuran,
Manahan,
Ketelan,
Sumber
Banyuanyar. Untuk lebih jelasnya perhatikan table dibawah ini : Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Surakarta No
Kecamatan
Luas Wilayah (km2)
1
Laweyan
8,64
2
Serengan
3,19
3
Pasar Kliwon
4,82
4
Jebres
12,58
5
Banjarsari
14,81
TOTAL
44,04
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta
commit to user 49
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data kependudukan menurut catatan Surakarta dalam angka tahun 2007 adalah ; berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 penduduk kota Surakarta mencapai 515.372 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 12.827 jiwa/km2. dari luasan wilayah kota Surakarta yang hanya 44,04 km2 menunjukkan bahwa kota ini merupakan kota yang padat penduduk. Untuk dibidang kesehatan, kota Surakarta nampaknya sudah mengalami peningkatan. Derajad kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator kualitas SDM. Indikator utama derajad kesehatan penduduk adalah angka harapan hidup, angka kematian bayi lahir (AKB) dan angka kematian ibu melahirkan (AKI). Angka rata-rata harapan hidup 65 tahun bagi pria dan 67 tahun bagi wanita. Angka kematian bayi lahir (AKB) 5,42 per seribu kelahiran dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) 0,43 per seribu kelahiran. Selain itu status gizi baik telah mencapai 91,8 %. Meningkatnya angka harapan hidup serta rendahnya AKB dan AKI tersebut mencerminkan keberhasilan program kesehatan dan gizi daerah. Kondisi ini sangat kondusif bagi kelangsungan pembangunan pada era otonomi daerah. 2. Kecamatan Jebres Secara umum, Kecamatan Jebres berada di pinggiran Kota Surakarta tepatnya di daerah paling timur. Kecamatan ini mempunyai
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
luas wilayah 29% dari total keseluruhan luas wilayah kota surakarta. Kecamatan Jebres ini berjarak sekitar 5 Km dari pusat Kota Surakarta. Salah satu kelurahan di kecamatan Jebres adalah Kelurahan Mojosongo, dan di kelurahan inilah penelitian ini dilakukan. 3. Profil Kelurahan Mojosongo a. Kondisi Geografis i.
Letak Daerah Kelurahan Mojosongo Kelurahan Mojosongo berada di ketinggian 80-130 dpl (diatas permukaan air laut) dengan letak geografis 100 BT-111 BT. Kelurahan ini beriklim tropis dengan temperature kurang lebih 26,8° C. karena kelurahan Mojosongo merupakan daerah perkotaan, maka lahan pertaniannya tidak ada. Kelurahan ini merupakan daerah jasa dan perdagangan serta membudayakan peran dan fungsi hukum.
ii.
Batas Daerah Kelurahan Mojosongo Kelurahan
Mojosongo
merupakan
salah
satu
kelurahan yang berada di Kecamatan Jebres. Dengan batasbatas wilayahnya sebagai berikut : Ø
Sebelah Utara : Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ø
Sebelah Timur : Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo, Kabeupaten Karanganyar
Ø
Sebelah Selatan : Kelurahan Jebres dan Kelurahan Tegalharjo
Ø
Sebelah Barat : Kelurahan Nusukan dan Kelurahan Kadipiro
b. Kondisi Demografis i.
Jumlah Penduduk Di Kelurahan Mojosongo terdapat sebanyak 11.145 kepala
keluarga
dengan
jumlah
penduduk
secara
keseluruhan sebanyak 45.080 jiwa. Jumlah penduduk lakilaki sebanyak 22.447 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 22.633 jiwa. Dapat dilihat bahwa antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan selisihnya hanya sedikit, yaitu hanya sebesar 186 jiwa. Bisa dikatakan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan di Kelurahan Mojosongo hampir seimbang. ii.
Komposisi Penduduk Komposisi penduduk di Kelurahan Mojosongo terdiri dari kelompok menurut umur dan jenis kelamin, mata pencaharian, banyaknya pemeluk agama, dan
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasarkan tingkat pendidikan. Dalam tabel komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, disitu terlihat bahwa jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan selisihnya hanya sedikit yaitu sebanyak 186 orang. Bisa dikatakan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel-tabel dibawah ini : Tabel 2.2 Penduduk Dalam Kelompok umur dan Jenis Kelamin Kel. Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
0-4
4,938
5,010
9,948
5-9
2,049
2,191
4,240
10-14
1,860
1,917
3,777
15-19
1,901
2,010
3,911
20-24
1,815
2,165
3,980
25-29
2,417
2,392
4,809
30-39
2,566
2,549
5,115
40-49
1,818
1,945
3763
50-59
1,711
1,539
3,250
60-
1,372
915
2,287
Jumlah
22,447
22,633
45,080
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mata pencaharian merupakan faktor penentu tingkat kemakmuran masyarakat karena dari mata pencaharian itulah, seseorang mendapatkan pengahasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Besar
kecilnya
pendapatan
seseorang
juga
akan
mempengaruhi seseorang untuk dapat menjangkau berbagai layanan yang ada, termasuk layanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit yang ada di daerah tersebut. Komposisi penduduk kelurahan Mojosongo menurut mata pencaharian dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.3 Mata Pencaharian (bagi umur 10 tahun keatas) No
Pekerjaan
Jumlah
1
Petani Sendiri
84
2
Buruh Tani
0
3
Nelayan
0
4
Pengusaha
5
Buruh Industri
4,889
6
Buruh Bangunan
7,499
7
Pedagang
677
8
Pengangkutan
357
9
PNS/ABRI
4,497
10
Pensiunan
1,072
11
Lain-lain
11,430
351
Jumlah
30,856
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendidikan merupakan indikator kualitas sumber daya manusia
suatu daerah, kemungkinan juga akan mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bermasyarakat termasuk dalam perilaku kesehatan.
Tingkat
pendidikan
juga
mempengaruhi
tingkat
kesejahteraan masyarakat. Komposisi penduduk kelurahan Mojosongo menurut tingkat pendidikan dapat dilihat dalah tabel dibawah ini : Tabel 2.5 Penduduk Menurut Pendidikan (bagi umur 5 tahun keatas) No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tamat akd/PT
2,512
2
Tamat SLTA
4,746
3
Tamat SLTP
5,720
4
Tamat SD
5,345
5
Tidak Tamat SD
5954
6
Belum Tamat SD
4,872
7
Tidak Sekolah
5,937
Jumlah
35,086
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
c. Sarana Prasarana Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka diberbagai daerah didirikan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah negeri maupun swasta secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh badan-badan maupun swasta secara teratur dalam waktu yang relative singkat yang lebih menekankan kepada kecakapan dan ketrampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan ketat seperti pendidikan formal. Sarana pendidikan di kelurahan Mojosongo dapat dilihat dalam table dibawah ini : Tabel 2.6 Sarana Pendidikan No
Tingkatan
Jumlah
1
TK
22
2
SD
17
3
SLTP Umum
1
4
SLTP Kejuruan
-
5
SLTA Umum
1
6
SLTA Kejuruan
1
7
Akdm/PT
1
8
Kursus-kursus
2
9
Madrasah
Jumlah
Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
commit to user 56
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk menunjang itu semua maka pemerintah menyediakan sarana kesehatan disetiap daerah agar dapat di akses oleh seluruh masyarakat. Sarana kesehatan dikelurahan Mojosongo dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.7 Sarana Kesehatan N0
Sarana
Jumlah
1
Rumah Sakit
1
2
RS Bersalin
1
3
BKIA/Pos Kesehatan/Klinik
1
4
Puskesmas
3
5
Dokter
23
6
Perawat
35
7
Bidan
14
8
Dukun Bayi
1
9
Jamban
157
10
Posyandu Balita
43
11
Posyandu Lansia
22
Jumlah Sumber : Data Demografi Kelurahan Mojosongo, 2010
commit to user 57
304
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan Kota Surakarta 1. Visi Promosi Kesehatan Visi Promosi kesehatan sesuai Keputusan Menteri RI No 1193/Menkes/SK/X/2004 adalah “Perilaku Hidup Bersih dan Sehatn 2010” atau “PHBS 2010”. Yang dimaksud dengan PHBS 2010 adalah keadaan dimana individu dalam rumahtangga (keluarga) masyarakat indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka : a. mencegah timbulnya penyakit dan masalah kesehatan lainnya’ b. menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan lainnya, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan c. memanfaatkan pelayanan kesehatan d. mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat. 2. Misi Promosi Kesehatan a. Memberdayakan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga maupun melalui pengorganisasian masyarakat
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Membina suasana maupun lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat c. Mengadvokasi
para pengambil
keputusan
dan
penentu
kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam rangka : -
mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perudangan yang berwawasan kesehatan
-
mengintegrasikan
promosi
kesehatan
khususnya
pemberdayaan masyarakat dalam program kesehatan -
meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara pemerintah dan masyarakat (termasuk LSM) dan dunia usaha
-
meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khsusunya dan bidang kesehatan pada umumnya
3. Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan a.
Individu dan Keluarga 1. Memperoleh informasi kesehatan dari berbagai saluran, baik secara langsung maupun melalui media massa 2. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya 3. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, menuju
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keluarga atau rumahtangga sehat 4. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarga 5. Berperan aktif dalam upaya /kegiatan kesehatan b.
Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum 1. masing-masing tatanan mengembangkan kader kesehatan 2. mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehatn
c.
Organisasi
masyarakat/Organisasi
profesi/LSM
dan
media massa 1. menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat 2. bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat 3. menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung perubahan perilaku sehat d.
Program/petugas kesehatan 1. melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatan kesehatan 2. mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat, khususnya melalui pemberdayaan individu,
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keluarga, atau kelompok yang menjadi klien 3. meningkatkan
mutu
pemberdayaan
masyarakat
dan
pelayanan kesehatan yang memberikan kepuasan pada masyarakat e.
Lembaga pemerintah/politisi/swasta 1. peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat 2. membuat kebijakan dan peraturan perundangan dengan memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan
C. Pengertian dan Sasaran 1. Beberapa Pengertian a. Promosi Kesehatan Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
dan
didukung
oleh
kebijakan
publik
yang
belajar
atau
berwawasan kesehatan b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Upaya
untuk
menciptakan
memberikan
suatu
kondisi
commit to user 61
pengalaman bagi
perorangan,
keluarga,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan c. Rumah tangga Adalah wahana atau wadah dimana keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anaknya melaksanakan kehidupan seharihari d. PHBS Tatanan Rumahtangga Suatu upaya yang dilaksanakan untuk memberdayakan anggota rumahtangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan masyarakat 2. Sasaran Intervensi Tatanan Rumah Tangga Sasaran pelaksanaan program PHBS adalah seluruh warga masyarakat di kota Surakarta diberbagai tatanan. Sedangkan untuk
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yang secara keseluruhan terbagi dalam : 1. sasaran primer : adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah) 2. sasaran sekunder : adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait. 3. Sasaran tersier : sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembant dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan kegiatan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas, guru dan tokoh masyarakat
D. Kondisi Bantaran Kalianyar Saat ini Indonesia hidup dalam segitiga krisis dalam konsep lingkungan, yaitu kelebihan penduduk, pengurasan sumber daya alam dan pencemaran lingkungan. Ketiga sudut segitiga krisis itu akan saling mempengaruhi. Dalam hal kehidupannya, manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan sebagai kebutuhan primer. Namun karena
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebutuhan papan yang meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi penduduk, maka bantaran sungaipun tak luput adari serbuan orang untuk membuat rumah, termasuk di bantaran Kalianyar. Sebenarnya daerah bantaran sungai merupakan kawasan green belt, namun kondisi ini tidak terpikirkan oleh masyarakat mengingat keterbatasan lahan dan kebutuhan akan papan yang murah. Sungai adalah salah satu dari dua tempat yang menjadi pusat peradaban manusia selain pantai (wilayah perairan laut). Pilihan manusia untuk bermukim di wilayah sungai tak terlepas dari air sebagai kebutuhan hidup manusia. Wilayah yang subur di sekitar sungai juga memungkinkan manusia untuk memulai kehidupannya dari dasar, bisa melalui bertani atau berlayar. Akibat meningkatnya penduduk yang tinggal di sekitar bantaran Kalianyar menyebabkan pencemaran sungai tersebut juga meningkat, khususnya pencemaran limbah rumah tangga. Hampir semua kota yang dilalui sungai dan tidak ada industrinya maka pencemaran sungainya berasal dari limbah rumah tangga. Disisi lain faktor krisis ekonomi ikut berpengaruh terhadap kualitas lingkungan dan sumber daya manusianya. Karena krisis ekonomi menurunkan kemampuan daya beli penduduk, sehingga ikut memperbesar kekumuhan suatu kawasan. Dengan meningkatnya penduduk, secara otomatis meningkat juga lahan di bantaran yang digunakan untuk membangun rumah. Hal tersebut akan
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi kekuatan lahan/tanah di bantaran Kalianyar. Akan tetapi pemerintah Kota Surakarta mengantisipasi kekuatan lahan atau tanah Bantaran Kalianyar dengan cara membangun talut terutama di depan Terminal Tirtonadi dan di dekat Taman Sekartaji. Pengerjaan talut atau beton penahan ini, merupakan bentuk kerjasama antara Departemen Pekerjaan Umum Surakarta dengan Pemerintah kota Surakarta, sebagai langkah untuk membangun kota Solo agar terhindar dari bencana tanah longsor dan banjir, terutama wilayah yang dialiri kali Anyar seperti daerah Mojosongo. Namun rencananya saat ini, pengerjaan talut tersebut akan diperlebar sampai dengan wilayah Pedaringan. Selain itu kondisi krisis yang berkepanjangan membuat alokasi dana untuk kesehatan menjadi tidak memadai. Alokasi dana/anggaran rumah tangga sebagian besar kini lebih banyak dialokasikan kepada kebutuhan pangan, apapun wujudnya, soal gizi dan kesehatan nomor sekian. Begitupun dengan penduduk dibantaran Kalianyar, khususnya ditempat dimana penelitian ini akan dilakukan. Banyak warga yang berada dibawah garis kemiskinan dengan bangunan rumah yang kurang memadai dan lingkungan yang kumuh. Akibatnya kesehatan seolah-olah menjadi barang mahal yang sulit diraih, kesehatan belum merupakan kebutuhan vital. Urusan kesehatan baru diperhatikan jika mulai muncul gejala yang sudah akut. Dalam hal ini, dari tinjauan tersebut serta dengan melihat
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kondisi yang ada di bantaran kali, nampaknya penduduk di sekitarnya Kalianyar dapat dibagi dalam dua golongan. Golongan pertama adalah mereka yang menyadari keberadaan sungai, fungsi sungai dan fungsi sanitasi lingkungan. Golongan kedua adalah mereka yang acuh tak acuh atau tak mau tahu dengan kondisi sungai dan lingkungannya.
Daerah yang diteliti oleh peneliti merupakan daerah yang berada Kelurahan Mojosongo. Kelurahan Mojosongo merupakan kelurahan yang paling luas wilayahnya dan dialiri 2 sungai besar yaitu Kalianyar dan Sungai Kedungjumbleng. Kalianyar merupakan sungai yang melintasi kawasan pinngiran kelurahan tersebut. Salah satu daerah yang akan diteliti merupakan bagian dari kelurahan Mojosongo tersebut yaitu di bantaran Kalianyar tepatnya di kampong Sabrang Lor RT 05 RW 08. Daerah tersebut sebagian wilayahnya berada di bantaran Kalianyar. Akan tetapi pembangunan talut oleh pemerintah kota Surakarta belum mencapai daerah tersebut sehingga daerah tersebut masih terlihat kumuh dan lahan/tanah yang ditempati warga belum terlalu kuat, jadi sewaktu-waktu bencana tanah longsor dapat terjadi. Selain itu masih bayak terlihat aktifitas warga disekitar bantaran Kalianyar, misalnya mandi di sungai tersebut masih dilakukan beberapa warga, karena kebiasaan mandi di sungai itu memang mudah, tinggal menceburkan diri karena airnya sangat
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berlimpah. Namun mandi di sungai tentu mempunyai resiko negatif karena banyak sungai yang sudah terkontaminasi beragam limbah rumah tangga seperti sampah, tinja dan bahan beracun dan berbahaya lainnya. Selain hal tersebut, masyarakat yang tinggal dibantaran Kalianyar biasanya terlihat membuang sampah di belakang rumah mereka, tepatnya di Kalinyar. Juga kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai selama berpuluh puluh tahun itu bukan tidak menimbulkan persoalan. Air sungai menjadi kotor dan rawan terjadi penyumbatan saluran yang beresiko terjadinya banjir. Pemandangan tersebut tak urung menjadi masalah bagi kebersihan air yang notabene mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Namun masih banyak warga yang berpendapat bahwa mereka sudah bertahun tahun membuang sampah ke sungai, tapi tidak terjadi masalah apa-apa. Padahal kalau ditilik lebih jauh lagi, buangan sampah sembarangan ini selanjutnya menutupi saluran air rumah tangga maupun kali atau sungai sehingga ketika hujan turun, banjirpun datang. Perilaku buruk ini menjadi lebih dahsyat lagi dengan terbatasnya areal pembuangan sampah sehingga saluran air kemudian dijadikan tempat pembuangan akhir sampah rumah tangga atau industri.
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini merupakan pemaparan hasil dan analisis data dari penelitian di Bantaran Kalianyar tentang dampak dari pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta evaluasi implementasi dari program tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode evaluasi kualitatif terhadap program yang sudah atau sedang berjalan dimana bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana implementasi sebuah program sebagai landasan bagi penyusunan kebijaksanaan dan rancangan program yang akan datang. Sampel dari penelitian ini berjumlah 10 informan dari warga Bantaran Kalianyar. Penelitian evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program tersebut, sehingga nantinya akan dapat diketahui apakah masyarakat bantaran Kalianyar tersebut telah mampu menerapkan perilaku sehat untuk mencapai Solo Sehat 2010 atau belum. A. Identitas Informan Dari pengungkapan identitas informan memperlihatkan ciri-ciri mereka seperti umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Tingkat pendidikan seseorang tentunya akan mempengaruhi perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-hari karena berhubungan langsung dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang kesehatan itu sendiri. Sedangkan jenis pekerjaan akan
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi pula pada tingkat pengahasilan seseorang, dimana tingkat ekonomi penting bagi seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan khususnya. Pengungkapan tersebut diharapkan dapat memperlihatkan gambaran umum dari para informan serta dapat digunakan untuk menjelaskan bagian analisa selanjutnya. 1. Umur Disini dari 10 informan yang diteliti terdapat 4 informan yang berumur antara 30-40 tahun, 5 informan berumur antara 40-50 tahun dan I informan yang berumur 63 tahun. 2. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap pola perilaku
dalam
kehidupan
sehari-hari,
khususnya
perilaku
kesehatan. Dari 10 informan, terdapat 2 informan yang telah mendapatkan gelar sarjana, 6 informan tamatan SLTA, dan 2 informan tamatan sekolah dasar. 3. Pekerjaan Pekerjaan seseorang juga memperngaruhi tingkat penghasilan, dimana tingkat penghasilan seseorang akan berpengaruh terhadap mampu tidaknya seseorang untuk menjangkau layanan kesehatan. Dari 10 informan terdapat 3 informan bekerja sebagai PNS, 4 informan wiraswasta, dan 3 informan sebagai ibu rumah tangga.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari keterangan diatas, dari 10 informan yang ada, secara umum kesepuluh informan lainnya merupakan masyarakat yang tinggal di bantaran Kalianyar. Dengan 5 informan yang memiliki tempat tinggal tepat di bantaran kalianyar atau diatas sungai dan 5 informan lagi bertempat tinggal di seberang bantaran sungai tersebut. Dengan penjelasan tersebut, nantinya akan dapat dilihat sedikit perbedaan perilaku masyarakatnya dari masing-masing indikator tatanan rumah tangga. Adanya perbedaan tersebut dapat dikarenakan oleh pengetahuan, lokasi (jauh dekatnya dengan sungai) maupun motivasi dari setiap informan atau rumah tangga. B. Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumahtangga Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk
meningkatkan
pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan. PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), di tiap tatanan, diperlukan pengelolaan manajemen pelaksanaan program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian. Selanjutnya kembali lagi ke proses semula. Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam bagan berikut ini: Pengkajian Pemantauan Penilaian
Perencanaan Penggerakan Pelaksanaan
Pengkajian PROMOSI KESEHATAN PENYULUHAN KESEHATAN
- KEBIJAKAN - PERATURAN - ORGANISASI
FAKTOR PEMUNGKINAN
FAKTOR PEMUDAHAN
FAKTOR PENGUAT
FAKTOR PERILAKU DAN GAYA HIDUP
DERAJAT KESEHATAN
FAKTOR LINGKUNGAN
Penindaklanjutan
Diagram 3.1 Pengelolaan Manajemen Program PHBS
commit to user 71
KUALITAS HIDUP
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Petunjuk Pelaksanaan Program PHBS Penggerakan pelaksanaan adalah upaya yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang
telah
dibuat.
Dalam
melaksanakan
kegiatan
sebaiknya
memanfaatkan system kerja yang sudah ada di wilayah kerja, dan masing-masing pelaksana hendaknya : a. bertanggungjawab sesuai POA (Plan Of Action) yang telah disepakati b. tetap mengadakan koordinasi dengan menyesuaikan system pembinaan lintas program dan lintas sector yang sudah ada c. melaksanakan strategi advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat sehingga tercipta suasana yang kondusif dalam melaksanakan intervensi PHBS. Stategi dan langkah-langkah agar kegiatan PHBS dapat berhasil dengan baik dapat dilakukan sebagai berikut : a. Advokasi (Pendekatan pada para pengambil keputusan) Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/bapak/ibu/kakek/nenek.
pengambil
keputusan
meneladani
dalam
ditingkat
berperilaku
Tujuannya
agar
keluarga/rumahtangga sehat,
memberikan
para dapat
dukungan,
kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya. Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengambil keputusan, seperti kepala Puskesmas, pejabat ditingkat Kabupaten/Kota, yang secara fungsional maupun structural Pembina program kesehatan diwilayahnya. Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambilan keputusan mengupayakan kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan. Langkah-langkah advokasi : 1. tentukan sasaran yang akan di advokasi, baik sasaran primer, sekunder dan tersier 2. siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS tatanan rumah tangga 3. Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi 4. Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik dan metode yang tepat 5. Simpulkan dan sepakati hasil advokasi 6. Buat ringkasan eksekutif dan sebar luaskan kepada sasaran.
b. Mengembangkan Dukungan Suasana Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/bapak/ibu/kakek/nenek.
commit to user 73
Tujuannya
adalah
agar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS dilingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran untuk selalu datang ke posyandu, mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok didekat ibu hamil dan balita. Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sector, lintas program, LSM, yang peduli kesehatan, para pembuat opini dan media massa. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS. Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dan sebagainya. Langkah-langkah pengembangan dukungan suasana : 1. menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana 2. mengupayakan dukungan pimpinan, program, sector terkait pada tiap tatanan dalam bentuk adanya komitmen dan dukungan sumber daya 3. mengembangkan metode dan teknik dan media yang telah diuji coba dan disempurnakan 4. membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Gerakan Masyarakat Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada anggota keluarga seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggungjawab social untuk lingkungannya dengan cara menjadi kader Posyandu, aktif di LSM pedulu kesehatan, dan lain-lain. Tujuannya agar kelompok sasaran
meningkat
pengetahuannya,
kesadaran
maupun
kemampuannya sehingga dapat berperilaku sehat. Caranya dengan penyuluhan perorangan, kelompok, membuat gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada sasaran primer, meliputi pimpinan puskesmas, kepada dinas kesehatan, pemuka masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi petugas untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan. Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dan lain-lain. Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat adalah : 1. peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan pembinaan 2. menganalisis
dan
mendesain
metode
dan
teknik
kegiatan
pemberdayaan seperti pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluhan individu, kelompok dan masa. Lomba, sarasehan
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan lokakarya 3. mengupayakan dukungan pimpinan, program, sector terkait pada tiap tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya 4. mengembangkan metode dan teknik dan media yang telah di uji coba dan disempurnakan 5. membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama dengan lintas program dan lintas sector pada tatanan terkait 6. menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis.
2. Tahap Pelaksanaan Program PHBS Program PHBS dapat dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tempat ibadah, instansi pendidikan, warung makan, pasar dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada tatanan rumahtangga. Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Bertolak dari pengertian di atas sehingga PHBS ditatanan rumah tangga adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program PHBS, untuk menerapkan perilaku tersebut diperlukan adanya pengarahan atapun penyuluhan dari petugas terlatih. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pelaksanaan program PHBS. Pembuat
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebijakan memberikan semacam pelatihan atau penyuluhan kepada para petugas kesehatan seperti kader posyandu, petugas puskesmas, kader PKK dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pihak dari Dinas Kesehatan yaitu : “dengan memberikan pelatihan kepada petugas posyandu, puskesmas, PKK. Pelatihan tersebut bentuknya sosialisasi, lokakarya, seminar serta pembelajaran tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan baik diri maupun lingkungan. Hasil dari pelatihan tersebut nantinya akan disampaikan dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat luas, dengan tujuan untuk mendidik dan memotivasi masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat. selanjutnya akan dilakukan pendataan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tanggga dengan mengisi blangko PHBS yang telah disediakan oleh pembuat kebijakan”
Penuturan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Suarakarta tersebut dikuatkan oleh pelaksana program PHBS tatanan rumahtangga yaitu salah satu kader posyandu di RT 05 yaitu : ”kalau saya yang merupakan perwakilan kader posyandu dari RT 05 mendapatkan pelatihan atau penyuluhan dari Dinas Kesehatan, Akademi Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Ibu-ibu PKK, dan juga dari pak RW” (wawancara tanggal 12 Mei 2010) Penuturan tersebut menjelaskan bahwa bukan hanya dari pembuat kebijakan saja yang memberikan penyuluhan kepada petugas terlatih. Akan tetapi dari petugas kesehatan seperti dari fakultas Kedokteran maupun dari akademi kebidanan. Bentuk penyuluhan atau pelatihan tersebut berupa sosialisasi dari pembuat kebijakan mengenai aspek kesehatan yang berhubungan dengan diluncurkannya program PHBS seperti penjabaran atau penjelasan dari masing-
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masing indikator PHBS tatanan rumah tangga. Bentuk penyuluhan dan pelatihan tersebut dipertegas lagi oleh kader posyandu seperti berikut ini : “Penyuluhan tersebut berupa sosialisasi atau pengarahan mengenai kesehatan, pemberantasan sarang nyamuk, kebersihan, dan lain-lain sejenisnya. Selain itu juga dikasih petunjuk untuk mengisi blangko data PHBS yang digunakan untuk pendataan perubahan perilaku masyarakat setelah mendapatkan pengarahan dan sosialisasi dari petugas terlatih. Kajian-kajian seperti itu sering dilakukan oleh pembuat kebijakan, kalau saya sudah pernah mengikuti sebanyak 3 kali, karena saya termasuk orang baru di posyandu, tetapi saya selalu aktif untuk hal-hal seperti itu” (wawancara tanggal 12 Mei 2010)
Setelah mendapatkan penyuluhan dari pembuat kebijakan yaitu Dinas Kesehatan Kota Surakarta, kemudian langkah selanjutnya adalah para kader posyandu
mensosialisasikan
hasil
penyuluhan
kepada
masyarakat
luas.
Masyarakat diberi pengarahan tentang program PHBS dan penjelasan masingmasing indikator. Setiap RT di Kelurahan Mojosongo mempunyai wakil sendiri untuk pelaksanaan sosialisasi tersebut. seperti wakil di RT 05 berikut ini : “iya, saya hanya melakukan sosialisasi khusus di RT 05, karena saya merupakan kader perwakilan dari RT tersebut. untuk RT lain sudah ada wakilnya sendiri biasanya” (wawancara i tanggal 12 Mei 2010) Sedangkan bentuk sosialisasinya adalah sebagai berikut : “kita sebagai kader posyandu berkewajiban untuk mensosialisasikan apa yang telah kita dapatkan selama penyuluhan. Sosialisasi tersebut saya lakukan door to door, kepada kepala rumah tangga juga. Contohnya, Apabila ada ibu yang jarang datang ke posyandu untuk menimbang anaknya, saya arahkan atau saya anjurkan untuk rutin
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
datang ke posyandu setiap bulannya. Apabila ada anak yang berat badan turun atau kekurangan asupan gizi saya juga menganjurkan untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Kunjungan saya tersebut juga sebenarnya untuk mengetahui perkembangan anak khususnya. Akan tetapi bukan itu saja fokusnya, petugas terlatih juga berkewajiban memberikan pengarahan dan pengertian tentang usaha untuk memelihara kesehatan diri maupun lingkungan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga tersebut. Selain memberikan sosialisasi tersebut, saya juga sekaligus melakukan pendataan PHBS dan untuk mengetahui kebiasaan sehari-harinya” (wawancara tanggal 12 Mei 2010)
Pengarahan dari kader posyandu sebagai petugas terlatih secara door to door tersebut secara tidak langsung memberikan efek atau perubahan terhadap perilaku kesehatan masyarakat. Masyarakat yang semula merasa tidak peduli dengan hal tersebut sedikit demi sedikit mulai mengerti akan tujuan dari pengarahan yang dilakukan oleh kader posyandu. Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan dari kader itu sendiri yaitu : “saya melihat ada perubahan setelah ada sosialisasi dan pengarahan tentang kesehatan itu, untuk ibu yang jarang datang ke posyandu, setelah mendapatkan pengarahan jadi sering/rutin datang keposyandu untuk menimbang anaknya dan imunisasi. Pemberian makanan tambahan kepada anak juga sepertinya benar-benar dilakukan, terbukti dengan kesehatan dan berat badan anak menjadi meningkat. Begitupun untuk hal yang lain,seperti perilaku kesehariannya juga sedikit demi sedikit menunjukkan perbahan positif.seperti menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih. Walaupun tidak semua perilaku juga berubah, akan tetapi saya melihat pengarahan tersebut ada manfaatnya. Setiap orang kan berbeda, kadang juga ada yang tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti ini mbak” (wawancara tanggal 12 Mei 2010)
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan pelaksanaan program PHBS tersebut, diharapkan akan terjadi perubahan perilaku masyarakat. Selain perilaku,salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK) menuju Solo Sehat 2010 adalah mulai diberlakukannya paradigma sehat yaitu perpindahan paradigma sakit yang selama ini dianut oleh masyarakat. Dimana paradigma sakit selama ini masyarakat beranggapan bahwa apabila sakit, masyarakat miskin dapat berobat dengan mudah dan murah. Namun dalam paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah pola pikir masyarakat tersebut, agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun berfikir untuk berperilaku hidup sehat dan tidak sakit. Dengan terlaksananya program PHBS tersebut, selanjutnya akan dilakukan pendataan masing indikator pada tatanan rumah tangga. Pendataan masing-masing indicator PHBS tatanan rumah tangga merupakan tahap penilaian yang selanjutnya dapat dirumuskan apakah program tersebut berjalan baik atau tidak. Untuk dapat dikatakan berhasil, pembuat kebijakan mempunyai standart nilai, seperti ungkapan dari Dinas Kesehatan yaitu : “Harapan dari kita khususnya Dinas Kesehatan Kota Surakarta, standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan masyarakat adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%. Dengan begitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat 2010……………” Sedangkan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program, Dinas Kesehatan berupaya menggalakkan berbagai kegiatan agar pelaksanaannya lebih
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan dampak. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari salah satu pihak dari Dinas Kesehatan yaitu : “pelatihan-pelatihan, seminar, diskusi lebih sering diadakan, sosialisasi dengan membuat selebaran juga sudah dilakukan. Akan tetapi semuanya memang kembali kepada kesadaran dan kemauan dari masing-masing individu untuk mau menerapkan perilaku-perilaku yang diharapkan. Ilmu itu memang mahal untuk didapatkan, jadi memang pengetahuan dari setiap orang memang harus benar-benar digali lebih dalam lagi.”
Dari serangkaian kegiatan dan penyuluhan kepada pelaksana program, PHBS, maka dibawah ini akan dikemukakan dalam bentuk tabel bagaimana hasil akhir program perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumahtangga. Lihatlah tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari 10 informan Warga Bantaran Kalianyat RT 05 Rw 08, Kampung Sabrang Lor, Kelurahan Mojosongo
No 1
Indikator Persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan
Prosentase
Harapan Dinas
100%
90%
2
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi
100%
80%
3
Penimbangan Balita
100%
100%
4
Mengkonsumsi makanan dalam
30%
90%
90%
80%
jumlah seimbang 5
Memanfaatkan air bersih
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Menggunakan Jamban Sehat
80%
80%
7
Membuang sampah pada tempatnya
60%
80%
8
Setiap anggota rumah tangga 100%
80%
70%
80%
menempati ruangan minimal 9 m2 9
Lantai rumah kedap air
10
Anggota rumah tangga berumur 10 th 20%
ke atas melakukan olahraga 11
Anggota keluarga tidak merokok
12
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
13
Menggosok gigi minimal 2x sehari
14
Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba
15
90%
80%
90%
100%
90%
100%
80%
60%
70%
10%
60%
Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
16
90%
Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk minimal seminggu sekali
Berdasarkan indikator diatas tersebut dapat ditentukan klasifikasi PHBS tatanan rumah tangga yang ditunjukkan melalui nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS) yaitu: 1.
Sehat pratama (warna merah) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 0-5.
2.
Sehat madya (warna kuning) : indikator rumah tangga yang memenuhi
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antara 6- 10. 3.
Sehat utama (warna hijau) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 11- 15.
4.
Sehat paripurna (warna biru) : apabila indikator rumah tangga mempunyai nilai 16. Berdasarkan data temuan diatas, maka nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat
(IPKS) tiap rumah tangga informan adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS) Warga Bantaran Kalianyat RT 05 Rw 08, Kampung Sabrang Lor, Kelurahan Mojosongo
Informan
Nilai IPKS
I
Sehat madya
II
Sehat madya
III
Sehat utama
IV
Sehat utama
V
Sehat madya
VI
Sehat utama
VII
Sehat utama
VIII
Sehat madya
IX
Sehat utama
X
Sehat utama
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai diatas didasarkan pada hasil temuan dengan bermacam-macam perilaku serta alasan yang dikemukakan oleh para informan seperti berikut ini : Indikator pertama yaitu pertolongan persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian bayi. Jika kondisi ini dibiarkan pada akhirnya akan menimbulkan korban akibat pertolongan yang salah. Masyarakat terutama ibu-ibu seharusnya memiliki sikap berupa keyakinan terhadap
pertolongan
persalinan
sehat
yang
ditangani
oleh
tenaga
kesehatan/bidan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 100% informan melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter. Hal tersebut dikarenakan
faktor
keselamatan
diwaktu
persalinan.
Mereka
lebih
mempercayakan proses persalinan pada petugas kesehatan yang terampil dan memiliki pengetahuan serta keahlian dalam menangani hal tersebut. Indikator kedua yaitu pemberian ASI Eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian ASI dihentikan. Seiring dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui 2 tahun menurut rekomendasi WHO. Hasil
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
temuan menunjukkan bahwa pemberian ASI Ekslusif pada balita dilakukan oleh 100% responden. Mayoritas responden berpendapat bahwa pemberian ASI Eksklusif pada balita memang merupakan suatu anjuran dari bidan atau orang yang dipercaya untuk menunjang perkembangan serta pertumbuhan anak. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu : “saya sudah tidak punya balita mbak. Tapi dulunya itu ya saya kasih ASI eksklusif selama 6 bulan. Selain murah, itu juga dianjurkan oleh rosul untuk kecerdasan anak. Susu formula itu setelah umur 6 bulan, tapi ASI nya juga masih jalan sampai 6 tahun.” (wawancara tanggal 5 april 2010) Hal senada diungkapkan oleh informan lain yaitu : “saya tidak punya balita, akan tetapi dulu anak saya juga saya kasih ASI eksklusif selama 6 bulan. Untuk ketahanan dan pertumbuhan anak. Selain itu setelah pemberian ASI Eksklusif Saya juga kasih susu formula” (wawancara tanggal 15 april 2010) Pernyataan kedua informan diatas merupakan salah satu bukti bahwa pemberian ASI Eksklusif sangatlah penting untuk diberikan demi kesehatan dan juga kecerdasan anak, akan tetapi setelah pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan bukan berarti pemberian ASI berhenti pada bulan keenam itu. Hal tersebut tetap dilanjutkan sampai beberapa tahun kedepan dan juga selain ASI biasanya ditunjang juga oleh susu formula dan makanan tambahan bayi. Indikator ketiga yaitu penimbangan balita. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam penyelenggaraan
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah pelayanan penimbangan untuk balita. Hasil peneiltian menunjukkan bahwa 100% informan menyatakan selalu menimbangkan anak mereka selama satu bulan sekali, biasanya diposyandu setempat ataupun dirumah sakit. Hal tersebut mereka lakukan setiap bulannya untuk mengetahui pertumbuhan badan sang buah hati. Dalam perilaku kesehatan, perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek : 1.
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
2.
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
3.
Perilaku gizi (makanan dan minuman). Perilaku Gizi (makanan dan minuman) termasuk dalam Indikator keempat yaitu
Sarapan/Mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang. Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya). Keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis makanan tertentu tidak mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga perlu beberapa makanan lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai yang dianjurkan. Oleh karena makanan yang beraneka ragam yang mengandung protein, lemak, karbohidrat serta beberapa mineral lain yang dibutuhkan tubuh dari beragam jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku tersebut hanya diterapkan oleh 30% atau 3 orang informan. Seperti penuturan salah satu informan yaitu :
“jam 6 pagi pasti sudah tersedia sarapan mbak. Kalau saya tiap hari pake daging, yang pasti itu susu dan buah harus ada. Biasanya sesuai selera mbak. Kalau menu itu ya menurut saya sdah memenuhi gizi seimbang” (wawancara tanggal 13 april 2010)
Sedangkan 70% atau 7 informan lainnya belum dapat menerapkannya. Selain kurangnya pengetahuan akan gizi seimbang, mereka juga terbentur masalah ekonomi/keuangan.
Makanan yang mereka konsumsi sehari-hari
biasanya masakan yang praktis dan murah seperti tempe, tahu atau mie goreng. Sedangkan asupan gizi lainnya seperti sayur, buah dan susu belum terpenuhi. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu : “tiap hari keluarga saya sarapan mbak. Biasanya sih Cuma pake tempe tahu, mie goreng, menurut saya itu sudah bergizi. Itu yang murah sih mbak dan lebih praktis buat anak-anak. Saya ga tau tu mbak gizi seimbang, yang saya tahu gizi seimbang tu ya makanan bergizi.” (wawancara, tanggal 6 april 2010)
Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain : “tiap hari sarapan mbak, tapi lauknya ga tentu. Lebih seringnya tahu sama tempe. Lha yang murah ya itu. Tapi menurut saya itu kurang
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bergizi sebenarnya. Saya kurang tahu masalah gizi seimbang atau empat sehat lima sempurna tu mbak.” (wawancara tanggal 5 april 2010)
Menurut
Burrhus
Frederic
Skinner,
perilaku
sosial
memusatkan
perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalannya adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Sedangkan perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini. Salah satunya adalah Perilaku hidup sehat yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya Dalam hal ini perilaku masyarakat yang berhubungan langsung dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan diantaranya adalah sanitasi berupa penggunaan air bersih, jamban dan persampahan. Perilaku tersebut akan dijelaskan pada masing-masing indikator. Indikator kelima adalah penggunaan air bersih. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah mencuci, mandi, memasak, dan minum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari sebesar 90% atau sebanyak 9 informan yang menerapkannya. Untuk kesehariannya mereka biasa menggunakan air sumur atau PDAM untuk mencuci dan mandi, sedangkan untuk air minum biasanya juga dari air sumur tetapi dimasak terlebih dahulu. Selain itu ada juga responden yang menggunakan air gallon untuk minum, seperti yang diungkapkan oleh informan yaitu : “kalau minum saya pake air gallon, tapi kalau nyuci dan mandi saya pake air sumur tapi saya suling biar bersih. Sumurnya ada dibelakang rumah, jadi dekat aksesnya” (wawancara tanggal 8 april 2010) Hal serupa diungkapkan oleh informan lain yaitu :
“Saya pake air gallon kalau minum, tapi untuk mandi dan nyuci saya pake PDAM” (wawancara tanggal 8 april 2010)
Untuk indikator yang keenam yaitu penggunaan jamban sehat, Jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau syarat sanitasi adalah sebagai berikut : 1. Kotoran tidak dapat dijangkau oleh binatang penular penyakit, seperti : Kecoa, tikus, lalat dll. 2. Tidak menimbulkan bau 3. Kotoran ditempatkan disuatu tempat, tidak menyebar ke mana mana
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Tidak mencemari sumber air bersih 5. Tidak menggangu pemandangan/estetika 6. Aman digunakan Bila rumah yang memiliki jamban melebihi 80% dari jumlah rumah yang ada, berarti wilayah tersebut termasuk wilayah yang cukup baik dalam hal pembuangan kotoran manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 80% informan sudah memiliki sendiri dan menggunakannya. Mayoritas responden memiliki jamban keluarga dan dibersihkan setiap saat. Akan tetapi bagi rumah yang belum memiliki jamban, sudah dipastikan bahwa mereka itu mamanfatkan sungai, kebun, kolam, atau tempat lainnya untuk buang air besar (BAB) seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu : “Saya ga punya WC mbak, kalau buang hajat saya dan keluarga ya ke sungai belakang rumah. Gak ada biaya mbak buat bikin WC” (wawancara tanggal 6 april 2010) Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain : “dirumah dalem (saya)ga ada WC mbak, biasanya kalau mau buang hajat ya di sungai belakang rumah itu, deket kox, pas belakang rumah dalem (saya)” (wawancara tanggal 6 april 2010) Penuturan dari kedua informan merupakan bukti bahwa kawasan bantaran sungai identik dengan kumuh dan pencemaran. Dengan perilaku tersebut, kawasan sungai atau air sungai itu sendiri akan semakin tercemar. Indikator ketujuh yaitu membuang sampah pada tempatnya, Tempat
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampah adalah tempat untuk menampung sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau plastic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60% atau sebanyak 6 informan telah menerapkan perilaku tersebut. Didalam rumah telah tersedia tempat sampah, dan setelah sampah penuh, langsung dibakar atau dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Seperti penuturan informan dibawah ini : “ada didalam rumah, tiap hari sampahnya kalau penuh langsung dibuang ke TPA sama suami saya. Ga da pemilahan sampah, langsung dibuang begitu saja” (wawancara tanggal 13 april 2010)
Hal serupa diungkapkan oleh informan lain yaitu : “dalam rumah ada tempat sampah, kalau sudah penuh semua saya buang langsung di TPA tiap 4 hari sekali, itupun gak ada pemilahan organic maupun non organic” (wawancara tanggal 8 april 2010) Sedangkan 40% atau 4 informan lainnya belum dapat menerapkan perilaku tersebut. Hal itu terbukti dengan penuturan salah satu informan yaitu: “tempat sampah ga ada mbak. Sampahnya dibuang asal gitu, dibelakang atau didepan rumah, kalau sudah kotor ya disapu trus di buang dibelakang rumah atau kesungai. Saya ga tau sampah organic tu apa, ga terlalu memperhatikan mbak” (wawancara tanggal 6 april 2010) Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain : “tempat saya ga ada tempat sampah mbak, biasanya buangnya langsung ke sungai. Tiap hari ya kesitu. Saya gak tau tu mbak tentang pemilahan sampah, jadi saya ga pernah melakukannya” (wawancara anggal 5 april 2010)
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penuturan kedua informan diatas sama halnya dengan penuturan kedua informan lain yang tidak menerapkan perilaku tersebut. membuang sampah ke sungai sepertinya sudah menjadi hal yang biasa bagi warga yang tinggal dibantaran sungai. Mereka tidak berfikir bahwa perilaku tersebut akan menimbulkan banyak masalah, misalnya, tercemarnya air sungai dan ketika terjadi penumpukan sampah, akan menghalangi aliran air yang nantinya akan menyebabkan banjir. Indikator kedelapan yaitu Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi. Perencanaan ruang adalah hal yang tidak boleh diabaikan dalam merencanakan ruangan-ruangan dalam sebuah rumah. Tidak ada standar patokan yang baku tentang bagaimana menata ruangan, karena setiap bangunan rumah pasti memiliki karakteristik aktivitas yang berbeda-beda. Patokan yang ada adalah ukuran-ukuran baku tentang luasan minimum ruang yang diperlukan untuk aktivitas manusia. Hal tersebut harus dilakukan mengingat kebutuhan udara akan manusia sangatlah penting dalam hal kesehatan. Hasil penelitian menyatakan bahwa 100% informan memiliki rumah dengan ukuran yang sesuai dengan standar minimum ukuran sebuah rumah yang harus ditempati oleh setiap anggota rumah tangga. Indikator kesembilan yaitu lantai yang kedap air. Sebanyak 70% atau 7 informan mengungkapkan bahwa rumah yang mereka tempati, lantainya merupakan lantai yang kedap air, biasanya terbuat dari keramik atau mester.
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan 30% atau 3 informan lainnya mengungkapkan bahwa rumah yang mereka tempati lantainya masih berupa tanah atau mester tetapi hanya sebagian ruangan saja. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu : “ini lantainya dimester mbak, tapi Cuma ruangan depan saja, yang belakang sana masih berupa tanah mbak” (wawancara tanggal 6 april 2010) Hal yang sama diungkapkan oleh informan lain : “rumah dalem ya kayak gini, keramik lantainya tapi Cuma ruang tamu saja, yang lainnya masih tanah mbak, Cuma gini mbak kondisinya” (wawancara tanggal 6 april 2010)
Penuturan dari kedua informan diatas sama halnya dengan informan V yaitu rumah yang mereka tempati lantainya masih berupa tanah, kalaupun mester itu hanya sebagian ruangan saja, dan biasanya hanya ruangan depan atau ruang tamu serta teras. Indikator kesepuluh adalah melakukan aktifitas olahraga. Makanan yang kita makan harus seimbang dengan kegiatan/aktivitas fisik kita, bila aktivitas kita hanya duduk-duduk atau jarang sekali melakukan aktivitas yang berat padahal makanan yang kita makan banyak mengandung kalori, hasilnya kelebihan energi ini akan disimpan sebagai cadangan lemak dan bila cadangan lemak semakin menumpuk akan mengakibatkan tubuh menjadi kegemukan (overweight) kemudian akan menjadi obesitas. Dari hasil penelitian dapat dilihat Anggota
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rumah tangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari, dilakukan 3-5 kali per minggu hanya dilakukan oleh 20% informan atau sebesar 2 informan saja. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu informan yaitu : “saya dan suami saya suka jalan sehat, bisa bikin badan segar, biasanya dilakukan 4 kali dalam seminggu” (wawancara tanggal 14 april 2010) Hal serupa diungkapkan oleh informan lain berikut ini : “kalau anak saya hobinya futsal setiap hari, nah saya seminggu tiga kali pasti senam sama teman saya, biar badan sehat” (wawancara tanggal 8 april 2010)
Sedangkan 80% atau 8 informan lainnya menyatakan bahwa mereka jarang melakukan aktivitas tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu : “olahraga pernah sih mbak, biasanya jalan-jalan pagi, tapi jarang banget,kadang-kadang sebulan sekali. Lari atau jalan-jalan itu kan olahraga ringan mbak. Suami saya juga ga pernah, apalagi anak saya juga masih kecil-kecil” (wawancara tanggal 6 april 2010) Hal serupa diungkapkan oleh informan lain : “ga ada yang olahraga mbak, tidak begitu memperhatikan” (wawancara tanggal 13 april 2010)
Penuturan dari kedua informan diatas menunjukkan bahwa aktifitas olahraga yang begitu penting tidak mendapat perhatian dari sebagian masyarakat.
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya olahraga dan juga kesibukan dari setiap individu. Indikator kesebelas yaitu anggota keluarga tidak merokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang disekitarnya. Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 90% atau informan telah menerapkan perilaku tidak merokok dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menerapkan ajaran atau tuntunan dari agama yang mereka yakini. Selain membahayakan kesehatan seperti gangguan nafas dan penyakit jantung, mereka juga menyatakan bahwa perilaku tidak merokok dalam keluarga memang sudah menjadi kesadaran dari setiap diri masing-masing anggota keluarga, seperti yang disampaikan oleh informan yaitu : “alhamdulillah ga ada yang merokok mbak, itu semua kesadaran diri masing-masing mbak, tidak baik buat kesehatan. Merokok itu kan bahaya mbak buat paru-paru” (wawancara tanggal 5 april 2010)
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dan juga penuturan dari informan lain : “tidak ada yang merokok mbak disini, karena kesadaran. Bahaya nya itu kan bias mengganggu pernafasan, kanker, bahaya buat ibu hamil” (wawancara tanggal 13 april 2010)
Indikator keduabelas yaitu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 80% atau 8 informan sudah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aktifitas yang mengharuskan mereka mencuci tangan dengan sabun biasanya setelah memasak, bersih-bersih rumah, dan sehabis pulang dari kerja. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bagi sebagian besar kalangan masyarakat sebagai upaya untuk menjaga kesehatan. Sedangkan 20% lainnya atau sebanyak 2 informan tidak menerapkan perilaku tersebut, tidak ada alasan khusus mengapa mereka tidak
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menerapkannya, karena pengetahuan mereka akan mencuci tangan yaitu hanya dengan menggunakan air, tidak harus memakai sabun. Indikator ketigabelas yaitu menggosok gigi minimal 2 kali sehari. Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya lubang. Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan memancarkan energi positif sehingga si pemiliknya menjadi sangat menarik dan merasa nyaman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perilaku tersebut sudah diterapkan oleh 100% informan yang ada. Mereka mengutarakan beberapa alasan mereka untuk menerapkan perilaku tersebut, diantaranya agar tidak bau mulut, untuk merawat gigi yang sudah rusak, giginya menjadi bersih dan ketika menggosok gigi sebelum tidur, selanjutnya tidurpun akan terasa nyaman. Indikator
keempatbelas
yaitu
tidak
minum
miras
dan
tidak
menyalahgunakan narkoba. Penyebaran narkoba dan miras saat ini sudah sangat mewabah dalam masyarakat. Penyebarannya tidak lagi mengenal status sosial ekonomi serta usia. Narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) serta miras adalah jenis obat dan minuman yang mempunyai efek tertentu sehingga berbahaya jika dikonsumsi secara sembarangan, karena itu penggunaannya harus dikontrol oleh dokter. Korban dari narkoba dan miras tidak lagi mengenal batasan umur dan status sosial ekonomi. Tua, muda bahkan anak yang baru menginjak remaja sudah banyak yang terjerat atau menjadi pemakai narkoba dan miras.
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebanyakan pecandu terdiri dari kaum remaja, baik mereka di kota maupun di desa, yang berasal dari keluarga kaya maupun miskin, berpendidikan tinggi maupun biasa-biasa saja. Untuk hasil penelitian kali ini hasilnya perilaku tersebut sudah diterapkan oleh 100% informan. Mereka menerapkan perilaku tersebut karena sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama yang mereka yakini, selain itu mereka juga tau akan bahaya akan minuman keras dan narkoba, selain dapat merusak kesehatan, juga dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dalam batasan perilaku kesehatan, terdapat perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. Bentuk pencarian atau penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan juga tercermin dalam perilaku masyarakat untuk dapat mengakses pelayanan kesehatan. Hal tersebut termasuk dalam Indikator kelimabelas yaitu menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). JPK/JPKM juga merupakan cara pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan sebagai suatu usaha bersama guna mengefektifitaskan dan mengefisienkan pembiayaan kesehatan. Jadi, pengembangan JPKM sejalan dengan kebijakan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dengan lebih memusatakan peran pemerintah untuk mengatur, membina dan menciptakan iklim yang semakin mendorong
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peningkatan peran serta masyarakat itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah sebesar 60% informan atau hanya sebesar 6 orang saja. Mereka menyatakan bahwa kepesertaan mereka dalam jaminan pemeliharaan kesehatan mayoritas berupa Askes (Asuransi Kesehatan). Sosialisasi mereka dapatkan sebagian besar dari ketua RT setempat, dari tetangga, atau yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) mendapatkan informasi dari kantor tempat mereka bekerja, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu : “keluarga saya memakai Askes, saya kan juga pegawai negeri, tahunya dari kantor. Itupun ngurusnya juga cepet banget” (wawancara tanggal 14 april 2010) Hal serupa diungkapkan oleh informan lain : “berhubung saya PNS jadi saya pake Askes, tahunya dari kantor, cepet mbak ngurusnya, satu hari langsung jadi” (wawancara tanggal 8 april 2010)
Penuturan kedua informan diatas juga mengungkapkan tentang proses pembuatan kartu peserta. Mereka menyatakan bahwa untuk mengakses pelayanan kesehatan tersebut tidak memakan waktu yang lama, bahkan hanya dalam waktu satu hari sudah jadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah sudah cepat tanggap akan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang notabene sangatlah penting apalagi untuk masyarakat dari kalangan bawah. Akan tetapi dari hasil penelitian juga didapatkan 40% atau sebanyak 4 informan belum menjadi
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peserta jaminan pemeliharaan kesehatan. Faktor yang menyebabkannya adalah kurangnya pengetahuan serta informasi dari RT setempat, dan juga sebagian dari mereka merupakan masyarakat dari kalangan masyarakat atas yang mampu membiayai pengobatan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan : “keluarga ga ada yang dapat jaminan kesehatan mbak, dalem aja ga tahu ada fasilitas seperti itu, ga ada sosialisasi dari RT” (wawancara tanggal 6 april 2010) Selain itu juga penuturan dari informan lain yaitu : “keluarga saya ndak pake JPK mbak, tahu sih ada fasililitas tersebut, tapi tidak terlalu memperdulikan” (wawancara tanggal 8 april 2010)
Indikator keenambelas atau terakhir adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Ini merupakan salah satu upaya yang digalakkan oleh pemerintah untuk memberantas berbagai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, seperti Deman Berdarah Dengue. Hasil penelitian di kelurahan Mojosongo menunjukkan bahwa upaya tersebut hanya 10% informan atau 1 orang saja yang menerapkan dalam kehidupan rumahtangganya. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu informan yaitu : “banyak nyamuk, tiap hari pake baygon semprot itu. Kalau fogging sendiri tiap bulan itu 2 kali. Dari pemerintah juga pernah tapi jarang, seminggu sekali rumah saya dibersihkan secara keseluruhan” (wawancara tanggal 13 april 2010) Sedangkan 90% informan mengungkapkan bahwa mereka tidak terlalu
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempedulikan akan keberadaan sarang nyamuk yang merupakan sumber penyebab penyakit. Hal tesebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan yaitu: “rumah saya nyamuknya banyak banget mbak, biasanya kalau banyak nyamuk dikasih obat nyamuk bakar atau lotion. Jarang mbak kalau nguras bak kamar mandi, lha saya ga tau kalau itu jadi sarang nyamuk. Kalau fogging pernah tapi sudah lama banget, dari pemerintah” (wawancara tanggal 5 april 2010) Hal senada diungkapkan oleh informan lain : “banyak nyamuk, biasanya pake obat nyamuk bakar dan selimut. Rumah saya ga pernah di fogging, yang pernah itu orang yang kena DB, itupun dari pemerintah. Tidak terlalu gagas sarang nyamuk, keluarga saya sejah ini sehat-sehat saja” (wawancara tanggal 5 april 2010) Dengan banyaknya nyamuk, mereka hanya mengatasi hal tersebut dengan menggunakan obat nyamuk bakar ataupun lotion. Upaya fogging dari pemerintahpun pernah dilakukan, akan tetapi sangat jarang dan tidak dilakukan dengan merata. Seperti yang diungkapkan oleh informan yaitu : “banyak nyamuk, biasanya pake obat nyamuk bakar dan selimut. Rumah saya ga pernah di fogging, yang pernah itu orang yang kena DB, itupun dari pemerintah. Tidak terlalu gagas sarang nyamuk, keluarga saya sejah ini sehat-sehat saja” (wawancara tanggal 5 april 2010) Hal tersebut sama halnya dengan yang diungkapkan oleh informan lain : “banyak nyamuk juga mbak dirumah saya, biasanya pake baygon semprot itu. Foggingpun ga pernah ada dari pemerintah, yang saya lakukan biasanya nguras kamar mandi, selain itu tidak pernah” (wawancara tanggal 14 april 2010)
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penuturan kedua informan diatas dapat disimpulkan bahwa upaya pemeritah untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk belum merata untuk wilayah RT 05, padahal sebagian warga yang tinggal diwilayah tersebut telah mendapatkan fogging dari pemerintah walaupun jarang. Upaya pemberantasan juga dilakukan hanya pada rumah yang anggota keluarganya pernah menderita penyakit seperti Demam Berdarah dan sebagainya. Dalam pelaksanaan program PHBS ini, cara yang lebih banyak digunakan adalah dengan memberikan informasi dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan. Dengan cara memberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara-cara mencegah penyakit diharapkan akan terjadi peningkatan, pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan dalam diri individu/kelompok sasaran yang berdasarkan atas kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan. Perubahan perilaku melalui pemberian informasi ini memang memakan waktu yang lama, sebab tidak sekedar melibatkan perubahan gerakan, melainkan menyangkut pula perubahan persepsi tentang konsep-konsep kesehatan dan perubahan sikap terhadap tindakan yang dianjurkan. Sekalipun lama, hasil atau perubahan yang dicapai ternyata lebih lama dan tidak tergantung dari ketatnya pengawasan, karena individu merasakan sendiri adanya kebutuhan untuk berperilaku sehat. (Solita Sarwono, 1997, hal 56). Dengan melihat uraian-uraian diatas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
program PHBS belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Mungkin membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk merubah perilaku masyarakat. Standar nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) yang diharapkan dari keseluruhan masyarakat adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%. Dengan begitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat 2010. Namun dari hasil penelitian dengan jumlah informan masyarakat sebanyak 10, didapatkan sehat utama sebanyak 60% dan sehat madya sebanyak 40%. Dengan begitu, pelaksanaan program PHBS yang digalakkan oleh Kantor Pusat Promosi Kesehatan belum berhasil memberikan perubahan bagi perilaku kesehatan masyarakatnya. C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kemampuan berfikir seseorang adalah sebagai penentu dalam menentukan pilihan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori dari Lawrence Green perilaku dipengaruhi 4 faktor yaitu : a. Faktor Pemudah, faktor pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh seseorang. Dari keenambelas indikator PHBS tatanan rumah tangga, akan dibagi menjadi 4 aspek program prioritas yaitu Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Lingkungan, Perilaku, dan Kesehatan
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masyarakat. 1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan
dengan
tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang. Untuk aspek Gizi dan KIA ini, masyarakat bantaran Kalianyar menerapkan keempat indikator tersebut karena mereka memiliki pengetahuan dan keyakinan untuk menerapkan perilaku kesehatan
tersebut.
Masyarakat
mempunyai
keyakinan
atau
kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian. Tidak jarang pula kepercayaan seperti itu ditumbuhkan oleh pihak yang berwenang atau memiliki ketrampilan serta pengetahuan yang disebarluaskan ke anggota masyarakat yang lain seperti petugas kesehatan (Solita Sarwono, 1997 : 14). Disini, petugas kesehatan sangat berperan terhadap perubahan perilaku masyarakat. Anjuran petugas kesehatan seperti pemberian ASI Eksklusif, Penimbangan balita, Persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan serta mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang merupakan faktor pendorong atau motivasi bagi masyarakat untuk menerapkan perilaku tersebut. Masyarakat mempunyai keyakinan kepada petugas kesehatan, karena mereka mengerti bahwa petugas kesehatan
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan petugas terampil dan terlatih untuk bergerak dibidang kesehatan. Penerapan perilaku tersebut diatas juga terbangun dari hasil interaksi antara seseorang dengan masyarakat atau lingkungan sekitar, termasuk antara masyarakat dengan petugas posyandu khususnya RT 05 RW 08 dan juga antara satu orang dengan orang lainnya. Banyak diantara warga atau informan yang memiliki balita, sehingga antara satu dengan yang lain saling bertukar pengalaman, misalnya dalam pemberian ASI Eksklusif kepada balita atau persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan. Untuk penimbangan balita, penerapan perilaku tersebut sudah terbentuk dan terpola dalam masyarakat karena sudah seperti kewajiban bagi para ibu untuk menimbangkan balitanya untuk mengetahui perkembangan anak secara rutin. Seperti pernyataan petugas Posyandu bahwa petugas kesehatan berupaya memberikan dorongan dengan imbalan materi maupun non materi. Misalnya, dengan memberikan pengertian bahwa jika balita diberi ASI Eksklusif dan ditimbang setiap bulannya maka balita akan tumbuh sehat (imbalan non materi). 2. Kesehatan Lingkungan Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari., menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan Lantai rumah kedap air. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik mapun
sosial
budaya,
sehingga
lingkungan
tersebut
tidak
mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat (Soekidjo Notoatmojo, 2003 : 118). Dari hasil penelitian pada masyarakat bantaran Kalianyar, kesehatan lingkungan
sangat
berpengaruh
terhadap
derajat
kesehatan
masyarakatnya, terlebih masyarakatnya tinggal dibantaran yang identik dengan kekumuhan. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan sekitar merupakan faktor pemicu atau antiseden yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Seperti pengetahuan untuk memanfaatkan air bersih untuk keperluan seharihari., menggunakan jamban sehat, dan membuang sampah pada tempatnya. Walaupun mayoritas masyarakat bantaran Kalianyar telah menerapkan atau berusaha menjaga kesehatan lingkungannya, akan tetapi masih ada sebagian warga yang belum menerapkan perilaku tersebut. Menurut Skinner, Perilaku Sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalannya adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibatakibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Sepertinya faktor lingkungan yaitu keberadaan sungai juga menjadi motivasi bagi sebagian warga untuk melakukan berbagai aktifitas disana, seperti mencuci, buang air besar, serta membuang sampah. Masyarakat tidak menyadari bahwa perilaku tersebut akan menimbulkan masalah nantinya, seperti tercemarnya air sungai dan ancaman banjir pada musim penghujan. Dapat dikatakan bahwa lingkungan juga dapat mempengaruhi atau merubah perilaku seseorang. Disini, pengetahuan dan sikap masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan lagi, dimana lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. 3. Perilaku Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. Untuk perilaku olahraga, mencuci
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tangan dengan menggunakan sabun serta menggosok gigi minimal 2 kali sehari diterapkan oleh masyarakat karena pengetahuan mereka untuk menjaga serta memelihara kebersihan diri sendiri merupakan faktor terpenting untuk meningkatkan kesehatan serta menjaga diri dari ancaman berbagai penyakit. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa masyarakat mempunyai keyakinan atau kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
jika orang percaya bahwa merokok dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, maka dianggapnya hal itu benar, terlepas dari dia suka atau tidak suka merokok, oleh karena itu masyarakat akan berusaha untuk menghindarinya. Akan tetapi ada juga informan yang merokok karena sudah menjadi hobi dan juga dijadikan teman bersantai. Seperti pendapat dari salah satu pihak dari pembuat kebijakan bahwa perilaku merokok berasal dari teman dekat, khususnya dengan jenis kelamin sama. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubugan dengan orang lain atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan sosial tersebut, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan interaksi. Di dalam interaksi sosial, individu akan menyesuaikan diri dengan yang lain atau sebaliknya, sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan sosialnya. Untuk
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
itu, sangat sulit untuk merubah perilaku yang sudah mendarah daging dan bisa dikatakan kecanduan. Selain itu, penerapan perilaku tidak mengkonsumsi minuman keras serta narkotika karena masyarakat memiliki keyakinan bahwa perilaku tersebut tidak dianjurkan dalam ajaran agama, mengganggu kesehatan, dan juga perilaku tersebut merupakan perilaku negative yang akan berdampak pada citra seseorang dimasyarakat seperti gunjingan, celaan, dan lain-lain. Disini dapat kita lihat bahwa faktor sosial juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dapat kita ketahui juga bahwa masyarakat telah mengalami perubahan atau peningkatan perilaku dari indicator-indikator diatas, dan perubahan perilaku tersebut terjadi melalui 3 tahap yaitu pengalaman, sikap dan tindakan. Sebelum seseorang mengalami perubahan perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa manfaat dan arti perilaku tersebut bagi dirinya sendiri atau masyarakat. Selanjutnya, seseorang akan menilai obyek atau stimulus dalam bentuk sikap (pendapat) dan selanjutnya akan mempraktekkan apa yang ia ketahui atau disikapinya (dinilai baik). 4. Kesehatan Masyarakat Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
(JPK)
dan
Melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dari
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hasil penelitian didapatkan bahwa 60% masyarakat telah menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang berupa Askes (Asuransi Kesehatan). Informasi pelayanan tersebut mereka dapatkan dari RT setempat serta dari kantor tempat mereka bekerja. Hal tersebut terkait dengan sikap masyarakat dalam hal pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya dengan cara menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) seperti Askes dan Jamkesmas. Sedangkan melakukan pemberantasan sarang nyamuk merupakan wujud perilaku pemeliharaan kesehatan, dimana terbentuk dari pengetahuan masyarakat bahwa untuk menghindari ancaman penyakit Demam Berdarah, masyarakat perlu untuk menerapkan perilaku tersebut. Selain itu, untuk menghindari ancaman penyakit tersebut, masyarakat juga memiliki sikap untuk mencari informasi fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemberantasan sarang nyamuk dengan menggunakan fogging. Akan tetapi hal tersebut belum dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat bantaran Kalianyar. Salah satunya disebabkan oleh kurangnya sosialisasi petugas kesehatan bahwa sebenarnya fogging dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Masih banyak warga yang beranggapan bahwa fogging hanya diperuntukkan bagi warga atau lingkungan yang pernah dilanda wabah penyakit demam berdarah, dan fogging dapat dilakukan atas
commit to user 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perintah dari petugas kesehatan. b. Faktor Pemungkin, factor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk didalamnya ketrampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan. 1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan
dengan
tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terlaksananya indikator
persalinan
dengan
menggunakan
tenaga
kesehatan,
pemberian ASI Eksklusif serta penimbangan balita dikarenakan ketersediaan sumber saya yaitu petugas kesehatan serta ketrampilan dibidang kesehatan yang dimiliki oleh petugas kesehatan sehingga memunculkan keyakinan serta kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan dan akhirnya memotivasi masyarakat untuk menerapkan perilaku tersebut. Salah satu dari petugas kesehatan berpendapat bahwa sikap atau tindakan yang dilakukan oleh para petugas kesehatan, akan mendorong masyarakat untuk berperilaku yang sama. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mendorong masyarakat agar berperilaku sehat. Misalnya,
commit to user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
petugas posyandu menerapkan perilaku mencuci tangan dengan menggunakan sabun, tidak merokok, serta menjadi peserta JPK. Dengan begitu, masyarakat sedikit demi sedikit akan melakukan hal yang sama dalam meningkatkan kesehatan, baik diri, keluarga maupun masyarakat. Keteladanan dari petugas kesehatan tersebut juga dapat mempengaruhi perubahan perilaku pada masyarakat. 2. Kesehatan Lingkungan Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari., menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan Lantai rumah kedap air. Untuk menjaga kesehatan diri, diperlukan upaya dari masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan
lingkungan
sekitarnya
karena
lingkungan
sangat
berpengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang. Air bersih, jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya serta kesehatan tempat tinggal merupakan aspek penting untuk dijaga kebersihannya. Dari hasil penelitian terlihat bahwa indikator-indikator diatas telah diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, walaupun masih ada sebagian warga yang masih memanfaatkan sungai untuk sebagian aktifitas seperti buang hajat dan membuang sampah. Apalagi
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, khusunya bantaran Kalianyar. Untuk beberapa aktifitas, bantaran sungai memang sangat bermanfaat keberadaannya, selain untuk hal yang positif, bantaran sungai juga tidak luput dari sasaran warga untuk melakukan aktifitas yang sebenarnya sangat merugikan, seperti dijelaskan diatas. Akan tetapi berdasarkan penjelasan dari salah satu pihak dari dinas kesehatan bahwa dari pihak pembuat kebijakan telah mengantisipasi hal tersebut dengan mendirikan WC umum yang dapat digunakan untuk masyarakat umum, akan tetapi kebersihan dan perawatan WC tersebut juga tidak mudah. Diperlukan kesadaran dan kemauan dari masyarakat untuk dapat menjaga dan memelihara keberadaannya. Untuk itu dibutuhkan komitmen dari masyarakat terhadap kesehatan untuk mewujudkan dan meningkatkan perilaku kesehatan. 3. Perilaku Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. Dari hasil penelitian di bantaran Kalianyar, indikator perilaku ini telah diterapkan oleh masyarakat
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kecuali aktifitas olahraga/fisik yang masih jarang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat merasa bahwa indikator itu penting untuk dilakukan, mengingat bahwa dampak yang ditimbulkan juga cukup besar. Hal tersebut merupakan komitmen dari masyarakat terhadap kesehatan baik kesehatan diri, keluarga maupun lingkungan. Sedangkan aktifitas olahraga tidak mendapat perhatian lebih dari masyarakat karena kurangnya kepedulian dan pemahaman akan manfaat dari aktifitas tersebut. Mereka hanya menganggap aktifitas tersebut layak dilakukan oleh orang-orang yang punya banyak waktu dan materi, yang tidak perlu terbebani akan kebutuhan rumahtangga karena semuanya sudah tercukupi. Selain itu, lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu pada beberapa aktifitas seperti olahraga tersebut. Seperti pendapat dari (Wityanti, 2003) yang dikutip oleh (Sarafino, 2003 : 14) bahwa seseorang akan memiliki dorongan untuk mengadakan interaksi dengan seorang yang lain, sehingga dalam interaksi tersebut, seseorang akan dapat menyesuaikan diri
dengan yang lain atau sebaliknya.
Sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan sosialnya. Karena banyak warga yang tidak melakukan aktifitas olahraga tersebut, maka warga yang lainnya pun enggan untuk melaksanakannya. Hanya beberapa saja yang menerapkan perilaku
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut karena mengikuti kelompok senam diluar wilayah tersebut. 4. Kesehatan Masyarakat Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
(JPK)
dan
Melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang tidak menjadi peserta dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, padahal fasilitas tersebut dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Pemerintah
menyediakan
mempermudah
fasilitas
masyarakat
pelayanan
dalam
tersebut
menjangkau
untuk
pelayanan
kesehatan/berobat. Akan tetapi, masyarakat menegaskan bahwa kurangnya informasi dan sumber daya untuk mensosialisasikan adanya fasilitas tersebut menjadi penyebab masyarakat tidak menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan tersebut. Selain factor tersebut, masih ada factor lain yang menyebabkan warga tidak menjadi peserta dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pihak dari Dinas Kesehatan bahwa, tingkat ekonomi seseorang juga memperngaruhi penerapan perilaku tersebut. Bagi warga dari kalangan menengah keatas, mereka merasa tidak perlu menjadi peserta JPK karena mereka sudah merasa mampu untuk menjangkau
pelayanan
kesehatan.
commit to user 115
Sedangkan
untuk
indikator
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemberantasan sarang nyamuk, perlu adanya komitmen dari pemerintah terhadap kesehatan masyarakat, agar fasilitas tersebut dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, tidak hanya warga yang pernah menderita Demam Berdarah saja yang mendapatkan pelayanan tersebut. Masyarakat lain juga perlu mendapatkan pelayanan tersebut untuk upaya pencegahan (preventif). c. Faktor Penguat, factor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Factor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok yang dipercaya oleh masyarakat. 1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan
dengan
tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang.
Dari hasil penelitian, indikator-indikator diatas
merupakan anjuran dari pembuat kebijakan agar dilakukan oleh seluruh masyarakat dalam rangka memelihara kesehatan diri dan keluarga. Pembuat kebijakan memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang persalinan, pemberian ASI Eksklusif, penimbangan balita serta konsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang serta memberi keteladanan bagaimana
menerapkan perilaku
commit to user 116
tersebut.
Seperti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyuluhan tentang cara pemberian ASI Eksklusif, persalinan, penimbangan balita yang dilakukan oleh petugas posyandu agar masyarakat memahami dan mau menerapkannya. Selain dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat luas, petugas kesehatan juga memberikan contoh perilaku kesehatan kepada masyarakat, agar masyarakat mau mencontoh perilaku petugas kesehatan sebagai kelompok yang dipercaya oleh masyarakat. Salah satu petugas posyandu RT 05 RW 08 mengatakan bahwa dalam aspek KIA dan Gizi ini, walaupun banyak petugas kesehatan seperti petugas posyandu yang sudah tidak memiliki balita, mereka tetap berbagi pengalaman dengan masyarakat tentang penerapan perilaku-perilaku diatas. Dengan begitu, masyarakat akan semakin terdorong dan termotivasi untuk meniru dan menerapkan perilaku tersebut. 2. Kesehatan Lingkungan Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari, menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan Lantai rumah kedap air. Dalam hal ini, petugas kesehatan memberikan pemahaman tentang penggunaan jamban sehat, serta pembuangan sampah. Sejauh ini, warga bantaran Kalianyar 80% telah memiliki
commit to user 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jamban keluarga dan sudah tergolong sehat. Akan tetapi masih ada juga sebagian warga yang tidak memiliki WC dan membuang hajat di sungai. Apabila masih ada warga yang tidak menggunakan jamban sehat atau buang hajat disungai, pemerintah harus memberikan solusi dengan membangun WC umum. Petugas kesehatan juga telah menegur apabila ada warga yang masih membuang sampah di sungai belakang rumah mereka. Akan tetapi, masih banyak warga yang mengabaikan teguran tersebut, terbukti dengan masih menumpuknya sampah dipinggiran bantaran Kalianyar. Dengan begitu, penyuluhan maupun teguran dari petugas kesehatan belum dapat membawa perubahan yang nyata bagi perilaku kesehatan masyarakat khsusunya masyarakat bantaran Kalianyar. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Dengan mengalami akibat dari perilaku seorang itu sendiri, misal dengan membuang sampah sembarangan yang mengakibatkan banjir, maka orang tersebut akan mampu belajar dari perilakunya yang terdahulu dan akan merubah serta memperbaiki perilaku yang selanjutnya. 3. Perilaku Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa untuk penerapan dari indikator diatas diperlukan pemahaman yang lebih akan pentingnya menerapkan perilaku kesehatan diri. Dari beberapa indikator perilaku diatas, yang paling tidak mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat adalah aktifitas olahraga. Bagi mereka, hal tersebut tidaklah penting untuk dilakukan. Melakukan pekerjaan rumah sehari-hari sudah cukup melelahkan menurut pandangan sebagian masyarakat bantaran Kalianyar. Padahal setiap bulannya ada senam yang diadakan oleh posyandu maupun PKK, dengan tujuan agar ibu-ibu ikut serta dalam aktifitas tersebut, akan tetapi kembali kepada kesadaran masing-masing individu untuk mau menerapkannya. Sedangkan indikator lainnya telah diterapkan oleh sebagian besar masyarakat. Tidak ada penyuluhan khusus untuk mendorong masyarakat agar menerapkan indikator perilaku tidak merokok, mencuci tangan dengan menggunakan sabun, menggosok gigi serta tidak menyalahgunakan narkoba. Perilaku tersebut sudah terbentuk dari saat mereka kecil hingga sekarang. Kelompok pergaulan juga memperngaruhi perilaku seseorang. Lingkungan pergaulan dapat disebut juga sebagai anggota kelompok acuan. Perilaku seseorang
commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Seperti indicator yang masuk dalam aspek perilaku, sebagian besar memang diperngaruhi oleh lingkungan pergaulan. Seperti perilaku tidak merokok, tidak mengkonsumsi miras dan narkotika, melakukan aktifitas olahraga, dsb. 4. Kesehatan Masyarakat Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
(JPK)
dan
Melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dalam hal ini, kedua indikator kesehatan masyarakat diatas merupakan sikap pemerintah dalam bentuk penyediaan sarana kesehatan oleh yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa penyediaan sarana kesehatan oleh pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Surakarta sebagian besar telah dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Sebanyak 60% masyarakat telah menjadi peserta dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, Sedangkan masyarakat yang tidak menjadi peserta dari fasilitas pelayanan kesehatan tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi maupun ketidakpedulian dari masyarakat itu sendiri. Padahal, semua petugas kesehatan seperti kader posyandu telah menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Sedangkan untuk indikator pemberantasan sarang nyamuk, pemerintah telah
commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyediakan sarana fogging yang juga dapat diakses oleh masyarakat. Akan tetapi sejauh ini, fasilitas tersebut hanya digunakan untuk pelayanan bagi masyarakat atau daerah yang pernah mengalami kasus penyakit seperti demam berdarah, dan itupun sangat jarang dilakukan. Dengan begitu, pemerintah kurang menunjukkan atau memberikan dukungan terhadap penyediaan maupun penggunaan fasilitas ini. Penyediaan fasilitas kesehatan apabila tidak diikuti dengan himbauan, dukungan maupun peraturan tidak akan berjalan dengan baik. d. Faktor Lingkungan, adalah segala factor baik fisik, biologis maupun social budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan. 1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan
dengan
menggunakan tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang.
Indikator-indikator ini merupakan
upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan diri, keluarga maupun masyarakat. Dari hasil penelitian, indikator persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan merupakan upaya masyarakat untuk menjaga keselamatan diri serta bayinya, karena mereka percaya bahwa petugas tersebut memiliki ketrampilan di bidangnya. Ada juga warga
commit to user 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang memiliki keluhan khusus atau trauma dengan persalinan sebelumnya, sehingga mereka lebih memilih petugas kesehatan yang terampil karena kesehatan dan keselamatan akan lebih terjamin. Sama halnya dengan indikator pemberian ASI Eksklusif , konsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang dan penimbangan balita, bahwa masyarakat menerapkan perilaku kesehatan tersebut demi memelihara kesehatan diri, keluarga maupun masyarakat. Selain itu, penerapan perilaku-perilaku diatas juga merupakan hasil adopsi (perubahan) perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang selanjutnya akan berubah menjadi sikap (penilaian) dan tindakan. Seperti ibu-ibu memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya serta melakukan penimbangan balita karena mereka tahu manfaat dari perilaku tersebut, sehingga
kecenderungan
perilaku
tersebut
akan
bersifat
tetap/langgeng. Dari pengetahuan tersebut, akan berkembang menjadi sikap (penilaian) dari seseorang dan selanjutnya akan dipraktekkan apa yang menurutnya baik dan pantas untuk ditiru. Selain upaya untuk memelihara kesehatan diri, perilaku memberikan ASI Eksklusif, penimbangan
balita,
persalinan
dengan
menggunakan
tenaga
kesehatan merupakan perilaku yang dilakukan dari hasil interaksi antara petugas kesehatan dan masyarakat. Perilaku tersebut terbangun dari adanya anjuran, sosialisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan
commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Seperti penjelasan yang diberikan oleh petugas posyandu bahwa pembuat kebijakan berupaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar berperilaku sehat. 2. Kesehatan Lingkungan Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari, menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan lantai rumah kedap air. Indikator dalam aspek kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh faktor lingkungan itu sendiri. Lingkungan langsung berpengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang. Dari hasil penelitian perilaku pemanfaatan air bersih, jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, ventilasi yang cukup serta lantai rumah kedap air merupakan upaya pemeliharaan lingkungan sekitar untuk menunjang peningkatan kesehatan. Indikator tersebut telah diterapkan oleh sebagian besar masyarakat, akan tetapi masih ada warga yang tidak memiliki jamban keluarga dan memanfaatkan sungai untuk membuang hajat. Hal tersebut juga merupakan pengaruh dari lokasi sungai yang memungkinkan warga melakukan perilaku tersebut. Faktor lokasi juga mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku seperti
commit to user 123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
itu belum menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan sekitar. Walaupun keberadaan sungai memungkinkan masyarakat untuk melakukan berbagai aktifitas, akan tetapi masyarakat bantaran jarang sekali memanfaatkan air sungai untuk mandi, mencuci, dan minum. Mereka memiliki akses sendiri untuk mendapatkan air bersih dengan menggunakan sanyo atau memiliki sumur sendiri. 3. Perilaku Indikator yang termasuk didalamnya adalah anggota rumahtangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, anggota keluarga tidak merokok, mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta tidak minum miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. Dari hasil penelitian, kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan fisik menyebabkan masyarakat menerapkan perilaku seperti tidak merokok, mencuci tangan, menggosok gigi, serta tidak mengkonsumsi miras serta narkoba. Selain itu, larangan agama untuk mengkonsumsi minuman keras serta narkoba juga menjadi faktor pendorong bagi masyarakat, karena jika masyarakat menerapakan perilaku tersebut akan ada dampak sosial dari kehidupan masyarakat berupa gunjingan, celaan, dan lain-lain.
commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk itu, dapat dikatakan bahwa faktor sosial dari masyarakat juga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku seseorang, khususnya disini adalah perilaku kesehatan. 4. Kesehatan Masyarakat Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
(JPK)
dan
Melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dari hasil penelitian, indikator kesehatan masyarakat yang berupa menjadi peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat diperngaruhi oleh faktor ekonomi dan sosial. Tingkat pendapatan seseorang sangat menentukan apakah orang tersebut dapat menjangkau berbagai pelayanan khsusnya disini adalah pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat miskin yang masih
memiliki
kendala
dalam
menjangkau
pelayanan
kesehatan/berobat seperti kekurangan biaya, pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan berupa JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) yang berupa askes dan jamkesmas. Fasilitas tersebut akan memberikan kemudahan bagi masyarakat khususnya masyarakat kalangan bawah dalam upaya pencarian pelayanan kesehatan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari informan yang berasal dari kalangan menengah keatas, mereka tidak menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan karena mereka sudah merasa mampu untuk menjangkau
commit to user 125
perpustakaan.uns.ac.id
pelayanan
digilib.uns.ac.id
kesehatan
tanpa
harus
menjadi
peserta
Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan tersebut. Dengan begitu, faktor ekonomi juga memperngaruhi perilaku masyarakat dalam menentukan pencarian pelayanan kesehatan.
D. Evaluasi Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga Penelitian ini merupakan evaluasi kualitatif yaitu penelitian terhadap program yang sudah atau sedang berjalan dimana bertujuan untuk mengukur akibat dan dampak dari suatu program sebagai landasan bagi penyusunan kebijaksanaan dan rancangan program yang akan datang. Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya suatu program. (Michael Quinn Patton, 2006: 30). Sedangkan menurut Herbert H. Hyman penelitian evaluasi adalah prosedur penemuan fakta tentang aksi-aksi social yang direncanakan. Dari definisi tersebut didalamnya mencakup 2 substansi yaitu, aspek konseptual : yaitu adanya hubungan aktifitas dengan tujuan yang diinginkan, serta aspek metodologis yeitu bagaimana mengukur akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas program. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi mengandung pengertian:
commit to user 126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. dari sudut spesifikasi obyeknya berarti menilai hasil berbagai macam program yang dilaksanakan pemerintah berkaitan dengan problem yang dihadapi masyarakat. 2. dari sudut teknik penilaian merupakan cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menilai hasil dari program pemerintah tadi. 3. dari sudut analisisnya akan dapat menunjukkan hasil akhir (kesimpulan) dari kegiatan menilai program pemerintah tersebut, apakh efektif atau tidak, mempunyai dampak positif lebih daripada negatifnya atau sebaliknya. M. T. Feurstein (1986 : 8) menyatakan bahwa hasil evaluasi berarti membantu mereka yang terlibat dalam banyak jenis program pengembangan untuk menafsir nilai pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Dalam Penelitian ini untuk melihat keberhasilan dari suatu program yang telah dicanangkan dan dilaksanakan, peneliti menggunakan indicator yang diungkapkan oleh M.T Feurstein yang mencakup 9 indikator untuk menilai efektivitas terhadap pelaksanaan suatu program yaitu antara lain : 1. Availabilitas yaitu aspek itu sesuatu itu ada dan tersedia Yang dimaksudkan disini adalah lokasi yang dijadikan sebagai tempat untuk pelaksanaan program dan juga alokasi dana dari pemerintah serta sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan program. Kelurahan Mojosongo khususnya bantaran Kalianyar yaitu Kampung
commit to user 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sabrang Lor RT 05 RW 08 merupakan salah satu wilayah di kota Surakarta dimana program PHBS pada tatanan rumah tangga dilaksanakan. Sedangkan dana yang dialokasikan untuk pelaksanaan program ini masih sangat terbatas, standar biaya pelaksanaan program PHBS ini juga disesuaikan dengan kemampuan daerah masing-masing sehingga pelaksanaannya belum dapat maksimal. Untuk wilayah Kota Surakarta, menurut pelaksana program dana yang dialokasikan untuk pelaksanaan program PHBS tatanan rumah tangga juga masih sangat minim yaitu sebesar Rp 43.793.000,00. Dana tersebut apabila digunakan untuk pelaksanaan program dengan sasaran seluruh masyarakat kota Surakarta sangat tidak mencukupi. Untuk pencapaian keberhasilan dan hasil yang maksimal, diperlukan perencanaan financial yang matang agar semua tepat sasaran. 2. Relevansi yaitu seberapa jauh sesuatu hal dapat dikatakan relevan dengan tujuan diadakannya program. Tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat. Program PHBS juga diarahkan untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
commit to user 128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan
sikap,
perilaku agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Akan tetapi, tujuan itu tidak akan berjalan dengan baik dan sesuai rencana tanpa adanya kerja sama yang baik antara pelaksana program dan masyarakat sebagai sasaran program. Kemauan dan
kesadaran
dari
masyarakat
juga
sangat
mempengaruhi
keberhasilan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk mencapai Solo Sehat 2010. Sejauh ini, menurut pemerintah, masyarakat
keseluruhan khususnya
bantaran
Kalianyar
belum
memiliki kesadaran yang kuat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga diperlukan usaha yang lebih dari pelaksana program untuk meningkatkan pemahaman terhadap masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan salah satu alasan diluncurkannya program ini yaitu untuk mengubah paradigma masyarakat dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Dimana paradigma sakit selama ini masyarakat berfikir bahwa apabila sakit, masyarakat miskin dapat berobat dengan gratis dan mudah, akan tetapi pemerintah ingin mengubah pola pikir tersebut agar masyarakat tidak berfikit untuk
commit to user 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berobat, akan tetapi berusaha untuk berperilaku sehat dan tidak sakit. 3. Aksesabilitas yaitu aspek sesuatu yang ada benar-benar terjangkau oleh mereka yang memerlukan. Sasaran dari program PHBS adalah seluruh masyarakat yang tinggal diwilayah kota Surakarta. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada wilayah bantaran Kalianyar, Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08. Masyarakat dari semua kalangan, yaitu dari kalangan atas sampai kalangan
bawah
dituntut
kemauan
dam
kesadarannya
untuk
menerapkan perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Para petugas kesehatan berusaha memberikan pengarahan, penyuluhan serta keteladanan bagi seluruh masyarakat melalui sosialisasi secara door to door kepada anggota keluarga. Masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi tentang kesehatan melalui sosialisasi tersebut. Pelaksanaan program PHBS ini juga untuk meningkatkan pengetahuan dan kemauan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS dan agar anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat. 4. Kebergunaan yaitu sejauh mana sesuatu yang telah dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. Tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga
commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program PHBS, program ini kurang dilaksanakan dengan baik sesui rencana yaitu berupa pembekalan pengetahuan, sosialisasi kepada masyarakat serta pendataan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dengan mengisi blangko yang telah disediakan. Pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, terdapat upaya pemberdayaan masyarakat yang berupa advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Akan tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan, pernyataan tersebut disetujui oleh pembuat kebijakan maupun pelaksana kegiatan. Sangat sulit untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, dengan berbagai keterbatasan termasuk keterbatasan biaya. Akan tetapi, sarana dan prasarana yang ada juga telah dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS tersebut, misal ATK dan blangko pengisian PHBS. Menurut pendapat dari salah satu kader posyandu, sebenarnya pelaksanaan program ini kurang maksimal dan kurang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Untuk itu, kedepannya diharapkan dari pembuat kebijakan serta pelaksana kegiatan lebih konsisten dalam menjalankan suatu program. 5. Ketercakupan yaitu aspek program yang sudah mencakup dari
commit to user 131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat yang menjadi sasaran program. Program PHBS ini diperuntukkan bagi seluruh masyarakat di wilayah Kota Surakarta dan dikhususkan pada tatanan rumah tangga. Dari jumlah indikator perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga yang berjumlah 16, akan di bagi menjadi 4 aspek program prioritas yaitu : -
Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
-
Kesehatan Lingkungan
-
Perilaku
-
Kesehatan Masyarakat
Menurut pembuat kebijakan, keempat aspek program prioritas tersebut sudah mampu mencakup segala kebutuhan dan permasalahan pada tatanan rumah tangga. Akan tetapi, dengan melihat hasil dari pelaksanaan
program,
pemerintah
ingin
lebih
meningkatkan
pengetahuan masyarakat agar mereka mampu mengenali sendiri permasalahan dalam rumahtangga yang selanjutnya hal tersebut bisa menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah. 6. Kualitas yaitu menunjukkan kualitas atau standar tertentu yang ingin dicapai. Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkan petugas-petugas
kesehatan
yang
meliputi
commit to user 132
petugas
puskesmas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelurahan, petugas posyandu serta ibu-ibu PKK. Berbicara kualitas tak lepas dari kinerja dimana ukuran pas dan tepat apabila sesuatu itu dikerjakan oleh ahlinya. Pelaksana program PHBS di Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08 adalah para petugas poyandu Anggrek. Peran petugas kesehatan tersebut bisa meningkatkan kualitas pelaksanaan program PHBS khususnya pada tatanan rumah tangga. Dalam pelaksanaannya, pelaksana program juga harus meningkatkan pelaksanaan program dengan dukungan
dari berbagai pihak,
khususnya kerjasama dari masyarakat untuk mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga dan agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan diri maupun keluarga. 7. Usaha yaitu menunjukkan apa dan berapa banyak yang diinvestasikan dalam pelaksanaan program untuk mencapai tujuan Dalam proses pelaksanaan program PHBS hingga saat ini berbagai usaha terus digalakkan oleh pemerintah khususnya Dinas Kesehatan kepada masyarakat maupun pelaksana program. Berbagai usaha yang telah dilakukan antara lain pelatihan-pelatihan kepada pelaksana program lebih sering diadakan, sosialisasi dengan membuat selebaran juga sudah dilakukan, juga penjelasan kepada masyarakat tentang bahaya dari tidak berperilaku sehat dan juga keuntungannya melalui
commit to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
film, video, foto maupun gambar. Akan tetapi semuanya memang kembali kepada kesadaran dan kemauan dari masing-masing individu untuk mau menerapkan perilaku-perilaku yang diharapkan. 8. Efisiensi yaitu merupakan aspek sumber daya dan aktifitas telah dimanfaatkan dengan baik. Berdasarkan penjelasan dari pembuat kebijakan, pengkajian sumber daya yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS disini antara lain : Ø Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan pelatihan yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor Ø Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan sumbernya seperti penyediaan ATK untuk pencatatan dan pelaporan. Dalam hal pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat, sumber daya yang terlibat didalamnya diantaranya adalah petugas puskesmas, kader posyandu, aparat kelurahan, RT maupun RW setempat serta ibu-ibu yang tergabung dalam PKK. Mereka merupakan orang-orang yang dipercaya sebagai wakil dari kalangan masyarakat untuk mendapatkan kajian dari pembuat kebijakan yaitu Dinas Kesehatan Kota Surakarta berupa pelatihan dan sosialisasi dari
commit to user 134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemerintah. Selanjutnya, apa yang mereka dapatkan dari kajian-kajian tersebut nantinya harus mereka sampaikan dalam bentuk pengarahan dan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang apa saja yang mereka dapatkan terkait dengan kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan sekitarnya. Pelaksana program perilaku bersih dan sehat merupakan sumber daya yang terlatih dengan pembekalan melalui beberapa kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pengelola program. Sedangkan sarana lain yang digunakan berupa ATK atau blangko pendataan PHBS tatangan rumah tangga yang digunakan untuk mencatat perilaku keseharian masyarakat. Blangko tersebut akan ditempel didepan rumah masing-masing kepala keluarga. Diperlukan kerjasama yang baik antara pelaksana program agar program ini dapat terlaksana dengan baik dan tertib. 9. Hasil : merupakan hasil akhir dari pelaksanaan program. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu program yang digalakkan oleh Kantor Pusat Promosi Kesehatan yang merupakan bagian dari Departemen Kesehatan dengan tujuan untuk memberdayakan setiap individu agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Selain itu bermanfaat pula untuk mencegah terjadinya penyakit dan melindungi
commit to user 135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diri dari ancaman penyakit. Program tersebut bertujuan juga untuk menambah tingkat pengetahuan seseorang tentang sehat-sakit. Dengan adanya sosialisasi dan pengarahan tersebut, dapat dilihat bahwa ada perubahan yang terjadi dalam perilaku masyarakat dalam kesehariannya. Dalam aspek Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), masyarakat dalam hal ini khususnya ibu-ibu mulai memperhatian hal tersebut. Dengan adanya pengarahan dari kader posyandu, para ibu mulai rutin dan tertib membawa anak mereka ke posyandu setiap bulannya untuk menimbang dan imunisasi dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan anak. Hal-hal lain seperti gaya hidup dan perilaku kesehatan juga mulai menampakkan perubahan, ditandai dengan berkurangnya perilaku merokok, mengkonsumsi minuman keras serta narkotika. Terlepas dari keberhasilan diatas, terdapat pula kekurangan dalam upaya pelaksanaan program PHBS tersebut. Untuk aspek kesehatan lingkungan seperti penggunaan jamban sehat dan pembuangan sampah masih menjadi masalah yang perlu dipecahkan bagi pembuat kebijakan. Hal tersebut dikarenakan perilaku masyarakat bantaran sungai yang masih belum bisa dikatakan sehat, terbukti dengan masih banyaknya warga yang membuang sampah disungai dan masih ada sebagian warga yang membuang hajat disungai, tepatnya dibelakang
commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rumah mereka. Perilaku tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar yang langsung berhubungan dan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Selain hal diatas, aspek kesehatan masyarakat juga masih perlu ditingkatkan untuk mencapai keberhasilan. Yang termasuk didalamnya adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kepesertaan dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Untuk PSN, masih kurangnya perhatian dan kepedulian masyarakat masih perlu diperhatikan. Selain itu, Pelayanan yang disediakan pemerintah kota Surakarta dalam hal kesehatan seperti Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dapat dlihat bahwa belum semua lapisan masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat akan adanya pelayanan tersebut masih sangat kurang. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi yang lebih untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan khususnya bagi masyarakat miskin. Melihat uraian diatas, program ini belum bisa dikatakan berhasil mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa dari informan yang berjumlah 10, hanya sebesar 60% yang masuk kategori Sehat Utama, sedangkan 40% masuk dalam kategori Sehat Madya. Sedangkan, harapan dari Dinas Kesehatan Kota
commit to user 137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan masyarakat adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%. Dengan begitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat 2010. Untuk itu, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program PHBS untuk mencapai Solo Sehat 2010 diwilayah bantaran Kalianyar khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08 ini belum maksimal. Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, diperlukan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya memeliharan kesehatan diri maupun lingkungan. Hal tersebut belum atau masih kurang tecermin dalam perilaku keseharian masyarakat bantaran Kalianyar. Masih banyak aspek yang perlu ditingkatkan, baik pemahaman maupun sarana yang telah disediakan. Selain hal tersebut, hal yang perlu ditingkatkan adalah aspek partisipasi masyarakatnya. Masyarakat juga perlu diajak serta mengidentifikasi dan membahas masalah kesehatan serta mencari alternatif pemecahan masalah-masalah itu. Artinya, masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi dari petugas kesehatan, melainkan ikut aktif mencari masalah kesehatan yang dirasakan penduduk, memikirkan jalan keluarnya, mencari sumber daya yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut, serta ikut dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan. Dengan
commit to user 138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
begitu, akan memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan mereka merasa ikut merencanakan suatu kegiatan kesehatan sehingga dalam pelaksanaan kegiatan tersebut mereka lebih termotivasi untuk berperan serta. Perlu juga dari pihak pembuat kebijakan serta petugas terlatih menanamkan kesadaran dan motivasi kepada masyarakat. Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau cerita, bagaimana bahayanya perilaku yang tidak sehat, dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.
commit to user 139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah diterapkan Departemen Kesehatan merupakan visi yang ideal tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu kehidupan masyarakat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 didukung dengan telah ditetapkannya Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem pemberdayaan masyarakat. Selain itu, kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu :”Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010)”. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan upaya untuk
commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk
meningkatkan
pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkan petugas-petugas kesehatan yang meliputi petugas puskesmas, kelurahan, petugas posyandu serta ibu-ibu PKK sebagai pelaksana program. Pelaksana program tersebut mendapatkan pembekalan berupa pelatihan, seminar, lokakarya serta diskusi yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan yang selanjutnya mereka akan memberikan sosialisasi, pemahaman, keteladanan serta dukungan kepada masyarakat untuk mau menerapkan perilaku kesehatan yang sesuai dengan keenambelas indicator PHBS tatanan rumahtangga. Serangkaian kegiatan pembekalan
tersebut
dilakukan
agar
kelompok
pelaksana
ini
dapat
mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta memotivasi petugas untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk wilayah bantaran Kalianyar, khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08, sosialisasi kepada masyarakat khsususnya kepada kepala rumah tangga tersebut dilakukan oleh kader Posyandu setempat. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan oleh kader Posyandu tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keteladanan kepada masyarakat agar mereka sadar, mampu dan mau untuk menerapkan perilaku kesehatan. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa dari informan yang berjumlah 10, hanya sebesar 60% yang masuk kategori Sehat Utama, sedangkan 40% masuk dalam kategori Sehat Madya. Sedangkan, harapan dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan masyarakat adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%. Dengan begitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat 2010. Untuk itu, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program PHBS untuk mencapai Solo Sehat 2010 diwilayah bantaran Kalianyar khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08 ini belum maksimal. Ada beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan, misalnya aspek partisipasi masyarakatnya. Masyarakat juga perlu diajak serta mengidentifikasi dan membahas masalah kesehatan serta mencari alternatif pemecahan masalah-masalah itu. Artinya, masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi dari petugas kesehatan, melainkan ikut aktif mencari masalah kesehatan yang dirasakan penduduk, memikirkan jalan keluarnya, mencari sumber daya yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah
commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut, serta ikut dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan. Dengan begitu, akan memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan mereka merasa ikut merencanakan suatu kegiatan kesehatan sehingga dalam pelaksanaan kegiatan tersebut mereka lebih termotivasi untuk berperan serta.
B. SARAN 1. Untuk Kalangan Akademisi a. Semoga penelitian ini dapat menggugah kita semua akan pentingnya peran evaluasi dalam berbagai program yang berlangsung terutama program yang menyangkut tentang kebijakan public yang menyangkut kehidupan orang banyak, walaupun hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. b. Tidak ada lagi perbedaan baik buruk apa itu Penelitian Murni, Penelitian Terapan, apa itu Kuantitaif, Kualitatif, Evaluasi dan apapun juga itu semua hanyalah sebuah cara atau metode untuk menuju hasil dalam penelitian. 2. Untuk
Pemerintah
khususnya
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta.
Pelaksanaan program PHBS seharusnya tidak hanya dari pelaksana kegiatan yang memberikan informasi dan sosialisasi kepada tiap tatanan rumah tangga dan masyarakat, akan tetapi pemerintah juga harus berusaha mengajak masyarakat untuk ikut serta mengidentifikasi dan membahas
commit to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah kesehatan serta mencari alternatif pemecahan masalah-masalah itu. Sehingga pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga semakin bertambah. 3. Untuk Pelaksana Program, khusunya Kader Posyandu. Pendekatan kepada tiap-tiap anggota keluarga lebih ditingkatkan lagi mengingat perilaku dari masyarakat bantaran Kalianyar masih kurang mencerminkan perilaku yang sehat. Pendekatan yang dilakukan harus sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang ada yaitu pemberdayaan masyarakat melalui advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Pemahaman mereka akan kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan perlu ditingkatkan. 4. Untuk Informan, perlu disadari bahwa untuk menjaga kesehatan baik diri, keluarga maupun lingkungan sekitar, faktor kesadaran dari diri sendiri merupakan
faktor
yang
paling
penting
untuk
menjaga
serta
meningkatkannya. Hal tersebut merupakan salah satu upaya pencegahan (preventif).
commit to user 144