BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH
1 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
BAB 3 PROFIL SANITASI WILAYAH Pengelolaan sanitasi meliputi promosis hiegiene dan sanitasi, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan pengelolaan drainase. Selain itu ada juga komponen lain yang terkait dengan sanitasi adalah pengelolaan air bersih/minum, pengelolaan limbah industri rumah tangga dan pengelolaan limbah medis. Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang memberikan dukungan terhadap pengelolaan sanitasi. Dukungan itu direalisasikan melalui pendanaan kegiatan di empat sektor sanitasi. Pendanaan air limbah domestik pada tahun 2011 sebesar Rp. 2.663.042.000, pengelolaan persampahan sebesar Rp. 1.676.677.000, drainase sebesar Rp. 7.324.593.000 dan PHBS sebesar Rp. 32.000.000, konstribusi belanja sanitasi terhadap APBD murni sebesar 2.38%.
Tabel 3.1 Perhitungan Pendanaan sanitasi oleh APBD Kabupaten Sidenreng Rappang No
Uraian
Belanja Sanitasi (Rp.)
Rata-rata Pertumbuhan
2007
2008
2009
2010
2011
10,487,254,100
12,471,314,000
19,019,990,000
9,226,730,000
11,696,312,000
2,622,362,740
1.1
Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) Air Limbah Domestik
2,705,605,000
2,896,963,000
3,709,452,000
2,188,706,000
2,663,042,000
2,832,753,600
1.2
Sampah rumah tangga
745,881,000
7,900,000
29,370,000
21,122,000
1,676,677,000
496,190,000
1.3
Drainase lingkungan
6,701,243,000
9,424,818,000
15,185,096,000
6,956,765,000
7,324,593,000
9,118,503,000
1.4
PHBS
334,525,100
141,633,000
96,072,000
60,137,000
32,000,000
664,367,100
2
Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) DAK Sanitasi
-
-
7,964,000,000
1,394,430,000
2,447,390,000
-
-
-
1
2.1
599,570,000
1,452,180,000 852,610,000
2.2
DAK Lingkungan Hidup
-
-
7,964,000,000
794,860,000
10,353,640,000
2.3
DAK Perumahan dan Permukiman
-
-
-
-
1,594,780,000 -
3
Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi
-
-
-
-
-
-
4
Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi
-
-
-
-
-
-
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3)
10,487,254,100
12,471,314,000
11,055,990,000
7,832,300,000
9,248,922,000
10,219,156,020
Total Belanja Langsung
249,218,795,212
306,484,888,000
317,973,944,000
241,711,167,000
387,372,955,000
300,552,349,842
% APBD murni terhadap Belanja Langsung
4.21 %
4.07 %
3.47 %
3.24 %
2.38 %
3.40 %
-
Sumber : Bappeda-2012 Sementara untuk realisasi dan potensi retribusi sanitasi per kapita hanya ada di retribusi sampah pada tahun 2011 sebesar Rp. 57.681.500 dan target pada tahun 2013 sebesar Rp. 142.854.500 seperti pada Tabel 3.2.
2 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Tabel 3.2 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Per Kapita SKPD
No
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) 2008
1 1.a 1.b
Retribusi Air Limbah Realisasi retribusi Potensi retribusi
2 2.a 2.b
Retribusi Sampah Realisasi retribusi Potensi retribusi
3 3.a 3.b
Retribusi Drainase Realisasi retribusi Potensi retribusi
4
Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a)
5
Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b)
6
Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi (4/5)
2009
2010
-
42.300.000 42.300.000
-
-
2011
2013
Pertumb uhan (%)
-
34.300.000 34.300.000
-
57.681.500 57.681.500
142.854.500 142.854.500
-
Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang -2012
3.1
Promosi Higiene dan Sanitasi Promosi higiene dan sanitasi adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan serta mengembangkan kegiatan untuk bekerja dengan masyarakat dalam meyakinkan dan mendukung anggota keluarga untuk mengadopsi praktik sanitasi dan higiene yang aman. Pelaksanaan promosi hygiene dan sanitasi bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan
adalah program-program yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Ada dua hal mendasar yang menjadi obyek sasaran promosi higiene dan sanitasi yaitu rumah tangga dan sekolah. Hal ini disadari mengingat permasalahan sanitasi menyangkut perilaku masyarakat sehingga harus ada penyadaran khusus bagi rumah tangga dan perlunya pemahaman di usia dini bagi siswa sekolah akan pentingnya pemahaman sanitasi yang benar.
3.1.1 Tatanan Rumah Tangga Rumah tangga sebagai sebuah tatanan dasar dalam permasalahan sanitasi merupakan Banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan prilaku sanitasi yang benar di lingkungan keluarga. Seperti masih banyaknya iklan rokok yang ada di media cetak maupun elektronik, makanan dan minuman cepat saji yang kurang sesuai dengan prinsip gizi seimbang, belum adanya monitoring evaluasi terpadu tentang kegiatan ini.Selain itu, kawasan
3 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
padat penduduk di kota-kota besar dan juga banyaknya penduduk musiman yang menimbulkan permasalahan pada kehidupan sosial dan ekonomi juga merupakan tantangan tersendiri dalam penerapan prilaku sanitasi yang benar.
Grafik Sumber Informasi 6%
33%
53%
Surat Kabar Radio
8%
Televisi 12%
Papan Pengumuman Lainnya Tidak Tahu
90%
Gambar 3.1 Grafik sumber informasi
Sebagian besar masyarakat di kabupaten sidenreng Rappang mengakses informasi dari media Televisi ini terlihat pada gambar 3.1 yakni 90% masyarakat
sedangkan media paling jarang diakses adalah Papan
pengumuman hanya sebesar 8%.
Grafik Penyuluhan Sanitasi Masalah sampah dan kebersihan lingkungan
5,24% 8,79% 1,25%
Air limbah dan jamban keluarga saluran air kotor
5,37% air bersih lainnya 5,89%
12,56% Tidak ada
Gambar 3.2 Grafik Penyuluhan Sanitasi
4 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Penyuluhan sanitasi biasanya didapatkan masyarakat dari kader-kader puskesmas atau sanitarian tetapi kebanyakan penyuluhan sanitasi yang didapatkan masyarakat tentang Air Limbah dan Jamban Keluarga yakni 12,56% tetapi masih ada 5,24% masyarakat belum pernah mendaatkan penyuluhan sama sekali ini terlihat pada gambar 3.2
Grafik Penyampai Pesan Sanitasi
8%
Tokoh Agama
25% 58%
Kelurahan, RT, RW
20%
Penyuluh Kesehatan 13%
33%
Guru/Sekolah anak Media massa Papan pengumuman/spanduk Lainnya
79%
Gambar 3.3 Grafik Penyampai Pesan Sanitasi
Sedangkan Penyampai pesan-pesan sanitasi masih banyak didapatkan masyarakat dari penyluh kesehatan yakni 79% dan tokoh-tokoh agama dan sebagian kecil masyarakat mengakses dari papan pengumuman hanya berkisar 8% ini terlihat dari gambar 3.3
CTPS DI LIMA WAKTU PENTING KABUPATEN SIDRAP TAHUN 2013 1,20%
Tidak Ya 98,80%
Gambar 3.4 Grafik CTPS di 5(lima) Waktu Penting
5 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Dari Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa masyarakat yang CTPS di lima waktu penting hanya 1,2% dan sisanya 98,8% tidak melakukan CTPS. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat masih sangat rendah dalam mencuci tangan pakai sabun di lima waktu penting, sehingga perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting. Berdasarkan hasil Studi EHRA dapat diketahui bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) responden pada 5 (lima) waktu penting cukup tinggi baru pada saat sebelum makan 77,3% dan setelah buang air besar 49,6%, paling rendah sebelum memberi menyuapi anak sebesar 4,8%. Perilaku CTPS sebelum menyiapkan masakan 18,8% dan setelah menceboki bayi sebesar 9,3%. Perilaku CTPS di 5 (lima) waktu penting rata-rata adalah 1,2% (n= 1000 rumah tangga).
PERSENTASE PRAKTIK BABS DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2013 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 -
72,5
60,0 76,4
77,3
76,8
80,0
Tidak Ya, BABS
40,0
27,5
22,8
23,6
20,0
0
1
2
3
23,2
4
Kab. Sidrap
Kluster Desa/Kelurahan
Gambar 3.5 Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS
Kondisi penduduk Kabupaten Sidenreng Rappang berdasarkaan Gambar 3.5 menunjukkan masyarakat yang tidak melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) secara total sebesar 78,8 %. Sementara yang melakukan buang air besar sembarangan sebesar 23,2 %. Dalam target RAD AMPL capaian MDGs stop BABS sebesar 85%, hal ini menunjukkan bahwa masih ada bias 7,8%. Persentase tertinggi BABS berada di cluster 4 yaitu 60,0% tidak BABS dan sisanya 40% BABS.
6 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Grafik Pengelolaan Air Minum 0,5% 0,3%
1,4% Tidak disimpan Ya, dalam Panci terbuka
32,0%
Ya, dalam Panci dengan tutup
44,2%
Ya, dalam Teko/ketel/ceret
9,9%
Ya, dalam Botol/termos 8,1%
Ya, dalam Galon isi ulang Lainnya Tidak tahu
3,7%
Gambar 3.6 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air) Masyarakat dalam mengelola air minum menyangkut pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air minum seperti pada gambar 3.6 menujukkan bahwa masih ada 1,9% masyarakat menyimpan air minum di panci terbuka ataupun tdk disimpan dan 65,9% persen sdh menyimpan ditempat yg aman yakni di panci tertutup, di teko (ceret) dalam termos dan dalam Galon isi ulang dan 32% menyimpan ditempat lainya ataupun tdk tahu.
PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN CLUSTER DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2013 100,0
17,5
80,0 60,0
60,0
3,6
8,8
59,9
54,2
17,3
22,5
10,7
Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Dikumpulkan dan dibuang ke TPS
45,0
57,0
55,9 Dibakar
40,0 12,2 20,0 -
20,4
7,5 10,0
10,3 5,8
20,4
10,0
0
1
2
3
32,5
14,5 12,1
4
Kab. Sidrap
Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
Gambar 3.7 Grafik Pengolahan Sampah Setempat
7 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Pada Gambar 3.7 Sistem Pengelolaan Sampah di Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan bahwa sebanyak 55,9 % masyarakat mengolah sampahnya dengan membakar; 14, 5 % yang membuang sampahnya ke sungai/kali/laut/danau; 12,1 % membuang sampahnya ke tempat lain; 10,7 % yang dikumpulkan dan dibuang ke TPS; 2,3 % yang membiarkan sampahnya membusuk; 0,4 % yang membuang ke lahan kosong/kebun/hutan/dan dibiarkan membusuk; 0,9 % pengelolaan sampahnya tidak tahu; 0,3 % sampahnya dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sedangkan 2,8 % yang sampahnya dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang (n=1000).
PENCEMARAN SPAL BERDASARKAN KLASTER DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2013 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
15,0
25,7 42,2
44,5
85,0
58,3
74,3 57,8
55,5
0
65,0
1
2
41,7
35,0
3
4
Ada Pencemaran SPAL Tidak ada Pencemaran SPAL
Kab. Sidrap
Kluster Desa/Kelurahan
Gambar 3.8 Grafik Pencemaran karena SPAL
Dari gambar 3.8 di atas dapat dilihat bahwa Persentase Pencemaran SPAL di Kabupaten Sidrap adalah 57,8% tidak ada pencemaran, 42,2% ada pencemaran. Pencemaran SPAL tertinggi ada di cluster 0 dengan persentase 85,0% ada pencemaran dan 15,0% tidak ada pencemaran (n=1000). Dari data diatas maka ada beberapa pemrasalahan mendesak dan isu strategis dalam Prohisan seperti dalam Tabel 3.3. Permasalahan yang sangat mendesak adalah masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan prohisan. Akibatnya masyarakat di Kabupaten Sidenreng Rappang berdasarkan hasil survey EHRA mengalami diare di 1(satu) bulan terakhir sebesar 9%, dimana anggota keluarga yang mengalami diare tertinggi orang dewasa perempuan sebesar 39%. Hal ini dapat dipahami mengingat perempuan sebagai pelaku utama sanitasi di rumah tangga.
8 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Tabel 3.3 Permasalahan mendesak dan isu strategis
Permasalahan Mendesak Rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan PROHISAN
Belum tercapainya target RAD AMPL khususnya STOP BABS Masih kurangnya SDM yang memiliki kemampuan dalam memicu masyarakat untuk melakukan Kurangnya peran serta Toma dan Toga dalam penyampaian informasi tentang PROHISAN Belum adanya regulasi yang terkait sanitasi
Belum adanya rencana kegiatan yang terintegrasi diantara lintas sektor dan lintas program
3.1.2
Isu Strategis Masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun khususnya di 5(lima) waktu penting hanya 1,2%. Motivasimasyarakat masih rendah dalam mengubah perilaku khususnya pemilahan sampah dan pengelolaan sampah Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air minum masih sangat rendah Masyarakat yang melakukan BABS masih tinggi yaitu 23, 2%, sementara target RAD AMPL Stop BABS sebesar 85% Belum adanya tenaga fasilitator dan tenaga pemicu yg kompeten ditingkat kelurahan Masyarakat belum memiliki motivator yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pelaksanaan PROHISAN Belum adanya kebijakan yang dapat memayungi masyarakat dalam meningkatkan kesadarannya untuk berperan serta dalam penyediaan sarana sanitasi dan pelaksanaan PROHISAN Koordinasi yang masih kurang pada saat penyusunan rencana kegiatan diantara instansi dan lintas program terkait
Tatanan Sekolah
Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan formal, selain memberikan pelajaran sesuai kurikulum hendaknya juga menjadi tempat mempelajari cara berperilaku yang benar dalam sanitasi. Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Siswa sekolah merupakan umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain. Dari sampel yang diambil di 25 sekolah di Kabupaten Sidenreng Rappang seperti pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5, diperoleh gambaran tentang prilaku dan layanan sanitasi pada tatanan sekolah, sebagai berikut :
Sumber Air Bersih, 25 sekolah yang dijadikan sampel memiliki layanan air bersih yang bersumber dari PDAM, dengan kondisi layanan rendah, dimana rata-rata kontinyuitas persediaan air 12%. Sekitar 40% sekolah menggunakan sumber air dari pompa tangan atau pompa listrik, umumnyasekolah masih menggunakan sumur gali dengan rata-rata persediaan air masih kurang yaitu32%.
Untuk memenuhi kebutuhan layanan Buang Air Besar (BAB) atau Buang Air Kecil (BAK), dari 25 sekolah yang disurvey rata-rata sekolah sudah memiliki kamar mandi/WC, rata-rata setiap sekolah
9 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
memiliki 2 kamar mandi/WC (gabung). Umumnya belum ada pemisahan yang jelas untuk laki-laki dan perempuan, permasalahan pokoknya adalah tingkat pemeliharaan kamar mandi/WC yang ada masih sangat kurang, masalah kebersihan kurang diperhatikan.
Fasilitas cuci tangan juga tergolong baik 82% sudah tersedia begitu pula dengan persediaan sabun, dimana setiap sekolah menyediakan 1 unit, itupun rata-rata hanya diperuntukan bagi Guru/pegawai sekolah. Rata-rata juga menyediakan sabun, meski dari pengamatan langsung yang dilakukan masih diragukan. Tingkat pemeliharaan tempat cuci tangan yang ada rata-rata masih kurang. Kesadaran dari pimpinan sekolah atau petugas kebersihan tampaknya masih kurang, meskipun rata-rata sekolah mempunyai petugas kebersihan namun fasilitas sanitasi kurang diperhatikan. Di beberapa sekolah murid juga diberi tanggung jawab untuk memebersihkan sarana sanitasi dan lingkungan sekolah.
Cara pengelolaan sampah di sekolah 82% masih dengan cara dikumpulkan, 8% sudah memisahkan antara sampah kering dan basah dan 8% mengolahnya menjadi kompos. Pengetahuan tentang hygiene dan sanitasi diberikan pada saat ada pertemuan/penyuluhan tertentu dan secara khusus diberikan di mata pelajaran pendidikan jasmani. Sekitar 20% sekolah memiliki anggaran untuk sanitasi, 80% tidak memiliki dana untuk sanitasi. Kondisi hygiene sekolah yang disurvey menunjukkan 24% dalam kondisi baik, 76% kurang baik. Hal yang paling buruk adalah tangki septik belum pernah dikosongkan. Rencana perbakan sanitasi sekolah sebagian besar belum diprogramkan.
Permasalahan mendesak di tatanan sekolah adalah masih kurangnya jumlah sarana sanitasi dasar di sekolah dan penerapan pengetahuan tentang PROHISAN di lingkungan sekolah. Adapun isu strategisnya adalah kurangnya intervensi dinas terkait dalam upaya pemuatan materi Prohisan di lingkungan sekolah.
10 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Tabel 3.4 Kondisi sarana sanitasidi sekolah(SD/MI) (sumber air, toilet, SPAL dan tempat cuci tangan) Sumber Air Bersih Jumlah Siswa
Nama Sekolah
PDAM L
P
Jml Toilet/WC Guru
Jumlah Guru SPT
SGL
Jumlah Toilet/WC Murid
Tempat Pembuangan Air Kotor Dari Toilet
Dari Talang
Dari Kamar mandi
L
P
S
K
T
S
K
T
S
K
T
L
P
L
P
√
-
-
-
-
-
3
-
3
1
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
-
-
-
1
-
1
1
Drainase
Drainase
-
-
-
-
-
2
-
2
Drainase
√
-
-
-
-
2
-
2
2
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
Dari Air hujan
Fas. Cuci Tangan
Persediaan Sabun
Siapa yang membersihkan Toilet Siswa
Guru
Pesuruh
Y
T
Y
T
L
P
L
P
L
P
Drainase
√
-
√
-
-
-
-
-
√
-
Drainase
Drainase
√
-
√
-
-
-
-
-
√
-
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
√
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
1
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
-
KECAMATAN MARITENGNGAE SDN 10 Pangkajene
262
234
4
7
√
-
-
SDN 03 Pangkajene
74
57
2
5
-
-
-
KECAMATAN WATANGPULU SDN 01 Lawawoi
134
121
3
9
-
-
-
SDN 1 Arawa
183
170
5
7
-
-
-
-
-
√
-
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
√
-
KECAMATAN WATANG SIDENRENG SDN 01 Watang Sidenreng
90
70
2
4
SDN IV Mojong
49
51
1
3
√
-
-
-
-
-
-
√
-
-
1
1
1
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
1
1
1
1
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
√
KECAMATAN PANCA RIJANG SDN 9 Rappang
67
54
1
8
-
-
-
SDN 6 MacorawaliE
63
69
2
7
-
-
-
√
KECAMATAN BARANTI SDN 1 Tonrong
90
64
3
8
-
-
-
SDN 5 Passeno
57
46
1
7
-
-
-
√
-
-
-
-
-
1
1
1
1
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
SDN 11 Benteng
43
32
1
8
-
-
-
-
-
-
√
-
-
1
-
-
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
√
-
-
-
SDN 04 Kulo
48
34
1
5
-
-
-
-
-
-
√
-
-
1
-
1
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
SDN 2 Mario
71
73
2
6
-
-
-
-
√
-
-
-
-
1
-
1
-
Saluran tersier
Saluran tersier
Saluran tersier
Saluran tersier
√
-
√
-
-
-
-
-
√
-
KECAMATAN KULO
1 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
KECAMATAN PITU RIAWA SDN 7 Ajubissue
48
50
1
4
-
-
√
-
-
-
-
-
-
1
1
1
1
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
SDN 10 Otting
41
36
2
2
-
-
-
-
-
-
√
-
-
1
-
1
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
SDN 1 Otting
62
64
3
5
-
-
-
-
-
-
√
-
-
1
-
2
-
Saluran tersier
Saluran tersier
Saluran tersier
Saluran tersier
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
SDN 6 Lanciran
33
30
2
2
-
-
-
√
-
-
-
-
-
1
-
-
-
sawah
sawah
sawah
sawah
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
77
4
4
√
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
√
-
-
-
-
-
1
1
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
KECAMATAN DUA PITUE SDN 1 Tanru Tedong
90
√
KECAMATAN PITU RIASE SDN 4 Batu
82
78
2
1
-
-
-
-
-
-
√
-
-
1
SDN 1 Bila
72
68
-
5
-
-
-
√
-
-
-
-
-
1
1
1
1
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
SDN 4 BelawaE
98
103
1
3
-
-
-
√
-
-
-
-
-
2
-
1
1
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
KECAMATAN TELLU LIMPOE Madrasah Ibtidayah Amparita
70
68
1
2
√
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
SDN 7 Amparita
46
48
4
5
-
-
-
√
-
-
-
-
-
1
-
1
-
sawah
sawah
sawah
sawah
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
KECAMATAN PANCA LAUTANG SDN 4 Bilokka
75
72
2
12
-
-
-
-
-
-
√
-
-
1
-
2
-
sawah
sawah
sawah
sawah
√
-
√
-
√
-
-
SDN 2 WetteE
56
41
3
4
-
-
-
√
-
-
-
-
-
1
-
1
-
Drainase
Drainase
Drainase
Drainase
-
√
-
√
√
-
√
2 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Tabel 3.5 Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI) (pengelolaan sampah dan hygiene dan sanitasi) Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Nama Sekolah
Ya, saat pertemuan / penyuluhan tertentu
Ya, saat mata pelajaran PenJas di kelas
Tidak pernah
Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi / pend. higiene Ya
Cara Pengelolaan Sampah Dikumpulkan
Dipisahkan
Dibuat kompos
Tidak
Kapan Tangki Septik Dikosongkan
Kondisi Higiene Sekolah
Rencana perbaikan sanitasi sekolah
KECAMATAN MARITENGNGAE SDN 10 Pangkajene SDN 03 Pangkajene
√
-
-
-
√
-
√
√
Belum Pernah
Baik
Ada
√
√
-
√
-
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
KECAMATAN WATTANG PULU SDN 01 Lawawoi
√
√
-
SDN 01 Arawa
√
√
-
√
√
√
-
-
Belum Pernah
Baik
Belum Ada
-
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Belum Ada
KECAMATAN WATANG SIDENRENG SDN 01 WT. Sidenreng
√
√
-
SDN IV Mojong
√
√
-
√
-
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
-
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
KECAMATAN PANCA RIJANG SDN 09 Rappang
√
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Belum Ada
SDN 6 MacorawaliE
-
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
KECAMATAN BARANTI SDN 01 Tonrong
√
-
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Belum Ada
SDN 5 Passeno
-
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Belum Ada
SDN 11 Beteng
-
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Belum Ada
KECAMATAN KULO SDN 04 Kulo
√
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Belum Ada
SDN 02 Mario
√
√
-
√
-
-
√
√
Belum Pernah
Baik
Belum Ada
KECAMATAN PITU RIAWA
3 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
SDN 07 AjubissuE
√
√
-
-
SDN 10 Otting
√
√
-
√
SDN 01 Otting
-
√
-
-
SDN 06 Lanciran
-
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
√
√
-
-
Tidak Pernah
Cukup
Belum Ada
√
√
-
-
Tidak Pernah
Cukup
Belum Ada
-
-
Tidak Pernah
Cukup
Belum Ada
KECAMATAN DUA PITUE SDN 01 Tanru Tedong
√
√
-
-
√
√
KECAMATAN PITU RIASE SDN 04 Batu
√
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Baik
Ada
SDN 01 Bila
√
√
-
√
-
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
SDN 04 BelawaE
√
-
-
√
-
√
-
-
Belum Pernah
Baik
Ada
KECAMATAN TELLU LIMPOE Madrasah Ibtidayah Amparita
√
√
-
√
-
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
SDN 07 Amparita
√
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Ada
KECAMATAN PANCA LAUTANG SDN 04 Bilokka
-
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Cukup
Belum Ada
SDN 02 WEtteE
√
√
-
-
√
√
-
-
Belum Pernah
Baik
Ada
Sumber : BPMPD-2013
4 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
3.2
Pengelolaan Air Limbah Domestik Saranasanitasiair
limbah
wilayahKabupaten
Sidenreng
Rappang
secarakuantitasdankualitasbelum
memenuhi kebutuhanmasyarakat. Masih banyak sarana airlimbah kurangmemenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di kawasan pedesaan seperti masih menggunakan closet cemplung(cubluk),belum adanya penyedotanlumpurtinja,dan sarana pembuanganakhir lumpurtinja. Dalampengelolaanlimbahcair
domestikdiKabupatenSidenreng
masihmenggunakansistemonsite(setempat)serta
Rappang
sebagianbesar
masyarakat
masih sangat sedikityangsudahmenggunakansistemkomunal
untukpengelolaanblackwater.Sedangkanuntukgreywatersebagianbesarrumahtanggamasih melakukanpembuangankelahanterbuka,drainase,saluran irigasi,bahkankesungai.DinasCipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Sidenreng
Rappang
selaku
leading
sektor
yang
menangani
pengelolaan
air
limbah
belummelayanipenyedotan lumpur tinjakepada masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang sama sekali tidak peranah melakukan penyedotan lumpur tinja. Dalam pengelolaan air limbah dikenal ada 2 (dua) sistem pengelolaan, yaitu on site system dan off site system. Kedua system pengelolaan ini memiliki kelebihan dan kekuangan, yaitu:
On Site System
Off Site System
Keuntungan : Keuntungan : 1. Menggunakan teknologi sederhana. 1. Menyediakan pelayanan yang terbaik. 2. Memerlukan biaya yang rendah. 2. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan 3. Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat tinggi. menyediakan sendiri. 3. Pencemaran terhadap air tanah dan badan 4. Pengoperasian dan pemeliharaan oleh air dapat dihindari. masyarakat. 4. Memiliki masa guna lebih lama. 5. Manfaat dapat dirasakan secara 5. Dapat menampung semua Limbah. langsung. Kerugian : Kerugian : 1. Tidak dapat diterapkan pada setiap 1. Memerlukan biaya investasi, operasi, dan daerah, misalkan sifat permeabilitas pemeliharaan yang tinggi. tanah, tingkat kepadatan, dan lain-lain. 2. Menggunakan teknologi tinggi. 2. Fungsi terbatas hanya dari buangan 3. Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan. kotoran manusia, tidak melayani air 4. Manfaat secara penuh diperoleh setelah limbah kamar mandi dan air bekas selesai jangka panjang. cucian. 5. Waktu yang lama dalam perencanaan dan 3. Operasi dan pemeliharaan sulit pelaksanaan. dilaksanakan. 6. Perlu pengelolaan, operasional, dan pemeliharaan yang baik.
3.2.1
Kelembagaan
Pengelolaan air limbah domestik non tinja (jenis buangan mandi, cuci) belum ada kelembagaan atau unit usaha tertentu yang berminat. Pada umumnya sistem pembuangan limbah non tinja ini dialirkan melalui
1 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
lubangresapan yang disalurkan melalui saluran pipa (tertutup) atau saluran terbuka, masih banyak ditemui masyarakat membuang air limbah non tinja ke sungai atau saluran drainase terdekat. Pengelolaan limbah non tinja untuk rumah tangga dengan konstruksi rumah panggung umumnya dialirkan langsung dikolong rumah dapur yang pada umumnya tidak memiliki lubang resapan. Umumnyayangsangatberperandalampengelolaan
air
limbahadalahPemerintahKabupaten
melaluiDinas
Kesehatan, DinasCipta Karya dan Tata Ruang (CKTR), danBadan Lingkungan Hidup (BLH).Perandaripihak swastadanmasyarakat
masihsangatsedikit.Sedangkansektorsanitasimerupakankebutuhandasarbagimasyarakat
dimana akibatdarisanitasiyangburukakanberdampakdominobagimasyarakatitu sendiri, seperti pada Tabel 3.6. Ditingkat masyarakat dan dunia usaha belum ada upaya terhadap sistem pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar pelayanan penyehatan lingkungan seperti pada Tabel 3.6, baik di dalam prilaku sehari-hari maupun dalam sistem kelembagaan. Dengan kedudukan kelembagaan yang masih lemah baik ditingkat masyarakat, dunia usaha dan pemerintah maka perencanaan, program atau upaya pencapaian target pengelolaan air limbah belum ada langkah-langkah konkrit, sehingga otomatis perangkat peraturan terkait pengelolaan air limbah di tingkat daerah belum tersedia seperti pada Tabel 3.7. Tabel 3.6Daftar PemangkuKepentinganDalamPembangunandan Pengelolaan LimbahDomestik FUNGSI PERENCANAAN Menyusuntargetpengelolaanairlimba hskalakab/kota, Menyusunrencanaprogramairlimbahdal amrangkapencapaian target Menyusunrencanaanggaranprogramairlim target bahdalamrangkapencapaiantarget PENGADAANSARANA Menyediakansaranapembuanganawalair limbahdomestik Menyediakansaranapengumpulandanpe ngolahawal(tangkiSeptik) Membangunsaranapengangkutandari tangkiseptikkeIPLT(truktinja) Membangunjaringanatausaluranpengal iranlimbahdarisumberkeIPAL(pipakolek tor) MembangunsaranaIPLTdanatauIPAL PENGELOLAAN Menyediakanlayanansedotlumpurtinja MengelolaIPLTdanatauIPAL MelakukanPenarikan Restribusipenyedotanlumpurtinja Memberikanizinusahapengelolaanairlimba hdomestik,danataupenyedotanairlimbah
PEMANGKUKEPENTINGAN PemerintahKabupaten Swasta Masyarakat Dinas CKTR
-
-
Dinas CKTR
-
-
Dinas CKTR
-
-
-
Pengembang Perumahan Pengembang Perumahan JasaSedotWC
RumahTangga RumahTangga -
-
-
-
-
-
-
-
JasaSedotWC JasaSedotWC
Dinas CKTR, BLH, Kantor PTSP
-
LKM
-
2 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Melakukanpengecekankelengkapanutilit asteknisbangunan(tangkiseptik,dansalur andrainaselingkungan)dalampengurusa nIMB
Dinas CKTR
-
-
-
-
Dinas CKTR, Dinas Kesehatan, BLH
-
-
BLH
-
-
PENGATURANDANPEMBINAAN Mengaturprosedurpenyediaanlayananairli mbahdomestik(jampengangkutan,personi l,peralatan,dll)
-
Melakukansosialisasiperaturan,danpe mbinaandalamhalpengelolaanairlimba hdomestik Memberikansanksiterhadappelanggaran Pengelolaan air limbah domestik
MONITORINGDANEVALUASI Melakukanmonitoringdanevaluasiterhadapc Dinas CKTR, BLH apaiantargetpengelolaanairlimbahdomestiks kalakab/kota Melakukanmonitoringdanevaluasiterhadapk Dinas CKTR apasitasinfrastruktursaranapengelolaanairli mbah domestik Melakukanmonitoringdanevaluasiterhadapb Dinas Kesehatan, BLH akumutuairlimbahdomestik
Tabel 3.7 Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Sidenreng Rappang Ketersediaan Pelaksanaan Ada Tidak Efektif BelumEfektif/ TidakEfektif/Di Peraturan (sebutkan) Ada Dilaksanaka Dilaksanakan laksanakan Keterangan n Targetcapaianpelayananp engelolaanairlimbahdome stikdiKab/Kotaini KewajibandansanksibagiP emerintahKab/Kotadalamp enyediaanlayananpengelol aanairlimbahdomestik KewajibandansanksibagiP emerintahKab/Kotadalam memberdayakanmasyarak atdanbadanusahadalampe ngelolaanairlimbahdomest ic
Kewajibandansanksibagim asyarakatdanatau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestic di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
pengelolaan air limbah domestic di tempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana menyediakan sarana pengelolaan air limbah di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestic untuk masyarakat, industry tumah tangga dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga dan perkantoran
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : Bagian Hukum Sekretariat Daerah Sidrap 3.2.2
Sistem dan Cakupan Pelayanan
Sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Sidenreng Rappang belum berjalan efektif sebagaimana diharapkan baik diprakarsai oleh pemerintah, dunia usaha ataupun masyarakat. Usaha penyedotan tinja juga belum ada baik dari Pemda maupun dari pihak swasta, masih mengandalkan dari Kota Pare-pare. Faktor utama adalah masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah. Sarana pengakutan yang ada kurang dimanfaatkan secara optimal untuk mengangkut air limbah ke pembuangan akhir. Demikian juga prasarana pendukung pengelolaan air limbah seperti IPLT dan IPAL belum tersedia. Sehingga hampir semua rumah tangga, dunia usaha maupun jasa-jasa, khususnya kota Pangkajene sistem pengelolaan air limbah-nya dilakukan melalui on site system, kondisi seperti ini juga hampir semua daerah perdesaan, tingkat kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah masih jauh diharapkan. Salah satu indikatornya adalah rendahnya tingkat kepemilikan jamban, dimana menurut data sekunder baru mencapai 71,8% dan hasil survey EHRA bahkan mencapai 85,5%. Tingkat layanan dan pemeliharaan jamban juga rendah.
4 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
TEMPAT PENYALURAN AKHIR TINJA DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2013 0,5% 0,5%
14,9%
0,2%
Tangki septik Pipa sewer
1,5% 0,7%
Cubluk/lobang tanah
4,5%
Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah
77,2%
Kebun/tanah lapang Tidak tahu
Gambar 3.9 Grafik Tempat Penyaluran akhir Tinja
Gambar 3.9 menunjukkan bahwa tempat penyaluran akhir tinja di Kabupaten Sidenreng Rappang mencapai 77,2% yang membuang tinja ke tangki septik, 0,7 % penyaluran tinja ke pipa sewer, 4,5 % yang menggunakan cubluk/lubang tanah, 1,5 % penyalurannya ke drainase, 0,5 % buang air besar ke sungai/danau, 0,2 % buang air besar di kolam/sawah; 0,5 % buang tinja ke kebun/tanah lapang sedangkan ada 14,9 % yang tidak tahu penyaluran tinjanya (n=1000). Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan tinja.
TANGKI SEPTIK SUSPEK AMAN & TIDAK AMAN DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2013 100% 90% 80% 70%
47,5
45,0
57,5
56,7
45,0
51,4
60% 50% Suspek aman
40% 30% 20%
52,5
55,0
0
1
42,5
43,3
2
3
55,0
48,6
Tidak aman
10% 0% 4
Kab. Sidrap
Kluster Desa/Kelurahan Gambar 3.10 Grafik persentase Tangki septik Suspek aman dan Tidak Aman di Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2013
5 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Berdasarkan Gambar 3.10 kondisi tangki septik yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan bahwa 51,4 % termasuk suspek aman sedangkan yang tidak termasuk suspek aman sebesar 48,6 %. Tangki septik suspek aman tertinggi di cluster 2 sebesar 57,5% dan terendah di cluster 1 sebesar 45% (n=1000). Kondisi ini menujukkan besarnya potensi pencemaran tanah dan iar tanah yang akan berpengaruh terhadap penyehatan lingkungan. Dengan adanya pencemaran air tanah, akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang telah berusaha memberikan perhatian terhadap sektor sanitasi khusunya air limbah.Dari data Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang diperoleh adanya pembangunan MCK dan MCK ++ tersebar di Kabupaten Sidenreng Rappang yang dibangun dengan berbasis masyarakat seperti pada Peta 3.1.Pada tahun 2010 ada dua lokasi pembangunan MCK ++ yaitu di Kel.Benteng Kecamatan Baranti oleh KSM AlUrwatul Wutsqa dan Kel.Lakessi oleh KSM Jagat Duta.Kemudian Pada Tahun 2011 dibangun di empat lokasi yaitu di kel. Rappang Kecamatan Panca Rijang oleh KSM Ridho, Desa Lainungan Kecamatan Wattang pulu oleh KSM Makkadae, Desa Kulo Kecamatan Kulo oleh KSM Kulo Jaya, dan Kel. Uluale Kecamatan Watang Pulu oleh KSM AlIman.Namun pada umumnya pemmbangunan MCK dan MCK ++ ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.Ada beberapa penyebab yaitu tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam menggunakan toilet, jauhnya lokasi dari pemukiman dan dibangun di lokasi yang tidak padat penduduk.Sementara untuk infrastruktur utama pengelolaan air limbah belum tersedia.
Peta 3.1 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik
Belum ada Lokasi Infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestik Peta 3.2 Peta Lokasi Infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestik
6 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Limbah Domestik berupa black water dan grey water yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang hingga saat ini belum dikelola secara khusus. Untuk limbah black water, pengelolaannya dilakukan dengan beberapa cara antara lain : 1) Limbah dari MCK++ yang di tampung dalam IPAL Komunal yang kemudian dialirkan ke saluran terdekat (drainase) 2) Limbah dari WC jongkok/duduk ditampung dalam tangki septic kemudian dialirkan langsung saluran drainase/sungai/Tanah. 3) Limbah dari WC cubluk yang ditambung dalam lubang dan dialirkan langsung ketanah. 4) Limbah yang langsung ke Tanah/Sungai (BABS dikebun/Sungai).
Sedangkan untukgrey water yang umumnya berupa Sisa Air Mandi dan Sisa Air Cuci (tangan, pakaian dan kendaraan) serta air sisa makanan dialirkan ke Saluran Drainase yang berakhir kesungai atau terkadang dialirkan langsung ke Tanah untuk masyarakat yang memiliki lahan luas dan ke Sungai untuk masyarakat yang berada di bantaran sungai. Kondisi ini dapat dilihat lebih rinci dalam Tabel 3.8 dan 3.9.
Tabel 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik Input
User Interface
Pengumpulan dan Penampungan/Pengo lahan Awal
Pengaliran
Pengolahan Akhir
Pembuangan/ Daur Ulang
Kode/Nam a Aliran
Black Water
SLBM Komunal
IPAL
---
---
Drainase
MCK++ AL1
WC Jongkok dan Duduk
Tangki Septik
---
---
Drainase
WC Jongkok dan Duduk
Tangki Septik
---
---
Sungai
WC Jongkok dan Duduk
Tangki Septik
---
---
Tanah
WC cubluk
gorong2 Ø 100 cm/ Cemplung
---
---
Tanah
BABS Sungai/Kebun
---
---
Tanah
BABS Sungai/ Kebun
---
---
Sungai
Aliran Limbah AL2 Aliran Limbah AL3 Aliran Limbah AL4 Aliran Limbah AL5 Aliran Limbah AL 6 Aliran Limbah AL7
Drainase
Gray Water
Tempat cuci tangan, Piring,makanan
---
---
---
Tempat cuci tangan, Piring,makanan
---
---
---
Air kamar mandi
---
---
---
Air Kamar mandi
---
---
---
Tanah
Drainase
Tanah
Aliran Limbah AL8 Aliran Limbah AL9 Aliran Limbah AL10 Aliran Limbah
7 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
AL11 Tempat cuci pakaian, mobil
---
---
Drainase
Tempat cuci pakaian, mobil Tempat cuci pakaian, mobil
---
---
Sungai
Aliran Limbah AL12 AL 13
---
---
Tanah
AL14
Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang -2011
Tabel 3.9 Sistem pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota Kelompok Fungsi A User Interface Penampungan Awal Pembuangan
Teknologi yang digunakan B WC Jongkok/Duduk Tangki Septik Sungai Sungai Sungai Sungai Sungai
Jenis Data Sekunder
(Perkiraan) Nilai Data
Sumber Data
C Jumlah (kuantitas)
D 47.630 WC
E Dinas Kesehatan
Jumlah (kuantitas) Nama Sungai Nama Sungai Nama Sungai Nama Sungai Nama Sungai
47.630 Tangki Bila Bulu Cenrana Cenrana Rappang Salokarajae
Dinas Kesehatan Dinas Cipta Karya Dinas Cipta Karya Dinas Cipta Karya Dinas Cipta Karya Dinas Cipta Karya
Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang -2011
3.2.3
Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
Peran serta dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Hiegiene dan Sanitasi yang sensitifJender dan Kemiskinan (PMHSJK) dalam penanganan air limbah di Kabupaten Sidenreng Rappang secara umum dapat kelompokkan, sebagai berikut:
a. Kelompok pertama, kelompok masyarakat yang belum memiliki kesadaran atau kepedulian dalam pengelolaan air limbah. Kelompok ini masih menjadi mayoritas di Kabupaten Sidenreng Rappang, terdiri atas kelompok masyarakat miskin, pendidikan rendah, bahkan hingga pada kelompok masyarakat menengah. b. Kelompok kedua, kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap pengelolaan limbah, namun belum memiliki kepedulian penuh terhadap pengelolaan air limbah. Kelompok ini umumnya berada pada tatanan masyarakat kelas menengah, berpendidikan, namun belum memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengelolaan air limbah pada umumnya.
8 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
c. Kelompok ketiga, adalah kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kesadaran serta kepedulian tinggi terhadap pengelolaan air limbah. Mayoritas kelompok ini ada pada tatanan masyarakat kelas menengah ke atas, dan termasuk kelompok minoritas baik di perkotaan maupun perdesaan. Secara keseluruhan peran serta atau tingkat kepedulian masyarakat, jender dan kemiskinan dalam penanganan air limbah domestik di Kabupaten Sidenreng Rappang masih rendah, hal ini dapat dilihat dari tingkat kepemilikan jamban/MSK, tingkat pemeliharaan jamban/MCK maupun dukungan dari program-program sanitasi belum menyentuh secara signifikan dalam merubah perilaku masyarakat secara keseluruhan. Program-program yang berbasis masyarakat seperti SLBM dalam hal pembangunan infrastruktur air limbah seperti MCK Lomenal, MCK dan MCK++. Bantuan sarana dan prasarana yang ada belum mampu dikelola dengan baik ditingkat masyarakat, tingkat pemeliharaan rendah, termasuk di sekolah-sekolah seperti pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11.
9 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Tabel 3.10 Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat Kecamatan Desa/Kelurahan MaritengngaE - Pangkajene - Majjelling Wattang Pulu - Lawawoi - Uluale Watang Sidenreng - EmpagaE - Mojong Panca Rijang - Rappang - Kadidi Baranti - Tonrong Rijang - Passeno - Manisa Kulo - Kulo - Mario Pitu Riawa - Ajubissu - Otting - Dongi - Lancirang Dua PituE - Tanru Tedong Pitu Riase - Batu - Bila Riase - Dengeng-dengeng Tellu LimpoE - Amparita - Baula Panca Lautang - Bilokka - Wette’E
Jumlah
Jamban Keluarga
Jumlah MCK Dikelola Dikelola RW CBO
RT
RW
7 4
2 2
386 169
2258 881
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 14
6 7
204 272
444 653
-
1
-
-
2008
-
-
-
-
-
19 18
6 9
408 216
421 409
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8 18
10 5
334 257
1138 542
-
-
1 -
-
2012 -
-
-
-
-
-
9 18 18
4 7 8
58 128 127
287 767 880
-
1
-
-
2012
-
-
-
-
-
12 11
6 4
197 220
465 540
-
1 -
-
-
2010 -
-
-
-
-
-
16 15 12 8
8 8 6 4
256 230 202 237
517 282 365 391
-
1 1 -
-
-
1982 1980 -
-
-
-
-
-
11
5
297
796
-
1
-
-
2008
-
-
-
-
-
24 4 18
12 4 9
305 165 175
243 396 281
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8 6
6 4
259 377
680 367
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 16
5 6
282 253
551 457
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dikelola RT
Dikelola Lainnya
Tahun MCK dibangun
Jumlah Sanimas Dikelola Dikelola RW CBO
Jumlah Pddk miskin
Dikelola RT
Dikelola Lainnya
Tahun Sanimas dibangun
1 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Tabel 3.11 Kondisi Sarana MCK No
RT -
RW -
Jumlah Pemakai MCK L P -
01
02
6
-
-
03 -
Lokasi MCK
Sumber Air PDAM
SPT
SGL
Jml Toilet/WC
Jml kmr mandi
Fas. Cuci Tangan
Persediaa n Sabun
Ada biaya pemakaian MCK Y T -
S -
K -
T -
S -
K -
T -
S -
K -
T -
L -
P -
L -
P -
Y -
T -
Y -
T -
10
-
-
-
-
-
√
-
-
-
2
-
2
-
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
01 -
30 -
15 -
-
-
-
√ -
-
-
-
-
-
3 -
-
3 -
-
√ -
-
√ -
01
02
25
12
-
-
-
-
√
-
-
-
-
1
-
1
-
√
-
02 -
03 -
13 -
8 -
-
-
-
√ -
-
-
-
-
-
2 -
-
3 -
-
√ -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Otting
01
02
-
-
-
-
-
-
-
√
-
-
-
1
-
1
- Dongi - Lancirang Dua PituE
02 -
01 -
10 -
8 -
-
-
-
-
-
-
√ -
-
-
1 -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
01 -
01 -
12 -
8 -
-
-
-
-
-
-
√ -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Pangkajene - Majjelling Wattang Pulu - Lawawoi - Uluale Watang Sidenreng - EmpagaE - Mojong Panca Rijang - Rappang - Kadidi Baranti - Tonrong Rijang - Passeno - Manisa Kulo - Kulo - Mario Pitu Riawa - Ajubissu
- Tanru Tedong Pitu Riase - Batu - Bila Riase - Dengeng-dengeng Tellu LimpoE - Amparita - Baula Panca Lautang - Bilokka - Wette’E
Tempat buangan air kotor
Kapan tangki septik dikosongkan
Tangki Septik -
Cubluk -
√
√
-
Belum Pernah
-
-
-
-
-
-
√ -
-
√ -
-
Belum pernah -
-
√
√
-
√
-
Belum Pernah
-
√ -
-
-
√ -
√ -
-
Belum Pernah -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
-
1 -
-
√ -
-
√ -
-
-
√ -
√ -
-
Tidak Pernah /tidak berfungsi Tidak Pernah -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 -
-
1 -
-
√ -
-
√ -
-
-
√ -
√ -
-
Belum Pernah -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Tabel 3.12 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat No
Komponen
Nama Program / Proyek / Layanan
Pelaksana/PJ
Tahun Mulai
Kondisi Sarana Saat ini Fungsi
1.
MCK Lomenal
Pamsimas / Pembuatan MCK Umum/ Desa Cenrana, Teppo, Mattirotasi, Bina Baru, Talumae, PonrangaE, Betao Riase, Bulu Cenrana, Bila dan Kel. Batu
2.
MCK/Jamban Keluarga
3.
Air Limbah
PNPM-MPerkotaan (P2KP)/ Jamban Keluarga/ Dsn I Sereang Kec. Maritengngae SLBM / MCK ++ / Lakessi Kec. Maritengngae SLBM / MCK ++ / Benteng Kec. Baranti SLBM / MCK IPAL / Rappang Kec. Panca Rijang SLBM / MCK IPAL / Uluale Kec. Watang Pulu SLBM / MCK IPAL / LainunganKec. Watang Pulu SLBM / MCK IPAL / Kulo Kec. Kulo
Tidak Fungsi
Rusak
Aspek PMJK PM
JDR
MBR
LKM / LAMATOA; MAPPASAU DEKKA; WAE SALESSOE; SIPATUO; ASRI; CAKKE; SOPPO BATU, SAROMASE; dan WAE BATU KSM AL-IKHLAS
2011
√
√
√
√
2011
√
√
√
√
KSM JAGADUITA
2010
√
√
√
√
KSM AL-URWATUL WUTSQA KSM RIDHO
2010 2011
√ √
√ √
√ √
√ √
KSM AL-AMIN
2011
√
√
√
√
KSM MAKKEDAE
2011
√
√
√
√
KSM KULO JAYA
2011
√
√
√
√
Keterangan: PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah
3 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
Kabupaten Sidenreng Rappang telah melakukan pembangunan sarana dan prasarana air limbah sejak tahun 2008 melalui beberapa program kerja Pamsimas dan PNPM merupakan salah satu programnya. Melalui Pamsimas, telah dibangun sarana dan prasarana berupa MCK umum (Lomenal) disekolah dan tempat pelayanan umum di 45 (empat puluh lima) desa/kel. sesuai lokasi pelaksanaan program pamsimas hingga tahun 2012. Sedangkan melalui PNPM (baik PNPM perdesaan maupun PNPM perkotaan) telah terbangun MCK umum yang tersebar diberbagai desa di Kab. Sidenreng Rappang. Disamping kedua program tersebut, pada tahun 2010 telah dibangun sarana dan prasarana air limbah berupa MCK++ (MCK beserta bangunan IPAL dan penampungan air limbah menjadi gas) dan MCK+ (MCK beserta bangunan IPAL melalui program Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Limbah dan Air Bersih dengan sumber dana DAK. Namun karena penyediaan dana yang terbatas maka komponen tersebut masih sangat terbatas jumlahnya sehingga belum mampu mencakup/melayani seluruh masyarakat Kab. Sidenreng Rappang.
3.2.4
Pemetaan Media
Berdasarkan hasil identifikasi, Kabupaten Sidenreng Rappang dalam menjalankankampanye pengelolaan air limbah serta sejauh mana Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat, dan mengetahui peran media massa dalam mendukung pengelolaan air limbah sampai saat ini sudah dilaksanakan, namun hasilnya belum memuaskan. Namun untuk publikasi kegiatan sosialisasi mengenai pengelolaan limbah yang baik, belum berjalan dengan baik, karena masih kurangnya koordinasi dengan instansi teknis dan belum ada anggaran secara khusus disiapkan untuk kampanye dimaksud, sebagaimana dalam Tabel 3.13 dan Tabel 3.14. Tabel 3.13 Kegiatan Komunikasi terkait komponen air limbah
No 1
Kegiatan
Tahun
Dinas Pelaksana
Tujuan Kegiatan
Khalayak Sasaran
Pesan Kunci
Pembelajaran
Belum ada Tabel 3.14 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen air limbah
No 1.
Jenis Media
Khalayak
Pendanaan
Isu yang Diangkat
Pesan Kunci
Efektivitas
Belum ada
3.2.5
Partisipasi Dunia Usaha
Sejauh ini belum banyak keterlibatan pihak swasta dalam mendukung masyarakat dan pemerintah kabupaten Sidenreng Rappang dalam pengelolaan air limbah, kondisi ini hampir sama dengan layanan sanitasi lainnya, seperti pengelolaan sampah dan drainase seperti pada Tabel 3.15. Kondisi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh masih lemahnya kelembagaan sanitasi yang ada di kabupaten Sidenreng Rappang, yang berimbas kepada
1 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
lemahnya dukungan program dan penganggaran peningkatan pengelolaan air limbah, disamping rendahnya tingkat kepedulian masyarakat dan dunia usaha itu sendiri. Tabel 3.15 Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang No
Nama Provider/Mitra Potensial A B Komponen : Air Limbah 1
Tidak Ada
3.2.6
Tahun mulai operasi/ Berkontribusi C -
Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi D -
Potensi Kerjasama
-
Pendanaan dan Pembiayaan
Lemahnya dukungan pendanaan dalam pengelolaan air limbah dapat dilihat dari dukungan pendanaan dan pembiayaan khususnya dari pemerintah di sub sektor air limbah seperti pada Tabel 3.16. Data dalam 5 tahun terakhir memperlihatkan alokasi anggaran untuk pembangunan sektor air limbah terkonsentrasi pada pembangunan MCK dan MCK plus dan septik komunal (BSK) yaitu dengan kisaran Rp 751.530.000 (2010) hingga tertinggi Rp 1.115.695.000 (2012). Rata-rata tambahan anggaran per-tahunnya adalah Rp 644.075.000dengan tingkat pertumbuhan 21,84 %. Meski terjadi pertumbuhan positif, namun alokasi anggaran ini masih jauh diharapkan dibanding kebutuhan dan kondisi layanan sanitasi air limbah di kabupaten Sidenreng Rappang, dan yang pelaksanaan fisiknya tersebar di wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang. Untuk retribusi pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang belum ada, dan potensinya sangat kecil untuk dikembangkan sehingga pemerintah daerah belum menetapkan Peraturan Daerah terkait retribusi untuk air limbah dapat dilihat pada Tabel 3.17.
2 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
No 1 1.a 1.b 1.c
Komponen Air Limbah (1a+1b) Pendanaan Investasi air limbah Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun
No 1 1.a 1.b
SKPD Retribusi Air Limbah Realisasi retribusi Potensi retribusi
Tabel 3.16 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi komponen air limbah domestik Belanja (Rp) 2007 2008 2009 2010 2.705.605.000,-
2.896.963.000,-
3.709.452.000,-
-
-
-
2.188.706.000,-
Rata-rata 2011
2.663.042.000,-
-
-
Pertumbuhan (%)
2.832.753.600,-
-
-
-
Tabel 3.17 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) 2007
2008
2009
2010
2011
Pertumbu han (%)
-
-
-
-
-
-
1 BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG
3.2.7
Permasalahan mendesak dan isu strategis
Beberapa permasalahan terkait pengelolaan air limbah domestik yang dihadapi oleh Kabupaten Sidenreng Rappang adalah:
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penangangan pengelolaan limbah domestik.
Penanganan limbah cair tidak lepas dari cara berpikir dan kebiasaan/perilaku masyarakat. Disamping itu masalah ekonomi/tingkat kesejahteraan dan pengetahuan mendorong masyarakat melakukan hal-hal yang tidak ramah dan mencemari lingkungannya. Penduduk masih membuang limbah cair rumah tangganya ke saluran drainase yang pada ujungnya masuk/mengalir ke sungai.
Masih adanya pembuangan grey water maupun black water ke saluran drainase dan sungai-sungai yang ada, sehingga dapat mencemari lingkungan.
Belum adanya mobil truk tinja milik Pemerintah.
Belum adanya IPAL sehingga pembuangan akhir dari limbah domestik tidak jelas.
Belum adanya Perda yang mengatur tentang pengelolaan air limbah.
Masih ada masyarakat yang BABS (buang air besar sembarangan) di sungai maupun di kebun
SDM yang mengoperasikan IPAL belum siap
Belum adanya retribusi air limbah
Selanjutnya permasalahan mendesak dan issu strategis air limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 3.18 Tabel 3.18Permasalahan mendesak dan Issue Strategis
Permasalahan Mendesak
Isu Strategis
Kesadaran masyarakat akan sanitasi yang baik dan Masih adanya pembuangan grey water maupun black lingkungan yang sehat masih kurang karena water ke saluran drainase dan sungai-sungai yang ada, rendahnya pengetahuan secara menyeluruh sehingga dapat mencemari lingkungan mengenai pengelolaan air limbah domestik dan Masih ada masyarakat yang BABS (buang air besar lingkungan sembarangan) di sungai maupun di kebun Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran masyarakat Rendahnya akses masyarakat terhadap layanan air Masih terbatasnya penyediaan fasilitas infrastruktur limbah domestik pelayanan air limbah domestik Belum adanya IPLT sehingga pembuangan akhir dari limbah domestik tidak jelas Tingkat pelayanan Air Limbah Permukiman melalui pengolahan setempat (on-site system) berupa jamban pribadi dengan menggunakan tangki septik 77,2%, dimana tangki yang aman baru mencapai 51,4% Belum ada payung hukum untuk menjamin adanya Belum ada perda pengelolaan air limbah domestik dan situasi lingkungan yang lebih sehat dan aman, retribusi air limbah disamping juga sebagai pedoman dasar dalam Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan air limbah domestik penetapan kebijakan di bidang Air Limbah Permukiman Rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan Masih rendahnya pendanaan di sektor air limbah Air Limbah Permukiman domestik
3.3
Pengelolaan Persampahan 3.3.1
Kelembagaan
Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manjemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit sejalan dengan makin besarnya kategori kota. Penanganan pengelolaan persampahan di Kabupaten Sidenreng Rappang dilaksanakan oleh Dinas Cipta karya dan Tata Ruang Bidang Kebersihan dan Keindahan dan didukung oleh Badan Lingkungan Hidup.Tugas pokoknya adalah penampungan, pengangkutan, pembuangan dan pemusnahan, dan mengelola TPA sementara.Kondisi dukungan kebijakan bagi optimalnya pengelolaan persampahan di Kabupaten Sidenreng Rappang saat ini belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari: -
Belum adanya kebijakan Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang yang diarahkan untuk mewajibkan seluruh pihak untuk melakukan upaya pengelolaan persampahan untuk lingkungan pemukiman rumah tangga / individu.
-
Belum adanya Perda Kabupaten Sidenreng Rappang yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengelolaan persampahan saat ini belum ada. Penegakkan aturan masih lemah, karena Perda atau perangkat aturan lainnya yang secara tegas mewajibkan pengelolaan persampahan pada seluruh pihak di Kabupaten Sidenreng Rappang belum ada.
Berdasarkan PP 8 / 2003 tentang Dinas Daerah maka dalam rangka efisiensi sumber daya telah dilakukan pembatasan jumlah dinas yang ada di Kota/Kabupaten. Semula Pengelola yang telah berbentuk Kantor Kebersihan dan Keindahan kemudian dalam rangka efisiensi digabung dengan dinas Permukiman dan Prasarana daerah dalam bentuk UPTD, yang kemudian pada Tahun 2011 digabung lagi dengan Dinas Cipta karya dan Tata Ruang dalam bentuk seksi Kebersihan sejalan dengan misi otonomi. Akibatnya saat ini tidak ada keseragaman bentuk lembaga pengelola persampahan sehingga menyulitkan pembinaannya. Kapasitas unit kebersihan juga mengalami penurunan kewenangan karena merupakan bagian dari Dinas induknya sehingga semakin sulit untuk membuat rencana pengembangan. Pelayanan persampahan di lapangan juga dilaksanakan langsung oleh Dinas. Dalam hal ini Dinas yang berfungsi sebagai regulator sekaligus menjalankan kegiatan sebagai operator. Akibatnya sulit dilakukan pengawasan yang obyektif sehingga kualitas pelayanan menjadi tidak terjamin. Ketimpangan tersebut masih belum didukung oleh SDM (sumber daya manusia) yang memadai terutama ditinjau dari kuantitas dan kualitas. Upaya-upaya peningkatan kualitas personil yang telah dilakukan beberapa waktu
yang lalu berupa training bidang persampahan yang dilakukan oleh perbagai pihak baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah baik di dalam maupun luar negeri, tidak ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah secara memadai. Para tenaga terdidik tersebut pada umumnya telah menempati tugas diluar sektor persampahan
Tabel 3.19 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan
Pemerintah Kabupaten/Kota
PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta
Masyarakat
V V V
-
-
V V V -
-
V V V
V V V -
-
V -
V
-
-
V -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tabel 3.20 Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Sidenreng Rappang Ketersediaan Peraturan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan
Ada (Sebutkan)
Pelaksanaan Tidak Ada V V
V V
V
V
V Perda no. 10 tahun 2012
Efektif Dilaksanakan
Belum Efektif Dilaksanakan
Tidak Efektif Dilaksanakan
Keterangan
3.3.2
Sistem dan Cakupan Pelayanan
System pengelolaan sampah di Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu pengelolaan dari sumber sampah sampai dengan TPS, pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dan pengelolaan sampah di TPA. Dari penjelasan tersebut diatas dapat dirincikan sebagai berikut : 1. Masyarakat membuang sendiri sampahnya di Tempat Pembuangan Sementara (TPS)sampah yang telah disediakan di wilayah masing-masing 2. Sampah yang telah terkumpul dari TPS sampah akan di jemput oleh petugas yang menggunakan mobil dump truk/arm roll setiap saat. 3. Sampah dari sumber (permukian) yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 6 (enam) di jemput langsung oleh petugas yang menggunakan motor tiga roda (Motora). 4. Sampah dari fasilitas umum, fasilitas social dan fasilitas lainnya dikumpulkan di TPS kemudian di jemput oleh petugas. A. Pola Pelayanan Ada lima pola pelayanan persampahan yang dilakukan di Kabupaten Sidenreng Rappang untuk rumah tangga, jalan, taman/hutan kota, drainase dan pasar : 1. Pola layanan untuk sampah rumah tangga Sampah dikumpulkan oleh penghasil sampah pada wadah sampah (tong sampah, kantong kresek, keranjang bekas dll) yang ditempatkan dipinggir jalan, kemudian petugas memindahkan sampah kealat angkut (dump truk dan Motora) dan kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. 2. Pola layanan untuk sampah jalan Sampah jalan disapu oleh pengelola (petugas)kemudian tumpukan sampah tersebut dipindahkan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). 3. Pola layanan untuk taman kota/hutan kota Sampah taman dan hutan kota berupa sampah daun, ranting, rumput dan sisa-sisa makanan dari pengunjung di kumpulkan oleh pengelola (petugas ) kemudian tempukan sampah tersebut dipindahkan ke TPS yang telah ada. 4. Pola layanan untuk pasar Sampah pasar disapu dan dikumpulkan oleh pengelola (petugas) kemudian dikumpulkan ke kontener sampah yang telah disiapkan dilokasi pasar dan selanjutnya diangkut dengan menggunakan mobil arm roll. 5. Pola layanan untuk saluran drenase Petugas pemeliharaan drenase membersihan saluran (sedimen, sampah pelastik dll ) kemudian dikumpul dipinggir saluran dan dipindahkan ke dalam mobil 4(empat) roda (khusus untuk sampah saluran drenase) diangkut ke TPA sampah. B. Pengangkutan Ada tiga jenis alat angkut yang digunakan dalam pelayanan persampahan yaitu
a. Kendaraan roda 6(enam) adalah kendaraan yang digunakan sejenis dump truk dan arm roll dengan jumlah 11 unit yang terdiri dari 4 unit dum truk dengan tahun perakitan 1990an dan 6 unit arm roll dengan tahun perakitan 1990an sampai 2012 yang masing-masing kapasitas angkutan 4m3. Seluruh armada tersebut dioperasikan setiap hari oleh 11 sopir dan 40 petugas sampah. b. Kendaraan roda 4(empat) adalah kendaraan yang sejenis pick up yang melayanai untuk sampah drenase dengan jumlah 1 unit dengan umur kendaraan sudah tua (perakitan 1980an) yang dioperasikan setiap hari oleh 1 sopir dengan kapasitas muatan berkisar 2m3. c. Kendaraan roda 3(tiga) adalah kendaraan yang biasa disebut motor tiga roda (motora) dimana jumlahnya armada 12 unit dengan tahun perakitan 2011 dan 2013 dioperasikan 12 sopir dan 12 petugas kebersihan dengan jumlah kapasitas muatan 1,5m3. Jumlah sampah yang terangkut dibuang ke TPA dihitung berdasarkan jumlah angkutan yang masuk ke TPA dan kapasitas angkutan. Kegiatan pendataan dilakukan dengan cara mencatat jumlah armada dan kapasitas angkutan masuk ke TPA setiap hari.
PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN CLUSTER DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2013 100,0
17,5
80,0 60,0
60,0
3,6
8,8
59,9
54,2
17,3
22,5
55,9
14,5
Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
12,1
Dibiarkan saja sampai membusuk
40,0 12,2 20,0 -
20,4
7,5 10,0
10,3 5,8
20,4
10,0
0
1
2
3
Kluster Desa/Kelurahan
Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar
45,0
57,0
10,7
32,5
4
Kab. Sidrap
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Lain-lain Tidak tahu
Gambar 3.11 Grafik Pengelolaan Sampah
Pada grafik Sistem Pengelolaan Sampah di Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan bahwa sebanyak 55,9 % masyarakat mengolah sampahnya dengan membakar; 14, 5 % yang membuang sampahnya ke sungai/kali/laut/danau; 12,1 % membuang sampahnya ke tempat lain; 10,7 % yang dikumpulkan dan dibuang ke TPS; 2,3 % yang membiarkan sampahnya membusuk; 0,4 % yang membuang ke lahan kosong/kebun/hutan/dan dibiarkan membusuk; 0,9 % pengelolaan sampahnya tidak tahu; 0,3 % sampahnya dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sedangkan 2,8 % yang sampahnya dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang.
PRAKTIK PEMILAHAN SAMPAH OLEH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2013 100%
0,0
90% 80%
34,0
30,0
66,0
70,0
1
2
22,7
30,1
70% 60% 50%
100,0
40% 30%
77,3
Dipilah 69,9
Tidak Dipilah
20% 10%
0% 0
3
Kab. Sidrap
Kluster Desa/Kelurahan Gambar 3.12Grafik Praktek Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga
Pada Gambar 3.12 di atas, menunjukkan bahwa praktik pemilahan sampah rumah tangga di Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan bahwa 69,9 % yang tidak memilah sampahnya sedangkan hanya 30,1 % yang memilah/memisahkan sampahnya lalu dibuang. Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan yang dilakukan dengan cara penjemputan langsung baru dilayani pada 2(dua) wilayah seperti Kecamatan MaritengngaE dengan 7(tujuh) Kelurahan dan Kecamatan Pancarijang dengan 2(dua) kelurahan sedangkan Kecamatan yang wilayahnya berjauhan dari ibu kota Kabupaten seperti Kecamatan Sidenreng, Kecamatan Pitu Riawa, Kecamatan Tanru Tedong, Kecamatan Tellu LimpoE, Kecamatan Panca Lautang, Kecamatan Baranti dan Kecamatan Watang Pulu masing-masing terlayani untuk pegangkutan sampah, seperti pada Peta 3.3. infrastruktur utama persampahan yaitu TPA berada di Lokasi Kelurahan Arawa, Kec. Watang Pulu seperti pada Peta 3.4 .
Peta 3.3 Peta Cakupan Layanan Persampahan
Peta 3.4 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Persampahan
Tabel 3.21 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan
Input
User Interface
Pengumpulan Setempat
Penampungan Sementara (TPS)
Pengangkutan
Sampah Rumah Tangga
Tong Sampah
Motor Tiga Roda
-
-
Kantong Plastik
-
Dump Truk Sampah
-
Kantong Plastik Tong Sampah Kantong Plastik
-
Tempat Penampungan Sementara (TPS)/Kontainer -
-
-
Tong Sampah
-
Tempat Penampungan Sementara (TPS)/Kontainer -
Sampah Plastik
Motor Tiga Roda -
(Semi) Pengolahan Akhir Terpusat -
Daur Ulang/Pemb uangan Akhir
Kode/ Nama Aliran
TPA
Aliran Limbah P1
TPA
Aliran Limbah P2
-
Tanah
-
-
TPA
Dump Truk Sampah
-
Aliran Limbah P3 Aliran Limbah P4 Aliran Limbah P5
-
-
TPA Lubang Tanah dan Pembakaran
Aliran Limbah P6
Tabel 3.22 Sistem Pengelolaan Persampahan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang Kelompok Fungsi A
B
Input
User Interface Pengumpulan setempat Penampungan sementara Pengangkutan Pemrosesan Akhir
3.3.3
Teknologi yang digunakan Timbulan sampah rumah tangga Tong Sampah/ Kantong Plastik Motor Tiga Roda
Jenis Data Sekunder C
Volume (m3/hari)
TPS / Kontainer Dump Truck / Armroll Truck TPA
(Perkiraan) Nilai Data D
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
12 unit
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Luas Total Areal
4 Dump truck / 4 Armroll Kel. Arawa Kec. Watang Pulu 2 Ha
Luas Areal terpakai
1 Ha
Jumlah sampah yang masuk Jumlah alat berat
72 m3/hari
Fasilitas Pendukung
Tidak ada
Lokasi
E
99.570 m3/hari
24 tps / 19 unit Unit
Sumber Data
-
Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK
Kesadaran masyarakat adalah segala tindakan masyarakat, langsung atau tidak langsung, yang membantu mengurangi tugas pengelolaan persampahan.Secara umum kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
persampahan di Kabupaten Sidenreng Rappang masih sangat rendah, seperti pada Tabel 3.23. Berdasarkan hasil survey EHRA, keterlibatan peremuan dalam melakukan pemilahan sampah masih sangat rendah yaitu 30,1%. Keterlibatan perempuan dalam pengelolaan sampah sangat besar khususnya ibu rumah tangga, karena mereka adalah pelaku utama dalam pengelolaan sampah di rumah tangga. Tabel 3.23 Pengelolaan Persampahan Di Tingkat Kelurahan/Kecamatan Dikelola oleh Masyarakat RT
Jenis kegiatan
L Pengumpulan sampah dari rumah
Dikelola oleh Sektor Formal di tingkat Kelurahan/Kecam atan
RW
P
L
P
L
P
Dikelola Pihak Swasta
L
Keterangan
P
-
Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan Tabel 3.24 Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kabupaten/kota Jenis Kegiatan
Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan
Dikelola oleh Kabupaten/Kota 50 24 40 21
L
-
P
Dikelola oleh Masyarakat L
P
Dikelola oleh Sektor Formal di Tingkat L P
Dikelola Pihak Swasta L
P
Tabel 3.25 Daftar Program/Proyek Layaynan yang Berbasis Masyarakat No
Komponen
Nama Program / Proyek / Layanan
Tidak ada
3.3.4
Pelaksana /PJ
Tahun Mulai
Kondisi Sarana Saat ini Fungsi
Tidak Fungsi
Rusak
Aspek PMJK PM
JDR
MBR
Pemetaan Media
HasilidentifikasitentangpengalamanKabupatenSidenreng Rappangdalammenjalankankampanyepengelolaan sampahsertasejauhmanaPemerintahKabupaten Sidenreng Rappangmelakukan penyampaian informasi kepada
masyarakat dan mengetahui peran media massa dalam mendukung pengelolaan sampah. Sebagaimana dalam Tabel 3.26 dan Tabel 3.27 s a mp a i s a a t in i belum pernah dilakukan kegiatan komunikasi maupun kerjasama dengan media komunikasi secara maksimal. Untuk itu masih perlu ditingkatkan dengan senantiasa mengikuti perkembangan informasi melalui media massa, maupun media elektornik serta informasi teknis tentunya harus pro aktif memberikan sosialisasi agar nantinya masyarakat dapat memahami arti penting hidup sehat, membuang sampah pada tempatnya yang ada dengan terpisah sampah kering dan sampah basah. Tabel 3.26 Kegiatan Komunikasi terkait komponen Persampahan No
Kegiatan
1
Belum ada
Tahun
Dinas Pelaksana
Tujuan Kegiatan
Khalayak Sasaran
Pesan Kunci
Pembelajaran
2
Tabel 3.27 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponenPersampahan No 1.
Jenis Media
Khalayak
Pendanaan
Isu yang Diangkat
Pesan Kunci
Efektivitas
Belum ada
2.
3.3.5
Partisipasi Dunia Usaha
Dalam pengelolaan kegiatan pelayanan persampahan, selayaknya selain menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang khususnya Dinas Cipta Karya dan Tata Ruangjuga bisa dikelola melalui kegiatan kemitraan dengan dunia usaha. Sampah yang dihasilkan setiap harinya, yang terdiri atas sampah organik dan anorganik, sebelum di bawa ke tempat pemrosesan akhir, seharusnya bisa dipilah terlebih dahulu untuk kemudian di olah kembali sebagai bagian dari proses daur ulang. Dan kegiatan ini bisa melibatkan dunia usaha, karena memiliki prospek bisnis yang cukup menjanjikan. Saat ini, di Kabupaten Sidenreng Rappang program kemitraan antara Pemerintah Kabupaten dengan dunia usaha belum ada. Tetapi, embrio awal dari proses kemitraan ini telah dilakukan oleh para petugas truck sampah, dimana para petugas tersebut, ketika mengumpulkan sampah untuk di angkut ke atas truk telah melakukan pemilahan terlebih dahulu terhadap sampah yang ada. Para petugas mengumpulkan sampah jenis sampah plastik seperti botol air mineral, botol kaca, kardus bekas dan besi-besi rongsokan yang kemudian dijual ke pengepul yang siap menampung barang-barang bekas tersebut. Sebagaimana terlihat di Tabel 3.28 sudah ada pihak swasta yang mengolah daur ulang kardus menjadi rak telur, serta pemilhan sampah non organik.
Tabel 3.28 Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang No
Nama Provider/Mitra Potensial
Tahun mulai operasi/ Berkontribusi
Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi
B
C
D
A
Potensi Kerjasama
Komponen : Persampahan 1.
PT. Rattelindo
1995
Pengumpul kardus dan sejenisnya yang didaur ulang menjadi rak telur
Mengumpulkan/ menampung/ membeli sampah non organik (kertas kardus)
2.
Yahri
1990
Penjualan barang bekas dan daur ulang sampah (Pengumpul)
Mengumpulkan/ menampung/ membeli sampah non organik (besi dan botol)
3.3.6
Pendanaan dan Pembiayaan
Tabel 3.29 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen persampahan No 1 2 2.a 2.b 2.c 3 4
Ratarata
Belanja (Rp)
Subsektor Air Limbah (1a+1b) Sampah (2a+2b) Pendanaan Investasi Sampah Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Drainase (3a+3b) Aspek Promosi Higiene dan Sanitasi
n-4
n-3
n-2
n-1
n
745,881,000
7,900,000
29,370,000
21,122,000
1,676,677,000
Pertum buhan (%)
Tabel 3.30Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah
No
SKPD
1
Retribusi Air Limbah
2 2.a 2.b
Retribusi Sampah Realisasi retribusi Potensi retribusi
3
Retribusi Drainase
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) n-4 n-3 n-2 n-1
n
42.300.000
34.300.000
57.681.500
142.854.500
42.300.000
42.300.000
34.300.000
57.681.500
142.854.500
42.300.000
Pertumb uhan (%)
3.3.7
Permasalahan mendesak dan Isu strategis Tabel 3.31 Permasalahan dan issu strategis Permasalahan Mendesak
Isu Strategis
Rendahnya pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan cara 3R(reduce, reuse dan recycle) Banyaknya timbulan sampah yang belum dikelola oleh Pemerintah Daerah maupun pihak swasta serta pihak lainnya karena sarana dan prasarana pengelolaan yang masih minim Sistem pengelolaan sampah yang masih menggunakan open dumping
Sosialisasi pengelolaan persampahan dengan cara 3R Peningkatan jumlah armada dalam pengangkutan sehingga timbulan sampah dapat diminimalkan
Kondisi TPA yang dioperasikan secara open dumping memerlukan upaya rehabilitasi agar pencemaran lingkungan dan sumber-sumber air dapat diminimalkan Rendahnya akses masyarakat terhadap layanan Masih rendahnya biaya investasi persampahan persampahan Masih rendahnya peran pihak swasta dalam pengelolaan persampahan Masih rendahnya pendanaan di sektor air limbah domestik Belum ada payung hukum untuk menjamin Belum adanya Perda Pengelolaan adanya situasi lingkungan yang lebih sehat dan Persampahan aman, disamping juga sebagai pedoman dasar dalam pengelolaan persampahan Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam penetapan kebijakan di bidang Persampahan
3.4
Pengelolaan Drainase Lingkungan 3.4.1
Kelembagaan
Penanganan pengelolaan saluran drainase lingkungan di kabupaten Sidenreng Rappang merupakan tanggung jawab Dinas Cipta karya dan Tata Ruang. Pemeliharaan pada prinsipnya diserahkan kepada masyarakat setempat, namun realitas dilapangan porsi terbesar tetap saja menjadi tanggung jawab penuh dari pemerintah daerah. Kelembagaan ditingkat masyarakat hanya bersifat temporer, termasuk ditingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan. Dengan fungsi kelembagaan yang masih lemah maka perencanaan program maupun target yang ingin dicapai belum berjalan efektif, perangkat peraturan terkait pengelolaan drianase belum tersedia, hal ini terkait dengan dukungan dana (APBD Kab/Provinsi ataupuan APBN) yang masih sangat minim. Demikian juga dukungan dari dunia usaha belum berkembang sebagaimana diharapkan.
Tabel 3.32 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan
Pemerintah Kabupaten/Kota V -
PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta
Masyarakat
V V -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
V
-
-
V
-
-
V
-
-
V
Tabel 3.33 Daftar Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Sidenreng Rappang Ketersediaan Peraturan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan
Ada (Sebutkan)
Pelaksanaan Tidak Ada V
V
V V
V
Efektif Dilaksanakan
Belum Efektif Dilaksanakan
Tidak Efektif Dilaksanakan
Keteranga n
3.4.2
Sistem dan Cakupan Pelayanan
Secara umum permasalahan drainase di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah akibat system yang kurang memadai dan kurang menjangkau daerah-daerah yang rawan genangan. Selain itu sistem drainase yang ada kurang terpelihara, sehingga pada waktu musim hujan drainase yang ada mampet karena terhalang kotoran atau sampah yang ada di dalam saluran yang mengakibatkan genangandi lingkungan pemukiman.
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI BANJIR RUTIN DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2013 100% 20,0
90% 80%
50,0
61,8
64,4
70%
67,6
82,5
60% 50% 30%
Tidak
80,0
40%
Ya 50,0
38,2
35,6
20%
32,4
17,5
10% 0% 0
1
2
3
4
Kab. Sidrap
Kluster Desa/Kelurahan
Gambar 3.13 Grafik Persentase Rumah Tangga yang mengalami Banjir Rutin
Peta 3.5 Peta jaringan drainase lingkungan Kabupaten Sidenreng Rappang (atau peta zone drainase)
Peta 3.6 Peta Wilayah Genangan
Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu: 1. Sistem Drainase Primer, Sistem drainase mayor yaitu system saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase primer ini disebut juga sebagai system saluran pembuangan utama atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase sekunder, kanal-kanal atau sungaisungai. Perencanaan drainase primer ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan system drainase ini. 2. Sistem Drainase Sekunder, Sistem drainase sekunder yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam system drainase sekunder adalah saluran disepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase sekunder ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata gunalahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistemdrainase sekunder. Dalam PPSP, Pengelolaan system drainase di Kabupaten Sidenreng Rappang menjad itanggung jawab daerah (kabupaten/kota). Kondisi genangan/banjir dan kondisi pengelolaan drainase di kabupaten Sidenreng Rappang adalah sebagai berikut: Tabel 3.34. Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan Pengumpulan& Penampungan/ Pengolahan Awal
Pengangkutan/ Pengaliran
(Semi) Pengolahan Akhir Terpusat
Pembuangan Akhir/ Daur Ulang
Input
User Interface
Grey Water
Dapur Rumah Tangga
Pipa
Grey Water
Kamar Mandi
Pipa
Drainase
Air Hujan
Talang
Pipa
Drainase
Grey Water
Air Cucian
Pipa
Drainase
Grey Water
Dapur Rumah Tangga
tanah
Grey Water
Kamar Mandi
tanah
Air Hujan
Talang
tanah
Grey Water
Air Cucian
tanah
Grey Water
Air Cucian
pipa
Drainase
sungai
Kode/Nama Aliran Aliran Limbah D1 Aliran Limbah D2 Aliran Limbah D3 Aliran Limbah D4 Aliran Limbah D5 Aliran Limbah D6 Aliran Limbah D7 Aliran Limbah D8 Aliran Limbah D9
Tabel 3.35 Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten/Kota Kelompok Fungsi
Teknologi yang digunakan
Jenis Data Sekunder
(Perkiraan) Nilai Data
Sumber Data
b
c
D
e
A Tidak ada
3.4.3
Kesadaran Masyarakat dan PMHSJK Masyarakat / pihak swasta dalam peranan penanganan drainase masih terbatas, terutama pada lingkungan perumahan pribadi. Sehingga diharapkan semua pihak terutama pemangku
kebijakan
melakukan kesepakatan / kesediaan untuk aktif dalam pembangunan organisasi pengelola / pemeliharaan saluran drainase permukiman seperti: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat / PKK Tabel 3.36 Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan Kelurahan/Desa
Jumlah
RT
RW
Kondisi Drainas e Saat Ini La M nc a ar m pe t
Pembersihan Drainase Rutin L P
Pengelola oleh
Tidak Rutin L
P
Pem erint ah Kota
Kel ura han/ des a
Masyaraka t (RT /RW) L P
Bangunan Di Atas Saluran Sw ast a
Ada
Tida k Ada
Kec. Panca Lautang Kel. Wette’e Desa Allesalewoe
16 8
6 4
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√
√
Kec. Tellulimpoe Kel. Toddang pulu
6
4
√
√
√
√
√
√
√
√
Kec. Watang pulu Kel. Batu Lappa Kel. Ululale Kel. Bangkai
14 14 12
7 7 6
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√
√ √
Kec. Baranti Kel. Baranti Desa Tonrongnge Desa Sipodeceng Desa. TR. Rijang
18 13 17 9
6 4 6 4
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√
Kec. Panca Rijang Kel. lalebata Kel. Maccorawalie
20 18
9 7
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
Kec. Kulo Desa Kulo Desa Rijang panua
12 9
6 4
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √ √
√ √
√ √
Kec. Maritengngae Kel. Pangkajene Kel. Rijang pittu Kel. Lakessi Kel. wala
7 8 12 8
2 4 5 4
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Kec.Watang Sidenreng Kel. sidenreng Desa Mojong Desa Talumae Desa Aka-Akae
11 18 9 9
5 9 5 4
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
11 10 5 10
5 5 5 5
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Kec. Pitu Riawa Kel. Lancirang Desa Sumpang mango
8 8
4 4
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
Desa Ajubissue Desa Dongi
16 12
8 6
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
18
16
√
√
√
√
√
√
√
Kec.Duapitue Kel. Tanru tedong Desa Salomallori Desa Salobukkang DesaPadang loang alau
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Kec. Pitu Riase Desa Belawae
√
Program/proyek yang berbasis masyarakat pada dasarnya sudah ada, terutama pada tatanan pengelolaan drainase persil dan sebagian saluran sekunder (khususnya di lingkungan permukiman desa). Belum tersedia data rinci tentang program/proyek pembangunan drainase baik perkotaan maupun perdesaan. Belum ada sistem kelembagaan atau pemisahan yang jelas tentang peran jender dan masyarakat miskin dalam pengelolaan drainase lingkungan. Tabel 3.37 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat
No
1
Komponen
Pembangunan Drainase
Nama Program / Proyek / Layanan
Pelaksana/PJ
PNPM-Mandiri
Dinas Cipta
Tahun Mulai
2010
Kondisi Sarana Saat ini Ti da Fu R k ng us Fu si ak ng si √
Aspek PMJK
P M
JD R
M B R
√
√
√
Perkotaan (P2KP) 2
Pembangunan Drainase
PNPM-Mandiri Perkotaan (P2KP)
3
Pembangunan Drainase
4
Pembangunan Drainase
PNPM-Mandiri Perdesaan PNPM-Mandiri Perdesaan
3.4.4
Karya dan Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang BPMD BPMD
2011
√
√
√
√
2010
√
√
√
√
2010
√
√
√
√
Pemetaan Media
Berdasarkan hasil identifikasi, Kabupaten Sidenreng Rappang dalam menjalankankampanye pengelolaan drainase serta sejauh mana Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat, dan mengetahui peran media massa dalam mendukung pengelolaan air limbah sampai saat ini sudah dilaksanakan, namun hasilnya belum memuaskan. Namun untuk publikasi kegiatan sosialisasi mengenai pengelolaan limbah yang baik, belum berjalan dengan baik, karena masih kurangnya koordinasi dengan instansi teknis dan belum ada anggaran secara khusus disiapkan untuk kampanye dimaksud, sebagaimana dalam Tabel 3.38 dan Tabel 3.39 Tabel 3.38 Kegiatan Komunikasi terkait komponen drainase lingkungan
No
Kegiatan
Tahun
Dinas Pelaksana
Tujuan Kegiatan
Khalayak Sasaran
Pesan Kunci
Pembelajaran
1 2
Tabel 3.39 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait komponen drainase lingkungan
No
Jenis Media
Khalayak
Pendanaan
Isu yang Diangkat
Pesan Kunci
Efektivitas
1.
3.4.5
Partisipasi Dunia Usaha
Untukmeningkatkanpelayanan fasilitassanitasi terkhusus pada saluran drainasesebagaiprasaranadasaruntuk meningkatkantingkat kesejahteraanmasyarakatdiperlukankemitraandenganpihakluar/ swasta/ dunia usaha.Adapun mengenai partisipasi dunia usaha diKabupatenSidenreng Rappang untuk saat ini belum ada,olehnya itu perlu diperkuat kelembagaan antara pemerintah dan dunia usaha, sebagaimana terlampir dalam Tabel3.40:
Tabel 3.40 Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten/Kota No
Nama Provider/Mitra Potensial
Tahun mulai operasi/ Berkontribusi
Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi
b
C
D
A
Potensi Kerjasama
Komponen : Drainase Lingkungan 1.
Tidak ada
3.4.6
Pendanaan dan Pembiayaan
Belanja investasi drainase maupun untuk operasi dan pemeliharaan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang (SKPD terkait) maupun institusi lain yang berwenang dalam pengelolaan drainase cenderung mengalami penurunan sejak empat tahun terakhir, selengkapnya padaTabel 3.41: Tabel 3.41 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Komponen drainase lingkungan No
Subsektor
2008 1
1.a
Rata-rata
Belanja (Rp)
2009
2010
2011
10.292.857.000
13.990.828.000
6.956.765.000
7.384.577.000
-
-
-
-
Pertu mbuh an (%)
Drainase (3a+3b)
Pendanaan Investasi Drainase
9.656.256.750
-25
Tabel 3.42 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Lingkungan
No
SKPD
1
Retribusi Air Limbah
2
Retribusi Sampah
3 3.a 3.b
Retribusi Drainase Realisasi retribusi Potensi retribusi
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) n-4 n-3 n-2 n-1 n
Pertumb uhan (%)
3.4.7
Permasalahan mendesak dan Isu strategis Tabel 3.43 Permasalahan Mendesak dan Issue Strategis
Permasalahan Mendesak 1. Banjir 2.Sebagiandesa/KelurahanSering Tergenang ± 3 jam s/d 9 jam
3. Saluran sering mampet akibat buangan sampah di got
Isu Strategis 1. Perlunya pengerukan drainase setiap tahun untuk daerah yang padat penduduknya akibat buangan sampah di saluran. 2. Harus dibuatkan Saluran induk yang tembus ke pembuangan akhir. 3. Perencanaan harus memperhatikan elevasi pengaliran pada daerah tersebut. 4. Pada perencanaan saluran drainase harus memperhatikan dimensi saluaran induk (Dimensi saluran primer harus lebih besar dari saluran sekunder) 5. Untuk daerah yang dilalui sungai atau sekitar danau harus di buatkan bendung untuk menghindari banjir besar. 6. Perlu adanya suatu perencanaan masterplan darinase minimal untuk tiap kecamatan. 7. Pada pengelolaan drainase pemerintah harus kerjasama dengan swasta. 8. Dana untuk pengelolaan drainase yang bersumber dari APBD sangat terbatas. 9. Pemda dan pejabat setempat harus membuat kesepakatan dengan masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran drainase/got. 10. Perlu pengadaan alat berat (Exavator ) untuk pengerukan darinase.
3.5
Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi 3.5.1
Pengelolaan Air Bersih
Air bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan air minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Sumber air bersih dapat dibedakan atas: 1) Air Hujan; 2) Air Sungai dan Danau; 3) Mata Air; 4) Air Sumur Dangkal; dan 5) Air Sumur Dalam. Pencemaran air, udara, dan tanah masih belum tertangani secara optimal karena aktivitas pembangunan yang kurang memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan (AMDAL). Pencemaran air di Kabupaten Sidenreng Rappang pada umumnya, adalah adanya indikasi tingginya baktericoly ,kandungan kapur, dan Fe. Pada lokasi-lokasi khusus, terindikasi adanya logam berat pada kandungan air minum pada daerah penambangan dan
penggunaan pestisida yang kurang terkontrol pada daerah pertanian sangat menganggu keseimbangan kualitas air tanah disekitarnya. Pada musim kemarau panjang mengalami masalah kekeringan. Selain kekurangan air untuk mengairi lahan pertanian, masyarakatpun menghadapi kekurangan suplai kebutuhan air untuk konsumsi dan kebutuhan sanitasi (MCK). Asumsi yang digunakan dalam menghitung jumlah pengguna air bersih adalah meliputi: a.
Jumlah pelanggan PDAM
b.
Jumlah pengguna air dari mata air terlindung (BPAM)
c.
Jumlah pengguna air bersih dari sumur terlindung;) dan
d.
Jumlah pengguna air bersih dari Penampungan Air Hujan (PAH).
Dari 66.380 rumah tangga yang ada pada tahun 2011 terdapat sejumlah 5.780 SR rumah tangga yang telah menggunakan air bersih sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.44 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air bersih Perpipaan Kabupaten Sidenreng Rappang No
Uraian
1 2 3 4 5
Pengelola Tingkat Pelayanan Kapasitas Produksi Kapasitas Terpasang Jumlah Sambungan Rumah (Total) Jumlah Kran Air Kehilangan Air (UFW) Retribusi/Tarif (rumah tangga) Jumlah pelanggan per kecamatan - Kecamatan maritengngae - Kecamatan watang pulu - Kecamatan panca rijang - Kecamatan Dua pitue - Kecamatan Tellu limpoe - Kecamatan Panca lautang - Kecamatan Baranti - Kecamatan Kulo - Kecamatan Watang sidenreng - Kecamatan Pitu riawa - Kecamatan Pitu riase
6 7 8 9
Satuan
Sistem Perpipaan
% Lt/detik Lt/detik Unit
PDAM/ BPAM 12.14 +18.76 = 30.9 192.50 223,50 5780
Unit % M3
139 20.59 1100
Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan
1.935 1.064 895 1.215 1.899 700 720 1.789 1.797 1.997 2.114
Keterangan Utk .Non perpipaan 69.10 %
Grafik Penggunaan Sumber Air Untuk Minum dan Memasak di Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2013 2,1% 1,9%
Air Sumur Gali Tdk Terlindungi
22,9% 21,1%
Air Sumur Gali Terlindungi Air Sumur Pompa Tangan
45,3%
54,0%
3,2% 2,5%
Air Kran Umum
Masak
0,7% 0,7%
Air Hidran Umum PDAM
Minum 8,2% 6,1%
Air Ledeng dari PDAM 1,3%
Air Isi Ulang Air Botol Kemasan
17,4% 0,3% 4,7%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
Gambar 3.14 Grafik Akses Terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan Memasak
3.5.2
Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga
Pengelolaan air limbah indusri rumah tangga di Kabupaten Sidenreng Rappang sampai sekarang belum ada. Dan ini disebabkan oleh belum ada data rinci pengelola industri RT dan aturan yang mendasari untuk kegiatan tersebut, sehingga buangan limbah industri rumah tangga ini tidak terkoordinir sehingga sangat menganggu warga masyarakat di sekitarnya, terutama untuk gangguan kesehatan. Olenya itu dalam membuat pengolahan air limbah industry RT harus diperhatikan sbb: 1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air di permukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. 2. Tidak mengotori permukaan tanah. 3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. 4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. 5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu. 6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. 7.Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10m. Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap
yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, dimana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organic melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi didaerah tropis yang dapat dimanfaatkan. Industri rumah tangga seperti industry tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu dikelola. Limbah dari industry rumah tangga tersebut menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya. Tabel 3.45 Pengeleloaan Limbah Industri Rumah Tangga Kabupaten Sidenreng Rappang Jenis Industri Rumah Tangga
Lokasi
Jumlah industri RT
Jenis Pengolahan
Kapasitas (m3/hari)
Dst 3.5.3
Pengelolaan Limbah Medis
Tabel 3.46 Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas-fasilitas Kesehatan Nama Fasilitas Kesehatan Puskesmas Bilokka
Lokasi Kec. Panca
Jenis Pengolahan Limbah Medis
Kapasitas (m3/hari)
Incinerator (Padat)
0,25 (m3/hari)
Kec. Dua Pitue
Incinerator (Padat)
0,25 (m3/hari)
Puskesmas Belawae
Kec. Pitu Riase
Incinerator (Padat)
0,25 (m3/hari)
RSU Arifin Nu’mang
Kec. Panca Rijang
Incinerator (Padat)
0,25 (m3/hari)
RSU Nene Mallomo
Kec. maritengngae
Incinerator (Padat)
0,5 (m3/hari)
Lautang Pusekesmas Tanrutedong