perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KREDIT BERMASALAH ( NON PERFORMING LOAN/NPL ) PADA KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA TAHUN 2009
Disusun Oleh :
MAYA FREDAWATI D 0107076
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah di setujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan di hadapan Panitian Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Herwan Parwiyanto, S. Sos, M.Si NIP. 197505052008011033
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah di uji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari
:
Selasa
Tanggal
:
8 Maret 2011
Tim Penguji 1. KETUA
:
Drs. H. Sakur,M.S
(…………………………….)
NIP. 194902051980121001 2. SEKRETARIS
:
Drs. Suryatmojo, M.Si
(…………………………….)
NIP. 195308121986011001 3. PEMBIMBING
:
Herwan Parwiyanto, S. Sos, M. Si
(.............................................)
NIP. 197505052008011033
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Mengetahui, Dekan
Drs. commit H. Supriyadi to userSN., S.U NIP. 19530128 198103 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Dengan Menyebut Nama ALLAH Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang (QS. Al Fatihah :1)
Rasa takut adalah naluri, rasa berani adalah kemenangan : Kemauan, membungkam rasa takut dan menyembunyikannya dibawah rasa berani (Contese Diane)
Semua ada di dalam dirimu. Mintalah melalui dirimu sendiri (Jalaluddin Rumi)
My Imagination creates my reality (Walt Disney)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada :
♥ Ayahanda & Ibunda tercinta (Alm. IGN. Freddy Sediyarso, B.Sc & Ir. Sri Widati Anggraini) Sebagai tanda baktiku kepada beliau sekalian...
♥ Kakak & Adikku tersayang (Indika Fredamawati, Amd & Bagas Satria Pamungkas) Atas dukungan, doa, semangat yang membuatku kuat...
♥ Teman – teman AN’07 Sebagai wujud terima kasih atas persahatan yang indah...
♥ Almamaterku
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas ridho dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KREDIT BERMASALAH ( NON PERFORMING LOAN / NPL ) PADA KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA TAHUN 2009.” Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Sosial di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah rela meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran demi tersusunnya skripi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan tulisan ini. 2. Rino Ardian N, S.Sos, M.TI, selaku Pembimbing Akademik, yang telah membimbing penulis selama menempuh studi. 3. Drs. Sudarto,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi FISIP, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 4. Drs. H. Supriyadi SN., S.U ,selaku Dekan FISIP, yang telah memberikan legalitas berbagai permohonan ijin guna menyelesaikan skripsi ini. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Administrasi FISIP UNS, yang telah mencurahkan ilmunya sehingga InsyaAllah penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. 6. Ir. Agung Riawan, MM, selaku Direktur Utama di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yang telah memberikan ijin untuk penelitian di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. 7. Subito, SE, selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan keterangan dalam penulisan skripsi ini. 8. Purnadi, SE, selaku Kepala Sub Bagian Pemasaran Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan keterangan dalam penulisan skripsi ini. 9. Sariwarni Penta, BSc, selaku Kepala Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yang telah membimbing penulis selama melakukan penelitian di lapangan. 10. Seluruh staff dan pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam melakukan penelitian. 11. Seluruh Mahasiswa AN 2007, yang telah menjadi teman dan sahabat penulis selama ini. 12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini walau tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan. Semoga bermanfaat bagi semuanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta,
Maret 2011
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ..............................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
v
KATA PENGANTAR .............................................................................
vi
DAFTAR ISI .............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiii
ABSTRAK ...............................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Perumusan Masalah ...............................................................
9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
9
D. Manfaat Penelitian .................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori .......................................................................
12
1. Manajemen .......................................................................
14
2. Resiko ...............................................................................
18
3. Resiko Kredit ....................................................................
23
4. Manajemen Resiko ........................................................... commit to user
26
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Manajemen Resiko Kredit pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta ...........................................................................
31
B. Kerangka Pemikiran ...............................................................
46
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ....................................................................
50
B. Jenis Penelitian .......................................................................
51
C. Sumber Data ...........................................................................
51
D. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................
51
E. Validitas Data .........................................................................
53
F. Analisis Data ...........................................................................
53
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi .....................................................................
56
1. Sejarah Umum PD. Bank Pasar Surakarta .......................
56
2. Keadaan Fisik dan Operasional PD. BPR Bank Pasar Surakarta ..........................................................................
60
3. Visi dan Misi, Tujuan Pokok & Fungsi, dan Susunan Organisasi Beserta Tugas & Fungsi Masing – Masing Bagian PD. BPR Bank Pasar Surakarta ...........................
61
4. Pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta .........................
73
B. Hasil Penelitian .......................................................................
75
1. Penerapan Manajemen Resiko Kredit Ber masalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah di PD. BPR Bank Pasar Surakarta ........... commit to user
x
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Peneapan Manajemen Resiko Kredit Bermasalah ( Non Performing Loan/NPL ) pada Kredit
Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di PD. BPR Bank Pasar Surakarta...................
105
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
113
B. Saran ........................................................................................
117
DAFTAR PUSTAKA HALAMAN LAMPIRAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Jumlah Kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009........................................................................... Tabel 1.2
7
Data Jumlah Kredit Bermasalah (NPL) Pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta ........................................
8
Tabel 2.1 Penggolongan Aset Jenis Usaha ............................................
25
Tabel 4.1
Jumlah Pegawai PD.BPR Bank Pasar Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ...........................................
Tabel 4.2
Jumlah Pemohon Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009 ...........................................................
Tabel 4.3
89
Jumlah Pemohon dan Realisasi Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009 .......................................
Tabel 4.4
74
91
Penggolongan Kolektibilitas per 3Bulan pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank pasar Surakarta Tahun 2009 .....................
commit to user
xii
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penerapan Manajemen Resiko Kredit Bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta .......................
49
Gambar 3.1
Model Analisis Data .........................................................
55
Gambar 4.1
Susunan Organisasi pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta
Gambar 4.2
Tahun 2009 .......................................................................
65
Alur Berkas Permohonan Kredit ......................................
87
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Maya Fredawati, D0107076, Penerapan Manajemen Resiko Kredit Bermasalah (Non Performing Loan/NPL) Pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009, Skripsi, Administrasi Negara, FISIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, 117 halaman. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh salah satu kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan perekonomian daerah yang nantinya akan meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran bagi masyarakat Dalam mengembangkan perekonomian daerah maka Pemerintah Kota Surakarta memberikan penyuluhan akan usaha mikro kecil dan menengah untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah dan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Fokus penelitian ini adalah pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Penelitian tentang penerapan manajemen resiko kredit UMKM dilaksanakan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta karena merupakan bank milik Pemerintah Kota Surakarta yang memberikan pelayanan kredit UMKM dimana PD. BPR Bank Pasar Surakarta mempunyai target marketing pada masyarakat tingkat menengah kebawah dan memiliki loyalitas tinggi. Pelayanan kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta memiliki resiko kredit bermasalah yang harus dihadapi dan menimbulkan kerugian apabila tidak dikelola dengan baik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan secara lengkap Penerapan Manajemen Resiko Kredit Bermasalah pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009, terdiri dari identifikasi resiko, evaluasi & pengukuran resiko dan pengelolaan resiko kredit UMKM. Dari hal tersebut juga dapat dideskripsikan faktor penghambat dan pendukung yang ditemui PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam penerapan manajemen resiko NPL kredit UMKM. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang didukung data berupa pernyataan narasumber hasil wawancara dan tabel-tabel, buku pedoman, dan buku peraturan perundangan yang menunjang, kemudian ditambah data observasi langsung. Sedangkan tehnik analisa data menggunakan analisa interaktif dengan mendasarkan pada proses reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Penerapan manajemen resiko NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta tahun 2009 secara garis besar berjalan lancar. PD. BPR Bank Pasar Surakarta dikatakan cukup sehat terkait kesehatan bank dalam manajemen resiko NPL. Dalam penerapan manajemen resiko NPL, PD. BPR Bank Pasar Surakarta menemui berbagai faktor penghambat dari intern dan ekstern bank, yakni kemampuan pegawai dalam menggali informasi dari calon debitur, sehingga proses analisa kredit menjadi kurang akurat. Selain itu PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga mendapat berbagai faktor pendukung yang berasal dari intern dan ekstern bank yakni para nasabah dan instansi terkait. commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Maya Fredawati, D0107076, THE IMPLEMENTATION OF RISK MANAGEMENT 0F NON PERFORMING LOAN/NPL OF MICROMIDDLE EXCERTION IN PD. BPR BANK PASAR OF SURAKARTA 2009, Thesis, Public Administration, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University Of Surakarta, 2011, 117 pages The background of this research is based on the municipality regulation in expanding the economic that will be increasing the prosperity and prosperous of the society. In expanding the economic, Surakarta municipality gave the illumination for small and the middle exertion for the middle society and low rate incomes peoples. The focus of the research is centered for low-middle rate incomes society. This research included the implementation of risk management for low- middle rate incomes society in PD. BPR Bank Pasar of Surakarta. The writer choice the Bank because the Bank give the loan for the society, and the Bank has a high loyal to take and fulfill the marketing target in Surakarta. The credit services of PD. BPR for UMKM has a more trouble risk that should be face to excuse suffer of the financial loss. The main purposed of this research is to describing the implementation of risk management of loan UMKM in PD. BPR Bank Pasar of Surakarta 2009. The purpose is Identification of risk, evaluating, risk evacuate, and risk management in UMKM. The result of the research will be describing of the obstruction and proponent factors finding in PD. BPR Bank Pasar of Surakarta in implementing the risk management (NPL) from the UMKM. This research used descriptive qualitative approach and supporting by the arguments from the borrower interview, the tables, guidelines book, regulation update book, and direct observation data. The technique of data analyze, the writer used the interactive based on the reduction data process, data analysis and result analysis. The implementation of risk management NPL for UMKM in PD. BPR Bank Pasar of Surakarta2009 walk in smoothly process, it is can be said well. the healthy bank for the society in risk management of NPL, PD, BPR Bank Pasar of Surakarta find the obstruction from the internal an d external factors, likely; the self intelligential of the employer to find the information of the customer should be accurate, when ever PD.BPR Bank Pasar of Surakarta also founding the proponent factors from the intern and extern of the bank, likely; the good customer and the other similar agency.
commit to user
xv
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Globalisasi menjadikan berbagai informasi mudah di dapat guna memenuhi kebutuhan dalam aspek - aspek kehidupan.
Terutama pada
manajemen perbankan yang sangat membutuhkan berbagai informasi untuk menjalankan aktivitasnya. Bank telah menempati posisi sentral dalam perekonomian modern. Dengan demikian hampir keperluan setiap orang dan seluruh lapisan masyarakat dalam kegiatan perekonomian terkait dengan perbankan. Posisinya yang strategis dalam bidang ekonomi terkait dengan dua peranan pokoknya yakni pertama, sebagai lembaga yang menghimpun dana – dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Kedua, peranan bank sebagai lembaga penyedia dan penyelenggara layanan jasa – jasa di bidang keuangan serta lalu lintas pembayaran. Dengan peranannya yang strategis dan dominan tersebut, bank telah menjadi lembaga yang turut mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara. Prestasi ataupun kinerja yang buruk dari perbankan akan dengan sendirinya turut memberi andil bagi kinerja, maupun pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tumbuh kembang dan sehatnya perekonomian suatu negara sebagian besar bergantung pada kesehatan perbankan di negara tersebut. Prioritas utama dalam setiap usaha dan bisnis terutama perbankan sebaiknya commit to user adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan konsumen. Perhatian yang
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
sungguh – sungguh terhadap konsumen merupakan faktor terpenting yang menentukan dalam dunia usaha dan bisnis, termasuk di dalamnya bank. Kegagalan dalam memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah akan berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan bahkan yang lebih buruk adalah kerugian bank. Pelayanan yang bermutu kepada nasabah atau konsumen oleh suatu perusahaan akan membawa dampak tumbuhnya kepercayaan nasabah kepada perusahaan atau bank tersebut. Berhasil atau tidaknya suatu bank pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, tugas manajemen adalah untuk merencanakan segala aktivitas yang harus dilakukan dimasa yang akan datang agar kelangsungan hidup perbankan dapat dipertahankan dan dapat ditingkatkan. Dengan adanya perencanaan yang baik maka diharapkan semua kegiatan perbankan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga tujuan perbankan untuk mencapai laba yang optimal dapat terealisasi. Kerugian atau kegagalan merupakan konsekuensi negatif dalam bisnis yang diakibatkan karena ketidakmampuan perusahaan mengelola resiko. Sedangkan resiko sendiri muncul karena ada kondisi ketidakpastian di masa yang akan datang yang tentunya sulit untuk di prediksikan. Peraturan Bank Indonesia No 5/8 Tahun 2003 ( dalam Imam Ghozali, 2007 : 11 ) mengidentifikasi ada 8 jenis resiko yang secara inherent melekat pada industri perbankan yaitu resiko kredit, resiko pasar, resiko likuiditas, resiko operasional, resiko hukum (legal), resiko reputasi, resiko strategik dan commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
resiko kepatuhan (compliance ). Seperti yang diatur dalam PBI No 5/8 Bank besar dan memiliki operasi yang komplek diwajibkan mengaplikasikan manajemen resiko untuk keseluruhan 8 resiko tersebut. Bagi bank yang menengah atau kecil hanya di wajibkan mengaplikasikan manajemen resiko paling tidak 4 kategori resiko utama yaitu resiko kredit, resiko pasar, resiko likuiditas dan resiko operasional. Dalam rangka menghadapi situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami perkembangan pesat yang di ikuti dengan semakin kompleksnya resiko kegiatan usaha perbankan sehingga pada akhirnya meningkatkan kebutuhan adanya penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat khususnya manajemen resiko ( Risk Management ). Manajemen resiko sangat diperlukan dalam perbankan untuk meminimalisir resiko yang mungkin akan di hadapi atau justru mampu menjadikan resiko tersebut menjadi sebuah peluang untuk mencapai kesempatan. Manajemen resiko sangat penting karena bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah sehingga resiko tidak mungkin tidak ada. Proses manajemen risiko merupakan suatu hal yang mutlak, jika kita ingin menghindari kerugian dalam usaha atau bisnis. Struktur tata kelola manajemen risiko bank yang kuat menjadi dasar evaluasi keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian untuk menghasilkan pendapatan yang bekesinambungan, mengurangi potensi kredit macet (non performing loan), mengurangi fluktuasi pendapatan dan meningkatkan nilai bagi pemegang commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saham
(Team
infobank.com,
2007,
artikel
dalam
http://
Indonesia
masih
www.infoperbankan.com ). Penerapan
manajemen
resiko
di
perbankan
merupakan tantangan tersendiri, untuk dapat menciptakan industri perbankan yang sehat namun tetap dapat menjaga daya saingnya. Mulai tahun 2004 yang lalu bank Indonesia dalam hubungannya dengan pengembangan pengelolaan risiko telah mengeluarkan berbagai ketentuan yang harus diikuti oleh perbankan nasional. Diantaranya adalah pembentukan komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen risiko. Dimana satuan kerja manajemen risiko berfungsi untuk memastikan pelaksanaan proses manajemen risiko berjalan lancar dan memberi gambaran profil risiko kepada manajemen (Palmirma, 2007, artikel dalam Http://www.vibizinews.com). Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tersebut, semua bank harus menerapkan manajemen risiko sesuai dengan roadmap dan pedoman. Penerapan manajemen risiko, apakah berupa resiko reputasi, resiko kredit, resiko pasar, ataupun resiko operasional, sepantasnya mendapatkan dukungan penuh bukan hanya dari industri perbankan, tetapi juga dari komunitas
pengguna
jasa
perbankan
(nasabah)
(Djajawinata,2008).
Karenanya, untuk meminimalisir resiko-resiko yang dihadapi, manajemen bank harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai, sehingga berbagai resiko yang berpotensi muncul dapat diantisipasi dari awal, dan dicari cara penanganannya secara lebih baik. Diharapkan resiko yang muncul commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga potensi kerugian yang akan diderita juga dapat ditekan seminimal mungkin. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum. Penerapan manajemen resiko dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Meningkatkan Stakeholder value. 2. Memberikan
gambaran
bagi
pengelola
bank
mengenai
kemungkinan kerugian bank di masa yang akan datang. 3. Meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis di dasarkan atas ketersediaan informasi. 4. Mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian bank yang dapat mempengaruhi permodalan bank. Keberadaan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar Surakarta selanjutnya disebut dengan PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah salah satu perusahaan daerah di Surakarta sejak tanggal 1 April 1981 berdasar Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1982 bertugas untuk memberikan kredit yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan modal usaha baik usaha mikro, kecil maupun menengah, yang selanjutnya disebut dengan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah. Dikatakan Perusahaan Daerah (PD) karena Bank Pasar merupakan perusahaan milik Pemerintah Kota Surakarta yang modal keseluruhannya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sedangkan Menurut Undang – commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – Undang nomor 7 Thaun 1992 tentang perbankan, Bank Pasar dikatakan sebagai Bank Perkreditan Rakyat karena Bank Pasar merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kredit UMKM berbeda dengan layanan kredit lain yang ditawarkan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta seperti kredit pegawai, kredit pasar, kredit program dan kredit umum. Kredit UMKM lebih membidik masyarakat dengan ekonomi lemah yang membutuhkan bantuan untuk modal usaha. Tujuan dari pemberian kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah kepada masyarakat pada hakekatnya adalah untuk membantu masyarakat yang kekurangan dana dalam mendirikan suatu usaha dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat itu sendiri. Berbeda dengan kredit lain yang dilayani PD. BPR Bank Pasar Surakarta seperti kredit pegawai, kredit pasar, kredit umum dan kredit program, kredit UMKM merupakan salah satu bentuk fasilitas yang lebih nyata untuk upaya implementasi kebijakan Pemerintah Kota Surakarta yakni kebijakan dalam mengembangkan perekonomian dan menggerakkan pembangunan daerah. Hal tersebut nantinya akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Surakarta. Manfaat yang diperoleh dengan adanya kredit UMKM oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah dari pihak debitur, warga masyarakat yang mengambil kredit UMKM dapat membuka usahanya dengan lancar karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
adanya kemudahan mendapatkan modal usaha. Hal ini akhirnya akan mempercepat usaha pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran terutama dalam meningkatkan perekonomian atau pendapatan keluarga menengah kebawah. Sedangkan manfaat yang di peroleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah peningkatan jumlah keuntungan yang akan di terima. Jumlah masyarakat, selanjutnya disebut nasabah atau debitur yang menggunakan fasilitas kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta, terlihat dari data berikut ini :
NO 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 1.1 Data Jumlah Kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Per tanggal 31 Desember 2009 TOTAL KETERANGAN ORANG NOMINAL Kredit Pegawai 1658 Rp 23.526.177.081,00 Kredit Pasar 326 Rp 926.753.000,00 Kredit UMKM 131 Rp 472.785.397,00 Kredit Umum 25 Rp 168.891.445,00 Kredit Program 5 Rp 4. 907.716,00 TOTAL 2145 Rp 25.099.514.639,00
Sumber : Rekap Nominatif Per Jenis Kredit & Kolektibilitas Per Tanggal 31 Desember 2009
Dari tabel diatas, terlihat bahwa peminat kredit UMKM cukup banyak dengan menempati urutan ketiga dari lima jenis kredit yang di tawarkan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta yaitu 131 orang dengan nominal Rp 472.785.397,00 dari total 2145 orang dengan nominal Rp 25.099.514.639,00. PD. BPR Bank Pasar telah menerapkan prinsip – prinsip Good Corporate Governance ( GCG ) dan manajemen resiko dalam pengelolaan kredit UMKM tersebut. Manajemen resiko berperan penting dalam mengelola resiko yang mungkin di hadapi terutama commit to user dalam hal kredit seperti terjadi
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. Jumlah kredit bermasalah yang dimiliki PD. BPR Bank Pasar Surakarta periode tahun 2009 dapat dilihat dari data sebagai berikut :
NO
1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 1.2 Data Jumlah Kredit Bermasalah ( NPL ) Pada Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Tahun 2009 PENGGOLONGAN KREDIT USAHA MIKRO KECIL KREDIT MENENGAH ( KUALITAS ( UMKM ) KREDIT ) ORANG NOMINAL Kredit Lancar 100 Rp 331.080.220,00 Kredit Perhatian 0 0 Khusus Kredit Kurang 3 Rp 8.707.900,00 Lancar Kredit Diragukan 7 Rp 12.475.500,00 Kredit Macet 21 Rp 120.521.777,00 TOTAL 131 Rp 472.785.397,00
Sumber : Rekap Nominatif Per Jenis Kredit & Kolektibilitas Per Tanggal 31 Desember 2009
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa jumlah kredit bermasalah tahun 2009 masih cukup tinggi terutama pada golongan kredit macet yaitu 21 orang dengan nominal Rp 120.521.777,00 dari 131 orang dengan nominal Rp 472.785.397,00. Dengan adanya jumlah kredit macet yang cukup tinggi pada kredit UMKM Tahun 2009 di atas maka dapat di simpulkan cukup tingginya resiko yang mampu menimbulkan masalah – masalah pada perusahaan perbankan itu sendiri bahkan apabila tidak di kelola dengan baik, dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Dari uraian di atas yang menunjukkan bahwa PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam memberikan Kredit Usaha commit to Mikro user Kecil dan Menengah (UMKM)
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagi nasabahnya memiliki resiko kredit bermasalah yang harus dihadapi dan jumlahnya dapat meningkat sehingga mampu menimbulkan kerugian bagi PD. BPR Bank Pasar sendiri apabila tidak di kelola dengan baik. Berdasarkan alasan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Penerapan Manajemen Resiko Kredit Bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009.
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk membatasi pembahasan, perumusan masalah yang di angkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( non performing loan / NPL ) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta pada tahun 2009? 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang ditemui dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( non performing loan / NPL ) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta pada tahun 2009?
C. TUJUAN PENELITIAN Pada dasarnya setiap penelitian ilmiah memiliki tujuan yang ingin di capai. Tujuan suatu penelitian adalah pernyataan mengenai apa yang hendak commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di capai ( Susanto, 2006 : 30 ). Dalam penelitian ini tujuan dapat diperinci menjadi 3 ( tiga ) bagian, yaitu : 1. Tujuan Operasional Tujuan operasional penelitian adalah untuk mengetahui dan memberikan penjelasan bagaimana penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009. 2. Tujuan Fungsional Hasil penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan bahan kajian bagi penulis maupun pihak – pihak yang berkepentingan. 3. Tujuan Individual Tujuan individual penelitian adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini di harapkan memberikan manfaat : 1. Bagi
perusahaan,
di
harapkan
penelitian
ini
bermanfaat
memberikan informasi dan gambaran mengenai penerapan manajemen resiko kredit bermasalah (Non Performing Loan / NPL) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah ) di PD. BPR commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bank Pasar Surakarta Tahun 2009. Serta sebagai bahan evaluasi bagi pihak terkait ( instansi ) terhadap penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009. 2. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang di peroleh ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat berlatih cara berfikir sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan profesional. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Pada penelitian ini, Fokus administrasi publik adalah ilmu manajemen. Manajemen resiko merupakan anak dari mata kuliah manajemen korporasi. Sedangkan Lokus administrasi publik adalah masalah dan kepentingan – kepentingan publik, khususnya pelayanan publik dalam memberikan memberikan kredit yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan modal usaha bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit perlu adanya penerapan manajemen resiko kredit bermasalah untuk meminimalkan resiko yang akan di timbulkan. Penerapan manajemen resiko mengacu pada paradigma ‘ governance’ dalam administrasi negara. Konsep ‘Governance‘ menunjuk pada pelibatan lembaga lain non – negara (pasar dan masyarakat) dalam penyelenggaraan urusan publik. Dengan memberikan peran dan ruang yang lebih luas pada lembaga non-pemerintah, kegiatan pemerintah menjadi lebih partisipatif, responsif dan akuntabel pada kepentingan publik. Konsep ’good governance’ adalah suatu gagasan tentang adanya saling ketergantungan dan interaksi dari berbagai macam aktor kelembagaan disemua level didalam negara yaitu state, civil society, dan sektor swasta atau market (perusahaan, lemabaga keuangan, dll). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Pengertian administrasi publik sebagai ’governance’ tidak hanya mencakup ruang lingkup yang terbatas pada negara, tapi semua aktor yang terlibat dalam urusan publik. Administrasi negara sebagai ”governance” adalah keseluruhan sarana yang menjalankan fungsi publik, sehingga fokus studi administrasi negara beralih kepola-pola organisasi manusia seperti nilai – nilai kelompok dan organisasi serta bagaimana nilai – nilai diekspresikan ; bagaimana fungsi – fungsi yang dijalankan oleh organisasi sukarela, organisasi non-profit, organisasi bisnis, dan organisasi pemerintah dalam menjalankan pelayanan publik ; bagaimana interaksi antara pemerintah dan organisasi bisnis. PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan organisasi publik karena perusahaan ini memberikan pelayanan untuk publik khususnya untuk masyarakat Surakarta. Keberadaan PD. BPR Bank Pasar Surakarta sebagai salah satu perusahaan daerah di Surakarta sejak tanggal 1 April 1981 berdasar Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1982 bertugas untuk memberikan kredit yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan modal usaha baik usaha mikro, kecil maupun menengah. , yang selanjutnya disebut dengan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah. Untuk lebih mempermudah memperoleh titik tolak yang jelas, maka hal -hal penting yang membentuk topik utama penelitian akan dijelaskan secara sistematis. Penjelasan – penjelasan yang diambil dari beberapa literatur di harapkan dapat memberi penjelasan awal tentang topik penelitian ini. Hal commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penting yang akan dijelaskan dalam penelitian ini terdiri dari 6 ( enam ) hal, yaitu Manajemen, Resiko, Resiko Kredit, Manajemen Resiko, Manajemen Resiko Kredit PD. BPR Bank Pasar Surakarta dan faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses penerapan manajemen resiko PD. BPR Bank Pasar Surakarta pada yang dapat djelaskan sebagai berikut :
1. Manajemen Secara etimologi, (1561)
maneggiare
Kata manajemen berasal dari bahasa Italia
yang
berarti
"mengendalikan,"
terutamanya
"mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Sebagai ilmu pengetahuan, manajemen bersifat universal namun dari segi definisi manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Ilmu pengetahuan manajemen dapat diterapkan dalam semua organisasi manusia, seperti perusahaan, pemerintah, pendidikan, sosial, keagamaan, dan lain – lain. Menurut Mary Parker Follett ( dalam T. Hani Handoko, 2003 :8 ) mendefinisikan manajemen sebagai ”seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain ”. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
mencapai tujuan – tujuan organisasi melalui pengaturan orang – orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin di perlukan atau berarti dengan tidak melakukan tugas – tugas itu sendiri. Menurut Stoner ( dalam T. Hani Handoko, 2003 : 8 ), Manajemen adalah : ” Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha – usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan. ” Dari definisi di atas, Stoner telah menggunakan kata proses bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti kemampuan atau ketrampilan pribadi, sedangkan suatu proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa mempedulikan kecakapan atau ketrampilan khusus mereka harus melakukan kegiatan – kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan – tujuan yang mereka inginkan. Definisi manajemen merupakan masalah yang sulit dan sampai sekarang tidak ada persetujuan universal tentang definisi manajemen. Bahkan telah terjadi banyak perdebatan bertahun – tahun hanya untuk menjelaskan bagaimana manajemen dapat diklasifikan. Untuk lebih memperjelas pengertian manajemen maka akan dibahas topik – topik berikut ini : 1. Manajemen sebagai ilmu dan seni Luther Gulick (dalam T.Hani Handoko, 2003:11) mendefinisikan commit to user manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan ( science) yang
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Manajemen merupakan ilmu pengetahuan juga dalam artian bahwa manajemen memerlukan disiplin ilmu – ilmu pengetahuan lain dalam penerapannya, misal ekonomi,
statistik,
akuntansi,
dsb.
Manajemen
bukan
hanya
merupakan ilmu atau seni, tetapi kombinasi dari keduanya. Kombinasi ini tidak dalam proporsi yang tetap tetapi dalam proporsi yang bermacam – macam. 2. Manajemen sebagai profesi Banyak
usaha
telah
dilakukan
untuk
mengklasifikasikan
manajemen sebagai suatu profesi. Edgar H. Schein (dalam T.Hani Handoko, 2003:14) telah menguraikan karakteristik – karakteristik atau kriteria – kriteria untuk menentukan suatu profesi yang dapat di perinci sebagai berikut : a.
Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip – prinsip umum. Adanya pendidikan, kursus – kursus dan program – program latihan formal menunjukkan bahwa ada prinsip – prinsip manajemen tertentu yang dapat diandalkan.
b.
Para
profesional
mendapatkan
status
mereka
karena
mencapai standart prestasi kerja tertentu. c.
Para profesional harus di tentukan oleh suatu kode etik yang kuat.
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber daya – sumber daya yang tersedia dalam organisasi dengan cara sebaik mungkin. Karena dalam pengertian ”organisasi” selalu terkandung unsur kelompok (lebih dari 2 orang) manusia, maka manajemen pun biasanya digunakan dalam hubungan usaha suatu kelompok manusia, walaupun manajemen itu dapat pula ditetapkan terhadap usaha – usaha individu. Menurut Skinner (dalam Pandji Anoraga, SE, M.M, 1997 : 114), fungsi manajemen meliputi ; a. perencanaan ( planning ) b. pengorganisasian ( organizing ) c. pengerjaan ( staffing ) d. pengarahan ( controlling ) Sedangkan menurut Stephen P. Robbin ( dalam Pandji Anoraga, SE, M.M, 1997 : 115 ), fungsi manajemen meliputi : a. perencanaan ( planning ) b. pengorganisasian ( organizing ) c. memimpin ( leading ) d. pengendalian ( controlling ) Pada penelitian ini akan di bahas mengenai manajemen yang berkaitan dengan pengelolaan resiko pada usaha sektor perbankan, yaitu penerapan manajemen resiko sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Umum. Dalam penelitian ini ruang lingkup hanya di batasi pada penerapan manajemen resiko di PD. BPR. Bank Pasar Surakarta.
2. Resiko Aktivitas perusahaan sebenarnya tidak dapat di pisahkan dari aktivitas mengelola resiko. Menurut Imam Ghozali (2007:3), Resiko didefinisikan sebagai volatilitas outcome yang umumnya berupa nilai dari suatu aktiva atau hutang. Resiko usaha merupakan semua resiko yang berkaitan dengan usaha
perusahaan
untuk
menciptakan
keunggulan
bersaing
dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Resiko dapat timbul dari berbagai sumber. Resiko yang di ciptakan oleh manusia seperti siklus usaha, inflasi, perubahan kebijakan pemerintah dan perang. Resiko dapat pula timbul dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang, inovasi teknologi. Menurut Suhardjono ( 2003 : 73 ), secara umum definisi resiko adalah eksposur terhadap ketidakpastian, sehingga resiko dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu ketidakpastian dan eksposur terhadap ketidakpastian. Dengan demikian besar-kecilnya resiko yang terjadi tergantung pada tingkat eksposur dan tingkat ketidakpastian yang dihadapi. Kemudian menurut Peraturan Bank Indonesia No 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum, Resiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan ( anticipated ) maupun yang tidak commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat diperkirakan ( unanticipated ) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Kemudian menurut Kamus Perbankan, pengertian resiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya kerugian yang harus ditanggung dalam pemberian kredit, penanaman investasi, atau transaksi lain yang dapat berbentuk harta, kehilangan keuntungan atau kemampuan ekonomis, anatara lain karena adanya perubahan suku bunga kebijakan pemerintah dan kegagalan usaha. Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan
bahwa
resiko
selalu
berhubungan
dengan
kemungkinan terjadinya kerugian yang tak terduga atau tidak di inginkan. Dengan kata lain, ”kemungkinan” itu sudah menunjukkan ketidakpastian. Menurut Suhardjono ( 2003 : 73-74 ), ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya resiko, kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena berbagai sebab, antara lain : a. Jangka waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan berakhir, semakin panjang jangka waktu akan semakin besar ketidakpastiannya. b. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan. c. Keterbatasan pengetahuan / ketrampilan / tehnik mengambil keputusan. d. Faktor – faktor lainnya. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Resiko dapat dikelompokkan kedalam dua tipe resiko yakni (Mamduh M. Hanafi, 2009:6-7) : a. Resiko murni ( pure risk) adalah resiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Potensi kerugian dibicarakan dalam jenis resiko ini. Beberapa contoh resiko tipe ini antara lain (Mamduh M. Hanafi, 2009: 8-9): 1. Resiko aset fisik, yakni resiko yang terjadi karena kejadian tertentu berakibat buruk ( kerugian ) pada aset fisik organisasi. Misalnya,
kebakaran
atau
banjir
yang
mengakibatkan
kerusakan pada bangunan dan peralatan perusahaan. 2. Resiko karyawan, yakni resiko karena karyawan organisasi mengalami peristiwa yang merugikan. Misalnya, kecelakaan kerja mengakibatkan karyawan cendera, kegiatan operasional perusahaan terganggu. 3. Resiko legal, yakni resiko kontrak tidak sesuai yang diharapkan, dokumentasi yang tidak benar. Misalnya, terjadi perselisihan sehingga perusahaan lain menuntut ganti rugi yang signifikan. b. Resiko spekulatif adalah resiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Potensi keuntungan dan kerugian dibicarakan dalam jenis resiko ini. Resiko spekulatif juga bisa disebut sebagai resiko bisnis. Kerugian resiko spekulatif akan merugikan commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
individu tertentu, tetapi akan menguntungkan individu lainnya. Yang termasuk jenis resiko spekulatif antara lain : 1. Resiko citra atau reputasi perusahaan ( reputation risk ) Yaitu resiko kerusakan potensial sebagai akibat opini negatif publik terhadap kegiatan bank sehingga bank mengalami penurunan jumlah nasabah atau menimbulkan biaya besar karena gugatan pengadilan atau penurunan pendapatan bank. Rumor di pasar atau persepsi publik merupakan penyebab signifikan didalam menentukan tingkat resiko reputasi. 2. Resiko pasar ( market risk ) Yaitu resiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Misalnya harga pasar saham yang mengalami penurunan sehingga mengakibatkan kerugian perusahaan. 3. Resiko Kredit ( credit risk ) Yaitu
resiko
karena
pihak
lawan
gagal
memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan. Misalnya debitur tidak bisa membayar cicilan dan bunga hutang sehingga perusahaan mengalami kerugian. 4. Resiko Likuiditas Resiko likuiditas dapat dibedakan menjadi dua yaitu resiko likuiditas asset dan resiko likuiditas pendanaan. Resiko likuiditas asset timbul ketika suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar yang terjadi karena besarnya commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai transaksi relatif terhadap besarnya pasar. Sedangkan resiko likuiditas pendanaan yaitu ketidakmampuan memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo yang pada gilirannya akan mengakibatkan likuidasi. 5. Resiko Operasional Yaitu resiko kegiatan operasional tidak berjalan lancar dan mengakibatkan kerugian : kegagalan sistem, human error, pengendalian dan prosedur yang kurang. Misalnya komputer perusahaan
sering
error
sehingga
operasi
perusahaan
terganggu. Prosedur pengendalian tidak memadahi sehingga terjadi pencurian barang – barang yang dimiliki perusahaan. Dalam paper internasional yang berjudul Risk Management Practices Followed by the Commercial Banks in Pakistan oleh Afsheen Shafiq and Mohamed Nasr, (2009:1) “Risk is defined as anything that can create hindrances in the way of achievement of certain objectives. It can be because of either internal factors or external factors.” Artinya Risiko didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membuat hambatan di jalan pencapaian tujuan tertentu. Hal ini dapat disebabkan baik dari faktor internal atau faktor eksternal. Di paper ini dikatakan bahwa risiko dapat membuat situasi organisasi / perbankan menjadi kritis apabila tidak dikelola.
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Resiko Kredit Resiko kredit merupakan salah satu dari 4 kategori resiko utama yang wajib diaplikasikan pada bank umum. Menurut Imam Ghozali, (2007:12) : ”Resiko kredit di definisikan sebagai resiko kerugian yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau resiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.” Resiko kredit dapat timbul karena beberapa hal : a. Adanya kemungkinan pinjaman yang di berikan oleh bank atau obligasi ( surat hutang ) yang dibeli oleh bank tidak terbayar. b. Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat di dalamnya bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivatif. c. Penyelesaian ( settlement ) dengan nilai tukar, suku bunga dan produk derivatif. Adapun sumber resiko kredit menurut Imam Ghozali (2007:121) antara lain: a. Lending risk Yaitu resiko akibat debitur atau nasabah tidak mampu melunasi fasilitas yang telah disediakan oleh bank, baik fasilitas kredit langsung maupun tidak langsung ( cash loan maupun non cash loan ) b. Counterparty risk
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Yaitu Resiko yang timbul karena pasangan usaha ( counterparty ) tidak dapat melunasi kewajibannya kepada bank, baik sebelummaupun pada tanggal kesepakatan. c. Issuer risk Issuer risk timbul karena penerbit suatu surat berharga tidak dapat melunasi sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank. Kemudian menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum, Resiko Kredit adalah Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya. Kemudian menurut Suhardjono ( 2003 : 74 ), Resiko Kredit merupakan resiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan ( default ) debitur yang tidak dapat diperkirakan atau karena debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian atau penurunan kualitas kredit nasabah. Kerugian dari resiko kredit dapat timbul sebelum terjadinya default sehingga secara umum resiko kredit harus didefinisikan sebagai potensi kerugian nilai marked to market yang mungkin timbul karena pemberian kredit oleh bank. Sedangkan pengertian resiko kredit menurut Kamus Perbankan adalah resiko yang timbul dalam hal debitur gagal memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok atau bunga sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian kredit, disamping resiko suku bunga. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Resiko kredit merupakan salah satu resiko utama dalam pelaksanaan pemberian kredit bank. Dalam penelitian ini ruang lingkup akan dibatasi pada resiko kredit yang timbul pada kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Adapun penggolongan jenis usaha atau criteria usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Penggolongan Aset Jenis Usaha (SE. Bank Indonesia No. 12/15/DKBU, Tanggal 11 Juni 2010) UU No. 20/2008 NO 1.
2.
3.
4.
JENIS USAHA Usaha Mikro
MAKS. ASET YANG DIMILIKI Sampai dengan Rp 50.000.000,00
KETERANGAN
Tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 Usaha Kecil Dari Rp 50.000.000,00 Tidak termasuk tanah & sampai dengan bangunan tempat usaha, atau Rp 500.000.000,00 memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 30.000.000,00 sampai Rp 2,5 Miliar Usaha Dari Rp 500.000.000,00 Tidak termasuk tanah & Menengah sampai dengan bangunan tempat usaha, atau Rp 10 miliar memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai Rp 50 miliar Selain Usaha Tidak dijelaskan dengan Tidak termasuk criteria No 1 Mikro, kecil angka dalam rupiah s.d no 3 dan menengah commit to user
Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Pengambilan ruang lingkup resiko kredit UMKM ini berdasarkan latar belakang masalah yang menyebutkan bahwa PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan bank yang sebagian besar aktivitasnya berfokus pada usaha masyarakat ekonomi menengah kebawah di Kota Surakarta melalui penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dimana dalam kegiatannya tersebut di mungkinkan timbul resiko apabila dikemudian hari nasabah gagal atau bermasalah dalam pengembalian kredit, sehingga dalam hal ini peneliti ingin meneliti tentang resiko kredit UMKM pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
4. Manajemen Resiko Resiko ada dimana – mana, bisa datang kapan saja dan sulit untuk dihindari. Jika suatu resiko tersebut melanda suatu organisasi, maka organisasi tersebut dapat mengalami kerugian yang signifikan. Organisasi harus dibuat sadar akan resiko sehingga resiko dapat diantisipasi dan dikelola dengan baik. Konsekuensi merugikan akan muncul jika suatu organisasi gagal dalam mengelola resiko. Dalam beberapa situasi, resiko dapat mengakibatkan kehancuran suatu organisasi, karena itu resiko perlu dikelola. Untuk itulah perlu diterapkan suatu manajemen resiko pada organisasi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan (dalam Suhardjono,2003:99), ditegaskan bahwa : ”Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam commit to user arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha debitur.” Pada penjelasan diatas berdasarkan Undang – undang Nomor 10 Tahun 1996, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen resiko kredit bermasalah itu mulai diterapkan oleh bank sebelum memberikan kredit kepada calon debitur. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan resiko kredit bermasalah sejak dini oleh bank, mengingat resiko muncul dari ketidakpastian. Mamduh M. Hanafi ( 2006 : 18 ) memberikan pengertian manajemen resiko adalah suatu sistem pengelolaan resiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Kemudian menurut Wiliam, Smith, & Young (dalam Mamduh M. Hanafi, 2006 : 19 ), Manajemen resiko organisasi mempunyai elemen – elemen berikut ini : a) Identifikasi Misi : Menetapkan tujuan manajemen resiko. b) Penilaian resiko dan ketidakpastian : Mengidentifikasi dan mengukur resiko. c) Pengendalian resiko : Mengendalikan resiko melalui diversifikasi, asuransi, hedging, penghindaran dan lain – lain. d) Pendanaan resiko : Bagaimana membiayai manajemen resiko e) Administrasi program : Administrasi organisasi, seperti manual dan sebagainya.
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Definisi manajemen resiko yang dijelaskan Wargbug ( dalam Mamduh M. Hanafi, 2006 : 18 ) adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap yang dipunyai organisasi untuk mengelola, memonitor dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap resiko. Manajemen resiko bertujuan untuk mengelola resiko sehingga organisasi bisa bertahan atau barangkali justru mengoptimalkan resiko. Selain itu manajemen resiko organisasi juga bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme dalam organisasi sehingga resiko yang bisa merugikan organisasi bisa diantisipasi dan dikelola untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan seringkali secara sengaja mengambil resiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan dibalik resiko tersebut. Manajemen resiko menurut Kamus Perbankan adalah pengelolaan berbagai bentuk resiko yang berhubungan dengan operasional bank sesuai dengan prinsip kehati – hatian, guna mengontrol resiko pembiayaan yang terdiri atas resiko kredit, resiko suku bunga, dengan cara cegah resiko (hedging), finansial futures, dan batas atas suku bunga (interest rate caps), tujuannya untuk mengendalikan biaya dana, anggaran biaya bunga dan membatasi tekanan terhadap perubahan tingkat suku bunga. Sedangkan menurut PD. BPR Bank Pasar Surakarta, Manajemen resiko adalah suatu pendekatan sistematis
yang mengidentifikai,
mengukur, memprioritaskan dan mengurangi resiko – resiko operasional. Kemudian,
menurut
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagi Bank Umum. Penerapan manajemen resiko dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Meningkatkan Shareholder value. 2. Memberikan
gambaran
bagi
pengelola
bank
mengenai
kemungkinan kerugian bank di masa yang akan datang. 3. Meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis didasarkan atas ketersediaan informasi. 4. Mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian bank yang dapat mempengaruhi permodalan bank. Esensi dari penerapan manajemen resiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan manajemen resiko sehingga kegiatan usaha bank tetap terkendali ( manageable ) pada batas / limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Namun demikian mengingat
perbedaan
kondisi
pasar
dan
struktur,
ukuran
serta
kompleksitas usaha bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen resiko yang universal untuk seluruh bank sehingga setiap bank harus membangun sistem manajemen resiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen resiko pada bank. Dalam paper Internasional yang berjudul Risk Management Practices Followed by the Commercial Banks in Pakistan oleh Afsheen Shafiq and Mohamed Nasr ( 2009: 1), menyebutkan “the practice of Risk Management is a measure that is used for identifying, analyzing and then responding to a particular risk”, Yang dapat diartikan bahwa praktek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Manajemen Risiko adalah suatu praktek yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan menanggapi risiko tertentu. Suatu kerugian besar yang diderita perbankan belum tentu disebabkan oleh kegagalan dalam manajemen resiko. Hal ini berarti suatu organisasi atau perusahaan yang telah menerapkan manajemen resiko dengan sempurna bukan berarti sudah bebas dari kemungkinan kerugian. Juga disebutkan dalam jurnal manajemen resiko adalah salah satu praktek yang paling penting untuk digunakan dalam organisasi terutama di bank, untuk mendapatkan kepastian tentang keandalan operasi dan prosedur yang diikuti. Dalam jurnal internasional yang berjudul Credit risk management: a survey of practices oleh Ali Fatemi dan Iraj Fooladi (2006:227), yaitu ”Shareholder value maximization requires a firm to engage in risk management practices only if doing so enhances the value of the firm and, by implication, its value to shareholders. This value enhancement can arise from one of three sources: (1) minimization of the costs of financial distress, (2) minimization of taxes and (3) minimization of the possibility that the firm may be forced to forego positive NPV projects, because it lacks the internally generated funds to do so (i.e. minimizing the probability of the occurrence of the under-investment problem).” Hal ini menerangkan akan pentingnya praktek manajemen resiko pada perusahaan. Manajemen resiko mampu meningkatkan nilai perusahaan dan meminimalisasi biaya / kerugian yang akan ditanggung oleh perusahaan. Kemudian dalam jurnal internasional yang kedua dengan judul Risk Management Practices of Islamic Banks of Brunei Darussalam oleh commit Abul Hassan (2009:24), yaitu : to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Since understanding risk and application of contemporary risk management techniques is a very important aspect, Islamic bank should give priority in the area of risk management practices.” Kalimat di atas menjelaskan bahwa pada bank islam di Brunei Darussalam juga menerapkan manajemen resiko sejak awal dikenalinya resiko. Memahami resiko dan penerapan manajemen resiko merupakan aspek yang paling penting. Dalam penelitian ini resiko hanya terfokus pada manajemen resiko kredit yang diterapkan pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta dan penerapannya hanya dibatasi pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ). Penerapan Manajemen Resiko Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009 berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 yang pada dasarnya dilakukan melalui proses – proses berikut ini : a. Identifikasi Resiko b. Evaluasi dan Pengukuran Resiko c. Pengelolaan Resiko
5. Manajemen Resiko Kredit pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta Seperti
telah
dikemukakan
sebelumnya
bahwa
dalam
penyelenggaraan aktivitas kredit pasti akan muncul adanya resiko yaitu resiko kredit. Resiko kredit ini apabila tidak dikelola secara baik maka bisa menimbulkan gangguan pada aktivitas bank dan juga mampu menimbulkan berbagai kerugian pada bank tersebut. Oleh karena itu, commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan adanya manajemen resiko kredit. PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam memberikan pelayanan kredit kepada nasabah juga telah menerapkan manajemen resiko kredit, hal tersebut dilakukan agar aktivitas operasional bank khususnya di bidang
perkreditan
tidak
menimbulkan
kerugian
yang
melebihi
kemampuan bank untuk menyerap kerugian tersebut atau kelangsungan usaha bank. Dalam menerapkan manajemen resiko PD. BPR Bank Pasar Surakarta
berpedoman
pada
Peraturan
Bank
Indonesia
Nomor
5/8/PBI/2003 pada tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4292 ) yang pada dasarnya dilakukan melalui proses – proses berikut ini : a. Identifikasi Resiko Kredit Proses penerapan manajemen resiko diawali dengan identifikasi resiko. Tujuan dilakukannya identifikasi resiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis resiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan bank. Organisasi dibuat sadar akan resiko sehingga resiko dapat diantisipasi dan dikelola dengan baik. Konsekuensi merugikan akan muncul apabila resiko tersebut gagal untuk dikelola oleh organisasi. Identifikasi resiko dilakukan untuk mengidentifikasi resiko – resiko apa saja yang dihadapi oleh bank. Teknik untuk mengidentifikasi resiko dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
dilaksanakan dengan menelusuri sumber resiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Sebagai usaha yang penuh resiko bank selalu menerapkan prinsip – prinsip kehati-hatian, bank melakukan berbagai upaya pengamanan ( pembatasan ) terhadap timbulnya resiko kredit mulai dari permohonan kredit sampai pada akhirnya kredit tersebut lunas. Sebelum memberikan kredit, bank melakukan analisis kredit dengan seksama, teliti dan cermat dengan didasarkan pada data yang aktual dan akurat sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya. Demikian pula pemberian kreditnya juga harus didasarkan pada penilaian yang jujur, objektif dan terlepas dari pengaruh yang bersifat negatif oleh pihak – pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit. Bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikan tersebut dapat dilunasi kembali pada waktunya oleh nasabah atau debitur dan tidak berkembang menjadi kredit bermasalah atau kredit macet. Dalam proses identifikasi resiko untuk menentukan permohonan kredit dari nasabah akan ditolak atau diterima maka harus diperhatikan hal – hal sebagai berikut : a) Prinsip – Prinsip Kredit Prinsip- prinsip analisis kredit atau sering disebut 5C atau the five of credit meliputi : 1) Character ( watak ) commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan jika ingin memberikan kredit. Apabila debitur tidak jujur, curang, maka kredit tidak akan berhasil tanpa perlu memperhatikan faktor-faktor lainnya. Orang yang tidak jujur ataupun curang akan selalu mencari jalan untuk mengambil keuntungan. Seseorang yang buruk menjalankan bisnis tidak diragukan lagi akan menjalankan bisnisnya dengan buruk, dan hasilnya kredit akan mengandung resiko tinggi. Jika seseorang tidak ingin membayar kembali kreditnya, kemungkinan ia akan mencari jalan untuk menghindari membayar kembali. Untuk itu, penilaian karakter debitur harus ditentukan sejak ia memulai langkah pertama untuk mendapatkan pinjaman. 2) Capital ( modal ) Capital ( modal ) sangat berhubungan dengan kekuatan keuangan dari si peminjam. Seseorang atau badan usaha yang akan menjalankan usaha / bisnis sangat memerlukan modal untuk memperlancar bisnisnya. 3) Capacity ( kemampuan ) Seorang debitur yang mempunyai karakter / watak baik akan selalu berusaha untuk membayar hutangnya sesuai dengan kurun waktu yang di tentukan. Debitur di nilai apakah mempunyai kemampuan dalam membayar kewajibannya (hutang) dalam kurun waktu yang sudah ditetapkan bersama. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemampuan berasal dari pendapatan pribadi atau pendapatan perusahaan apabila debitur berbentuk badan usaha. 4) Collateral ( jaminan ) Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna menjamin kepastian pelunasan hutang jika dikemudian hari debitur tidak melunasi hutangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari hasil penjualan harta kekayaan yang menjadi jaminan itu. 5) Condition of economy ( kondisi ekonomi ) Adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada pemohon apakah kondisi ekonomi pada kurun waktu kredit dapat mempengaruhi usaha dan pendapatan pemohon kredit untuk melunasi hutangnya.
b) Jaminan Kredit Bank Ketidakmampuan
nasabah
dalam
melunasi
kreditnya
akan
menyebabkan timbulnya kredit – kredit macet. Dimana kemacetan kredit tersebut akan berimbas pada menurunnya kesehatan bank sebab melumpuhkan
kemampuan
bank,
misalnya
dalam
memenuhi
kewajibannya pada penyimpan dana. Sebab kemampuan bank untuk membayar kembali simpanan dana masyarakat sangat tergantung pada kemampuan
para
nasabah membayar commit to user
kredit
–
kreditnya.
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketidakmampuan pelunasan tersebut dapat ditutupi dengan adanya jaminan kredit. Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi bank dari kerugian yang diakibatkan oleh timbulnya resiko kredit macet. Jaminan Pemberian Kredit juga berarti sebagai “Keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.“ c) Pembatasan Pemberian Kredit Pemberian
kredit
merupakan
kegiatan
utama
bank
yang
mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Namun mengingat sebagai lembaga intermediasi, sebagian besar dana bank berasal dari dana masyarakat, maka pemberian kredit perbankan banyak dibatasi oleh ketentuan undang-undang dan ketentuan Bank Indonesia. UU Perbankan telah mengamanatkan agar bank senantiasa berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan usahanya, termasuk dalam memberikan kredit. Selain itu, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan juga menetapkan peraturanperaturan dalam pemberian kredit oleh perbankan. Salah satu penyebab dari kegagalan usaha bank adalah penyediaan dana yang tidak didukung dengan kemampuan bank mengelola konsentrasi penyediaan dana secara efektif. Dalam rangka mengurangi potensi kegagalan usaha bank maka bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, antara lain dengan melakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
penyebaran (diversifikasi) portofolio penyediaan dana melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada pihak terkait maupun kepada pihak bukan terkait. Pembatasan penyediaan dana adalah persentase tertentu dari modal bank yang dikenal dengan batas maksimum pemberian kredit (BMPK). BMPK mendapatkan dasar pengaturan dalam UU Perbankan. Pengaturan tersebut selanjutnya dijabarkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. Tujuan ketentuan BMPK adalah untuk melindungi kepentingan dan kepercayaan masyarakat serta memelihara kesehatan dan daya tahan bank, dimana dalam penyaluran dananya, bank diwajibkan mengurangi risiko dengan cara menyebarkan penyediaan dana sesuai dengan ketentuan BMPK. Suatu bank pada hakikatnya harus menganut asas “mengambil resiko sekecil mungkin”. Resiko yang dimaksud adalah resiko terhadap kemungkinan kredit itu tidak dapat dibayar kembali oleh debiturnya. Resiko itu dibatasi antara lain bila suatu bank tidak terlalu banyak memberikan kredit kepada debitur. Perlu adanya ketentuan tentang penentuan batas maksimum pemberian kredit atau legal lending limit yang harus dipatuhi oleh setiap bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit pada Bank Umum, Batas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Maksimum Pemberian Kredit yang selanjutnya disebut dengan BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal Bank. Penyediaan Dana adalah penanaman dana Bank dalam bentuk: a. kredit; b. surat berharga; c. penempatan; d. surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali; e. tagihan akseptasi; f. derivatif kredit (credit derivative); g. transaksi rekening administratif; h. tagihan derivatif; i. potential future credit exposure; j. penyertaan modal; k. penyertaan modal sementara; l. bentuk penyediaan dana lainnya b. Evaluasi dan Pengukuran Resiko Kredit Langkah kedua setelah identifikasi resiko kredit yaitu evaluasi dan pengukuran resiko kredit. Tujuan evaluasi resiko adalah untuk memahami karakteristik resiko dengan lebih baik. Logikanya jika suatu resiko dapat dipahami dengan lebih baik, maka resiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk mengukur resiko, hal ini juga berkaitan dengan kualitas kredit. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menentukan apakah suatu kredit dikatakan bermasalah atau tidak didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut. Kualitas kredit dapat digolongkan menjadi lima macam, sebagai berikut : a) Kredit Lancar Digolongkan kredit lancar apabila suatu kredit memenuhi kriteria di antaranya : 1. Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu, dan 2. Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai ( cash collateral ). b) Kredit Perhatian Khusus Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria di antaranya : 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui sembilan puluh hari, atau 2. Jarang
terjadi
pelanggaran
terhadap
kontrak
yang
diperjanjikan, atau 3. Didukung oleh pinjaman baru c) Kredit Kurang Lancar Kredit yang digolongkan kedalam kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria antara lain : commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari, atau 2. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari, atau 3. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah, atau 4. Dokumentasi pinjaman yang lemah. d) Kredit Diragukan Kredit yang digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi kriteria antara lain : 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari, atau 2. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari, atau 3. Terjadi kapitalisasi bunga, atau 4. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. e) Kredit Macet Kredit yang digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria antara lain : 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari, atau 2. Dari segi huku maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan perkreditan adalah proses pembentukan asset bank untuk memaksimalkan pendapatan atau keuntungan dan kredit merupakan risk asset bagi sebuah bank. Hal ini dikarenakan asset bank dikuasai oleh pihak luar bank yaitu debitur. Namun kredit yang diberikan kepada pihak debitur mengandung resiko, yaitu resiko kredit tidak dapat kembali sesuai yang diharapkan dengan tepat waktu berdasarkan kesepakatan bersama yang tertuang dalam perjanjian kredit. Apabila hal tersebut tidak dilakukan pembinaan dan pengawasan terus menerus akan berdampak kerugian pada pihak bank atau sering disebut dengan kredit bermasalah atau Non Performing Loan ( NPL ). Pengertian kredit bermasalah menurut Bank Indonesia adalah semua kredit dengan kategori b.3 sampai dengan kategori b.5 yaitu kurang lancar, diragukan, dan macet. Ketiga kredit tersebut harus di tangani sebagai kredit bermasalah. c. Pengelolaan Resiko Kredit Setelah analisis dan evaluasi resiko, langkah berikutnya adalah mengelola resiko. Jika organisasi gagal mengelola resiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. a) Cara – cara pengelolaan resiko, antara lain : 1. Penghindaran, merupakan cara yang paling mudah dan aman. Namun cara semacam ini tidak optimal sebab mau tidak mau organisasi harus menghadapi dan mengelola resiko. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Di tahan ( Retention ), dalam beberapa resiko akan lebih baik jika organisasi menghadapi sendiri resiko tersebut ( menahan resiko atau risk retention ) 3. Diversifikasi, berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi hanya pada satu atau dua eksposur saja. Sehingga jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian
tersebut
diharapkan
bisa
dikompensasi
oleh
keuntungan dari aset lainnya. 4. Transfer resiko,jika tidak ingin menanggung resiko tertentu, kita bisa mentransfer resiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi resiko tersebut. Contoh : melalui perusahaan asuransi. Perusahaan
asuransi
bersedia menanggung kredit
yang
diakibatkan karena debitur meninggal dunia namun kredit yang pernah dijalankan debitur semasa hidup termasuk kedalam kategori kredit lancar. 5. Pengendalian
resiko,
dilakukan
untuk
mencegah
atau
menurunkan probabilitas terjadinya resiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. 6. Pendanaan resiko, mempunyai arti bagaimana ”mendanai” kerugian jika suatu resiko muncul. b) Penyelamatan dan penyelesaian kredit oleh bank. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aktivitas suatu bank tentunya dalam pemberian kredit pada nasabah tidak pernah berkeinginan bahwa kredit yang telah diberikan akan menjadi suatu kredit bermasalah atau paling parahnya yaitu menjadi kredit macet. Oleh karena itu pihak bank selalu akan melakukan segala upaya preventif yang mungkin dilakukan untuk mencegah agar kredit yang diberikan tidak menjadi kredit bermasalah. Namun, apabila hal itu tetap terjadi maka bank harus melakukan upaya penyelamatan kredit. Guna memperbaiki atau memperlancar kredit yang semula tergolong bermasalah bahkan macet, bank melakukan tindakan penyelamatan kredit agar kredit menjadi lancar. Bentuk dan penyelamatan kredit dapat berupa : 1) Penjadwalan kembali ( rescheduling ), yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu pembayarannya. 2) Pesyaratan kembali ( reconditioning ), yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit – kredit. 3) Penataan kembali ( restructuring ), yaitu perubahan syarat – syarat kredit yang menyangkut : a. Penambahan dana bank dan atau commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Konversi seluruh atau sebagian tunggukan bunga menjadi kredit baru c. Konversi
seluruh
atau
sebagian
kredit
menjadi
penyertaan dalam perusahaan yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan kembali. Apabila menurut pertimbangan bank, kredit yang bermasalah tidak mungkin untuk diselamatkan dan menjadi lancar kembali melalui upaya – upaya penyelamatan kredit sehingga pada akhirnya justru menjadi macet maka bank akan melakukan tindakan – tindakan penyelesaian kredit atau penagihan kredit. Penyelesaian atau penagihan kredit bermasalah itu merupakan upaya bank untuk memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitur dan atau penjamin atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah atau tanpa melikuidasi agunannya. Pelaksanaan
perkreditan
PD.
BPR
Bank
Pasar
Surakarta
berdasarkan Standart Operation Procedure yang ditetapkan. Hal ini dijadikan pedoman untuk mengukur kinerja dan pelaksanaan kerja terutama
pelayanan
perkreditan.
Dalam
melakukan
aktivitas
penyaluran Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga menerapkan konsep manajemen resiko terutama manajemen resiko kredit. Penerapan manajemen resiko kredit tersebut dilakukan mengingat PD. BPR Bank Pasar dalam memberikan Kredit UMKM commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentunya akan menghadapi resiko kredit yang jika tidak dikelola dengan baik akan membahayakan kelangsungan dan eksistensi PD. BPR Bank Pasar sendiri. 6. Faktor Intern dan Faktor Ekstern. a. Faktor Intern Bank Faktor Intern adalah faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses penerapan manajemen resiko yang berasal dari intern (dari dalam) perusahaan. Faktor intern mampu mendukung atau justru menghambat jalannya penerapan manajemen resiko perusahaan. Adapun faktor intern perbankan antara lain : 1. Penyelenggaraan analisis kredit kurang sempurna 2. Pimpinan bank terlalu agresif menyalurkan kredit 3. Lemahnya sistem pemantauan mutu kredit dan kredibilitas debitur 4. Campur tangan para pemegang saham berlebihan dalam proses pengambilan keputusan kredit. 5. Pemberian kredit tambahan tanpa analisis kredit yang tajam dan tanpa tambahan jaminan kredit. b. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses penerapan manajemen resiko yang berasal dari ekstern (dari luar) perusahaan. Faktor ekstern juga mampu mendukung ataupun menghambat
jalannya
proses
penerapan
manajemen
perusahaan. Adapun faktor ekstern perbankan antara lain : commit to user
resiko
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
1. Sumber pembayaran bunga dan pelunasan kredit kebanyakan debitur adalah penghasilan tetap mereka. Oleh karena itu apabila penghasilan tetap mereka terganggu biasanya pembayaran kredit ikut terganggu. 2. Penurunan kondisi ekonomi moneter suatu negara atau usaha. 3. Bagi banyak perusahaan, penurunan kondisi ekonomi moneter suatu negara atau usaha berdampak langsung pada menurunnya hasil penjualan barang atau jasa yang mereka hasilkan. Selanjutnya profitabilitas dan likuiditas keuangan mereka turun, sehingga berpengaruh pula terhadap kemampuan membayar pinjaman. 4. Bencana alam ( kebakaran, banjir, gempa bumi dan sebagainya ) 5. Bencana alam akan merusak atau bahkan memusnahkan fasilitas produksi yang dimiliki, sehingga produktivitas pun ikut terganggu. 6. Melemahnya kurs mata uang nasional terhadap mata uang asing.
B. KERANGKA PEMIKIRAN PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan salah satu bank yang memberikan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) khususnya untuk wilayah Surakarta. Dalam aktivitasnya menyalurkan Kredit UMKM sudah tentu PD. BPR Bank Pasar Surakarta akan menghadapi resiko yang dapat menyebabkan kerugian pada bank. Salah satu resiko yang dihadapi adalah resiko kredit dari aktivitas penyaluran Kredit UMKM. Untuk mencapai nilai perusahaan commit to user sesuai dengan visi dan misi dan sebagai pendongkrak perekonomian dan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembangunan Kota Surakarta, maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta menerapkan Manajemen Resiko guna mengelola resiko kredit yang muncul. Manajemen resiko Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta diterapkan mulai dari awal pengajuan permohonan kredit sampai dengan kredit tersebut lunas. Langkah – langkah penerapan proses manajemen resiko adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Resiko Identifikasi resiko dilakukan untuk mengidentifikasi resiko – resiko apa saja yang dihadapi suatu aktifitas organisasi. Resiko yang akan dihadapi oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam ruang lingkup penelitian ini adalah resiko kredit UMKM. 2. Evaluasi dan Pengukuran Resiko Tujuan evaluasi resiko adalah untuk memahami karakteristik resiko dengan lebih baik ( mengetahui kualitas kredit ). Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk “mengukur“ resiko. 3. Pengelolaan Resiko Sebuah organisasi apabila gagal dalam mengelola resiko maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Apabila terdapat kredit bermasalah bahkan kredit macet maka harus dilakukan langkah – langkah pembinaan, penyelamatan dan bahkan penyelesaian kredit dengan peraturan yang telah ditetapkan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerapan manajemen resiko Kredit UMKM pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta dilaksanakan dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan, yaitu a) Visi PD. BPR Bank Pasar Surakarta a. Melakukan usahanya berazaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehatian – hatian. b. Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang. c. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. b) Salah satu Misi PD. BPR Bank Pasar Surakarta Memberikan kredit dan melakukan pembinaan khususnya terhadap pengusaha golongan ekonomi lemah. Dalam menerapkan Manajemen Resiko Kredit, PD. BPR Bank Pasar Surakarta menemui berbagai faktor peghambat dan faktor pendukung. Faktor penghambat dan pendukung tersebut berasal dari dalam (intern) dan berasal dari luar (ekstern) PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Faktor intern dan faktor ekstern perlu juga diperhatikan dalam proses penerapan manajemen resiko kredit pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta karena faktor – faktor ini mempunyai peranan dalam keberhasilan proses penerapan maanjemen resiko. Untuk mempermudah penjelasan kerangka pikir tentang penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( Non performing Loan / NPL ) pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam penelitian ini, berikut gambar kerangka pikir penelitian :
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penerapan Manajemen Resiko Kredit Bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
KREDIT UMKM
RESIKO KREDIT
Identifikasi Resiko
Faktor
Evaluasi dan Pengukuran Resiko
Penghambat - intern
Faktor Pendukung:
Kredit Bermasalah (NPL)
- ekstern
- intern - ekstern
Pengelolaan Resiko
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang beralamat di Jl. Brigjend Slamet Riyadi No. 73 Surakarta, pemilihan lokasi ini didasarkan dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta terdapat permasalahan – permasalahan seperti yang akan penulis kaji dalam penelitian ini. PD. BPR Bank Pasar Surakarta memberikan layanan berupa Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ( UMKM ) yaitu memberikan kredit
yang bertujuan
untuk
membantu
masyarakat
yang
membutuhkan modal usaha baik usaha mikro, kecil maupun menengah. Pemberian kredit UMKM ini sesuai dengan salah satu bentuk
kebijakan
Pemerintah
Kota
Surakarta
dalam
mengembangkan perekonomian dan menggerakkan pembangunan daerah.
Hal
tersebut
nantinya
juga
akan
meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Surakarta. b. Pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta memungkinkan penulis mendapatkan data – data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang ada. Penulis dapat mencari atau mendapatkan data – data serta informasi yang penulis butuhkan dalam kajian penelitian
commit to user tentang Penerapan
Manajemen
Resiko
Kredit
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang memaparkan, menafsirkan, dan menganalisis data yang ada. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan
secara
terperinci
terhadap
gejala
social
seperti
yang
dimaksudkan dalam permasalahan yang di teliti, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta. Penelitian deskriptif biasanya untuk menjawab pertanyaan bagaimana peristiwa itu terjadi.(Susanto, 2006;16) C. Sumber Data Data merupakan fakta atau keterangan dari objek yang diteliti. Sumber data dibedakan menjadi 2 ( dua ), yaitu : a. Data Primer, merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya ( Susanto, 2006;125-126 ). b. Data Sekunder, yaitu informasi yang telah dikumpulkan pihak lain ( Susanto, 2006;126 ). Data sekunder ini berfungsi untuk melengkapi dalam menganalisa serta untuk memperkuat kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah : 1. Wawancara Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan percakapan yang mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Penulis juga membuat pedoman wawancara agar informasi yang dikumpulkan memiliki kapasitas yang cukup. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta, antara lain: a. Bapak Subito, SE. Selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. b. Bapak Sumariyono, SE. Selaku Kepala Sub Bagian Sumber Daya Manusia di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. c. Bapak Purnadi, SE. Selaku Kepala Sub Bagian Pemasaran Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. d. Ibu Sariwarni Penta, BSc. Selaku Kepala Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. e. Ibu Dra. Estiningsih Pratiwi. Selaku Kepala Sub Bagian Umum dan Kesekretariatan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. f. Nasabah Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Jumlah informan dapat bertambah sesuai dengan terpenuhinya data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. 2. Studi Dokumentasi Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip – arsip serta dokumen – dokumen yang ada pada berbagai instansi yang terkait. Studi dokumentasi yang dipergunakan meliputi : a. Arsip – arsip dan dokumen resmi yang terdapat di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
b. Buku – buku dan peraturan perundangan yang menunjang. 3. Observasi Teknik penelitian yang menggunakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala – gejala yang diteliti. E. Validitas Data Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini diperlukan validitas data, yang merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir sebagai hasil penelitian, sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat di pertanggung jawabkan. Untuk menguji validitas data, dalam penelitian menggunakan tehnik triangulasi. Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu ( Lexy Moleong, 2002 : 178 ). Dalam hal ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu membandingkan data yang satu dengan data lain sejenis yang diperoleh dari sumber yang berlainan. F. Analisis Data Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dari sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara ’mengangsur atau menabung ’ informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya samapi terakhir memberi interpretasi ( Hamidi dalam Susanto, 2006;142 ). Analisa data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses – proses yang terjadi commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam lingkup setempat,sehingga dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat lingkup pikiran orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak bermanfaat. Analisa data secara kualitatif diungkapkan dengan model analisa data interaktif (H.B Sutopo, 2000:91), meliputi : 1. Reduksi data Merupakan proses seleksi, membuat fokus, menyederhanakan dan membuang hal – hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset, yang dimulai dari sebelum pengumpulan data dilakukan. 2. Display data ( Penyajian data ) Merupakan suatu rangkaian informasi secara sistematis yang memungkinkan penarikan suatu kesimpulan dapat diambil. 3. Penarikan simpulan Merupakan muara dari seluruh kegiatan analisis data kualitatif terletak pada penggambaran atau penuturan tentang apa yang berhasil kita mengerti berkenaan dengan sesuatu masalah yang diteliti. Ini merupakan tahap pengambilan simpulan dari data yang didapat dari lapangan. Ketiga proses analisa data diatas dapat disajikan dalam bagan berikut : commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.1 Model Analisis Data
Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Penarikan Simpulan
Sumber : (H.B Sutopo 2002 : 96)
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI. 1. SEJARAH UMUM PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. Bank Pasar Surakarta sebelum menjadi PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam perjalanannya melalui beberapa proses atau tahapan terlebih dahulu. Pada tanggal 16 Juni 1946 berdiri “ PEMERINTAH KOTA BESAR SURAKARTA” yang mempunyai salah satu kantor antara lain bernama “JAWATAN KEMAKMURAN”. Jawatan kemakmuran tersebut mempunyai kantor bagian bernama “Penolong Modal Bakul Pasar” dengan jumlah 24 pasar dan “Penolong Modal Bakul Kampung” yang saat itu ada 18 kelurahan. Pada Tahun 1952 Jawatan Kemakmuran berganti nama menjadi KANTOR MODAL RAKYAT oleh Dewan Pemerintah Daerah Sementara Kota Besar Surakarta. Kemudian Tahun 1955 berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 1955 berubah nama lagi menjadi KANTOR PERKREDITAN DAERAH. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan daerah, pada tahun 1975 keluar SK WALIKOTA No 144/KEP.75 Tanggal 28 Januari 1975 Kantor Perkreditan Daerah menjadi UNIT PERKREDITAN DAERAH ( UPD ). Selanjutnya berdasarkan UU No 14 Tahun 1967 tentang Pokok – Pokok Perbankan, pada tahun 1980 berdasarkan SK WALIKOTA No 580/10/I/1980 tanggal 13 November 1980 tentang “Anggaran Dasar Sementara PD. Bank Pasar”. commit to user No. 580/4/3/1980 tanggal 21 Pada tahun 1981 berdasarkan Instruksi Walikota
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Februari 1981 muncul nama baru yaitu PERUSAHAAN DAERAH BANK PASAR. Kemudian berdasarkan surat dari Direktur Jenderal Moneter dalam Negeri No. S-5494/MD/1981 tanggal 7 Desember 1981 dikeluarkanlah IJIN OPERASIONAL PD.BPR BANK PASAR dengan surat No. S-424/MK-11-1981 tanggal 7 Desember 1981. Pada tahun 1982, diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1982 tanggal 26 April 1982 tentang Perusahaan Daerah Bank Pasar Kodya Dati II Surakarta, yang artinya Perusahaan Daerah Bank Pasar berubah nama menjadi PERUSAHAAN DAERAH BANK PASAR KODYA DATI II SURAKARTA. Nama itu diundangkan dalam Lembaran Daerah Kodya Dati II Surakarta No. 30 tanggal 13 Oktober 1982 Seri D No.27 dan disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 188.3/290/1982 tanggal 6 September 1982. Dengan berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, PP Nomor 71 tahun 1992 tentang BPR, dan Permendagri Nomor 4 tahun 1993 tentang PD. BPR, ada proses perubahan nama dari PD. Bank Pasar Kodya Dati II Surakarta menjadi PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. Adapun tahapnya yaitu pada tahun 1992 tepatnya tanggal 2 Oktober 1992 dengan surat Direktur Utama Bank Pasar No. 188.3/289/92 tanggal 2 Oktober 1992 kepada Walikotamadya tentang ” Permohonan Perubahan Perda No. 4 Tahun 1982”, namun sampai dengan tanggal 31 Maret 1996 belum / tidak terealisir. Kemudian pada tanggal 5 Juni 1996 Direktur Utama Bank Pasar menghadap dan melaporkan baik kepada Bapak Walikotamadya maupun kepada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Bapak Sekretaris Wilayah Daerah bahwa ” Perda No. 4 Tahun 1982” perlu segera diubah guna menyesuaikan dan merealisasikan adanya Undang – Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Tanggal 10 Juni 1996 terdapat ”Pembahasan Rencana Perda PD. BPR Bank Pasar Surakarta” dengan badan pengawas dan bagian organisasi yang dipimpin langsung oleh Bapak Sekwilda. Selanjutnya pada tanggal 10 Juli 1996 dengan surat Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta kepada Pemimpin DPRD Kodya Dati II Surakarta No. 188.3/931 tertanggal 10 Juli 1996 tentang ” Pembahasan Raperda tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta”. Pada bulan Agustus 1996 diselenggarakan pembahasan Rencana Perda tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta dengan Pansus DPRD Kodya Dati II Surakarta dan penetapan persetujuan Dewan tentang Rencana Perda PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Kemudian pada bulan September 1996 terdapat penetapan ”Perda no. 12 Tahun 1996 tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta”. Dengan surat Walikotamadya No. 188.3/2337 bulan September 1996 kepada Gubernur KDH Tk. I Jawa Tengah perihal “Pengiriman Permohonan Pengesahan Perda No. 12 Tahun 1996 tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta”. Tanggal 10 Mei 1997 ditetapkan pengesahan Perda No. 12 Tahun 1996 oleh Gubernur KDH Tk. I Jawa Tengah dengan Keputusan No. 188.3/107/97 tanggal 10 Mei 1997 dan tanggal 19 Mei 1997 terdapat pengiriman persetujuan dengan surat Gubernur No. 188.3/3734 perihal “Persetujuan Perda No. 12 Tahun 1996 tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta” kepada Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta. Kemudian tanggal 27 Mei 1997 Perda No. 12 Tahun 1996 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kodya Dati II Surakarta No. 6 Seri D dan commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Instruksi Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta No. 002/2/1997 tanggal 17 Juni 1997 perihal “Untuk Melaksanakan Perda No. 12 tahun 1996 tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta tanggal 01 Juni 1997”. Permohonan perubahan nama menjadi ” PD. BPR Bank Pasar Surakarta” kepada Menteri Keuangan RI oleh Direktur Utama Bank Pasar Surakarta dengan surat No. 580/155/1997 tanggal 20 Juni 1997. Pada bulan Juni 1997 tepatnya tanggal 15 Juli 1997 Direktur Utama Bank Pasar Surakarta mengajukan surat No. 580/183 perihal Permohonan Persetujuan Usulan Rancangan Logo dan Stempel/Cap Dinas. Persetujuan perubahan nama dari Menteri Keuangan RI dengan surat No. 188.3/002/1997 pada tanggal 12 Agustus 1997 dari ” PD. BPR Bank Pasar Kodya Dati II Surakarta” menjadi ” PD. BPR Bank Pasar Surakarta” terhitung mulai tanggal 12 Agustus 1997. Kemudian Persetujuan Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta No. 580/1.189 tanggal 19 Agustus 1997 tentang ” Permohonan Usulan Rancangan Logo dan Stempel/Cap Dinas
PD.
BPR
Bank
Pasar
Surakarta”.
Permohonan
kepada
Bapak
Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta dengan surat No. 580/213 tanggal 30 Agustus 1997 untuk menetapkan dengan Keputusan Walikotamadya guna melaksanakan Keputusan Menteri Dalam Negeri antara lain: a) Kep. MENDAGRI NOMOR 60 TAHUN 1995 tentang DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS. b) Kep. MENDAGRI NOMOR 85 TAHUN 1995 tentang PEGAWAI PD. BPR. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kep. MENDAGRI NOMOR 82 TAHUN 1997 tentang PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PD. BPR. Untuk selanjutnya selain Perda Nomor 12 tahun 1996 sebagai landasan operasional PD. BPR Bank Pasar Surakarta, Keputusan MENDAGRI tersebut diatas telah ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta antara lain : a) NOMOR 004 TAHUN 1997 tentang SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. b) NOMOR 005 TAHUN 1997 tentang DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. c) NOMOR 006 TAHUN 1997 tentang PEGAWAI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA.
2. KEADAAN FISIK DAN OPERASIONAL PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. PD. BPR Bank Pasar Surakarta beralamat di Jl. Brigjend Slamet Riyadi No. 277 Surakarta 57141, telepon (0271) 714025 dan (0271) 714167 Surakarta. PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang sampai saat ini ditempati mempunyai luas tanah 870 m² dengan sertifikat No. 73. Gedung ini memiliki dua lantai yang dipergunakan untuk aktivitas sehari – hari dengan dilengkapi fasilitas – fasilitas kantor pada umumnya yaitu tempat parkir, mushola, ruang nunggu nasabah serta ruang kerja yang terdiri dari : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Lantai I
61 digilib.uns.ac.id
: Front office, Costumer service, Teller service, ruang direktur, ruang Transaction Processing, ruang marketing, ruang pertemuan, ruang administrasi kredit.
Lantai II
: Ruang direktur utama, ruang dewan pengawas, ruang bagian umum, ruang satuan pengawas intern ( SPI ),ruang kredit, ruang komputer.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta ruang lingkup wilayah kerjanya adalah Kota Surakarta. Dalam rangka untuk memasyarakatkan dan mendukung kegiatan operasionalnya, maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta sampai saat ini telah mempunyai 6 (enam) pos-pos pelayanan, yaitu: 1. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Gedhe. 2. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Legi. 3. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Nongko. 4. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Klewer. 5. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Jongke. 6. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Kadipolo.
3. VISI DAN MISI, TUJUAN POKOK & FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI BESERTA TUGAS & FUNGSI MASING – MASING BAGIAN PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. a) Visi dan Misi a. Visi PD. BPR Bank Pasar Surakarta seperti yang tertuang dalam PERDA NO. 12 TAHUN 1996 BAB III Pasal 4 dan Pasal 5, yaitu : commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Melakukan usahanya berazaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. 2) Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah disegala bidang. 3) Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. b. Misi PD. BPR Bank Pasar Surakarta seperti yang tertuang dalam PERDA NO. 12 Tahun 1996 BAB IV Pasal 6 dan Pasal 7, yaitu : 1) Merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah dibidang keuangan / perbankan. 2) Menjalankan usahanya sebagai bank perkreditan rakyat sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku. 3) Menyelenggarakan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. 4) Memberikan kredit dan melakukan pembinaan khususnya terhadap pengusaha golongan ekonomi lemah. 5) Melakukan kerjasama dengan lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya. 6) Menjalankan
usaha
perbankan
lainnya
sepanjang
tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Tujuan Pokok dan Fungsi PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Sebagaimana telah diatur dalam PERDA No. 12 Tahun 1996 BAB III Pasal 5, bahwa tujuan pokok dan fungsi didirikannya PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah : a. Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah disegala bidang, dan b. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Yaitu dengan cara : 1) Menjalankan disalurkan
usaha kembali
penghimpun berupa
dana
pemberian
masyarakat kredit
dan
kepada
masyarakat khususnya para pedagang golongan ekonomi lemah dengan cara mudah dan murah serta memberi bimbingan / pembinaan agar kredit yang diterima tersebut dapat bermanfaat dan berhasil guna. 2) Dengan keberhasilan para pedagang golongan ekonomi lemah tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada Pemerintah Daerah dan pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup mereka. c) Susunan Organisasi. Sesuai dengan Peraturan Direksi PD. BPR Bank Pasar Surakarta No. 02 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PD. BPR Bank Pasar Surakarta, organisasi PD. BPR Bank Pasar berbentuk Perusahaan commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Daerah yang mempunyai susunan organisasi dari yang paling tinggi yaitu Dewan Pengawas. Adapun susunan organisasi PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah sebagai berikut :
commit to user
65 Gambar 4.1 Susunan Organisasi pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta
DEWAN PENGAWAS
DIREKSI
SPI
BAGIAN KREDIT
SUB BAG. PEMASARAN KREDIT PASAR SUB BAG. PEMASARAN KREDIT UMKM SUB BAG. PEMASARAN KREDIT PEGAWAI
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
SUB BAG. ANALIS & ADMINISTRASI KREDIT
SUB BAG PENYELESAIAN KD. BERMASALAH
BAGIAN OPS DAN DANA
BAG UMUM & SDM
SUB BAG. KAS DAN LOKET
SUB BAG UMUM & KESEKRETARIATAN
SUB BAG PENGHIMPUN DANA
SUB BAG AKUNTANSI & PELAPORAN
SUB BAG PELAYANAN DAN HUMAS
SUB BAG PENGEMBANGAN SDM
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
a. Tugas dan Fungsi masing –masing bagian. Adapun tugas dan fungsi masing – masing bagian tertuang dalam Peraturan Direksi PD. BPR Bank Pasar Surakarta No. 02 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PD. BPR Bank Pasar Surakarta, antara lain : 1. Dewan Pengawas. Dewan pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan umum, melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pembinaan terhadap PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana diatas, Dewan Pengawas mempunyai fungsi : a) Penyusunan tata cara pengawasan dan pengelolaan PD. BPR Bank Pasar Surakarta. b) Pengawasan atas pengurusan dan pengelolaan PD. BPR Bank Pasar Surakarta. c) Penetapan kebijakan umum anggaran dan keuangan PD. BPR Bank Pasar Surakarta. d) Pembinaan dan Pengembangan PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
2. Direksi. Direksi mempunyai tugas menyusun perencanaan, melaksanakan koordinasi dan pengawasan seluruh kegiatan operasional PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Direksi juga dapat mengadakan kerjasama commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan pihak lain dalam upaya pengembangan PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Direksi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, direksi mempunyai fungsi : a) Pelaksanaan manajemen PD. BPR Bank Pasar Surakarta berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. b) Penetapan kebijakan untuk melaksanakan pengurusan dan pengelolaan PD. BPR Bank Pasar Surakarta berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. c) Penyusunan dan penyampaian Rencana Kerja Tahunan dan Anggaran PD. BPR Bank Pasar Surakarta kepada Walikota melalui Dewan Pengawas yang meliputi kebijakan di bidang organisasi, perencanaan, perkreditan, keuangan, kepegawaian umum dan pengawasan untuk mendapatkan pengesahan. d) Penyusunan dan penyampaian laporan bulanan PD. BPR Bank Pasar Surakarta kepada Walikota melalui Dewan Pengawas. e) Penyusunan dan penyampaian laporan tahunan yang terdiri laporan lengkap kinerja bank dalam kurun waktu satu tahun yang berisi Laporan Keuangan Tahunan dan Informasi umum serta Laporan Keuangan Publikasi dalam rangka transparansi kondisi keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Satuan Pengawas Intern. Satuan Pengawas Intern mempunyai tugas membantu Direksi melaksanakan pengawasan dan pembinaan kegiatan operasional PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Satuan Pengawas Intern (SPI) dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud diatas juga mempunyai fungsi : a) Pengawasan dan Pembinaan atas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja PD. BPR Bank Pasar Surakarta. b) Pengawasan dan Pembinaan atas pelaksanaan penyelenggaraan tata kerja dan prosedur dari seluruh unit organisasi maupun unit pelayanan serta pengawasan keamanan dan ketertiban PD. BPR Bank Pasar Surakarta. c) Pelaksanaan audit atas administrasi keuangan, penggunaan dana dan seluruh kekayaan milik PD. BPR Bank Pasar Surakarta. d) Pemeriksanaan dan Pengawasan terhadap hal – hal yang bersifat khusus sehubungan dengan kegiatan operasional PD. BPR Bank Pasar Surakarta. e) Pemberi saran dan pertimbangan kepada Direksi.
4. Bagian Kredit. Bagian kredit mempunyai tugas membantu Direksi merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan commit to user
dan
mengevaluasi
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran kredit. Bagian Kredit dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas, maka juga mempunyai fungsi : a) Pengkoordinasian, pengawasan, pengarahan serta pembinaan terhadap kegiatan dan pelaksanaan tugas Sub Bagian di bawahnya. b) Perencanaan, pelaksanaan pemasaran kredit kepada masyarakat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Pegawai dan Pensiuan. c) Melaksanakan analisis kelayakan kredit dengan berpedoman pada prinsip kehati-hatian sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan meneruskan permohonan persetujuan kepada Direksi sesuai dengan batas kewenangannya. d) Pengkoordinasian, penyimpanan, pengelolaan, dan pengawasan serta bertanggung jawab atas barang – barang jaminan, asuransi kredit, dokumen kredit. e) Pemeriksaan secara berkala terhadap semua debitur baru, debitur lama,
dan
perpanjangan
dalam
rangka pembinaan
untuk
kelancaran pengembalian kredit. f) Penyusunan laporan secara bulanan meliputi perkembangan pemasaran kredit, Kualitas Aktiva Produktif, pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan lain – lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g) Pemberian pertimbangan kepada Direksi mengenai langkah – langkah dan atau tindakan – tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya.
5. Bagian Operasional dan Dana. Bagian Operasioanl dan Dana mempunyai tugas membantu Direksi merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan nasabah, penghimpun dana. Bagian Operasional dan Dana dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, juga mempunyai fungsi : a) Pengkoordinasian, pengawasan, pengarahan serta pembinaan terhadap kegiatan dan pelaksanaan tugas Sub Bagian dibawahnya. b) Perencanaan, pelaksanaan pencatatan bukti akuntansi keuangan dan pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan berpedoman pada Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK), Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) dan Sistem Informasi Debitur (SID). c) Pelaksanaan, penyusunan dan pemantauan rencana kerja dan anggaran. d) Pelaksanaan
dan
pengaturan
likuiditas
operasional PD. BPR Bank Pasar Surakarta. commit to user
untuk
kelancaran
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Perencanaan,
pelaksanaan
penghimpun
dana
dari
pihak
ketiga/masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito dan atau dalam bentuk lainnya. f) Perencanaan, pelaksanaan pelayanan nasabah meliputi informasi produk jasa bank, pelayanan kas dan loket, penyelesaian keluhan/ komplain nasabah dan pengaturan likuiditas PD. BPR Bank Pasar Surakarta. g) Perencanaan,
pelaksanaan
penyimpanan
dokumen
/
bukti
akuntansi dan dokumen tabungan / deposito dan dokumen lainnya milik nasabah sesuai dengan ketentuan berlaku. h) Penyusunan laporan secara bulanan tentang perkembangan penghimpun dana dan lain-lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. i) Pemberian pertimbangan pada Direksi mengenai langkah-langkah dan atau tindakan – tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya.
6. Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia. Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas membantu Direksi merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi kegiatan yang berhubungan dengan bidang Umum dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud diatas, juga mempunyai fungsi : a) Pengkoordinasian, pengawasan serta pembinaan terhadap kegiatan dan pelaksanaan tugas staff Sub Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia yang menjadi bawahannya. b) Penyeleggaraan
surat
menyurat
dan
kearsipan
serta
mendistribusikan sesuai dengan disposisi dari Direksi. c) Perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dan atau inventaris kantor sesuai ketentuan yang berlaku. d) Perencanaan
pendistribusian
perlengkapan/peralatan
yang
dibutuhkan pegawai dalam rangka kelancaran tugas. e) Perencanaan pengaturan jadwal rapat/pertemuan, upacara yang diselenggarakan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta maupun oleh Pemerintah Kota Surakarta dan atau lembaga/organisasi lain. f) Perencanaan, pengaturan jadwal jaga keamanan kantor PD. BPR Bank Pasar Surakarta. g) Perencanaan, pengaturan penggunaan barang – barang inventaris untuk kepentingan PD. BPR Bank Pasar Surakarta. h) Merencanakan dan mempersiapkan segala keperluan yang berhubungan dengan perjalanan dinas Direksi, Dewan Pengawas maupun pegawai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
i) Melakukan pencatatan dan pemeriksaan atas keberadaan dan kelayakan barang-barang inventaris secara periodik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. j) Merencanakan mengusulkan penghapusan bukuan atas aktiva tetap dan barang inventaris khususnya terhadap barang inventaris yang sudah tidak layak pakai, rusak, dan atau hilang. k) Perencanaan, pelaksanaan pengadaan kebutuhan pegawai dan lain – lain yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta dan keluarganya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. l) Perencanaan dan pengaturan disiplin pegawai, pendidikan dan pelatihan pegawai dalam rangka peningkatan profesionalisme dan kinerja PD. BPR Bank Pasar Surakarta. m) Perencanaan dan pengkoordinasian penilaian prestasi pegawai dalam rangka pemberian penghargaan kepada pegawai. n) Pengurusan perpajakan, asuransi dan pensiun untuk kepentingan pegawai dan perusahaan.
4. PEGAWAI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. Keberhasilan suatu organisasi dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan atau nasabah sangat ditentukan oleh kinerja para pegawainya. Sedangkan kinerja sendiri sangat tergantung pada responsivitas para pegawai terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan nasabah. Responsivitas pegawai yaitu commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyangkut daya tanggap pegawai dalam mengetahui apa yang sebenarnya dikehendaki oleh nasabah. Untuk mendukung kelancaran kegiatan organisasi maka dibutuhkan pegawai yang handal dan berkompeten di bidangnya. Seperti halnya di PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang dalam menjalankan kegiatannya tidak terlepas dari latar belakang pendidikan maupun keahlian (skill) yang dimiliki pegawainya. Adapun jumlah pegawai pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Jumlah Pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 NO
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
1.
S2
2
5, 13 %
2.
S1
17
43, 59 %
3.
D3
6
15, 38 %
4.
SMA
12
30, 77 %
5.
SMP
2
5, 13 %
39
100 %
JUMLAH Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pegawai di PD. BPR Bank Pasar Surakarta dapat dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Latar belakang pendidikan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta didominasi oleh pendidikan S1, yakni sebanyak 17 orang dengan persentase 43, 59 %. Walaupun tingkat pendidikan dapat dikatakan tinggi, namun pada kenyataannya di PD BPR Bank Pasar Surakarta tingkat pendidikan tidak terlalu mempengaruhi tingkat commit to user jabatan. Tingkat jabatan justru dipengaruhi oleh skill dan kemampuan serta
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemauan kerja pegawainya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang memiliki tingkat pendidikan tidak terlalu tinggi namun justru mempunyai tingkat jabatan yang cukup tinggi. PD. BPR Bank Pasar Surakarta selalu mengikutsertakan pegawainya dalam program diklat atau training yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan skill para pegawainya.
B. HASIL PENELITIAN. Dalam pembahasan hasil penelitian ini akan difokuskan kepada pembahasan mengenai penerapan manajemen resiko kredit bermasalah (Non Performing Loan / NPL) pada Kredit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. PD. BPR Bank Pasar Surakarta mempunyai tugas untuk membantu masyarakat yang membutuhkan modal usaha, baik usaha mikro, usaha kecil maupun usaha menengah melalui pemberian kredit yang di sebut Kredit UMKM sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1982. Kredit UMKM ini diberikan kepada masyarakat yang mempunyai tingkat penghasilan yang rendah. Adapun tujuan pemberian kredit UMKM itu adalah untuk membantu masyarakat yang kekurangan dana dalam mendirikan suatu usaha dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat itu sendiri. Pemberian kredit UMKM juga merupakan salah satu bentuk kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan perekonomian dan menggerakkan
pembangunan
daerah.
Hal
tersebut
nantinya
commit to user bagi masyarakat Surakarta. meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
akan
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
Dalam aktivitasnya menyalurkan Kredit UMKM sudah tentu PD. BPR Bank Pasar Surakarta akan dihadapkan pada dua hal yakni keuntungan dan kerugian. Keuntungan diharapkan akan diperoleh dari laba atas bunga kredit yang diperoleh dari nasabah Kredit UMKM apabila dalam pelaksanaan kredit dapat berjalan dengan lancar. Namun apabila dalam pelaksanaan kredit tidak dapat berjalan dengan lancar atau menjadi suatu kredit bermasalah bahkan kredit macet maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta dapat mengalami kerugian dan apabila tingkat kerugian tersebut tidak mampu diserap oleh bank kemudian mempengaruhi kesehatan bank maka tidak menutup kemungkinan bank akan mengalami kebangkrutan. Guna membatasi atau mengurangi kerugian akibat resiko kredit tersebut, mengingat resiko tidak bisa untuk dihilangkan atau dihindari maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta menerapkan manajemen resiko kredit bermasalah pada kredit UMKM. Penerapan manajemen resiko ini dimulai saat calon nasabah mengajukan permohonan kredit UMKM sampai dengan kredit UMKM itu lunas. Proses manajemen resiko kredit bank memang cukup panjang dan saling berkesinambungan disetiap tahapannya. Mulai dari tahap identifikasi resiko, evaluasi dan pengukuran resiko, dan pengendalian resiko. Penerapan manajemen resiko NPL akan dijelaskan lebih rinci pada penjelasan selanjutnya. 1. PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN / NPL) PADA KREDIT UMKM DI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam pemberian pelayanan kredit UMKM kepada nasabah telah menerapkan manajemen resiko NPL. Hal ini dilakukan agar resiko yang ditimbulkan oleh pemberian kredit UMKM tersebut tidak membahayakan kesehatan bank ( kelangsungan usaha bank ). Faktor kesehatan bank yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia adalah dibawah 5 %, artinya Bank Indonesia mensyaratkan bahwa NPL (Non Performing Loan, salah satu bagian dari NPL adalah Kredit Macet) tidak boleh lebih dari 5 %. Apabila persentase NPL lebih dari 5 % maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta dapat dinyatakan sebagai bank bermasalah yang kaitannya dengan masyarakat maka dapat diambil alih oleh LPS ( Lembaga Penjamin Simpanan ). Di PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam penerapan manajemen resiko NPL telah membentuk bagian kredit yang bertugas mengelola manajemen resiko. Didalam Bagian kredit tersebut ada yang menangani manajemen resiko khusus pada Kredit UMKM, yaitu terdiri dari Sub Bagian Pemasaran Kredit UMKM, Sub Bagian Analisis & Administrasi Kredit, serta Sub Bagian Penyelesaian Kredit bermasalah. Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut tentang proses manajemen resiko di PD. BPR Bank Pasar Surakarta sebagai berikut : a. Identifikasi Resiko Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Tahap pertama identifikasi resiko yang diterapkan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah saat proses pengajuan permohonan kredit UMKM oleh calon nasabah. Adapun kebijakan dan prosedur permohonan kredit UMKM yakni: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
a) Persyaratan Ijin usaha 1. Khusus untuk jumlah kredit diatas Rp. 25.000.000,- diwajibkan melampirkan surat keterangan usaha, namun lebih di utamakan pada verifikasi kebenaran usaha pemohon. 2. Kredit di atas Rp. 50.000.000,- wajib melampirkan SIUP/NPWP/TDP. b) Tata cara pengajuan permohonan kredit UMKM : 1. Disampaikan secara tertulis dalam bentuk surat permohonan (form tersedia) 2. Kelengkapan sebagaimana di isyaratkan pada Check List Permohonan (Lampiran) c) Analisis Kredit Dalam melakukan analisa kredit selalu berpedoman pada Prinsip 5C atau melakukan penilaian yang seksama terhadap debitur. 1. Pengajuan permohonan 2. Pengumpulan data berdasarkan hasil wawancara dengan calon debitur yang didukung verifikasi saat kunjungan. Pegawai analisis kredit mendapatkan data – data calon debitur melalui wawancara dengan calon debitur setelah mengajukan permohonan kredit terkait 5’C misal character calon debitur tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pihak bank mendapatkan debitur dengan iktikad baik. Pernyataan ini dapat didukung dengan pernyataan yang diberikan oleh Bapak Subito, SE selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yakni : ” ... setelah formulir pengajuan sudah terisi lengkap maka akan user debitur berdasarkan prinsip 5’C diadakan wawancaracommit untuk to menilai
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu character, capital, capacity, collateral, dan condition of economy. Dari wawancara itu akan diketahui itikad dari debitur tersebut...” (Wawancara, 25 Januari 2011) 3. Verifikasi data Atas data yang telah diperoleh dari tahap analisis kredit maka wajib dilakukan verifikasi atas kebenaran, kelengkapan, kewajaran, akurasinya yang dapat diteliti dengan cara Cross Check dengan berbagai sumber artinya pihak bank mencari kebenaran akan data yang diberikan calon debitur, misalnya dengan survey langsung ke alamat calon debitur atau dengan konfirmasi dengan tetangga pemohon (debitur) maksudnya pihak bank akan bertanya – tanya mengenai calon debitur dengan tetangga debitur. Hal ini dilakukan untuk menerapkan prinsip 5’C. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subito, SE yaitu : “ ....setelah surat – surat permohonan kredit dilengkapi langsung dilakukan analisis kredit yaitu pihak bank langsung terjun ke lapangan apakah data – data yang diberikan benar atau tidak...” (Wawancara, 25 Januari 2011) 4. Perhitungan kelayakan permohonan kredit oleh analisis kredit. Pemberian kredit lebih ditekankan pada kelayakan usaha / prospek usaha yang akan dibiayai. Pihak bank akan menilai prospek jenis usaha yang diajukan calon debitur, kalau usaha yang diajukan berprospek baik maka akan disetujui, namun apabila jenis usaha yang diajukan kurang atau tidak berprospek baik maka akan ditawarkan jenis –jenis usaha lain yang mempunyai prospek baik atau permohonan akan ditolak.
Kemudian
berdasar dari analisis kredit maka permohonan akan direalisasikan atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
ditolak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subito pada saat di wawancarai, yakni : ”...pihak bank juga melihat prospek usaha yang diajukan atau yang akan BPR biayai ini bertujuan untuk melihat kira – kira jenis usaha yang diajukan apakah berprospek baik atau tidak. Kemudian dilakukan cross cek juga pada barang jaminan (agunan) yang disertakan. Intinya analisis kredit itu ada 3 inti pokok ya yaitu usaha ada, jaminan ada, trus kemampuan mengangsur juga ada...” (Wawancara, 25 Januari 2011) Untuk mengetahui tingkat kemampuan untuk melunasi kewajiban atau pengembalian kredit dari calon nasabah Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta berikut analisis resiko oleh analisis kredit yang dilakukan berdasarkan analisis 5C’s yang tujuannya agar diperoleh informasi mengenai iktikad baik dan kemampuan membayar calon nasabah. Prinsip 5’C merupakan prinsip minimal untuk bank umum dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam perkreditan. PD. BPR Bank Pasar Surakarta cukup menerapkan prinsip 5’C tersebut sudah mampu menjaga kestabilan kesehatan bank. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subito selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta : ” BPR sudah menerapkan manajemen resiko mulai dari identifikasi yaitu dengan prinsip 5’C tadi, Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of Economy. Prinsip itu benar – benar dilakukan maksimal pada analisis kredit. Yang melakukan analisis kredit itu adalah bagian kredit. Jadi tidak semua pengajuan kredit itu direalisasi oleh BPR. Biar jumlah NPL nanti bisa ditekan seminimal mungkin agar tidak merugikan BPR sendiri kalau jumlah NPL-nya besar.” (Wawancara, 19 Januari 2011) Adapun Penerapan prinsip 5’C adalah sebagai berikut : a. Character PD. BPR Bank Pasar Surakarta harus menggali informasi mengenai commitsifat, to user karakter pemohon seperti watak, moral baik yang bersifat positif atau
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
negatif dimana hal ini bertujuan agar pihak bank mengetahui apakah pemohon tersebut mampu untuk mengembalikan kredit atau memenuhi kewajibannya (Willingnes to pay). Apabila mampu, bank juga harus menilai apakah pemohon tersebut mau untuk memenuhi kewajibannya. Seseorang pemohon yang memiliki kemampuan terkadang sulit atau enggan mengembalikan kredit tidak akan mendukung penilaian Character. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Bapak Subito, yakni : ” ...pada tahap identifikasi resiko BPR harus benar-benar meneliti karakter seseorang yang mengajukan kredit tersebut. Agar nantinya pada proses pengembalian kredit dapat berjalan lancar. BPR juga selalu mengecek informasi pemohon melalui SID yaitu sistem informasi yang diperoleh dari bank-bank lain terkait karakter debitur apabila pemohon itu pernah melakukan kredit di bank-bank lain tersebut. Namun hanya sebatas kredit dibank saja, BPR tidak bisa mengecek karakter pemohon apabila melakukan kredit dikoperasi...” (Wawancara, 25 Januari 2011) Aspek – aspek yang dinilai dalam Character, antara lain : 1) Tempat bekerja 2) Konsistensi 3) Kelengkapan dan validitas data 4) Pembayaran kolektif 5) Pengalaman dengan Bank biasanya di dapat pihak Bank dari SID (Sistem Informasi Debitur) 6) Motivasi 7) Referensi Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur character, antara lain : commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Bagaimana aktivitas calon debitur di masyarakat? b) Apakah pembayaran listrik dan air selalu tepat waktu? c) Apakah
calon
debitur
selalu
rutin
mengikuti
kegiatan
dimasyarakat? b. Capacity Loan Service mengadakan penilaian mengenai kemampuan pemohon melunasi hutang. Aspek – aspek yang dinilai dalam Capacity, antara lain : 1) Pekerjaan 2) Pengalaman kredit 3) Sumber penghasilan selama jangka waktu kredit 4) Jumlah tanggungan keluarga 5) Pengalaman kerja 6) Pendidikan 7) Usia Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur Capacity, antara lain : a) Apa usaha yang tengah ditekuni? b) Sejak tahun berapa usaha didirikan? c) Berapa omset usaha? d) Dimana saja wilayah pemasaran usaha calon debitur? Apakah wilayah pemasaran usaha debitur meningkat atau menurun? c. Capital commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Capital ( modal ) sangat berhubungan dengan kekuatan keuangan dari si peminjam. Seseorang atau badan usaha yang akan menjalankan usaha / bisnis sangat memerlukan modal untuk memperlancar bisnisnya. Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur Capital, antara lain: a) Berapa modal awal usaha? b) Bagaimana modal sekarang? Apakah mengalami peningkatan atau penurunan? c) Apabila modal usaha mengalami penurunan, apa penyebabnya? d. Collateral Barang – barang yang diserahkan pemohon kepada PD. BPR Bank Pasar Surakarta sebagai Second Way Out ( Sumber pelunasan kedua ) bila dikemudian hari terdapat kegagalan First Way Out. Artinya calon debitur menyerahkan sumber pelunasan kedua (agunan) kepada pihak bank untuk mengantisipasi apabila kredit yang telah diberikan menjadi kredit bermasalah
bahkan
macet
dikarenakan
debitur
tidak
mampu
mengembalikan kredit yang mungkin karena kegagalan usaha atau ketidakmampuan melunasi kewajiban. Di PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang dapat dijadikan agunan adalah 1) BPKB sepeda motor, 2) BPKB mobil, 3) sertifikat rumah, dan 4) hak guna bangunan. commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan Bapak Subito, SE selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Pernyataannya adalah sebagai berikut : ” Dalam pengajuan kredit, pemohon memang dwajibkan menyertakan agunan. Agunan adalah salah satu syarat pengajuan kredit. Agunan nantinya akan menjadi sumber pelunasan kredit kedua apabila kredit yang telah BPR berikan tidak lancar dan benar – benar macet. Agunan akan dijual dan digunakan untuk melunasi kreditnya kemudian sisanya akan dikembalikan kepada pemohon.” (Wawancara, 25 Januari 2011) Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur Collateral, antara lain : a) Bagaimana legalitas barang agunan? b) Bagaimana status barang agunan? c) Apabila agunan berupa tanah atau bangunan, apakah mempunyai hak milik bangunan dan hak guna bangunan? e. Condition of Economy Prospek usaha pemohon kredit dinilai apakah bila terjadi kondisi ekonomi yang buruk, usaha tersebut masih mampu bertahan atau tidak. Aspek yang dinilai dalam Condition of Economy yakni prospek atau potensi usaha. Terkait
kondisi
ekonomi,
prospek
atau
potensi
usaha
sangat
mempengaruhi debitur dalam mengembalikan kredit. Apabila prospek usaha baik, maka dalam pengembalian kredit tidak ada masalah karena debitur mempunyai kemampuan ekonomi, namun apabila prospek usaha buru akibat kondisi ekonomi maka muncul kemungkinan debitur mempunyai masalah dalam mengembalikan kredit. Pada kredit usaha commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mikro kecil dan menengah, kondisi ekonomi yang buruk justru bisa ditangani dengan baik. Seperti pernyataan Bapak Subito, selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yaitu : ”...biasanya kalau UMKM itu condition of economy-nya baik ya. Itu karena kalau seandainya kondisi ekonominya buruk,contohnya harga-harga pada naik, UMKM itu dengan sendirinya akan menaikkan harganya. Jadi itu sudah benar. Beda kalau usaha yang relatif besar, kalau kondisi ekonomi buruk justru yang usaha – usaha besar itu yang akan terancam karena tidak bisa sewaktu – waktu langsung menaikkan harga atau menurunkan harga...” (Wawancara, 25 Januari 2011) Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur Condition of economy, antara lain : a) Apabila terjadi lonjakan harga bagaimana upaya caoln debitur untuk mengantisipasinya? Berkaitan dengan cara penarikan angsuran kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta khususnya Kredit UMKM dapat dilakukan dengan beberapa cara : a. Tabungan. Adalah sistem penarikan angsuran kredit yang di ambil dari tabungan nasabah PD. BPR Bank Pasar Surakarta terkait kredit yang diajukannya. b. Sistem Jemput Bola. Adalah cara penarikan angsuran kredit yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke alamat debitur. Berbagai cara penarikan angsuran kredit yang dilakukan PD. BPR Bank Pasar Surakarta selain berfungsi sebagai manajemen resiko atas kejelasan commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembayaran angsuran kredit juga berfungsi mempermudah nasabah kredit atas pembayaran kredit yang dimilikinya. Dengan melaksanakan prinsip – prinsip perkreditan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta sebagai wujud untuk mengidentifikasi resiko dari kredit UMKM oleh debitur. Dari identifikasi resiko terhadap pengajuan kredit UMKM tersebut akan diperoleh dua hasil, yaitu : a. Pengajuan Kredit Diterima, apabila dari hasil identifikasi resiko kredit UMKM dianggap memenuhi kriteria yang ditetapkan PD. BPR Bank Pasar Surakarta dan selanjutnya permohonan kredit akan di realisasikan. b. Pengajuan Kredit di Tolak, apabila dari hasil identifikasi resiko kredit UMKM dianggap tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Untuk dapat memperjelas gambaran mengenai kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, berikut alur berkas permohonan kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
commit to user
87
Gambar 4.2. Alur Berkas Permohonan Kredit
Form Aplikasi Permohonan
Terima Form Aplikasi Permohonan.
Cek Aplikasi Permohonan & Verifikasi Data
Proses Wawancara
TOLAK
Analisis Kredit
TERIMA
Persetujuan Direksi Surat Tolakan Realisasi Kredit Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan gambar tersebut, alur permohonan kredit UMKM dapat dijelaskan sebagai berikut : Calon pemohon Kredit UMKM akan menerima Form aplikasi permohonan Kredit UMKM mengenai berbagai persyaratan permohonan Kredit UMKM dari petugas layanan kredit. Selanjutnya petugas akan memberikan keterangan mengenai : a. Produk kredit yang diminati b. Cara pengisian formulir permohonan kredit c. Data pendukung yang harus diserahkan d. Biaya administrasi yang harus dilunasi Setelah form aplikasi permohonan diisi calon pemohon secara lengkap disertai dengan persyaratan – persyaratannya, form tersebut diserahkan kepada petugas kredit selanjutnya akan dilakukan cek aplikasi permohonan dan verifikasi data yang diantaranya meliputi : a. Periksa kelengkapan isian formulir permohonan b. Periksa kecukupan materai c. Periksa letak tanda tangan diatas materai d. Periksa kelengkapan dokumen inti permohonan sesuai cek list yaitu : 1) Kartu Tanda Penduduk Pemohon 2) Kartu Keluarga 3) Surat keterangan penghasilan 4) Surat keterangan bekerja e. Kembalikan berkas apabila kekurangan data inti commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Periksa pendukung dokumen inti permohonan lainnya : 1) Surat nikah (bagi yang sudah/masih bersuami/istri) 2) NPWP pribadi ( untuk pemohon kredit di atas 50 juta) Kemudian langkah selanjutnya adalah proses wawancara kepada pemohon yang memenuhi syarat sesuai formulir. Setelah proses wawancara selesai, petugas administrasi kredit melaksanakan kegiatan analisis kredit untuk menilai kelayakan usahanya atau prospek usaha yang akan dibiayai. Dari hasil analisis data maka akan disimpulkan apakah permohonan kredit akan direalisasikan atau akan ditolak. Berikut adalah jumlah pemohon kredit usaha mikro kecil dan menengah beserta nominalnya pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Tabel 4. 2. Jumlah Pemohon Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009 NO
BULAN
JUMLAH PEMOHON (orang) 1 Januari 12 2 Februari 13 3 Maret 12 4 April 5 5 Mei 10 6 Juni 16 7 Juli 9 8 Agustus 17 9 September 15 10 Oktober 14 11 November 13 12 Desember 8 Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta. commit to user
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
JUMLAH NOMINAL 122. 000. 000,00 89. 000. 000,00 101. 000. 000,00 75. 000. 000,00 177. 000. 000,00 215. 000. 000,00 82. 000. 000,00 145. 500. 000,00 121. 000. 000,00 101. 000. 000,00 214. 900. 000,00 151. 000. 000,00
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jumlah pemohon diatas menunjukkan jumlah pemohon yang per bulannya selalu berbeda – beda. Hal ini dikarenakan PD. BPR Bank Pasar Surakarta memang tidak menargetkan jumlah pemohon per bulannya. Jumlah besar kecilnya pemohon kredit tergantung dari banyak tidaknya pemohon yang tertarik atau berkeinginan mencari kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Subito, Selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Adapun pernyataannya sebagai berikut : ”Tiap bulannya memang jumlah pemohon kredit tidak sama karena memang di Bank Pasar sendiri tidak menargetkan berapa – berapa tiap bulannya. Jumlah pemohon ya di tentukan dari kemauan pemohon itu sendiri untuk mengajukan kredit.” (Wawancara, 19 Januari 2011) Kemudian didukung dengan pernyataan dari Bapak Purnadi selaku Kasubag Pemasaran Kredit UMKM memberikan pernyataan sebagai berikut : ” Jumlah per bulannya memang tidak sama karena pihak bank kan memang tidak bisa memaksakan pemohon untuk mengajukan kredit. Semua dari keinginan pemohon sendiri. Saat membutuhkan kredit baru mengajukan kredit.” (Wawancara, 19 Januari 2011) Jumlah nominal juga tidak selalu sebanding dengan jumlah pemohon, seperti pada bulan februari dan november. Walaupun jumlah pemohonnya sama yakni 13 orang namun jumlah nominalnya tidak sama,yakni jumlah nominal 89. 000. 000 dibulan februari dan jumlah nominal 214. 900. 000 dibulan november. Hal ini disebabkan jumlah kredit yang diajukan tidak selalu sama. Sedangkan jumlah pemohon yang diterima dan ditolak pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah sebagai berikut :
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 3. Jumlah Pemohon dan Realisasi Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009 NO
BULAN
JML PEMOHON
JML NOMINAL
1
Januari
12
Rp122.000.000,00
DEBITUR DI TOLAK 4
DEBITUR JML DI NOMINAL TERIMA REALISASI 8 Rp 44.000.000,00
2
Februari
13
Rp 89.000.000,00
5
8
Rp 56.500.000,00
3
Maret
12
Rp101.000.000,00
3
9
Rp 45.000.000,00
4
April
5
Rp 75.000.000,00
2
7
Rp 48.500.000,00
5
Mei
10
Rp177.000.000,00
2
8
Rp 63.500.000,00
6
Juni
16
Rp215.000.000,00
7
9
Rp 39.300.000,00
7
Juli
9
Rp 82.000.000,00
2
7
Rp 32.500.000,00
8
Agustus
17
Rp145.000.000,00
11
6
Rp 22.500.000,00
9
September
15
Rp121.000.000,00
4
11
Rp 77.000.000,00
10
Oktober
14
Rp101.000.000,00
9
5
Rp 24.500.000,00
11
November
13
Rp214.900.000,00
4
9
Rp 25.800.000,00
12
Desember
8
Rp151.000.000,00
7
1
Rp 1.000.000,00
Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa PD. BPR Bank Pasar Surakarta sudah menerapkan prinsip 5’C dalam upaya penerapan manajemen resiko NPL pada tahap identifikasi resiko kredit UMKM. Tidak semua pemohon yang mengajukan kredit dapat disetujui atau terealisasi. Terlihat pada bulan Agustus, pengajuan kredit berjumlah 17 orang dengan nominal Rp145.000.000,00 namun commit to user hanya 6 orang yang terealisasi dengan jumlah nominal Rp22.500.000,00
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebaliknya, pada bulan September, pengajuan kredit yang masuk ke PD. BPR Bank Pasar Surakarta mencapai 15 orang dengan nominal Rp121.000.000,00 namun yang ditolak hanya 4 orang dan yang diterima sebanyak 11 orang. Besar kecilnya jumlah debitur yang diterima sangat berkaitan dengan lulus tidaknya calon debitur terhadap penilaian prinsip 5’C di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subito selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta : ” BPR sudah menerapkan manajemen resiko mulai dari identifikasi yaitu dengan prinsip 5’C tadi, Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of Economy. Prinsip itu benar – benar dilakukan maksimal pada analisis kredit. Yang melakukan analisis kredit itu adalah bagian kredit. Jadi tidak semua pengajuan kredit itu direalisasi oleh BPR. Biar jumlah NPL nanti bisa ditekan seminimal mungkin agar tidak merugikan BPR sendiri kalau jumlah NPL-nya besar.” (Wawancara, 19 Januari 2011) Keberhasilan atau kegagalan dari penerapan manajemen resiko itu sendiri bisa dilihat dari tanggapan – tanggapan nasabah atau pemohon kredit. Bapak Abdul Hamid, salah seorang pemohon kredit yang telah selesai melaksanakan wawancara memberikan pernyataan sebagai berikut : ” Tadi waktu di wawancara saya ditanya – tanya banyak lah tentang diri saya dan pengalaman kredit saya. Saya jawab jujur saja apa adanya, salah – salah nanti permohonan saya tidak direalisasi. Padahal saya berharap nanti bisa diterima permohonan kredit saya. Petugas tadi juga tanyanya sangat detail. Habis wawancara ini tadi saya diminta menunggu hasilnya nanti diterima apa ditolak nanti diberi tahu oleh pihak bank.” (Wawancara,19 Januari 2011) Dari pernyataan nasabah di atas dapat disimpulkan bahwa pihak bank berusaha meneliti dengan secermat mungkin akan calon debitur yang mengajukan permohonan kredit melalui salah satu cara yakni wawancara mendetail dalam commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahap analisis kredit oleh analis kredit kaitannya dengan penerapan identifikasi resiko. Penerapan manajemen resiko dalam tahap identifikasi resiko oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang berjalan lancar dan sesuai prosedur dapat mendukung dan mempermudah tahap selanjutnya, yakni Tahap Evaluasi dan Pengukuran Resiko Kredit.
b. Evaluasi dan Pengukuran Resiko Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Setelah tahap identifikasi resiko dilakukan maka akan diketahui pengajuan kredit UMKM tersebut diterima atau ditolak. Kredit yang ditolak tidak lagi mengandung resiko sehingga penerapan manajemen resiko sudah berhenti. Namun untuk kredit yang telah disetujui atau terealisasi maka kredit tersebut selanjutnya akan mengandung resiko yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, perlu dilakukan tahap evaluasi dan pengukuran resiko untuk kredit UMKM yang terealisasi tersebut. Tahap evaluasi dan pengukuran resiko kredit ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari kredit itu sendiri apakah termasuk dalam kredit lancar atau justru termasuk kredit bermasalah / NPL. Pada Bank Umum, kualitas kredit awalnya dibedakan atas 2 kelompok yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah. Kredit lancar dibagi menjadi dua yaitu kredit lancar dan kredit perhatian khusus, kemudian kredit bermasalah terbagi menjadi tiga yaitu kredit kurang lancar, kredit commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diragukan dan kredit macet. Sehingga secara keseluruhan kualitas kredit dibedakan atas 5 (lima) kelompok. Namun dalam BPR, kualitas kredit hanya dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok saja, antara lain : kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Subito, selaku Kepala Satuan Pengawas Intern. Pernyataannya adalah sebagai berikut : ”Kualitas kredit memang di bagi menjadi lima yaitu kredit lancar, kredit perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Namun itu kualitas kredit yang ada di bank umum, kalau di BPR sendiri cuma ada empat kualitas kredit, yaitu kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.” (Wawancara, 19 Januari 2011)
Berdasarkan pernyataan Bapak Subito, SE peraturan dan kebijakan yang ada di PD. BPR Bank Pasar Surakarta mengenai kualitas kredit masing – masing mempunyai kriteria – kriteria yang berbeda. Kriteria dan penggolongan kualitas kredit adalah sebagai berikut : 1. Kredit Lancar. Dikategorikan sebagai kredit lancar apabila memenuhi kriteria yaitu pembayaran tidak terdapat tunggakan baik pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang tidak lebih dari 3 kali angsuran. 2. Kredit Kurang Lancar. Dikategorikan sebagai kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pembayaran terdapat tunggakan baik pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang lebih dari 3 kali angsuran namun tidak lebih dari 6 kali angsuran, atau b. Telah jatuh tempo yang tidak lebih dari 1 bulan. 3. Kredit Diragukan. Dikategorikan sebagai kredit diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Pembayaran terdapat tunggakan baik pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang lebih dari 6 kali angsuran dan tidak lebih dari 12 kali angsuran, atau b. Kredit telah jatuh tempo yang lebih dari 1 bulan namun tidak lebih dari 2 bulan. 4. Kredit Macet. Dikategori sebagai kredit macet apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Pembayaran terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga lebih dari 12 kali angsuran, atau b. Telah jatuh tempo lebih dari 2 bulan. Kualitas kredit sangat berkaitan dengan faktor kesehatan bank. Prosentase kesehatan bank yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia adalah dibawah 5 %. Dengan kata lain prosentase NPL tidak boleh melebihi 5 %. Yang artinya apabila prosentase NPL melebihi 5 % maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta dianggap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
bank bermasalah yang kaitannya dengan masyarakat maka dapat diambil alih oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Secara tehnis proses kerja PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam melaksanakan tahap evaluasi dan pengukuran resiko kredit UMKM berdasarkan pernyataan yang telah disampaikan oleh Bapak Subito, SE yaitu : ”... kalau dana sudah dicairkan maka bulan berikutnya tentu debitur harus mengangsur seperti yang sudah di sepakati. BPR akan mendatangi langung ke alamat debitur untuk menagih. Dari angsuran – angsuran yang debitur lakukan akan dapat melihat kualitas dari kredit itu sendiri. Seperti contohnya kalau angsuran dilaksanakan terus dengan lancar maka disa dikategorikan kredit lancar. Kemudian apabila angsuran mogok lebih dari 3 kali angsuran dapat dikategorikan kurang lancar dan sebagainya...” (Wawancara, 25 Januari 2011) Melalui tahap evaluasi dan pengukuran resiko kredit inilah suatu kredit dapat diketahui termasuk ke dalam kualitas kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan atau kredit macet. Serangkaian kegiatan diatas tadi mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan operasional bank dikarenakan keuntungan yang utama yang didapat oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta diperoleh dari kegiatan kredit, yakni bunga yang didapat dari pelayanan kredit tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari PD. BPR Bank Pasar Surakarta tentang perkembangan kolektibilitas bank tahun 2009, dapat diketahui hasil dari evaluasi dan pengukuran resiko kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yaitu sebagai berikut : Tabel 4.4. Penggolongan Kolektibilitas per 3 bulan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009 commit to user NO. KOLEKTIBILAS BULAN
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. 2. 3. 4.
Kredit Lancar Kredit Kurang Lancar Kredit Diragukan
MARET (dalam ribuan) 1. 241. 820 62. 030
JUNI (dalam ribuan) 1. 364. 159 34. 972
SEPTEMBER (dalam ribuan) 1. 333. 920 26. 106
DESEMBER (dalam ribuan) 1. 196. 660 17. 441
12. 330
15. 332
20. 126
16. 243
Kredit Macet 726. 914 452. 311 410. 716 342. 991 Total 2. 043. 094 1. 866. 774 1. 790. 868 1. 573. 335 Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Berdasarkan data diatas sebagian besar debitur kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah termasuk ke dalam kredit lancar, yakni bulan maret jumlah nominal kredit lancar ada 1. 241. 820 dari total nominal 2. 043. 094 atau persentase kredit lancarnya ada 60,8 %. Kemudian di bulan juni, jumlah nominal kredit lancar yaitu 1. 364. 159 dari total jumlah nominal 1. 866. 774 atau persentase kredit lancarnya 73 %. Bulan september, jumlah nominal kredit lancar berjumlah 1. 333. 920 dari jumlah total nominal bulan september 1. 790. 868 atau persentase kredit lancar 74 %. Pada bulan desember, jumlah nominal kredit lancar ada 1. 196. 660 dari total nominal kolektibilitas bulan desember yakni 1. 573. 335 atau persentase kredit lancar 76 %. Apabila di lihat dari data di atas pada tahun 2009, tiap per 3 bulannya jumlah nominal pada kredit lancar mengalami kenaikan dan penurunan, yakni pada bulan juni kredit lancar mengalami kenaikan 12 % dari bulan sebelumnya yakni bulan maret. Bulan september juga mengalami kenaikan persentase kredit lancar sebesar 1 %. Kemudian pada bulan desember juga mengalami kenaikan persentase kredit lancar yakni 2 %. Berdasarkan data di atas, tiap per 3 bulannya jumlah persentase kredit lancar selalu mengalami kenaikan dan jumlah persentase kredit macet selalu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
mengalami penurunan. Yakni pada bulan maret persentase kredit macet sebesar 35,6 %. Pada bulan juni persentase kredit macet sebesar 24 %. Pada bulan september persentase kredit macet sebesar 23 %. Dan pada bulan desember persentase kredit macet terkecil dari per 3 bulan sebelumnya yakni hanya sebesar 21 %. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subito, SE selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yakni : ” ...kredit macet di BPR Bank Pasar ini tiap bulannya mengalami penurunan. Ini bisa kita lihat dari jumlah nominal bulan desember yang merupakan bulan terakhir di tahun 2009, jumlahnya merupakan paling sedikit di antara bulan – bulan yang lain...”( Wawancara, 25 Januari 2011) Dari keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa menerapan manajemen resiko kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta dapat dikatakan cukup sehat. Hal ini seperti yang di sampaikan oleh Bapak Subito, SE, adalah ”...penerapan manajemen resiko itu kan ada 4 kategori ya yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Nah, pada BPR Bank Pasar penerapan manajemen resiko kreditnya dapat dikatakan cukup sehat ini bisa dilihat dari data – data yang ada...” (Wawancara, 25 Januari 2011) Menurut data dan fakta yang ada, proses evaluasi dan pengukuran resiko kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta telah berjalan dengan lancar sehingga mampu menjadi dasar dalam proses selanjutnya dan merupakan proses terakhir pada penerapan manajemen resiko yaitu tahap pengelolaan resiko kredit bermasalah atau NPL.
c. Pengelolaan Resiko Kredit UMKM oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Setelah melalui tahap identifikasi resiko NPL dan tahap evaluasi & pengukuran resiko NPL pada kredit UMKM, tahap selanjutnya adalah commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengelolaan resiko NPL. Jika suatu organisasi khususnya bank tidak mampu mengelola resiko yang timbul dari pemberian kredit maka akan menimbulkan suatu masalah yang besar dan sangat berdampak pada kelangsungan operasional bank atau kesehatan bank itu sendiri. Oleh karena itu pada tahap pengelolaan resiko ini harus dilaksanakan secara seksama agar mampu mengelola resiko yang nantinya tidak akan membawa dampak negatif pada kesehatan bank. Pada kredit bermasalah perlu diupayakan penanganan yang benar dan tepat. Adapun upaya pengelolaan resiko kredit bermasalah atau NPL dapat dilakukan dengan cara pembinaan kredit dan penyelamatan kredit. 1)
Pembinaan Kredit Bermasalah /NPL Pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Pembinaan kredit dilakukan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta bertujuan
untuk mengingatkan debitur terhadap kewajiban membayar angsuran sekaligus melakukan penagihan. Berdasarkan pernyataan dari Bapak Subito, SE, pembinaan kredit yang dilakukan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah sebagai berikut: 1. Penagihan. Dalam rangka untuk mengembalikan kredit dengan lancar, maka pihak bank bersedia melakukan penagihan langsung ke alamat debitur (sistem jemput bola) yang sudah diinformasikan pada saat pemberitahuan kredit yang diterima. Penagihan ini bertujuan agar mempermudah debitur dalam memenuhi kewajibannya. Sehingga hal ini juga mampu menjaga loyalitas nasabah kepada PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang senantiasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
mengedepankan sistem kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Subito, SE yaitu : “...BPR Bank Pasar ada pegawai khusus yang melakukan penagihan langsung ke alamat debitur. Ini untuk memudahkan debitur untuk membayar angsuran pokok dan atau bunga. Jadi antara pihak bank dan debitur saling bekerja sama...” (Wawancara, 25 Januari 2011) 2. Pengiriman Surat Tagihan ke Alamat Debitur. Adalah upaya pembinaan kredit oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta dengan cara pihak bank mengirimkan surat yang mengingatkan debitur akan kewajibannya membayar angsuran sesuai dengan perjanjian di awal kredit. Hal ini dimaksudkan agar debitur bisa membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Pernyataan diatas sesuai dengan pernyataan yang diberikan Bapak Subito, yakni : ”...beberapa hari sebelum tanggal wajib membayar, pihak bank akan mengirimkan surat untuk mengingatkan agar debitur tidak terlambat membayar atau memenuhi kewajibannya...” (Wawancara, 25 Januari 2011) 3. Memberikan Surat Peringatan. Adalah upaya penyelesaian kredit oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta dengan cara mengirimkan surat yang berisi peringatan yang bertujuan agar debitur mau dengan segera untuk membayar angsuran kredit.
2)
Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah / NPL pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam kegiatannya pemberian kredit tidak
pernah mengharapkan kalau kredit yang diberikan pada debitur nantinya akan commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi kredit bermasalah bahkan menjadi macet. Oleh karena itu, pihak PD. BPR Bank Pasar Surakarta selalu melakukan upaya preventif untuk mencegah agar kredit yang diberikan tidak menjadi kredit bermasalah atau macet. Namun, apabila hal tersebut benar – benar terjadi maka bank harus melakukan upaya penyelamatan kredit. Guna memperbaiki atau memperlancar kredit yang semula tergolong kredit kurang lancar atau bahkan macet, bank melakukan tindakan penyelamatan kredit agar menjadi lancar. Penyelamatan kredit merupakan suatu langkah penyelamatan kredit melalui perundingan kembali antara kreditur dengan debitur dengan memperingan syarat – syarat kredit tersebut, penyelamatan kredit ini dilakukan agar debitur memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan kreditnya. Jadi tahap penyelamatan kredit kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta belum memanfaatkan lembaga hukum karena debitur dianggap masih kooperatif dan prospek usaha masih feasible. Penyelamatan kredit dengan cara ini disebut Restrukturisasi Kredit. Berdasarkan Keputusan Direksi Nomor : 580/003/Kpts/VI/2008 tentang Pedoman Perkreditan dan Restrukturisasi Kredit tanggal 2 Juni 2008, Restrukturisasi kredit adalah usaha bank untuk mencegah kemungkinan timbulnya kerugian lebih lanjut atas suatu kredit yang tidak lancar melalui pengelolaan hubungan dengan debitur. Restrukturisasi kredit dilakukan dengan : 1. Melakukan penilaian sampai sejauh mana potensi usaha debitur dapat mendukung penyelesaian kewajibannya kepada bank. commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Menyusun
beberapa
alternatif
strategi
dan
menetapkan
sebagai
penyelamatan. 3. Melakukan pemantauan usaha penyelamatan kredit. 4. Mengevaluasi hasil. Kemudian langkah restrukturisasi bertujuan untuk menentukan alternatif strategi penyelamatan, yaitu strategi untuk meneruskan hubungan atau memutuskan hubungan dengan debitur. Adapun langkah strateginya adalah sebagai berikut : 1. Pemutusan Hubungan Dengan Debitur. Pemutusan hubungan dilakukan antara lain mendesak debitur untuk segera melunasi kreditnya, terutama bagi debitur – debitur dengan kriteria sebagai berikut : a. Usaha masih ada namun prospek tidak baik dan atau usaha sudah tutup / pailit. b. Karakter debitur dinilai kurang baik. 2. Penerusan Hubungan Dengan Debitur. Dilakukan terhadap debitur – debitur dengan kriteria sebagai berikut : a. Usaha masih ada dan memiliki prospek baik. b. Karakter debitur dinilai baik. Sedangkan cara retrukturisasi kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, antara lain: 1. Penjadwalan kembali. commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Penjadwalan kembali kredit adalah penjadwalan kembali kredit dengan melakukan perubahan jangka waktu pelunasan, jumlah setoran pelunasan dan atau pembayaran bunga kredit. b. Dasar pertimbangan : kondisi usaha debitur masih berjalan dan berprospek baik, namun tingkat kemampuan debitur membayar angsuran pokok/bunga lebih kecil dibandingkan dengan skedul angsuran yang telah ditetapkan. 2. Persyaratan kembali. a. Persyaratan kembali kredit adalah perubahan persyaratan kredit dengan persyaratan baru, seperti mengubah persyaratan kredit menjadi lebih ringan, kapitalisasi bunga tunggakan, penundaan pembayaran bunga, penurunan suku bunga kredit, pembebasan bunga, dan lain –lain. b. Dasar pertimbangan : kondisi usaha debitur masih berjalan dan berprospek baik, namun debitur kesulitan likuiditas, karena modal kerja yang banyak mengendap pada piutang, proyek yang dibiayai belum menghasilkan, manajemen modal kerja kurang tepat, dan lain – lain. 3. Penataan kembali. a. Penataan kembali kredit adalah penataan kembali fasilitas kredit dengan memberikan tambahan kredit, tambahan modal dari pemilik, dan lain – lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
b. Dasar pertimbangan : kondisi usaha debitur masih berjalan dan berprospek baik, namun debitur kesulitan modal kerja karena hutang dagang terlalu besar, meningkatnya pembelian bahan baku / barang dagangan untuk memenuhi permintaan dasar yang cukup besar, dan sebagainya. Kemudian berdasarkan Keputusan Direksi Nomor : 580/003/Kpts/VI/2008 tentang Pedoman Perkreditan dan Restrukturisasi Kredit tanggal 2 Juni 2008, upaya – upaya penyelesaian kredit bermasalah anatara lain : a. Melakukan pendekatan kepada debitur agar mencari sumber lain untuk pelunasan kreditnya. b. Mendesak debitur untuk menjual barang jaminan dan hasilnya digunakan untuk menyelesaikan kreditnya. c. Mendesak debitur untuk menjual aset lain yang dimiliki guna pelunasan kreditnya. d. Kerjasama dengan Lembaga Hukum. Pihak PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga hukum untuk memperlancar kredit yang bermasalah atau memperlancar pengembalian angsuran kredit baik angsuran pokok maupun bunga. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Subito, SE selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR. Bank Pasar Surakarta, ”...upaya penyelesaian kredit oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta dengan cara melibatkan dengan berbagai instansi dalam penagihan angsuran demi lancarnya pengembalian kredit, seperti bekerja commit to userPelayanan Kekayaan Negara dan sama dengan KPKNL (Kantor
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
Lelang), kejaksaan, pengacara dan sebagainya...” (Wawancara, 25 Januari 2011) Apabila menurut pertimbangan bank kredit yang bermasalah tidak mungkin untuk diselamatkan dan menjadi lancar kembali melalui upaya – upaya penyelamatan kredit sehingga pada akhirnya justru menjadi macet maka bank akan melakukan tindakan – tindakan penyelesaian atau penagihan kredit bermasalah itu merupakan upaya bank untuk memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitur dan atau penjamin atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah atau tanpa melikuidasi agunannya. Yakni langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui lembaga hukum seperti KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) atau Pengadilan negeri dikarenakan langkah penyelamatan kredit sudah tidak dimungkinkan lagi. Tujuan penyelesaian kredit melalui lembaga hukum ini adalah untuk menjual atau mengeksekusi barang jaminan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Subito, Selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Pernyataannya adalah sebagai berikut : ”Pihak BPR selalu berupaya untuk memberi jalan tengah agar debitur mampu membayar angsurannya baik angsuran pokok ataupun bunganya, namun apabila debitur sudah benar - benar tidak mampu untuk membayar maka BPR dengan terpaksa akan membawa masalah ini ke KPKNL. Namun hal ini sangat jarang terjadi di BPR sendiri.” (Wawancara, 25 Januari 2011) Penerapan manajemen resiko kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta berjalan sesuai dengan program dan peraturan yang ada. Sehingga penerapan manajemen resiko kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta sudah berjalan maksimal, hal itu tentunya mampu menekan jumlah NPL yang ada di PD. BPR commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bank Pasar Surakarta. Apabila ditinjau dari segi kesehatan kredit, PD. BPR Bank Pasar Surakarta dapat dikatakan bank yang cukup sehat.
2. FAKTOR
PENGHAMBAT
DAN
FAKTOR
PENDUKUNG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KREDIT BERMASALAH PADA KREDIT UMKM DI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan salah satu bank yang dipercaya untuk memberikan kredit UMKM kepada masyarakat menengah kebawah dan berpenghasilan rendah. Pemberian kredit UMKM juga merupakan salah satu bentuk
kebijakan
Pemerintah
Kota
Surakarta
dalam
mengembangkan
perekonomian dan menggerakkan pembangunan daerah. Hal tersebut nantinya akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Surakarta. Untuk memberikan gambaran dan mempermudah penilaian bagi pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank yang dapat mempengaruhi permodalan bank dimasa yang akan datang, PD. BPR Bank Pasar Surakarta menerapkan manajemen resiko kredit dalam menjalankan program kredit UMKM-nya. Dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah pada kredit UMKM ini, pihak PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga menemui berbagai hambatan yang nantinya akan menghambat proses penerapan manajemen resiko kredit bermasalah tersebut baik pada tahap identifikasi resiko, tahap evaluasi dan pengukuran resiko juga tahap pengelolaan resiko. Selain menemukan faktor penghambat proses penerapan manajemen resiko kredit bermasalah, PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga menemukan faktor – faktor yang mendorong proses commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penerapan manajemen resiko kredit bermasalah. Faktor pendukung ini nantinya akan membantu memperlancar proses manajemen resiko, baik yang berasal dari intern bank maupun ekstern bank. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat dijelaskan faktor – faktor penghambat dan faktor – faktor pendukung yang diperoleh dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah sebagai berikut : a. Faktor Penghambat. Dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah di PD BPR Bank Pasar Surakarta menemui berbagai hambatan, baik hambatan yang berasal dari dalam ( faktor intern ) maupun hambatan yang berasal dari luar (faktor ekstern). Berikut ini adalah faktor penghambat penerapan manajemen resiko kredit bermasalah pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta : a) Faktor Intern 1. Pegawai bagian pemasaran kredit PD. BPR Bank Pasar Surakarta dinilai masih kurang professional. Sehingga kurang mencapai apa yang diharapkan atau belum bisa mencapai target yang sudah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Bapak Subito, SE selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yakni : ” ...professionalitas dari pegawai – pegawai BPR masih harus perlu ditingkatkan lagi khususnya tentang pemasaran. Hal ini agar mampu maksimal dalam melakukan tugasnya. Perlu lagi ditingkatkan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman tentang pemasaran...” (Wawancara, 25 Januari 2011) commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Kurangnya budaya sadar resiko dikalangan pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Tujuan dari budaya sadar resiko adalah agar setiap pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta sadar resiko dan mengambil keputusan tertentu dengan mempertimbangan aspek resikonya. 3. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang operasional. Dalam penarikan angsuran pihak PD. BPR Bank Pasar Surakarta harus mendatangi langsung ke alamat debitur. Oleh karena itu perlu adanaya sarana dan prasarana penunjang yakni seperti sepeda motor. 4. Kurangnya kemampuan pegawai dalam mencari atau menggali informasi dari calon debitur, sehingga proses analisa kredit menjadi kurang akurat, seperti character calon debitur. Tahap identifikasi resiko yang kurang akurat tentu nantinya akan membawa dampak yang kurang baik pada tahap selanjutnya yakni tahap evaluasi dan pengukuran resiko kredit. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Subito, SE, yakni : ”...biasanya pegawai Bank Pasar dalam hal penerapan manajemen resiko itu kadang kurang akurat menganalisa calon debitur. Seperti terkait dengan sumber penghasilannya dan usaha yang nantinya akan dibiayai. Kemudian kurangnya konsekuen dari calon debitur sendiri. Awalnya mengajukan untuk usaha ini tapi setelah direalisasi ternyata malah untuk membayar sekolah anaknya dan lain sebagainya, namun hal ini tidak banyak cuma beberapa saja. Kan biasanya orang – orang yang mengajukan kredit UMKM itu kan orang kurang mampu dan tidak berpendidikan tinggi sehingga manajemen atau penggunaan uang dari kredit itu juga tidak bagus. Jadi analisa characternya itu terkadang kurang akurat begitu...” (Wawancara, 7 Februari 2011) b) Faktor Ekstern. commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Kurangnya sosialisasi produk kredit, sehingga kebanyakkan calon pemohon kredit kurang mengerti tentang syarat-syarat pengajuan kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Kaitannya dengan penerapan manajemen resiko di PD. BPR Bank Pasar Surakarta hal ini akan mempersulit proses identifikasi resiko kredit. Bapak Darmono salah seorang calon debitur di PD. BPR Bank Pasar Surakarta memberikan pernyataan sebagai berikut : ” Sebelum saya datang langsung ke BPR saya sama sekali tidak tahu bagaimana cara mengajukan kredit dan apa saja syarat yang harus dibawa. Sehingga saat mengajukan permohonan kredit, saya harus bolak – balik ke BPR untuk melengkapi syarat-syarat pengajuan kredit disana. Hanya untuk melengkapi syarat-syarat awal permohonan kredit saja sudah menghabiskan waktu relatif lama.” (Wawancara, 25 Januari 2011) 2. Kurangnya kesadaran
debitur bermasalah
dalam menyelesaikan
tunggakan kreditnya, sehingga kredit bermasalah semakin meningkat yang akan mempersulit tahap pengelolaan resiko kredit dalam proses penerapan manajemen resiko kredit bermasalah / NPL di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
b. Faktor Pendukung. Faktor – faktor yang mendukung dan mempermudah proses penerapan manajemen resiko kredit bermasalah pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Faktor – faktor pendukung terdiri dari faktor intern yaitu faktor pendukung yang berasal dari dalam dan faktor ekstern yaitu faktor pendukung yang berasal dari luar. Faktor – faktor tersebut antara lain : commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Faktor Intern. 1. Modal yang dimiliki oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta seluruhnya berasal dari Pemerintah Kota Surakarta, sehingga PD. BPR Bank Pasar Surakarta mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Surakarta terutama dalam pelayanan kredit. 2. Adanya tenaga operasional yang terjun ke pasar – pasar atau ke alamat debitur sudah memadai. Tenaga operasional ini juga mempunyai peranan penting dalam penarikan angsuran pokok/bunga dari para debitur. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Bapak Subito, SE selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Pernyataannya adalah sebagai berikut : ”...tenaga operasional di BPR yang bertugas untuk menarik angsuran dari debitur sudah cukup memadai. Tenaga operasional ini juga mempunyai peranan penting dalam mendukung kelancaran suatu kredit, karena dalam menarik angsuran dari debitur juga diperlukan kesabaran dan ketelatenan serta selalu berupaya agar debitur tidak melalaikan kewajibannya untuk selalu membayar angsuran tepat waktu...” (Wawancara, 25 Januari 2011) 3. Adanya pos – pos pelayanan yang ada di setiap pasar di Kota Surakarta. Pos – Pos pelayanan yang didirikan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta ini
diharapkan
mampu
membantu
dan
mempermudah
dalam
penyampaian atau pemasaran kredit, dan juga mempermudah debitur dalam pengembalian kredit. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Ibu Sariwarni Penta, Selaku Kepala Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia di PD. BPR Bank Pasar Surakarta,yaitu : ”...BPR Bank Pasar mempunyai banyak pos – pos pelayanan di to user pasar – pasar di commit Surakarta, antara lain Pos Pelayanan Cabang
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
Pembantu Pasar Gedhe, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Legi, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Nongko, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Klewer, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Jongke, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Kadipolo. Pos – pos ini nantinya akan membantu BPR dalam penyampaian kredit serta dapat digunakan sebagai tempat pembayaran angsuran. Pos – pos ini didirikan untuk membantu mempermudah masyarakat dalam kaitannya dengan kredit...”
Pernyataan di atas juga didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Subito, yaitu : ”...Bank Pasar punya sejumlah pos – pos yang ada di pasar – pasar di Kota Surakarta. Pos – pos itu bisa membantu masyarakat dalam memperoleh kredit di Bank Pasar...” (Wawancara, 25 Januari 2011) 4. Adanya budaya kekeluargaan yang kuat di PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang kemudian di terapkan oleh semua pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta sehingga pelaksanaan penerapan manajemen kredit dapat lancar mulai dari identifikasi resiko, evaluasi & pengukuran sampai dengan pengelolaan resiko. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang telah disampaikan Bapak Subito, yaitu : ”...di BPR Bank Pasar lebih mengutamakan pendekatan kekeluargaan dalam segala aspek penerapan manajemen resiko. Seperti sangat terlihat dari proses penagihan kredit, disitu petugas menagih dengan pendekatan kekeluargaan sehingga hasilnya pun bisa maksimal. Beda kalau tidak menggunakan pendekatan kekeluargaan seperti menagih melalui deep collector seperti itu misalnya,hasilnya malah justru kurang bagus...” (Wawancara, 7 Februari 2011) b) Faktor Ekstern. 1. PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan bank milik Pemerintah Kota Surakarta, sehingga mempunyai cakupan usaha yang cukup luas, yaitu user 51 kelurahan. Dengan luasnya di Surakarta ada lebih commit dari 38topasar,
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cakupan usaha yang dimiliki BPR maka BPR mempunyai kesempatan yang besar dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat menengah kebawah. 2. Adanya keterbukaan dan kejujuran dari para calon debitur dalam pengajuan kredit serta informasi – informasi yang diberikan kepada PD. BPR Bank Pasar Surakarta, sehingga mempermudah penerapan manajemen resiko NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Bapak Subito, SE yaitu : ”...kebanyakan yang mengajukan kredit di BPR adalah orang – orang yang berpenghasilan rendah atau dalam kategori ekonomi menengah ke bawah, dan biasanya orang – orang dari golongan menengah kebawah itu orangnya jujur – jujur, tidak pandai menipu, orang – orangnya bisa dikatakan lugu jadi dalam pemberian informasi itu benar adanya...” (Wawancara, 25 Januari 2011) 3. Adanya kerjasama yang baik antara PD. BPR Bank Pasar Surakarta dengan Lembaga – Lembaga Hukum yang terkait dengan penyelesaian kredit bermasalah.
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan pada bab VII (empat) yang membahas hasil penelitian tentang penerapan manajemen resiko kredit bemasalah (Non Performing Loan/NPL) pada kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta pada tahun 2009, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam upaya penerapan manajemen resiko kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) diterapkan ke dalam 3 tahap, yaitu tahap identifikasi resiko, tahap evaluasi & pengukuran resiko, dan tahap pengelolaan resiko. Ketiga tahap tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tahap Identifikasi Resiko. Tahap identifikasi resiko di mulai saat calon debitur mengajukan permohonan kredit yang di tertuang dalam formulir aplikasi beserta data – data yang disertakan sampai dengan permohonan itu diterima atau ditolak. Dari formulir aplikasi dan data – data pengajuan tersebut di lakukan wawancara dengan calon debitur dalam analisis kredit yang berpedoman dengan prinsip 5’C yaitu Character, Capacity, Collateral, Capital dan Condition of economy. Setelah itu dilakukan cross check dengan berbagai sumber terkait informasi yang berhubungan dengan calon debitur. Analisis commit to user kredit juga menilai kelayakan usaha yang akan dibiayai atau jenis usaha
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang akan diajukan kredit serta pengecekan agunan. Dari langkah – langkah tersebut maka permohonan kredit calon debitur akan diterima atau ditolak dengan persetujuan direksi. 2. Tahap Evaluasi dan Pengukuran Resiko. Penerapan manajemen resiko NPL tahap kedua pada kredit UMKM adalah tahap evaluasi dan pengukuran resiko. Pada tahap ini akan diukur kualitas dari suatu kredit. Pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta tahun 2009 tahap evaluasi dan pengukuran resiko berjalan dengan lancar. Hal ni dibuktikan pada tahun 2009, dari bulan ke bulan jumlah kredit yang termasuk kedalam NPL dalam ditekan sehingga jumlahnya selalu menurun. 3. Tahap Pengelolaan Resiko. Tahap pengelolaan kredit terdiri dari dua langkah yakni pembinaan kredit dan penyelamatan & penyelesaian kredit. Pembinaan kredit dan penyelamatan & penyelesaian kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta dapat berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan secara optimal. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Pembinaan kredit yang dilaksanakan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta telah berjalan dengan baik sehingga mampu menekan jumlah debitur bermasalah / NPL. Tujuan pembinaan kredit telah tercapai, yaitu agar debitur segera memenuhi tanggung jawabnya sehingga tidak terjadi tunggakan yang akan merugikan PD. BPR Bank Pasar Surakarta. commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Tindakan preventif dalam proses penyelesaian dan penyelamatan kredit yang dilakukan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta berjalan efektif, sehingga debitur lancar dapat dicegah agar tidak menjadi Kredit Bermasalah / NPL. 4. Faktor Penghambat. Dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah / NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta menemui beberapa faktor penghambat baik yang berasal dari faktor intern maupun ekstern, yaitu antara lain : a. Faktor Intern. Salah satu faktor intern yang menghambat adalah pegawai kredit PD. BPR Bank Pasar Surakarta dinilai masih kurang professional terutama tentang pemasaran kredit. b. Faktor Ekstern. Salah satu faktor ekstern yang menghambat adalah kurangnya sosialisasi produk kredit, sehingga kebanyakkan calon pemohon kredit kurang mengerti tentang syarat-syarat pengajuan kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. 5. Faktor Pendukung. Dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah / NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta menemui beberapa faktor pendukung baik yang berasal dari faktor intern maupun ekstern, yaitu antara lain :
commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Faktor Intern. Beberapa faktor intern yang mendukung adalah : 1) Adanya tenaga operasional yang terjun ke pasar – pasar atau ke alamat debitur sudah memadai untuk penarikan / penagihan angsuran. 2) Adanya pos – pos pelayanan yang ada di setiap pasar di Kota Surakarta. 3) PD. BPR Bank Pasar Surakarta mengedepankan pendekatan kekeluargaan sehingga mempermudah dan mendukung penerapan manajemen resiko kredit bermasalah. b. Faktor Ekstern. Beberapa faktor ekstern yang mendukung adalah : 1) Adanya keterbukaan dan kejujuran dari para calon debitur dalam pengajuan kredit serta informasi – informasi yang diberikan kepada PD. BPR Bank Pasar Surakarta, sehingga mempermudah penerapan manajemen resiko NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. 2) Adanya kerjasama yang baik antara PD. BPR Bank Pasar Surakarta dengan Lembaga – Lembaga Hukum yang terkait dengan penyelesaian kredit bermasalah.
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. SARAN. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, saran dari penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk lebih meningkatkan kualitas penerapan manajemen resiko kredit bermasalah / NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta perlu adanya seminar, pendidikan dan latihan ( training ) khususnya tentang pemasaran kredit bagi pegawai di PD. BPR Bank Pasar Surakarta sehingga dalam pemasaran kredit dapat optimal. 2. Hendaknya perlu ditingkatkan tentang sosialisasi produk kredit sehingga calon debitur tidak
lagi menemui kesulitan untuk mengajukan
permohonan kredit, seperti adanya papan pengumuman yang menjelaskan syarat- syarat dan cara mengajukan kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta baik dalam kantor PD. BPR Bank Pasar Surakarta atau diluar bank sehingga calon debitur tidak lagi harus datang berkali – kali hanya untuk melengkapi syarat – syarat pengajuan kredit. 3. PD. BPR Bank Pasar Surakarta hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana penunjang operasional yang memadai dalam upaya penerapan manajemen resiko, seperti adanya sepeda motor yang dapat membantu terkait dengan proses penarikan angsuran kredit kepada debitur.
commit to user