E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARATARA KECAMATAN TOMOHON BARAT PEOPLEKNOWLEDGEANDATTITUDERELATIONSIP WITHTHE PREVENTIONOF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) AT TERITORIAL OF TARA-TARA PRIMARY HEALTH CENTRE THE DISTRICT OF WESTTOMOHON Cindy J. Paendong, Nursalam, Estefina Makausi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
ABSTRAK Penyakit demam berdarah Dengue(DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini oleh karena itu dibutukan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap pencegahan penyakit ini.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap dengan pencegahan demam berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Taratara Kecamatan Tomohon Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang di wilayah kerja Puskesmas Tara-tara, sampel yang diambil adalah masyarakat yang dengan diagnosis Demam Berdarah denganjumlah 32 orang. Metode peneltian yaitu Cross Sectional dengan Kuesioner sebagai instrument penelitian.Hasil penelitian menunjukan bahwa (41%) pengetahuan masyarakat pada kategori baik, dan sikap (66%) pada kategori positif.Sedangkan pencegahan demam berdarah yang paling banyak adalah (34%) pada kategori baik. Hasil uji Spearman Rho didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,760 dan signifikan sebesar 0.000 atau lebih kecil dari α = 0,05, yang bermakna kedua variabel berhubungan secara signifikan dengan korelasi yang positif. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin tinggi pendidikan semakin baik pula tingkat pengetahuan. Sikap berhubungan dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue, berdasarkan hasil yang menunjukan bahwa sebagian besar responden memliki sikap yang positif pada pencegahan penyakit demam berdarah. Kata Kunci : Demam Berdarah, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat. ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem until today and therefore required a good knowledge and attitude towards prevention of this disease. The purpose of this research is knowing the relationship of knowledge and attitudes to the prevention of dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the communities in PHC Taratara Western District of Tomohon. The population in this study was a community health center in the region of Tara-tara, the sample taken is the community that the diagnosis of Dengue Fever with number 32. Other research method that is cross sectional with a questionnaire as a research instrument. The results showed that (41%) of public knowledge in both categories, and attitude (66%) in the positive category. While the prevention of dengue fever is at most (34%) in both categories. The test results obtained Spearman Rho correlation coefficient of 0.760 and 0.000 significant or smaller than α = 0.05, which means the two variables significantly associated with a positive correlation. The conclusion of this study is the higher education the better the level of knowledge. Attitudes related to Dengue Prevention, based on the results show that most respondents possess a positive attitude in the prevention of dengue fever. Keywords: Dengue, Knowledge and Public Attitudes.
PENDAHULUAN Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini.Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah demam berdarah Dengue.Penyakit demam
66
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) berdarah Dengue pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953, selanjutnya menyebar keberbagai negara.Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Achmadi, 2011). Penyakit ini termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan bawah, maka sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 Tahun1989, setiap penderita termasuk tersangka demam berdarah Dengue (DBD) harus segera dilaporkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktik swasta, dan lain-lain) (Depkes RI, 2005). Menurut Depkes RI (2009) pada tahun 2008 dijumpai kasus DBD di Indonesia sebanyak 137.469 kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk, dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR 0,89% dengan IR sebesar 66,48 per 100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian 1.358 orang. Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu 49.486 kasus dengan kematian 403 orang (Ditjen PP & PL Kemkes RI, 2011). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2007) dengan diagnosis + gejala penyakit DBD, penyakit ini juga ditemukan di semua kabupaten/kota dengan prevalensi 0,1-0,7%. Penyakit DBD dapat diditeksi di seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara dengan rerata prevalensi sebesar 0,4%. Prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Minahasa (0,7%), dan terendah di Kota Bitung (0,1%). Sebaran prevalensi penyakit DBD,semakin jelas bahwa penyakit DBD tidak hanya menyerang daerah perkotaan
saja, tetapi sudah menyebar sampai daerah perdesaan. Kejadian penyakit DBD sangat dipengaruhi oleh musim.Kejadian DBD umumnya meningkat pada awal musim penghujan.Penyakit DBD dapat bersifat fatal bila tidak segera ditangani dengan benar.Program promosi kesehatan yang selama ini dilakukan dengan menekankan pentingnya upaya masyarakat melakukan 3M masih perlu ditingkatkan secara intensif sehingga memungkinkan kewaspadaan dan deteksi dini terhadap penyakit ini menjadi lebih baik suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) jika sudah terdapat 1 kasus penderita telah termasuk sebagai kasus KLB. Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan pemerintah dalam rangka pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui upaya-upaya pencegahan yang dilakukan secara berkelanjutan, seperti dengan cara melakukan pengasapan (foging) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan 3M (menguras, menutup, mengubur). Namun hasilnya belum optimal bahkan masih dijumpai kejadian luar biasa (KLB) yang menelan korban jiwa.Hal ini tentu juga berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD (Krianto, 2009). Dengan adanya kejadian demam berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat, dibutuhkn pengahuan yang cukup serta dapat memberi respon yang dapat menunjang agar supaya mewaspadai penyakit tersebut. Tenaga kesehatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi menentukan kebutuhan kesehatan masyarakat dan mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam memenuhi kebutuhan kesehatan serta memberikan pengeahuan kesehatan mengenai pencegahan penyakit demam berdarah Dengue (DBD) Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Taratara, Kecamatan Tomohon Barat.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Di Wilayah Kerja Puskesmas Taratara, Kecamatan Tomohon Barat..Sampel yang digunakan adalah masyarakat yang didiganosis dengan gejala Demam Berdarah.Penelitian ini mengunakan rancangan Cross Sectional dimana jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan melakukan pengukuran pada
variabel independen dan dependen yang ditelusuri secara simultan. Rancangan ini bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel dengan cara dengan menggunakan instrument yaitu kuesioner dan lembar observasi. Analisa statistik mengunakan ujiSpearman Rho.
67
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)
HASIL PENELITIAN ANALISA UNIVARIAT 1. Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan 20 63%
Laki-Laki 12 37%
Laki-Laki Perempuan
Gambar.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Tara-tara, Tahun 2015 Berdasarkan gambar di atas menunjukan bahwa responden terbanyak adalah perempuan
yaitu sebanyak 20 orang (63%) dan 12 laki-laki sebanyak orang (37%).
2. Umur > 40 Thn 4 13%
Umur 20-30 Thn 17 53% 20-30 Thn 30-40 Thn > 40 Thn
30-40 Thn 11 34%
Gambar. 2Karakteristik Responden berdasarkan umur di Wilayah Kerja Puskesmas Tara-tara, Tahun 2015 Berdasarkan gambar di atas menunjukan bahwa rata-rata umur responden terbanyak adalah 20 sampai dengan 30 tahun yaitu sebanyak 17 orang (53%), diikuti dengan ratarata umur 30 sampai dengan 40 tahun yaitu sebnayak 11 orang (34%), sedangkan
responden yang paling sedikit adalah pada rata-rata umur diatas 40 tahun yaitu sebanyak 4 orang (13%).
3. Pendidikan SMP SD 6 2 19% 6%
Pendidikan SMA 15 47% SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi 9 28%
Gambar. 3Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pendidikandi Wilayah Kerja Puskesmas Tara-tara, Tahun 2015
68
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) Dari gambar diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 15 orang (46%), diikuti dengan tingkat pendidikan Perguuruan tinggi yaitu 9 orang (28%),
kemudian tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 6 orang (19%). Sedangkan tingkat pendidikan responden yang paling sedikit adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 2 (6%).
4. Pengetahuan masyarakat
Pengetahuan Baik 13 41% Kurang
Cukup 12 37%
Cukup Baik Kurang 7 22%
Gambar. 4Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan respondendi Wilayah Kerja Puskesmas Tara-tara, Tahun 2015
Dari gambar di atas menunjukan bahwa tingat pengetahuan responden yang paling banyak adalah pada kategori baik yaitu sebanyak 13 orang (41%) diikuti dengan
pengetahuan pada kategori cukup yaitu sebanyak 12 orang (37%). Sedangkan yang paling sedikit adalah pengetahuan pada kategori kurang yaitu sebanyak 7 orang (22%).
5. Sikap masyarakat Sikap Positif 21 66%
Negatif
Negatif 11 34%
Positif
Gambar 5Karakteristik Responden berdasarkan Sikap responden di Wilayah Kerja Puskesmas Taratara Tahun 2015. Dari gambar di atas menunjukan bahwa sebagian besar sikap responden termasuk pada kategori positif yaitu sebanyak 21 orang
(66%).Sedangkan sikap pada kategori negative sebanyak 11 orang (34%).
69
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) 6. Pencegahan DBD
Pencegahan DBD
Cukup 15 47%
Kurang 6 19%
Kurang Cukup Baik 11 34%
Baik
Gambar 6. Karakteristik Responden berdasarkan Sikap responden di Wilayah Kerja Puskesmas Taratara, Tahun 2015 Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pencegahan responden yang paling banyak adalah yang termasuk pada kategori cukup yaitu sebanyak 15 orang (47%) diikuti dengan
pencegahan DBD pada kategori baik yaitu sebanyak 11 orang (34%), sedangkan yang paling sedikit adalah pencegahan DBD pada kategori kurang yaitu sebanyak 6 orang (19%).
ANALISA BIVARIAT 1. Tabulasi silang Pengetahuan dengan Pencegaan Demam Berdarah Tabel 1.Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas TarataraTahun 2015 Pengetahu an
Kurang n %
Pencegahan DBD Cukup n %
Total
Baik n
%
n
%
Kurang
4
12,5
3
9,4
0
,0
7
21,9
Cukup
2
6,2
9
28,1
1
3,1
12
37,5
Baik
0
,0
3
9,4
10
31,2
13
40,6
6
18,8
34,4
32
100
TOTAL
15 46,9 11 Koefisien Korelasi (r) =0,760 Signifikan (p) =0,000
Dari hasil uji Spearman Rho didapat nilai signifikan sebesar 0.000 atau lebih kecil dari α = 0,05 dengan koefisien korelasi sebesar 0,760 yang bermakna kedua variabel berhubungan dengan tingkat hubungan yang kuat. Dari tabel diatas menunjukan bahwa responden dengan Pencegahan Demam berdarah Dengue (DBD) pada kategori baik yang adalah 10 orang (31,2%) memiliki pengetahuan yang baik pula, diikuti dengan 1 orang (3,1%) dengan pengetahuan yang cukup. Kemudian pencegahan DBD pada kategori
cukup yang paling banyak adalah 9 orang (28,1%) dengan pengetahuan yang cukup pula dan dikuti dengan masing-masing 3 orang (9,4%) dengan pengetahuan yang baik dan kurang. Sedangkan pencegahan DBD yang paling sedikit adalah pada kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang (12,5%) dengan pengetahuan yang kurang dan 2 orang (6,2%) dengan pengetahuan yang cukup serta tidak ditemukan responden yang berada pada kategori kurang.
70
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) 2. Tabulasi Sikap dengan Pencegaan Demam Berdarah Tabel 2. Tabulasi Silang Sikap dengan Pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Tara-tara, Tahun 2015
Sikap
Negatif Positif TOTAL
Kurang
Pencegahan DBD Cukup n %
n
%
5
15,6
6
1
3,1
6
18,8
Total
Baik n
%
n
%
18,8
0
,0
11
34,4
9
28,1
11
34,4
21
65,6
15
46,9
11
34,4
32
100
Koefisien Korelasi (r) =0,618 Signifikan (p) =0,000 Dari hasil uji Spearman Rho didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,618 dengan nilai signifikan sebesar 0.000 atau lebih kecil dari α= 0,05yang bermakna kedua variabel berhubungan secara signifikan dengan korelasi positif. Dari tabel di atas menunjukan bahwa pencegahan pada kategori baik yang paling banyak adalah 11 orang (34,4%) dengan sikap yang positi dan tidak ditemukan adanya responden dengan sikap yang negative.
Kemudian pencegahan DBD pada kategori cukup didapat responden yang paling banyak adalah 9 orang (28,1%) dengan sikap yang positif dan 6 orang (18,8%) dengan sikap yang negative. Sedangkan Pencegahan DBD pada kategori kurang didapat responden terbanyak adalah 5 orang (15,6%) dengan sikap yang negative, dan hanya 1 orang (3,1%) dengan sikap yang positif.
PEMBAHASAN A. Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah di Wilayah KerjaPuskesmas Tara-tara, Kota Tomohon. Dari hasil uji statistic menunjukan bahwa Pengetahuan berhubungan dengan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah di masyarakat.Semakin tinggi pendidikan semakin baik pula tingkat pengetahuan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang ditunjukan oleh gambar 5.2 yaitu umur responden yang paling banyak adalah rata-rata umur 30 sampai dengan 40 tahun yaitu sebnayak 11 orang (34%). Sedangkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 15 orang (46%) yang menunjukan tingkat pengetahuan yang baik. Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalah semakin baik tingkat pengetahuan masyarakat semakin baik pemahaman tentang pencegahan pencegahan. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2011) bahwa Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Umumnya pengetahuan datang dari informasi yang didapat melalui buku, internet, surat kabar, dan lain-lain. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau over behaviour (Natoatmodjo, 2011). Lebih lanjut Notoatmodjo (2003)mengemukakan bahwa Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor Umur, Pengalaman dan Pendidikan. Semakin cukup umur maka tingkat kekuatan dan kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir. Kemudian Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulaikhah (2014) tentang hubungan pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat, menunjukan bahwa
71
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) terdapat hubungan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan demam berdarah. Penelitian yag serupa juga yang dilakukan oleh Nelwan (2010) bahwa Perilaku Masyarakat di Kabupaten Minahasa Utara Propinsi Sulawesi Utara pada sebagian besar didasarkan pada pengetahuan yang baik tentang pemberantasan penyakit demam berdarah. Hasil penelitian ini juga membuktikan hasil penelitian yang ditunjukan oleh gambar 4 tentang pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas TaraTara.
pendidikan maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah kerja mengetahui tentang penyakit ini dan berpengalaman terhadap pencegahannya. Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalah semakin positif sikap terhadap pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), maka semakin baik pula tindakan pencegahan penyakit. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Tangyong (2013) menyatakan bahwa sebanyak (84,9%) masyarakat mempunyai sikap yang positif terhadap pencegahan demam berdarah sehingga sikap berhubungan dengan pencegahan demam berdarah pada masyarakat. Penelitian ini didukung dengan jurnal penelitian Epidemiologi (2012) tentang hubungan pengetaohuan dan sikap dengan pencegahan demam berdarah dimana sikap pada umumnya terhadapa pencegahan penyakit demam berdara adalah sikap yang positif.
B. Hubungan Sikap dengan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tara-tara, Kota Tomohon. Dari hasil uji statistic menunjukan bahwa Sikap berhubungan dengan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah di wilayah kerja Puskesmas Tara-tara.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memliki sikap yang positif pada pencegahan penyakit demam berdarah.Faktor yang mempengaruhi sikap salah satunya adalah Pengalaman pribadi.Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Ditinjau dari pengetahuan dan tingkat
KESIMPULAN 1.
2.
Pengetahuan masyarakat tentang demam berdarahDengue (DBD) di Wilayah kerja Puskesmas Taratara Kecamatan Tomohon Barat. Pada sebagian besar responden pada kategori baik. Sikap masyarakat tentang demam berdarah Dengue (DBD) di Wilayah kerja Puskesmas Taratara Kecamatan Tomohon Barat pada sebagian besar responden
memliki sikap positif terhadap pencegahan demam berdarah 3. Ada hubungan bermakna dengan tingkat hubungan kuat antara pengetahuan dan sikap masyarakat dengan pencegahan demam berdarah Dengue (DBD) di Wilayah kerja Puskesmas Taratara Kecamatan Tomohon Barat.
SARAN 1. Bagi institusi Pendidikan Keperawatan, dapat digunakan sebagai bahan informasi pengetahuan dan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Demam Berdarah (DBD) pada masyarakat.
72
Dengan Dengue
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2) 2. Bagi masyarakat, agar supaya masyarakat lebih mewaspadai akan bahaya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). 3. Bagi Pelayanan Kesehatan, agar dapat melaksanakan intervensi baik di lingkungan
masyarakat dan keluarga dalam meningkatkan dan mempertahankan pegetahuan dan sikap masyarakat yang baik dalam pencegahan penyakit demam berdarah.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi (2011).Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT. Rajagafindo Persada
Jurnal
Depkes RI (2005). Profil Kesehatan RI. Jakarta. Online: www.depkes.go.id Krianto (2009).Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).EGC. Jakarta.
Epidemiologi (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Demam Berdarah Dengue di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.Jurnal Buski. Vol.4, No.1, Juni 2012.
Zulaikhah, U. (2014). Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdara Dengue Pada Masyarakat di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat.Skirpsi.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
NotoatmodjoS (2010).Pendidikan dan Kesehatan Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta (2011).Konsep Dasar Pengetahuan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nelwan, J.P. (20120). Perilaku Masyarakat Tentang Program Pemberantasan Penyakit DBD di Kabupaten Minahasa Utara.Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Samratulangi Manado
Tangyong , S.I. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Tamlanrea Makassar.Jurnal STIKES Nani Hasanudin Makassar Vol. 2 Nomor 5 Tahun 2013.
73
E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)
74