EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REMORMASI
Tessal Dwi Nugraha 11.12.6173 Kelompok J S1 Sistem Informasi Junaidi Idrus,S.ag,M.Hum
STMIK
AMIKOM
YOGYAKARTA
A. Latar Belakang
Perjalanan hidup bangsa Indonesia yang telah merdeka sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang menunjukkan dinamika yang cukup tinggi. Selama kurun waktu lebih dari 60 tahun penyelenggaraan pemerintahan negara ternyata masih diwarnai banyak kemelut politik, termasuk berbagai gangguan keamanan yang sangat mengganggu stabilitas nasional. Benturan‐benturan politik pada tataran elit akibat perbedaan visi kenegaraan, dengan mudah merambah tata kehidupan masyarakat bawah, dan berpengaruh terhadap menurunnya kadar hubungan sosial masyarakat. Akibatnya, masyarakat menjadi tersegmentasi sehingga kondisi persatuan dan kesatuan bangsa menjadi semakin longgar. Disisi lain, benturan kepentingan politik dapat sangat menghambat kemajuan bangsa, terutama dalam upaya mempercepat proses peningkatan kesejahteraan rakyat.
Sebagai wujud kepedulian dan tanggungjawab terhadap nasib bangsa sekarang dan di masa mendatang, sudah saatnya kita segera melakukan upaya nyata yang terorganisir terencana secara sistematis dan terukur, untuk memantapkan kembali nilai‐nilai kebangsaan yang sudah semakin terkikis oleh hingar‐bingarnya reformasi, disertai dengan semangat optimisme dan kesadaran penuh bahwa hingar bingar tersebut semata‐mata merupakan proses konsolidasi demokrasi dalam perjalanan bangsa yang harus dilalui, dari hal‐hal yang bersifat prosedural menuju hal‐hal yang bersifat kultural dan substantif. Kita perlu mengangkat kembali nilai‐nilai kebangsaan yang terkandung didalam Konsensus Dasar Nasional, yaitu falsafah bangsa Pancasila, Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semboyan bangsa Bhinneka Tunggal Ika, serta prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, demi meneguhkan kembali jati diri bangsa. Agar dengan demikian dapat tetap terjaga integritas bangsa dan identitas Negara Kesatuan Rtepublik Indonesia ini di tengah terpaan arus globalisasi yang bersifat multidimensional.
B. Rumusan masalah
eksistensi pancasila dalam konteks modern dan global pasca reformasi adalah pancasila sudah dikembangkan dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu pendidkan pancasila. Dilihat dasar dari rasionalnya dimulai dari tujuan negara Indonesia yang termuat di dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai konsekuensi dari adanya tujuan negara tersebut, maka negara berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikam nasional untuk warga negaranya.
EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REMORMASI Mahasiswa semakin marah, dimana H.M Soeharto di calonkan menjadi residen ke 7 kalinya. Peperangan antara mahasiswa dan polisi terjadi kerusuhan di mana mana. Pasca bentrokan itu emapt mahasiswa Universitas Tri Sakti (Elang Mulya Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan ) gugur. Kehidupan bangsa semakin kelam dengan adanya kerusuhan Mei yang bukan hanya sekedar penjarahan dan pembakaran, tetapi juga pelecehan terhadap wanita. Hal ini jelas menikam nurani bangsa. Reformasi yang semakin kuat, pada tanggal 21 Mei 1998, presiden soeharto menyatakan mengundurkan diri. Hal ini di ikuti dengan pengambilan sumpah jabatan presiden oleh B.J. Habibie di istana negara. Ada yang menganggap peristiwa ini konstitusional. Ada pula ada pula yang menganggap peristiwa ini inkontistutional. Terhadap pemerintah ini timbul kelompok pendukung dan penolak di kalangan pendukung reformasi. Upaya perbaikan, sejak awal periode awal pasca pored baru, gema tntutan reformasi di tanggapi dengan upaya perbaikan di berbagai bidang. A. Istilah Modern Menurt saya yang dimaksut dengan modern adalah jaman lebih berkembang disbanding masa lampau atau pembaharuan jaman. Yang sebetulnya modernisasi juga membentuk sifat/mental yang baru. Dan menurut saya pancasila dalam konteks modern adalah sudah memasuki dunia pendidikan, Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan /keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamis, didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Mengembangkan kepribadian dan kemampuan/keahlian, menurut notonegoro (1973) merupakan sifat dwi tunggal pendidikan nasional. Pendidikan sebagai bagian dari ilmu Humaniora memperlihatkan proses yang terus-menerus mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi. Pendidikan pada dasarnya ialah pemanusiaan, Dan ini memuat hominisi dan humanisasi. Hominisasi merupakan proses pemanusian secara umum, yakni memasuki manusia dalam lingkup hidup manusiawi secara minimal. Humanisasi adalah proses yang lebih jauh, kelanjutan hominisasi. dalam proses ini, manusia bisa meraih
perkembangan yang lebih tinggi, seperti nampak dalam kemajuan-kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (Driyarkara, 2006) Salah stu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa kita adalah melalui pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti. Dalam penerapan pendidikan karakter, pendidikan nilai atau pendidikan moral, sebagaimana ditemukan oleh D. purple & K. ryan (eds) dalam Colin J. Mash (1996) hendaknya memperhitungkan baik kemampuan peserta didik untuk berpikir tentang persoalan-persoalan moral, maupun cara di mana seorang peserta didik benar-benar bertindak dalam situasi-situasi yang benar dan salah. Pendidikan (guru) yang baik adalah vital bagi kemajuan dan juga keselamatan bangsa. Guru tidak hanya menyampaikan idea-idea, tetapi hendaknya menjadi suatu wakil dari suatu cara hidup yang kratif, suatu simbol kedamaian dan ketenangan dalam suatu dunia yang dicemaskan dan dianiaya. Ia menjadi penjaga peradaban dan pelindung kemajuan (Frederick Mayer, 1963. Keteladanan pendidik adalah suatu keniscayaan yang harus diwujudkan. Perilaku pendidik akan lebih diikuti oleh peserta didik dari pada apa yang dikatakan guru. Pendidik (guru) yang memiliki akhlak, budi pekerti, karakter yang baik, akan sangat kondusif dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan moral, yang muaranya akan mendukung bagi peserta didik untuk memiliki karakter yang baik. Karakter yang baik mencakup secara organis dan dinamis komponen-komponen pengetahuan moral yang baik, perasaan moral yang baik, dan tindakan moral yang baik. Oleh karena itu, Lickona (1991) dalam I wayan koyan (1997) menyatakan bahwa untuk mewujudkan karakter yang baik, memerlukan pendekatan pendidikan moral yang komprehensif. Komponen-komponen karakter yang baik mencakup pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral action). Untuk pendidikan anak usia dini pendekatan ini lebih disesuaikan dengan karakteristik anak, yang dalam pendidikan lebih
mengedepankan bentuk-bentuk bermain. Dengan bermain anak mengalami
kegembiraan dalam mengekspresikan atau mengaktualisasikan dirinya
B. Istilah Globalisasi Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. C. Istilah Reformasi
Pengertian reformasi merupakan suatu perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Menurut Arti kata dalam bahasa Indonesia. Pengertian Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau Negara. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah orde baru atau sering disebut orde transisi demokrasi pancasila.
Kesimpulan dan saran : jadi menurut saya eksistensi pancasila dalam konteks modern dan global pasca reformasi adalah pancasila sudah dikembangkan dalam dunia pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu pendidkan pancasila.
REFERENSI
Rukiyati. 2008. Pendidikan pancasila. Yogyakarta: UNY