Disaln, Lokasi dan Waktu
Penelitian ini menggunakan disain kuasi eksperimental, yakni pengacakan hanya dilakukan terhadap sekolah untuk masu k kelompok perlakuan (kontrol
atau intervensi) tertentu. Sedangkan anak pada sekolah yang sama mendapat
perlakuan yang sama. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Propinsi
Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebut dipilih secara purposif dengan bebrapa pertimbangan. diantaranya merupakan desa 1DT. wilayah binaan proyek Community Health and Nutrition-Ill (CHN-Ill); pemah menjadi lokasi studi identifikasi, formulasi, dan pengukuran preferensi makanan kudapan asal daerah setempat; dan di daerah tersebut telah dilaksanakan PMT-AS sejak tahun
199611997. Pengambilan data dilaksanakan pada periode bulan Mei 2002
-
Maret 2003. Teknik Penarlkan Contoh
Pemilihan kecamatan sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposif berdasarkan data penelitian pendampingan PMT-AS sebelumnya, yaitu Kecamatan Cibungbulang dan Leuwiliang.
Selanjutnya, untuk mengetahui
kondisi sosialekonomi, dilakukan pengarnbilan data dasar pada sekolah-sekolah
dasar yang terpilih dengan rnernpertimbangkan jumlah siswa dan kemudahan akses. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pengambilan data dasar dilakukan di 4 SO (SDN Cibatok 2, SDN Cibatok 5, MI Mathlaul Anwar dan SDN Cemplang 3) di Kemmatan Cibungbulang dan 4 SD (SDN Karyasari 2, MI Curug 2, SON
Melati dan MI PUI) di Kecamatan Leuwiliang.
Berdasarbn hasil pengambilan data dasar, dengan mernpettimbangkan kondisi sosialekonomi keluarga, dipilih SDN Cibatok 2 dan MI Mathlaul Anwar
(Kecamatan Cibungbulang) dan SDN Karyasari 2 dan MI Curug 2 (Kecamatan Leuwiliang) sebagai tempat penelitian kbih lanjut.
Penentuan SO yang
ditetapkan sebagai kelompok kontrol dan kelompok intervensi di setiap kecamatan dilakukan secara acak.
Berdasarkan hasil pengacakan, SDN
Cibatok 2 dan MI Cuwg 2 sebagai kelompok intervensi dan MI Mathlaul Anwar
dan SDN Karyasari 2 sebagai kelompak kontrol.
Contoh adalah murid SD kelas 6 dan 5 yang ada di sekolah tersebut, dewan pertimbangan mereka sudah lancar membaca dan menulis, serta sudah wkup umur untuk diambil darahnya guna pengukuran kadar glukosa darah. Hb dan Ht.
Untuk menjaga distribusi kemampuan akademik anak, siswa yang
memiliki kemampuan akademik 10 persen teratas dan 10 persen terbawah tidak dijadikan contoh pada penelitian ini. Karena jumlah siswa kelas 5 dan 6 dari SD di Kecamatan Leuwiliang yang memenuhi persyaratan menjadi contoh kurang
dad jumlah yang diharapkan, beberapa siswa kelas 4 di SD ini dipilih menjadi contoh untuk memenuhi jumlah siswa yang diharapkan.
Penetapan jumlah
contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus berikut
(Lernershow. Hosmer, Klar & Lwanga 1990) :
I
I
Keterangan : n, = Jumlah contoh Z = Nilai Z pada taraf kepercayaan 95% p = Proporsi anak yang defisit energi didekati dari prevalensi anemia dari penelitian sebeiumnya yajtu sebesar 40% d = Estimasi derajat ketelitian (10%)
Jika dalam penelitian ini digunakan nilai Z pada taraf kepercayaan 95% = 1.962, p = 40% dan d = 0.10, maka jumlah contoh minimal yang dibutuhkan adalah sebesar :
7.962 (0.4) (0.6)
no =
= 92 .) n 2 92 contoh per perlakuan atau 0.102
Total contoh
= 2 x 9 2 = 184anak
Dengan demikian, jumlah contoh pada penelitian ini, yakni sebesar 184 anak adalah sudah memenuhi jumlah minimal contoh yang diperlukan. Untuk
mengantisipasi adanya 'missing" data, contoh dalam penelitian ini bejumlah 200 orang (50 orang setiap SD).
Bagan pemiiihan lokasi dan contoh penelitian
disajikan pada Gambar 9. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan SDlMl disajikan pada Tabel 3.
Kabupaten Bogor I
SDN Cibatok 2
50 anak
MI Mathlaul Anwar
1
SDN Karyasari 2
50 anak
MI Curug 2
50 anak
50 anak
Kontrol
Gambar 9 Bagan pemilihan lokasi dan contoh. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan SDIMI No.
SDIMI
Total Ket : L = Laki-Laki; P = Perempuan
Intewensi
Kontrol
L
P
L+P
L
P
L+P
56
44
100
51
49
100
Jenis dan Pemberian lntervensi Pada kelompok intervensi, anak SD yang menjadi contoh penelitian ini diberi makanan kudapan yang mengandung energi 381.7 kkal dan protein 5.0 gram pada saat pengukuran kadar glukosa darah dan daya ingat. Makanan kudapan yang diberikan adalah hasil formulasi makanan kudapan setempat yang merupakan hasil penelitian sebelumnya (Hardinsyah, Pranadji, Kustiyah, Marliyati & Retnaningsih 1998). Sedangkan anak SD yang menjadi contoh pada kelompok kontrol tidak diberi makanan kudapan. Pemilihan jenis makanan kudapan tersebut didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu memenuhi syarat gizi PMT-AS (mengandung energi sebesar 300 kkal dan 5 g protein), disukai anak-anak. dapat dihabiskan sekali makan dan ,
tidak mudah basi. Buras dipilih dari 20 jenis makanan kudapan yang telah diformulasi di Propinsi Jawa Barat (Hardinsyah et al. 1998). Selain kudapan untuk intervensi, ada juga kudapan yang diberikan beberapa hari sebelum pemberian kudapan intervensi yang disebut dengan kudapan adaptasi. Pemberian kudapan adaptasi ini diharapkan dapat membuat anak menyesuaikan diri dengan kudapan hasil formulasi walaupun jenisnya berbeda. Selain itu, dengan adanya kudapan adaptasi diharapkan dapat membiasakanl menyiapkan contoh agar bisa mengikuti protokol penelitian sehingga proses bejalan seperti yang direncanakan karena contoh sudah lama tidak mendapatkan kudapan PMT-AS.
Untuk mengetahui tingkat kesukaan anak terhadap makanan kudapan adaptasi dan intervensi, maka kepada contoh yang berada di kelompok intervensi dibagikan formulir isian yang berisi enam pilihan jenis kudapan yang dipilih daril20 kudapan hasil formulasi. Sedangkan 14 jenis kudapan lainnya belurn memenuhi syarat gizi kudapan PMT-AS. yakni kandungan energi masih
kurang dari 300 kkal meskipun kandungan protein sudah memenuhi syarat gizi tersebut.
Kudapan tersebut adalah combro, risoles, onde-onde, gandasturi,
lemet dan buras.
Keenam jenis makanan kudapan tersebut dipilih dengan
pertimbangan sudah memenuhi syarat gizi makanan kudapan (300 kkal energi dan 5 g protein), relatif mudah cara pembuatannya dan relatif tidak mudah basi.
Selain itu, anak-anak juga dimintakan untuk merangking makanan kudapan yang mereka pilih dari mulai yang paling disukai. Pembobotan dilakukan dengan cara mengambit 3 peringkat tertinggi dari
hasil survei tingkat kesukaan anak terhadap enam jenis makanan kudapan.
Dengan demikian diperoleh 3 jenis kudapan pilihan, sedangkan 3 peringkat
terbawah diabaikan. peringkat.
Kemudian makanan kudapan terpilih dibobot menurut
Untuk pilihan peringkat pertama dikalikan 3, peringkat kedua
dikalikan dua dan peringkat ketiga dikalikan satu.
Selanjutnya skor masing-
masing kudapan dijumlahkan menjadi skor per sekolah, lalu untuk memperoleh
hasil secara umum skor kedua sekolah intervensi dijumlahkan.
Dengan
demikian, akan diperoleh skor total untuk masing-masing jenis makanan kudapan. Skor masing-masing jenis makanan kudapan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Skor kesukaan makanan kudapan Sekolah
Peringkat
SDN Cibatok 2
1
2 3 Total 1 2 3 Total 1
MI Curug 2
Total
2 3 Total
Makanan Kudapan Combro Risoles Onde-Onde Gandasturi 105 63 42 42 20 58 20 62 24 19 13 24 149 140 75 128 9 84 36 36 0 14 34 50 4 72 7 10 13 110 77 96 114 147 78 78 20 72 54 I 12 28 31 20 34 152 224 162 250
Lemet Bums 9 84
2
66
5 16 3
36 186 12 24 24
0
3
6 12 2 8 22
60 96 90 60 246
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa tiga jenis makanan kudapan yang mendapat skor kesukaan tertinggi adalah risoles, gandasturi dan buras. Risoles
dan gandasturi diberikan sebagai makanan kudapan adaptasi di SD intervensi. Sedangkan buras diberikan sebagai makanan kudapan intervensi karena pada I
saat pemberiannya dilakukan pengukuran kadar glukosa darah dan daya ingat
contoh.
Dengan demikian, pmberian kudapan pada kelompok intervensi
dilakukan sebanyak tiga kali (2 kali adaptasi dan 1 kali intervensi) selama satu minggu atau dua hari sekali. Matriks pemberian makanan kudapan adaptasi dan intervensi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Matriks pemberian makanan kudapan adaptasi dan intervensi Ketompok Perlakuan
Intervensi
Hari ke : 1
2
3
4
5
6
7
A1
-
A2
-
A3
-
Ket : A1 dan A2 : kudapan adaptasi; A3 : kudapan intewensi Tidak diberikan kudapan
-
Buras, yang merupakan makanan kudapan intervensi dan akan diukur psnganrhnya terhadap perubahan kadar glukosa darah dan daya ingat contoh dianggap perlu untuk diformulasi ulang karena ukurannya yang relatif besar untuk memenuhi syarat gizinya, sehingga dikhawatirkan anak tidak mampu rnenghabiskannya.
Oleh karena itu, buras yang pada awalnya berisi tahu dan
sayuran diganti dengan daging ayam dan sayuran.
Dengan reformulasi ini,
maka meskipun setiap pemberian tetap, namun per potongnya adalah relatif lebih kecil sehingga bisa dihabiskan oleh contoh. Resep kudapan adaptasi dan
intervensi (sebelurn dan setelah diformulasi ulang) disajikan pada Lampiran 1. Makanan kudapan yang dibagikan kepada contoh dimasak oleh ibu-ibu PKK yang biasa memasak kudapan PMT-AS.
Ibu-ibu tersebut mendapat
pelatihan cara pembuatannya, sehingga diharapkan kudapan yang dibuat memiliki kandungan energi dan protein serta ukuran yang sesuai dengan standar. Jenls dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder.
Data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan
contoh dan ibunya terdiri dati data status sosial ekonomi keluarga, pola makan contoh dan keluarga, keb'iasaan jajan dan sarapan contoh, riwayat kesehatan contoh dan pengetahuan gizi ibu. Jenis data primer lainnya yang dikumpulkan meliputi keadaan antropometri (berat dan tinggi badan), record konsumsi pangan
selama 7 hari, kadar Hb, kadar Ht, kadar glukosa darah dan daya ingat contoh. Selanjutnya dilakukan juga analisis t a t gizi terhadap makanan kudapan baik adaptasi maupun intervensi yang diberikan kepada contoh. Pengambilan darah
serta analisis kadar Hb, Ht dan glukosa darah contoh dilakukan oleh tenaga ahli dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan (Puslitbang Gizi dan Makanan), Departemen Kesehatan RI di Bogor. Indikator, sasaran dan
metode pengurnpulan data secara rinci disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Indikator, sasaran dan metale pengukuran penelitian No. 1
2
3 4
5
6
Indikator Karakteristik Keluarga : J Status sosial ekonomi keluarga 4 Pola makan contoh dan keluarga J Kebiasaan jajan dan sarapan contoh J Pengetahuan gizi
Ibu
Wawancara
Ibu
Contoh Ibu
Antropometri - Berat Badan (kg) - Tinggi Badan (cm) R e e d konsumsi pangan seiarna 7 hari
Contoh Contoh Contoh
Analisis zat gizi terhadap makanan kudapan : - Kadar protein - Kadar lemak - Kadar karbohidrat Pengukuran darah : - Kadar glukosa
-
- Kadar Hb
Contoh
- Kadar Ht
Contoh Contoh
Daya ingat contoh
Metode Pengukuran
Sasaran
Contoh
Timbangan digital : ketelitian 0.1 kg Microtoise: ketelitian 0.1 cm Estimated food m r d (Gibson 1990)
AOAC (1995) AOAC (1995) AOAC (1995) Secara in v h dengan alat G~ucometerPrecision Plus Metode Cyanmethemoglobin (INACG 1985) Tortora & Anagnostakos (1990) Nelson (1979)
secar; urnurn, penelitian ini dibagi dalam dua tahapan, yakni penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan rnenmkup kegiatan pengukuran antropometri, pengumpulan data
kebiasaan sarapan pagi,
pengumpulan data kata-kata yang umum dikenal dan familiar di kalangan contoh serta pengamatan kondisi lingkungan rumah dan lingkungan sekolah serta aktivitas sehari-had yang biasa dilakukan oleh contoh yang akan digunakan untuk membuat perangkat pengukuran daya ingat.
Sebelum pelaksanaan penelitian, orang tua anak SD yang menjadi contoh diberi penjelasan dan selanjutnya diminta persetujuannya dengan cara
menandatangani lembar persetujuan (informed consent) untuk mengikutsertakan putralputrinya pada penelitian ini.
Pengumpulan Data Kebiasaan Sampan Pengurnpulan data kebiasaan sarapan pagi dilakukan dengan cara contoh diminta mengisi formulir yang berisi pertanyaan kegiatan apa saja yang mereka lakukan setelah bangun tidur hingga masuk sekolah.
Dari jawaban yang
diberikan, maka dapat disimpulkan apakah mereka sarapan atau tidak. Data
sarapan pagi diperlukan selain untuk mengetahui kebiasaan sarapan, juga .karma pada saat pengukuran daya ingat dan pengambilan darah contoh (kelompok kontrol dan intervensi) akan dikondisikan tidak makan apapun dan tidak minum yang manis di rumah atau jajan di rumah dan sekolah. Untuk memotivasi contoh, kepada rnereka diinforrnasikan tentang adanya makan bersama yang dilakukan setelah pengukuran selesai.
Pengukuran Antropometrl Pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) untuk menentukan status gizi contoh yang akan dijadikan sebagai acuan pemilihan contoh. Secara rind, protokol pengukuran berat badan dan tinggi badan disajikan pada Lampiran 2.
Pengukuran Biokimia Darah Pengambilan darah contoh pada kelompok intervensi dilakukan sebanyak dua kali, yakni masing-masing setelah pengukuran daya ingat. Pada saat pengambilan darah yang pertama, selain untuk mengukur kadar glukosa darah yang menggunakan Glucometer Precision Plus (Lampiran 4), dilakukan pula pengukuran kadar Hb dan Ht contoh. Pengukuran kadar Hb dilakukan dengan
metode cyanmethemoglobin (INACG 1985) dan penentuan Ht dilakukan dengan cara mernbandingkan panjang kumpulan sel darah merah dibagi dengan panjang total (Tortora & Anagnostakos 1990). Pemberian makanan kudapan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB.
Waktu pengambilan darah yang sama dilakukan pada kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak mendapat kudapan. Contoh (kelompok kontml dan intervensi) dikondisikan tidak sarapan, tidak minum manis dan tidak jajan hingga pengukuran darah selesai dilakukan. Waktu luang antar pengarnbilan darah diisi dengan permainan di kelas, sehingga aktifitas contoh dapat tetap dikontrot.
Pengukuran Daya lngat Menurut Lindsay dan Norman (1977), ada dua metode dasar yang dapat digunakan untuk mengukur daya ingat, yaitu mengingat kembali (mcaII) dan mengenali kernbali (recognition). Dalam penelitian ini ada dua alat bantu yang digunakan untuk mengukur daya ingat contoh, yaitu daftar kata dan gambar. Daftar kata yang terdiri dari enam (6) buah kata, digunakan untuk mengukur
daya ingat contoh dengan metode recall. Metde mall yang digunakan adalah free recall, yakni contoh tidak haws merecall daftar kata secara berurutan (serial
recall). Sedangkan gambar dipakai untuk mengukur daya ingat contoh dengan metode -nition. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran daya ingat contoh secara eksplisit (explicit memory fask), yakni contoh diminta untuk mmperhatikan stimulus (daftar kata dan gambar) dan dibritahu bahwa kemudian mereka diminta untuk mendiskan apa saja yang telah mereka lihat sesuai dengan stimulus yang diberikan.
Untuk membuat daftar kata yang digunakan dalam pengukuran daya ingat terhadap kata, maka dilakukan survei tentang kata-kata yang umurn dikenal dan
familiar di kalangan contoh. Untuk itu, tahap pertama yang dilakukan adalah meminta kepada siswa untuk rnemilih topik dari dafiar topik yang dibagikan
kepada contoh dengan cara memberi tanda
4 pada topik yang menurut contoh
paling dikenal atau diketahui jika nanti diminta untuk menyebutkan jenisjenisnya. Adapun topik-topik yang ditawarkan adalah nama kota, nama pulau, nama ibukota propinsi, nama bunga, nama buah, nama negara, nama perlengkapan makan, nama kudapanlmakanan jajanan, nama alat tulis, jenis olah raga dan hubungan kekerabatan.
Berdasarkan survei awal ini, maka
diperoleh tujuh (7) topik yang paling dikenat, yaitu nama bunga, buah, makanan kudapan, kota dan negara serta jenis olah raga dan hubungan kekerabatan. I
Survei berikutnya dilakukan dengan cara memberikan daftar topik tersebut, yaitu
tujuh (7) topik, kepada contoh dan selanjutnya contoh diminta untuk menuliskan jenis-jenis dari setiap topik tersebut sebanyak mungkin. Dari sunrei kedua ini, diketahui bahwa terdapat enam topik yang paling banyak dikenal oleh contoh. Oleh karena itu. daftar kata yang dibuat terdiri dari enam (6) buah kata yang
disusun secara acak tetapi konsisten susunadurutannya untuk setiap daftar kata yang dibuat. Penggunaan daftar kata. bukan kombinasi konsonan, didasarkan
pada pendapat Ebbinghaus (1964) yang menyatakan bahwa materi yang tidak b e r m a h adalah sembilan (9) kali lebih sulit untuk dipelajari daripada materi
yang k m k n a . Sejalan dengan penyusunan daftar kata, pernbuatan gambar juga diawali dengan survei kondisi lingkungan contoh di sekdah maupun di rumah serta aktifitas yang biasa dilakukan di sekolah maupun di rumah. Selanjutnya
dilakukan pembuatan gambar dan dilakukan uji coba kepada contoh untuk mengetahui seberapa besar contoh mengenali gambar yang disajikan dengan cara menuliskan apa saja yang mereka lihat di gambar. Dari uji coba ini ternyata
ada beberapa ha1 yang menurut mereka kurang jelas perbedaan antar benda yang terdapat pada gambar, misalnya antara tanah dan rumput atau antara
kambing dan kerbau. Berdasarkan uji coba ini kemudian dibuat empat buah gambar yang beibeda dengan gambar yang diujicobakan. Pembuatan gambaf didasarkan pada kondisi setempat dan sesuai dengan aktivitas yang biasa dilakukan dan sedapat mungkin dihindari hal-ha1 yang kurang jelas perbedaan antar benda yang ada dalam gambar tersebut. Pembuatan perangkat pengukuran daya ingat meliputi daftar kata dan
gambar.
Daftar kata yang digunakan terdiri dari 6 kata pada setiap kali
pengukuran daya ingat.
Secara keseluruhan ada 4 set daftar kata yang
digunakan. Pengukuran daya ingat ini (kata dan gambar) ditakukan masingmasing dua kali pada kelompok kontrol dan intervensi, yakni pengukuran I pada jam 09.00 WIB dan pengukuran II pada jam 11.00 WIB. Protokol pelaksanaan pengukuran daya ingat terhadap kata dan gambar disajikan pada Lampiran 3.
Pengawasan Mutu Data Sebel~m memasuki penelitian utama, dilakukan uji coba kuesioner (terutarna record konsumsi), pengukuran antropometri (BE dan TB), kadar Hb, kadar Ht, kadar glukosa dan daya ingat contoh pada salah satu SD di Bogor
yang bbkan contoh. Dengan uji coba ini diharapkan data yang diperoleh dari mntoh yang sebenamya akan terkontrol kualitasnya dengan perangkat dan alat yang tingkat presisi dan akurasinya sesuai dengan yang diharapkan. Pengukuran Konsumsi Untuk rnengetahui konsumsi contoh pada hari intervensi dan bukan hari intewensi dilakukan dengan cara estimafed food record (Gibson 1990). Untuk mendapatkan data konsumsi makanan dimulai dengan membagikan fomulir
untuk mencatat jenis makanan dan jumlahnya (URT) sejak bangun tidur di pagi hari hingga sebeium tidur di malam hari. Untuk SD intervensi pencatatan konsumsi adalah tiga hari ada intervensi dan empat had tanpa intenrensi termasuk hari minggu. Sedangkan untuk kelompok kontrd selama tujuh hari
termasuk tidak diberi kudapan intervensi dan hari minggu. Formulir isian dibagikan setiap hari dan diawali pada hari Sabtu sambil mengingatkan untuk membawanya esok harinya. Setiap kali mntoh mengumpulkan formulir record konsumsi makannya, selalu dilakukan pengecekan ulang isian contoh. Contoh sebelumnya telah dilatih bagaimana cara mengisi record konsumsi/makan dan ukuran mmah tangga (URT) yang biasa mereka gunakan di rumah. Pengukuran Antropometri Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.1 kg. Untuk mengukur tinggi badan digunakan
rni~~~foise dengan ketelitian 0.1 cm. Uji standarisasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui presisi dan akurasi observer dalam melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan mntoh. Pengukuran dilakukan dua kali dengan selang waktu yang tidak lama antara pengukuran pertama dan kedua. Yang dijadikan sebagai standar adalah supervisor. Yang dimaksud dengan pengukuran yang merniliki presisi yang baik adalah kemampuan untuk mengulang pengukuran pada subyek yang sama
dengan variasi minimum. ldealnya variasi sama dengan no1 baik untuk
supervisor maupun observer. Sedangkan pengukuran dengan akurasi tinggil baik akan diperoleh jika observer mendapatkan sebuah ukuran yang sama dengan atau mendekati supervisor. Dari uji coba diperoleh hasil bahwa observer yang digunakan memiliki
presisi dan akurasi yang memuaskan dalam metaksanakan pengukuran dan telah memenuhi ketentuan WHO (1983). Pengukuran Biokimia Darah
Uji coba pengukuran kadar Hb dan Ht contoh dilakukan juga untuk mengetahui akurasi alat dan metode yang digunakan.
Uji coba dilakukan
terhadap 20 anak sekolah dari SO yang berbeda dengan SD contoh dan ada tiga laboratorium yang melakukan analisis tersebut. Pada pengukuran glukosa darah juga dilakukan uji coba dengan
menggunakan dua uji yang berbeda, yakni dengan alat Glucometer Precision
Plus (Gambar 10) dan analisis laboratorium. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kedua alat ukur yang digunakan, yang berarti Glucometer Precision Plus memiliki tingkat akurasi yang memuaskan.
Beberapa keunggulan Giucometer Precision Pius adalah membutuhkan sampel darah yang relatif sedikit, yaitu 5 pL, hasil pengukuran tidak dipengaruhi oleh
sentuhan pada strip uji dan bukti akurasi klinis yang tinggi, yaitu 98 persen. Selain itu, dari hasil penetitian pendahuluan terhadap 20 anak SD rnenunjukkan
bahwa hasil pengukuran adalah tidak berbeda nyata secara statistik dengan hasil analisis taboratorium yang dilakukan oleh tenaga ahli dari Puslitbang Gizi, Departernen Kesehatan RI di Bogor.
I
Garnbar 10 Glucometer precision plus. Pengukuran Daya lngat Uji coba pengukuran daya ingat dilakukan pada 4 SD contoh dengan tujuan untuk mengenalkan uji tersebut kepada contoh SD serta untuk mengetahui kisaran waktu penyajian dan waktu yang dibutuhkan contoh untuk
menjawab. Berdasarkan hasil uji coba, ditetapkan waktu penayangan dan pembacaan untuk daya ingat terhadap kata adalah 9 detik dan penayangan
gambar adalah 45 detik saat pengukuran yang sebenamya. Pembacaan dilakukan tanpa penekanan, dimana suara dibuat sedatar mungkin.
Pengolahan dan Anallsis Data Data yang diperoleh dklah dengan rnenggunakan paket program SPSS (Statistical Pmduct and Service Solution), Microsoft Excel dan Food Pmcessor.
Tahapan proses pengolahan data yang dilakukan adalah editing, coding, entry data, cleaning data, tabulasi dan analisis statistik.
Pengolahan dan analisis
data didasarkan pada ukuran contoh yaitu sebanyak 184 contoh .
Konsumsi Zat Glri
Data dari hasil food record selama 7 hari digunakan untuk menghitung konsumsi rat gizi yang dikonversikan ke dalam bentuk energi dan zat gizi lainnya, yaitu karbohidrat, protein, lemak, besi, seng dan vitamin C dengan
menggunakan Daftar Komposisi Zat Gizi Makanan. Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994): Kgij = (Bj1100) x Gij x (BDDj/lUO)
Keterangan: Kgij = kandungan zat gizi -i dalam bahan makanan -j = berat makanan -j yang dikonsumsi (gram) Bj = kandungan zat gizi -i dalam 100 gram BDD bahan makanan -j Gij BDDj = bagian bahan makanan -j yang dapat dimakan Tingkat kecukupan energi dan protein dihitung dengan membandingkan konsumsi energi dan protein individu dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan per orang per hari (Hardinsyah & Martianto 1988). Selanjutnya tingkat
kecukupan zat gizi dikategorikan cukup jika bernilai z 70 persen dan kurang jika bernilai < 70 persen dari AKG (Latief, Atmarita, Minarto, Basuni 8 Tilden 1998). I
Penghitungan kandungan energi (kkal) makanan kudapan dilakukan
dengan cara menjumlahkan 4x (kadar karbohidrat dalam gram) + 4x (kadar protein,dalam gram) + 9x (kadar lemak dalam gram).
Status Gizi Antropometri
Data hasil pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diolah untuk menentukan nilai 2-skor. Ada tiga nilai 2-skor yang ditentukan, yaitu Z-
skor berdasarkan berat badan menurut umur (BBIU), Z-skor berdasarkan tinggi
W
n menurut umur (TBI1J) dan 2-skor berdasarkan berat badan menurut tinggi
badan (BWB).
Penentuan Z-skor tersebut didasarkan pada rujukan WHOINCHS. Nilai Z-
skw masing-masing anak dihitung dengan menggunakan rumus (Gibson 1990) sebagai berikut :
Nilai individu - Nlai median populasi rujukan Z-skor =
Nilai standar deviasi populasi rujukan
Hasil penentuan 2-skor terhadap masing-masing individu kemudian
dibandingkan dengan distribusi baku rujukan WHOlNCHS (1983) dengan titik batas (cut-offpoint)2-skor adalah -2. Klasiftkasi status gizi berdasarkan nilai Zskor secara lengkap disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Klasifikasi status gizi berdasarkan 2-skor menurut standar WHO-NCHS (Jahari et al. 2000) Lndikator BB/U
TWU
BB/TB
Kriteria GiziLebih Gizi Baik Gizi KuranglUnderweight Gizi BuruWSevere Underweighf Normal PendeklSfunted Gemuk Normal Kurus/Wasted Sangat Kurus
Standar
> + 2.0 SD baku WHO-NCHS -2.0 SD - + 2 SD < - 2.0 SD < - 3.0SD 2 - 2.0 SD baku WHO-NCHS < -2.0 SD > 2.0 SD baku WHO-NCHS -2.0 SD - + 2 SD < - 2.0SD < - 3.0SO
Status Gizi Biokimla
Data biokimia yang dikaji dalam penelitian ini mencakup kadar Hb, Ht dan
glukosa darah. Kadar Hb dan Ht dikategorikan untuk penentuan status anemia. Penentuan status anemia didasarkan pada kadar Hb darah yang lebih rendah daripada 12 gldl (INACG 1985).
Sedangkan kadar Ht darah dikategorikan
normal apabila berada pada kisaran 314 3 persen. Secara lengkap klasifikasi individu berdasarkan kadar Hb dan Ht disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Klasifikasi lndividu berdasarkan Kadar Hemglobin dan Hematokrit (INACG 1985) Kategori
Data Biokimia Hemoglobin (gldl) Hematokrit (%)
Kadar (gldl)
Normal
- 12.0
Anemia
< 12.0
Normal
31-43
Data kadar glukosa darah hasil pembacaan pada GIucometer Precision Plus dikelornpokkan menjadi tiga kategori, yaitu hipoglikemia, normal dan hiperglikemia. Adapun klasifikasi individu berdasarkan kadar glukosa darahnya
dapat dilihat pada Tabet 9. Tabel 9 Klasifikasi indihdu berdasarkan kadar glukosa darah (Suhardjo & Kusharto, 1992) -
-.
Kadar (mg/dl)
No. -
-
1
Hipoglikemia
2
Normal
3
Hiperglikemia
Penrbahan kadar glukosa darah antara kelompok kontrol dan intervensi diuji dengan independent t-lest. Selain itu, dibandingkan juga kadar glukosa darah antara pengukuran Idan II dengan menggunakanpaired t-test.
Daya lngat Penilaian daya ingat contoh dilakukan terhadap dua kategofi yakni daya I
ingat terhadap kata dan gambar. Banyaknya kata yang ditampilkan dan hams
dituliskan pada kertas jawaban oleh contoh adalah 6 buah tanpa memperhatikan urutan ,atau ejaannya. Selanjutnya dihitung persentase jawaban yang benar.
Sedangkan untuk daya ingat terhadap gambar, jawaban contoh dinilai apakah sesuai dengan apa yang ditampilkan. Semakin banyak contoh menjawab dan sesuai dengan yang ada pada gambar, nilai yang diberikan semakin tinggi. Skor maksirnum tidak ditetapkan karena peluang jawaban contoh sangat beragam. Dengan dernikian, diharapkan sema kin baik daya ingat contoh, maka jumtah jawaban akan semakin banyak.
Variabel-variabel yang dimasukkan dalarn model adalah variabl yang telah diuji kenmalan dan bebas multicolineanfy. Untuk menganalisis pengaruh
konsumsi rnakanan terhadap kadar Hb contoh, pengaruh intenrensi makanan kudapan terhadap kadar glukosa darah mntoh dan faktor-faktor yang mempsngaruhi daya ingat contoh terhadap kata dan gambar digunakan analisis regresi linier berganda. Model regresi yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Yt
=
a + blX1 + b2X2+b3X3+e
Keterangan : Y, = KadarHb(g1dl) Y2 = Kadar glukosa darah (mg/dl) Y3 = Daya ingat terhadap kata (%) Y4 = Daya ingat terhadap gambar (skor) X1 = Konsumsi protein tanpa lntervensi Xz = Konsumsi zat besi tanpa lntervensi X3 = 2-skor TB/U & = 2-skor BBlU Xg = KadarHb(g/dl) Xg = Konsumsi karbohidrat saat lntervensi Xt = Konsumsi protein saat lntervensi Xg = Pedakuan (O=Kontrol; 1=lntervensi) Xg = Kadar glukosa darah (mgldl) a, c, f, i = Konstanta bt ....G;d4 ....d7 ; g4, 98, g ~j4, ; j8, j9 = koefisien regresi e = galat
Definisl Operasional Daya ingat terhadap Kata adalah kemampuan contoh untuk menangkap,
mengingat dan menulis daftar kata yang ditayangkan. tefsebut berupa 6 buah kata yang berbeda.
D a b r kata
Waktu penayangan
disesuaikan dengan laju pembacaan daftar kata yaitu 9 detik untuk 6 buah
kata. Dalam menjawab tidak diperhatikan urutan maupun ejaan kata yang ditayangkan dan waktu untuk menjawab tidak dibatasi.
Sebelumnya
contoh diberi latihan dengan daftar kata yang berbeda dengan yang diujikan. Daya lngat terhadap Gambar adalah kemampuan contoh untuk menangkap, mengingat dan menuliskan tentang item yang ada di gambar yang
ditayangkan.
lnformasi tersebut adalah sebuah gambar yang dianggap
familiar di kalangan contoh dan berupa pemandangan setempat. Waktu penayangan gambar adalah 45 detik. Contoh dapat menjawab (dengan
cara menuliskan jenis benda/manusia) sebanyak rnungkin obyek yang mereka lihat dalam gambar tanpa dibatasi waktu. Kesalahan ejaan dalam menulis jawaban diabaikan. Sebelumnya contoh diberi latihan dengan informasilgambar yang berbeda dengan yang diujikan.
Makanan Kudapan adalah berupa buras yang bahan utamanya adatah beras dan diisi dengan daging ayam dan sayumn (Lampiran 1). Kandungan zat
gizi buras per pemberian adalah 381.7 kkal energi, 82.3 gram karbohidrat dan 5 gram protein. Setiap pemberian terdiri dari dua potong dengan berat rnasing-masing potong buras adalah 73 gram. Status Girl adalah keadaan gizi seorang anak yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang diukur secara antropometri (W ti0 1983) dan biokimia (kadar Hb dan kadar glukosa). Status Anemia adalah keadaan kesehatan anak yang dilihat dari kadar
hemoglobin (Hb) darah, yakni anak dikategorikan anemia apabila kadar Hb lebih rendah daripada 12 gldl (INACG 1985).
Pekerjaan Orangtua adalah jenis pekerjaan tetap yang dilakukan oleh kepala keluarga dan istri untuk memenuhi kebutuhan keluarga, diantaranya meliputi petani, pedagang, buruh, pegawai negerilswasta, dan ibu rumah
tangga. Pendidikan adalah lama (tahun) menempuh sekolah formal seperti SD, SLTP, SLTA dan yang sederajat atau perguruan tinggi.
Jumlah Anggota Keluarga adalah semua anggota keluarga yang ada dalam keluarga dan menjadi tanggungan keluarga. Jumlah anggota keluarga dikekmpokkan menjadi empat, yakni 5 4 orang; 5-6 orang; 7-8 orang dan L 9 orang
(BPS 2002).
Pendapatan Keluarga adalah pendapatan keluarga yang berasal dari pekejaan
utama dan tambahan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga yang
dinyatakan dalam
satuan
rupiah
per
kapita
per
bulan.
Pengelompokan pendapatan didasarkan pada Profil Kesehatan Kabupaten
Bogor (2000), yaitu pendapatan per kapita per bulan dibagi menjadi 4 kategori yang meliputi sangat rendah (
000.00-59 999.00), menengah (Rp 60 000.00-99 999.00) dan tinggi (2 Rp
loo ooo.00). Pengetahuan Gizi adalah salah satu pemahaman ibu contoh tentang istilah
gizi, anak kurang gizi, makanan anak, penyebab masalah gizi dan upaya mengatasi masalah gizi serta hubungan penyakit infeksi dengan kurang gizi. Pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi khang ( ~ 7 0 %skor), sedang (70-79% skor), dan baik (r 80% skor).