BAB III DATA DAN INFORMASI
Tinjauan data dan informasi merupakan proses dalam pengumpulan data dan klasifikasi informasi yang telah ditemukan, yang kemudian dikelompokan dalam substansi-substansi yang mengarah pada konsep perencanaan dan perancangan berikutnya. Data dan informasi ini menjadi materi penting dan memberikan konstribusi kepada penyusunan konsep perencanaan dan perancangan Bandung Fashion Hub sebagai sarana edukasi, komunikasi, marketing dan rekreasi di Kota Bandung dengan pendekatan konsep desain ekspresif. Data dan informasi ini nantinya akan dikomparasikan dengan Tinjauan pustaka pada BAB II untuk mendapatkan gambaran umum objek yang akan dirancang pada BAB IV.
A. TINJAUAN BANDUNG FASHION HUB SEBAGAI ELEMEN YANG DIWADAHI 1. Pemahaman Bandung Fashion Hub a. Pengertian Bandung Fadhion Hub sebagai Ruang Interaksi dan Rekreasi Bandung Fashion Hub adalah tempat yang mewadahi segala kegiatan terkait karakter kegiatan fashion yaitu kegiatan forecasting, kegiatan show off, kegiatan market dan shop. Fashion Hub merupakan tempat untuk bertemu, melakukan kegiatan komunikasi antara komunitas dan media, dengan kalangan pegiat fashion maupun masyarakat pada umumnya juga sebagai sarana pendidikan serta aktivitas informasi, promosi, eksibisi dan rekreasi di Kota Bandung. Bandung Fashion Hub yang direncanakan adalah sebuah wadah terpusat sebagai sarana interaksi dari fashion stakeholder yang bergerak dalam bidang pendidikan (edukasi), komunikasi (interaksi komunitas dan media), pemasaran produk industry kreatif fashion, dan rekreasi masyarakat yang bertemakan fashion sebagai kebudayaan untuk semua kalangan masyarakat, khususnya di Kota Bandung. Bandung Fashion Hub bukan hanya sebagai Pusat Fashion tetapi juga sebagai ruang public yang mendukung kegiatan Bandung Kota Kreatif, yang lokasinya berdasarkan kriteria pemilihan lokasi berada dalam Kota Bandung dimana dekat dengan aktivitas masyarakat kota, membuat Bandung Fashion Hub dapat memberikan arti bagi perkembangan fashion Kota Bandung.
60
61 b. Visi dan Misi Bandung Fashion Hub Dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita Bandung Fashion Hub maka dirumuskan sebuah langkah dan strategi yang tertuang dalam visi dan misi. Berikut visi dan misi Bandung Fashion Hub:
Visi : “terwujudnya pusat kegiatan fashion sebagai interaksi fashion stakeholder dan ruang rekreasi yang mampu mengekspresikan kegiatan fashion yang cerdas, kreatif dan komunal”.
Misi:
Misi Edukatif Sebagai sarana pendidikan khususnya di bidang pendidikan fashion.
Misi Informatif Sebagai media informasi tentang perkembangan di bidang fashion dan informasi kemajuan fashion dalam negeri.
Misi Komunikatif Sebagai media untuk berkomunikasi bagi kalangan lingkungan pendidikan fashion, fashion desainer, komunitas fashion maupun pengunjung, dengan adanya fashion exhibition, fashion show, diskusi dan workshop.
Misi Kreatif Sebagai media peningkatan kreatifitas.
Misi Rekreatif Sebagai sarana hiburan, rekreasi dan berbelanja bagi masyarakat
Misi Promotif Sebagai wadah untuk mengenalkan kepada masyarakat indonesia khususnya dan masyarakat dunia umumnya, mengenai produk-produk fashion lokal yang berkualitas.
62 c. Struktur Organisasi Bandung Fashion Hub
Skema 5. 1. Struktur Organisasi pada Bandung Fashion Hub yang direncanakan (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
2. Pengguna, Kegiatan dan Peruangan bandung Fashion Hub a. Data Pengguna 1) Peserta didik Sekolah Fashion Peserta didik sekolah fashion merupakan individu yang mengikuti program pendidikan Fashion yang diselenggarakan dalam Bandung Fashion Hub. Individu-individu peserta didik disebut juga sebagai pelajar yang nantinya akan dibagi dalam jurusan yang terspesialisasi. Selain kegiatan belajar perkembangan dunia fashion, para peseta didik juga diajarkan untuk melakukan praktisi fashion yang kemudian akan berkontribusi dalam eventevent fashion maupun bisnis fashion, sehingga kegiatan pembelajaran dapat diaplikasikan langsung dalam dunia nyata. 2) Staff pengajar Staff Pengajar adalah orang-orang yang mengajar dan membina siswa agar dapat mencapai kompetensi dalam perguruan tinggi tersebut. Staff pengajar biasanya adalah orang-orang yang sudah memahami akan fashion dan siap untuk membagikan ilmu kepada siswanya.
63 3) Komunitas dan Media Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah Komunitas yang bergerak dalam industri fashion, para pegiat fashion yang tertarik dengan perkembangan fashion baik mode fashion klasik, traditional, kontemporer yang sedang berkembang saat ini, maupun komunitas kreatif yang ada di Kota Bandung. Dalam kelompok ini seorang anggota komunitas fashion tidak hanya kelompok yang telah menghasilkan suatu karya fashion, tetapi kelompok ini dapat mengapresiasikan dirinya dalam bentuk lain, seperti: mengadakan diskusi, jurnalisme, kritik fashion, hingga menyelenggarakan festival- festival atau event-event fashion. 4) Fashion Industri Pelaku Fashion Industri merupakan individu/ kelompok yang melakukan kegiatan bisnis berupa marketing produk fashion. Terdapat dua kategori Pelaku Industri fashion yaitu Tenant Tetap dan Tenant tidak tetap. Tenant tetap adalah Pelaku Indusrti Fashion yang menyewa retail pada Bandung Fashion Hub. Sedangkan tenant tidak tetap merupakan pelaku industry fashion yang menyewa retail pada saat dilangsungkan expo, bazaar ataupun event festival fashion. 5) Pengunjung Umum Kalangan umum adalah masyarakat yang memiliki ketertarikan dan kebutuhan untuk mendatangi Bandung Fashion Hub tanpa adanya kebutuhan khusus seputar informasi perkembangan fashion. Dalam hal ini kalangan umum tidak terbatas oleh usia, jenis kelamin, dan status sosial. Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang Dunia Mode (Fashion), baik dengan tujuan untuk mencari hiburan/ rekreasi, prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat/ bakat. Kelompok ini juga dapat mengapresiasikan dirinya dalam wadah-wadah yang ada. Kalangan umum yakni:
Masyarakat yang ingin mengetahui lebih mengenai mode/ fashion itu sendiri
Orangtua/wali siswa dari peserta didik
Pengujung acara (kalau sedang diadakan acara; seminar, workshop, dll)
6) Pengelola Pengelola meliputi orang-orang yang mengoperasikan sekolah fashion, perpustakaan, gallery dan bertanggung jawab pada jalannya kegiatan yang
64 berlangsung pada Bandung Fashion Hub termasuk didalamnya bertanggung jawab terhadap maintenance bangunan di dalam area kompleks Bandung Fashion Hub. Berdasarkan aktivitasnya, pengelola dibedakan menjadi:
Direktur Direktur bertugas untuk melakukan pengelolaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan, melakukan pembinaan pengelolaan, serta pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dari masingmasing unit pada Bandung Fashion Hub.
Wakil Direktur Secara structural wakil direktur berada dibawah Direktur yang bertugas melakukan pengelolaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan, melakukan pembinaan pengelolaan, serta pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dari masing-masing unit pada Bandung Fashion Hub.
Pengelola administrasi Pusat -
Manajer Administrasi dan Keuangan Pusat
Secara structural berada dibwah pengawasan Direktur dan Wakil Direktur Bandung Fashion Hub yang bertugas mengurus segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi dan keuangan secara menyeluruh pada Bandung Fashion Hub. Kegiatan administrasi seperti kegiatan surat-menyurat, agenda rapat dan pengelolaan keuangan. -
Sekretaris Pusat
Sekertaris bertanggung jawab sebagai penghubung antara direktur serta wakil direktur dengan bidang-bidang yang ada dibawahnya dan juga untuk mencatat segala hal yang dibutuhkan bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bidang-bidang dibawahnya.
Manajer Program Sekolah Fashion Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang berlangsung pada Sekolah Fashion, menyangkut kurikulum pengajaran, staff pengajar, administrasi, sekolah fashion serta keberlangsungan program sekolah fashion basic peserta didik maupun bahan ajar.
Manajer Program Komunitas dan Media Manager Porgram Komunitas dan Media bertanggung jawab terhadap segala kegiatan komunitas yang berlangsung di Bandungg Fashion Hub.
Manager Program Marketing Fashion Industri
65 Manager Program Marketing Fashion Industri bertanggung jawab terhadap kegiatan market wadah Retail Fashion maupun kegiatan expo, bazar, dan festival. Bidang ini mengurusi regulasi penataan tenant pada wadah yang disediakan maupun administrasi yang nantinya akan ditanggung jawabkan kepada Administrasi Pusat.
Manager Program Fashion Show Manager Program Fashion Show bertanggung jawab terhadap kegiatan Fashion Show sekaligus sebagai Forum Interaksi bertemunya pihak sekolah fashion, komunitas dan media fashion, Fashion Industri dan Pengunjung pada umumnya. Tugas Manager Program Fashion Show yaitu mengadakan event, mempersiapkan konsep fashion show, publikasi dan melakukan evaluasi kegiatan secara berkala.
Manager Program Gallery Manager Program Gallery bertanggung jawab terhadap kegiatan pameran karya sekolah fashion, fashion designer maupun gallery fashion industry. Bertugas melakukan pengelolaan, penataan, pengonsepan karya yang ditampilkan, pergantian karya, evaluasi, kebijakan pengelolaan koleksi karya dan pelaporan tugas pada Pimpinan Bandung Fashion Hub.
Manager Program Perpustakaan Manager
Program
Perpustakaan
bertanggung
jawab
terhadap
kepustakaan, koleksi buku, peminjaman dan pengembalian buku, pendataan, dokumentasi dan kebijakan koleksi pustaka. Manager Program Perpustakaan juga bertugas untuk melakukan evaluasi dan pelaporan tugas pada pimpinan Bandung Fashion Hub.
Manager Program Informasi Bertugas sebagai pengendalian informasi yang berlangsung pada Bandung Fashion Hub. Program Informasi juga bertanggung jawab melayani pengguna bila terdapat pertanyaan.
Manajer Keamanan Bertugas mengawasi dan menjaga keamanan di kawasan Bandung Fashion Hub. Manager Keamanan mengepalai petugas keamanan dan penjaga parkir.
Manager Maintenance Bidang Maintenance bertugas mengawasi dan menjaga kebersihan dan ketertiban fasilitas pada Bandung Fashion Hub. Manager Maintenance mengepalai petugas cleaning service dan petugas teknisi.
66 7) Petugas Service Petugas servis dibedakan menjadi enam, yakni petugas informasi, petugas keamanan, cleaning service, teknisi, penjaga parkir, dan petugas medis.
Petugas Informasi Berada dibawah bidang informasi dan penelitian dengan tugas melayani pengguna bila terdapat pertanyaan.
Petugas Keamanan Berada dibawah bidang keamanan dan perawatan, bertugas mengawasi dan tanggung jawab keamanan pada Bandung Fashion Hub.
Cleaning Service Berada dibawah bidang keamanan dan perawatan, bertugas menjaga kebersihan Bandung Fashion Hub.
Teknisi Berada dibawah bidang maintenance, bertugas memperbaiki sarana dan prasarana Bandung Fashion Hub.
Penjaga Parkir Berada dibawah bidang keamanan dan perawatan, melakukan kegiatan perpakiran, pengawasan kendaraan, dan buka tutup gerbang bagi kendaraan yang berada didalam lingkungan Bandung Fashion Hub.
Petugas Medis Berada dibawah bidang keamanan dan perawatan, memberikan pertolongan pertama pada pengguna Bandung Fashion Hub bila terjadi kecelakaan baik kecil maupun besar.
8) Petugas Komersil Petugas komersil dibagi menjadi dua, yakni petugas Fashion shop dan petugas cafe.
Petugas Fashion Shop Melayani pembeli dalam menjual barang-barang seperti souvenir ataupun peralatan yang berhubungan dengan Bandung Fashion Hub.
Petugas Café Melayani pembeli dalam penjualan makanan dan minuman.
b. Aktivitas Pengguna Berikut ini adalah analisis dan hasil jenis kegiatan pengguna pada Bandung Fashion Hub 1) Kegiatan edukasi
67
Mempelajari Fashion melalui pendidikan formal (sekolah) Dengan tersedianya sekolah fashion yang memiliki kurikulum berdasarkan minat jurusan fashion. Pendidikan fashion melalui sekolah fashion bersifat formal dan mendapatkan gelar professional setelah menyelesaikan jenjang pendidikan. Diajar oleh staff pengajar yang terampil dalam bidangnya masing-masing dalam kurun waktu 3 hingga 4 tahun.
Mempelajari Fashion melalui pendidikan non formal (short course) Dengan tersedianya lemabaga pendidikan fashion non formal dimana peserta didik belajar keterampilan fashion dalam beberapa kali pertemuan. Diajar oleh staff pengajar yang ahli dalam bidangnya masingmasing.
Mempelajari Fashion melalui studi literature (reading) Dengan tersedianya buku-buku tentang fashion dan seni budaya serta buku-buku pendukungnya, peserta didik, staff pengajar, pegiat fashion maupun masyarakat pada umumnya dapat mempelajari tentang fashion melalui studi literature.
Mempelajari Fashion melalui seminar Seminar-seminar dilakukan dengan mengundang orang-orang yang ahli hingga dapat menambah dan mengasah pengetahuan tentang fashion.
2) Kegiatan komunikasi
Melakukan Kegiatan Organisasi; memecahkan issue fashion dan issue kreatif antar komunitas maupun pegiat fashion. Melakukan kritik diskusi terhadap perkembangan fashion, menciptakan event
Melakukan diskusi terbuka antar peserta didik, pengajar, fashion designer, maupun orang-orang yang tertarik dalam fashion. Tujuan dari diskusi ini adalah agar masyarakat yang memiliki minat dalam fashion dapat saling berbagi dan sharing.
Melakukan Workshop Fashion oleh pegiat fashion yang ahli dalam bidangnya
3) Kegiatan marketing
Kegiatan marketing produk industry fashion local dengan mengikuti event fashion bazaar dan fashion expo yang diselenggarakan komunitas.
Kegiatan marketing produk fashion dengan menempati retail shop
Kegiatan marketing dengan melakukan workshop produk, sekaligus mengedukasi masyarakat
68 4) Kegiatan Interaksi: Pameran & Fashion Show
Pameran Karya sekolah fashion Pameran karya peserta didik sekolah fashion sebagai bentuk penghargaan bagi peserta didik, memacu untuk terus berkarya. Selain itu juga meningkatkan daya kreativitas, sportivitas dan ekspresi terhadap karya fashion. Dan juga memperkenalkan fashion Indonesia khususnya Fashion Bandung.
Pameran Karya Fashion Desainer Profesional Pameran karya fashion Desainer Profesional sebagai bentuk penghargaan bagi fashion desainer juga merupakan bentuk ekpresi dan eksistensi desainer dalam perkembangan fashion. Pameran Fashion Desainer menunjukan karakter karya dari masing-masing perancang fashion.
Pameran Fashion Industri Pameran produk fashion industry local bertujuan untuk wadah memperkenalkan produk fashion local.
Fashion Show Kegiatan fashion show biasa dilakukan pada saat pameran berlangsung dengan cara menampilkan karya maupun produk oleh model yang dipertunjukan dalam catwalk. Fashion show merupakan kegiatan interaksi antar pegiat sector fashion mulai dari sekolah fashion, fashion desainer, industry fashion dan komunitas. Dalam kegiatan fashion show diamati oleh forum pengamat maupun media sehingga kegiatan ini dapat menciptakan trend fashion.
5) Kegiatan pengelolaan
Kegiatan Administrasi Direktur & Wakil Direktur, Pengelola administrasi Pusat (Sekretaris Pusat dan Keuangan Pusat)
Kegiatan Operasional Bertugas untuk mengawasi jalannya kegiatan, melayani kebutuhan pengunjung, menginformasikan kegiatan yang berlangsung, mengatur kegiatan yang berlangsung. Adapun pelaku kegiatan operasional yaitu: -
Manajer Program Sekolah Fashion
-
Manajer Program Komunitas dan Media
-
Manager Program Marketing Fashion Industri
-
Manager Program Fashion Show
-
Manager Program Gallery
69
-
Manager Program Perpustakaan
-
Manager Program Informasi
-
Manajer Keamanan
-
Manager Maintenance
Kegiatan Service Kegiatan untuk menjaga keamanan dan kebersihan, memelihara kondisi fasilitas yang disediakan, memberikan informasi dan pelayanan kepada pengunjung. Petugas servis dibedakan menjadi enam, yakni petugas informasi, petugas keamanan, cleaning service, teknisi, penjaga parkir, dan petugas medis.
6) Kegiatan Hiburan dan Rekreasi
Kegiatan canteen/ café/ bar dan restaurant Merupakan aktivitas penunjang yang dapat dilakukan selama menunggu aktivitas yang akan dilakukan ataupun untuk beristirahat dan atau sekedar untuk makan dan minum.
Kegiatan Fashion Shop, Art Shop dan Marchandise Menjual produk fashion, artshop, merchandise yang berhubungan dengan fashion dan seni serta merchandise yang berhubungan dengan Bandung Fashion Hub.
Kegiatan Rekreasi Pertunjukan Kegiatan rekreasi pertunjukan teatre taman sebagai fungsi fasilitas ruang publik
Kegiatan Rekreasi Edukasi Kegiatan rekreasi edukasi dengan mengikuti seminar, workshop, diskusi atau dengan membaca buku yang telah disediakan.
Kegiatan Rekreasi Interaksi Pameran (Gallery) dan Fashion Show Kegiatan rekreasi dengan mengikuti pameran yang terdapat di gallery maupun pada saat fashion show.
B. TINJAUAN KOTA BANDUNG SEBAGAI LOKASI OBJEK RANCANG BANGUN Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Selain itu, wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Di Kota Bandung tercatat berbagai sejarah penting, di antaranya sebagai tempat
70 berdirinya sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool te Bandoeng - TH Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung - ITB). Pada tahun 1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu kota paling aman di dunia berdasarkan survei majalah Time. Kota kembang merupakan sebutan lain untuk Kota Bandung, karena pada zaman dulu kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di kota ini. Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.10
1. KONDISI GEOGRAFIS Kota Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat dengan luas 16.729,65 ha. Kota ini merupakan dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 675 – 1050 meter di atas permukaan laut, yang berada pada koordinat 6° 50’ 38” - 6° 58’ 50” LS dan 107° 33’ 34” - 107° 43’ 50” BT. Bentuk bentangan alam Kota Bandung merupakan cekungan dengan morfologi perbukitan di bagian Utara dan dataran di bagian Selatan. Secara geografis, jarak Kota Bandung yang relatif dekat dengan Jakarta sebagai ibukota Negara dan pusat perdagangan, menjadikan Kota Bandung berkembang pesat di berbagai bidang kegiatan pembangunan. Secara morfologi regional, Kota Bandung terletak di bagian tengah “Cekungan Bandung”, yang mempunyai dimensi luas 233.000 Ha. Secara administratif, cekungan ini terletak di lima daerah administrasi kabupaten/kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan 5 Kecamatan yang termasuk Kabupaten Sumedang. 11
2. KONDISI FISIK & NON FISIK a. Sarana dan Prasarana Sampai tahun 2000 panjang jalan di kota Bandung secara keseluruhan mencapai 4.9 % dari total luas wilayah. Pembangunan jalan baru, peningkatan kapasitas jalan dan penataan kawasan menjadi perhatian bagi pemerintah kota untuk menjadikan kota ini menjadi kota terkemuka. Pada 25 Juni 2005, jembatan Pasupati resmi dibuka, untuk mengurangi kemacetan di pusat kota, dan menjadi landmark baru bagi kota ini. Jembatan dengan panjangnya 2.8 km ini dibangun 10 https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung 11 https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung
71 pada kawasan lembah serta melintasi Ci Kapundung dan dapat menghubungkan poros barat ke timur di wilayah utara kota Bandung. Kota Bandung berjarak sekitar 180 km dari Jakarta melalui Cianjur, Puncak dan Bogor, saat ini dapat dicapai melalui jalan Tol Cipularang (CikampekPurwakarta-Padalarang) yang hanya berjarak sekitar 150 km dengan waktu tempuh antara 1.5 jam sampai dengan 2 jam. Jalan tol ini merupakan pengembangan dari jalan Tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi), yang sudah dibangun sebelumnya.12 Transportasi Kota Untuk transportasi di dalam kota, masyarakat Bandung biasanya menggunakan angkutan kota atau yang lebih akrab disebut angkot. Selain itu, Kota Bandung memiliki sebuah pelabuhan udara yang bernama Bandar Udara Husein Sastranegara untuk menghubungkan kota ini dengan beberapa kota-kota lainnya di Indonesia. Kota Bandung juga mempunyai stasiun kereta api yang setiap harinya melayani rute dari dan ke Jakarta, ataupun Semarang, Surabaya dan Yogyakarta, yaitu Stasiun Bandung untuk kelas bisnis dan eksekutif.
b. Perekonomian Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat. Sebagai suatu area yang telah membentuk kesatuan fungsional Bandung Metropolitan Area, aktivitas ekonomi dan penduduk relatif sudah menyatu. Pada tahun 20042007 kontribusi ekonomi Kota Bandung di Jawa Barat mencapai rata-rata 10%. Dalam lingkup Kota Bandung Raya, maka kontribusi aktivitas ekonominya menjadi sekitar 21% dari ekonomi Jawa Barat. Sektor perdagangan dan jasa saat ini memainkan peranan penting akan pertumbuhan ekonomi kota ini disamping terus berkembangnya sektor industri. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2006, 35.92 % dari total angkatan kerja penduduk kota ini terserap pada sektor perdagangan, 28.16 % pada sektor jasa dan 15.92 % pada sektor industri. Sedangkan sektor pertanian hanya menyerap 0.82 %, sementara sisa 19.18 % pada sektor angkutan, bangunan, keuangan dan lainnnya. Selain sektor ekonomi yang termasuk dalam PDRB terdapat pula beberapa sektor ekonomi lokal di Kota Bandung yang berupa industri kreatif. Industri kreatif merupakan kumpulan dari sektor-sektor industri yang mengandalkan kreativitas sebagai modal utama dalam menghasilkan produk/jasa. Sektor ekonomi kreatif di
12 https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung
72 Bandung, umumnya bergerak di bidang fashion, desain dan musik yang dikelola oleh orang muda berusia 15-25 tahun. Industri kreatif di Kota Bandung menyerap 344.244 tenaga kerja dan memberikan kontribusi sebesar 11% untuk ekonomi lokal.
Gambar 3. 1 Gambar Sebaran Ekonomi (Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2030)
3. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PERENCANAAN KOTA BANDUNG VISI “TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG YANG UNGGUL, NYAMAN DAN SEJAHTERA” MISI Misi Pertama: Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tataruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan. Dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan bagi seluruh warga Kota Bandung melalui pembangunan infrastruktur yang berkualitas dengan memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan. Misi Kedua: Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih dan melayani. Dimaksudkan untuk mewujudkan pelayanan birokrasi pemerintah Kota Bandung yang prima, menjalankan fungsi birokrasi sebagai pelayan masyarakat yang didukung dengan kompetensi aparat yang professional dan systemmodern berbasis IPTEK menuju tatakelola pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean Government)
73 Misi Ketiga: Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing. Dimaksudkan untuk mewujudkan warga Kota Bandung yang sehat, cerdas, dan berbudaya yang bercirikan meningkatnya ketahanan keluarga, menurunnya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), tingginya peran pemuda dalam pembangunan, meningkatnya prestasi olah raga tingkat nasional dan internasional, terpeliharanya seni dan warisan budaya. Misi Keempat: Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan. Dimaksudkan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja, menciptakan iklim usaha yang kondusif, mengembangkan koperasi dan UMKM, mewujudkan pariwisata yang berdaya saing dan bekelanjutan, Meningkatkan ketahanan pangan. Mengembangkan sistem pembiayaan kota terpadu.
4. ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA BANDUNG Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Bandung ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya. PKN ini terdiri dari Kota Bandung dan Kota Cimahi sebagai kota inti dan sebagian Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang. Dalam RTRW tersebut PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya termasuk dalam tahap pembangunan I, dengan arahan kegiatan revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota yang telah berfungsi. Dalam RTRWN, Kota Bandung merupakan bagian dari kawasan strategis nasional berdasarkan pertimbangan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan/atau fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Selain itu, Kota Bandung juga ditetapkan sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis nasional. Nilai strategis nasional yang dimaksud meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah. Fokus pengembangan kegiatan utama Kota Bandung dalam wilayah pengembangan ini adalah perdagangan dan jasa, industri kreatif dan high-tech, pariwisata, dan transportasi. Fashion termasuk ke dalam jasa industry kreatif. a. Guna Lahan Pada saat ini Kota Bandung yang digunakan sebagai lahan terbangun yang cukup padat terutama di bagian pusat kota (sebesar 73,5%) Penggunaan untuk kegiatankegiatan jasa sekitar 10% dan masih ada lahan sawah sekitar 20,1%.
74
Gambar 3. 2 Peta Administrasi Kota Bandung (Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2030)
Gambar 3. 3. Peta Penggunaan Lahan Eksisting (Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2030)
b. ISU-ISU STRATEGIS 1) Peran dan Fungsi Kota Fungsi Kota Bandung harus selalu mengikuti perkembangan ekonomi nasional maupun global dan harus selalu disesuaikan dengan peluang yang menguntungkan pertumbuhan ekonomi kota. Oleh karena itu, fungsi
75 kota Bandung harus ditentukan secara berkala sesuai dengan peluang dan visi walikota yang dituangkan dalam RPJM. Fungsi kota yang potensial dikembangkan di Kota Bandung antara lain berbagai jenis jasa (pendidikan, kesehatan, keuangan, transportasi, dan lain-lain), wisata kota, industri kreatif, dan lain-lain. Dengan fungsi kota yang kuat dan terarah diharapkan peran Kota Bandung di dalam konteks wilayah yang lebih luas bisa makin kuat. 2) Pola Ruang Kota Pola ruang Kota Bandung belum terbentuk sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Persoalan pola ruang yang salah satunya adalah rendahnya proporsi ruang terbuka hijau kota. Tingginya tuntutan proporsi Ruang Terbuka Hijau dalam Undang-undang (minimum 30% dari luas kota), tingginya kebutuhan perumahan dan terbatasnya lahan menyebabkan pola ruang Kota Bandung harus diarahkan untuk menjadi kota yang kompak (compact city), yang dilengkapi RTH sebesar minimal 30%. RTH yang dikembangkan dapat berbentuk taman kota, hutan kota, lahan pertanian, dan jalur hijau di sekitar prasarana (jalan, danau, rel kereta api, sungai, SUTET, SUTT, SUTM). 3) Ruang Publik Ruang publik di Kota Bandung saat ini masih terbatas dan penggunaannya tidak sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya beberapa kasus, seperti penggunaan lapangan Tegallega, keberadaan sektor informal pada koridor-koridor jalan, dan alih fungsi RTH. Untuk menyediakan lingkungan hidup dan lingkungan sosial yang nyaman, maka perkembangan penduduk Kota Bandung yang pesat harus diimbangi dengan penyediaan ruang publik yang berkualitas dan tersebar merata di wilayah kota. 4) Fasilitas Publik Fasilitas publik di Kota Bandung belum memadai jumlah maupun kualitasnya. Dengan beberapa fakta seperti: (1) Kualitas pelayanan publik belum optimal, (2) ketersediaan fasilitas sosial ekonomi belum mencukupi dan, (3) terbatasnya fasilitas kebudayaan, maka diperlukan penambahan jumlah dan peningkatan kualitas fasilitas publik masa depan. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memadai maka fasilitas publik di Kota Bandung harus disediakan dengan jumlah yang cukup,
76 lokasi yang tersebar merata, mudah dijangkau, dirancang dengan menarik sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang berkualitas.
5. POTENSI KOTA BANDUNG SEBAGAI LOKASI OBJEK RANCANG BANGUN a. Bandung Kota Kreatif Keunikan yang dimiliki Kota Bandung, dibandingkan kota-kota besar lainnya di Indonesia, membuat suasana yang kondusif dalam membangun kreativitas. Masyarakat Kota Bandung yang terbuka dan toleran membuat karakter mereka lebih dinamis dalam mengadaptasi perubahan. Secara budaya, terjadi akulturasi antar budaya Sunda dengan berbagai budaya yang masuk ke Kota Bandung melalui warga pendatang dan melalui berbagai ragam teknologi informasi berlangsung dengan cepat, menghasilkan sebuah produk budaya kontemporer kota Bandung yang khas. Selain itu, kondisi lingkungan yang sejuk dan ukuran kota yang tidak begitu besar lebih memungkinkan warga Kota Bandung untuk dapat bergerak dan berinteraksi dengan lebih leluasa. Kreativitas masyarakat Kota Bandung mendukung berkembangnya ekonomi kreatif sebagai sektor ekonomi lokal yang berpotensi yang luar biasa. Potensi Bandung sebagai kota kreatif telah didukung dengan value, brand, positioning dan diferensiasi produk kreatif yang ada. Aktivitas ekonomi Kota Bandung sebagian besar bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang kontribusinya mencapai 36,4% dari nilai PDRB Kota Bandung pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 51,3 trilyun. Secara umum, sektor ekonomi Kota Bandung terbagi menjadi 3 sektor, yaitu sektor basis, ekonomi lokal dan sektor informal. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDRB Kota Bandung sebesar 11% dari tahun 2008 (Bappeda Kota Bandung, 2008) dan memiliki tren yang membaik menggeser potensi lainnya. Ekonomi kreatif berbasis inovasi dan kreativitas, meliputi fashion, desain dan musik yang sebagian besar dikelola oleh generasi muda berusia 15-25 tahun menyerap 344.244 tenaga kerja. Walaupun tanpa dukungan Pemerintah, ekonomi kreatif dapat berkembang pesat dan ditingkat global tidak resisten dengan krisis keuangan global. Pada tahun 2008 Kota Bandung memperoleh penghargaan sebagai projek percontohan Kota Kreatif se-Asia Pasifik pada even internasional yang diselenggarakan oleh British Council. Ridwan Kamil merupakan tokoh kreatif dari Kota Bandung yang mengajukan Kota Bandung untuk menjadi kandidat dalam acara tersebut. Potensi kreativitas yang besar dan berkembang di Kota Bandung merupakan alasan yang layak untuk memilih Bandung sebagai proyek percontohan kota kreatif se-Asia Pasifik. Salah satu yang menonjol adalah pada
77 sektor fesyen.
b. Dasar Sosial Budaya: Fashion Bandung Fashion di Bandung tumbuh dari fenomena perkotaan terkait dengan gaya hidup. Bandung adalah salah satu kota di Indonesia yang menjadi kiblat sebagai kota mode, kota hiburan, dan kota pendidikan. Masyarakat Bandung mempunyai karakter ramah dan tidak bergaya hidup tergesa-gesa, sehingga merupakan salah satu tempat nyaman bagi warga kota maupun warga Jakarta yang berlibur di akhir pekan. Bandung juga didukung oleh potensi geografis dimana jarak kota Bandung tidak terlalu jauh dari Jakarta, sehingga arus pertukaran kunjungan kedua kota ini mudah. Bandung dan sekitarnya dikelillingi oleh industri menengah dan kecil yang berkaitan dengan fesyen, seperti pengrajin kulit di Cibaduyut, pabrik tekstil di Majalaya, penjahit di pasar Baru, bordir di Tasikmalaya, dan Bandung sendiri menjadi pusat industri sablon di Indonesia. Gabungan antara komponen fashion ini membuat Bandung mudah menghasilkan karya fesyen yang sedang dibutuhkan pasar, seperti T- Shirt, pakaian pria dan perempuan, pakaian olah raga, dan busana muslim. Dasar kreativitas produsen Bandung untuk segmen kaum muda ditopang oleh kultur pergaulan sosial, menghasilkan berbagai kelompok anak muda dengan minat dan kreativitas yang beragam seperti musik, fesyen, bisnis kafe, atau klub olah raga. Kreativitas anak muda Bandung selalu dekat dengan teknik desain dan teknologi informasi. Salah satu pusat pendidikan kedua bidang ini terletak di Bandung. Orientasi dan kapasitas warga kota Bandung ini sesuai dengan kemampuan untuk menjangkau kaum muda di kota besar. Kemampuan ini bukan sekedar menyediakan apa yang sedang menjadi tren. Namun, lebih dari itu Bandung sering menciptakan tren gaya hidup seperti makanan dan kafe yang unik untuk anak muda, musik beraliran rock, gaya pemasaran swakarsa (indie), pusat factory outlet, pusat T-shirt Bandung, dan pemasaran model distro. Di Bandung, misalnya, banyak ditemukan jenis makanan yang merupakan hibrid dari makanan Eropa yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Dengan demikian, tumbuhnya industri fesyen kasual di Bandung lahir dari gambaran kota kreatif yang ditopang oleh kapasitas dalam mengkonstruksikan gaya hidup modern dan kedekatannya dengan kota utama Indonesia, Jakarta.
c. Perindustrian di Kota Bandung berdasarkan RPJMD Perkembangan
kontribusi sektor industri Kota Bandung cenderung
mengalami penurunan selama periode 2008-2012. Jika pada tahun 2008 sektor
78 industri bisa memberikan kontribusi sebesar 28,14% terhadap perekonomian Kota Bandung, di tahun 2012, kontribusi mengalami penurunan hanya menjadi sebesar 22,72%. Pertumbuhan sektor (i) konstruksi/bangunan, (ii) perdagangan, hotel, dan restoran, serta (iii) perhubungan dan komunikasi yang relatif tinggi mengakibatkan kontribusi sektor industri mengalami penurunan. Tabel 3. 1. Hasil Kinerja Urusan Perindustrian Pemerintah Daerah Kota Bandung Periode 2008-2012 No
Aspek/Fokus/Bidang Urusan/ `Kinerja Pembangunan Daerah
Indikator Capaian Kinerja 2008
2009
2010
2011
2012
Perindustrian 1
Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
28,14 % 24,49 % 23,30 % 24,70% 22,72%
2
Pertumbuhan Industri
22,18 % 10,67 % 2,09%
2,13%
0,72 %
Sumber :LKPJ AMJ Kota Bandung Selain itu, dengan semakin tingginya tingkat persaingan di sektor industri pengolahan, baik secara nasional ataupun global, juga mempengaruhi kinerja industri pengolahan lokal Kota Bandung, khususnya yang berorientasi ekspor. Adanya penandatanganan kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) juga memberikan tekanan pada tingkat daya saing industri lokal. Makin meningkatnya serbuan produk-produk yang berasal dari China memberikan tekanan yang cukup signifikan atas kinerja industri pengolahan Kota Bandung. Pertumbuhan industri Kota Bandung mengalami trend penurunan yang cukup signifikan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, semakin tingginya tingkat persaingan di sektor industri dan makin terbukanya pasar secara global/regional mengakibatkan pertumbuhan industri Kota Bandung mengalami trend penurunan. Jika pada tahun 2008 pertumbuhan industri mencapai 22,18%, di tahun 2012 pertumbuhannya mengalami penurunan yang signifikan menjadi hanya sebesar 0,72%. Perkembangan industri yang positif ditunjukan oleh perkembangan industri kreatif, dengan dukungan sumber daya manusia dan keberagaman budaya lokal, ke depan industri ini diprediksi akan semakin berkembang. Kota Bandung memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi kota kreatif. Setidaknya, terdapat 15 sektor industri kreatif yang secara umum marak di Kota Bandung dan sekitarnya. Tabel 3. 2. Jenis Industri Kreatif di Kota Bandung Jenis Industri Kreatif
79 Jenis Industri Kreatif 1. Periklanan
9. Musik
2. Arsitektur
10. Seni Pertunjukan
3. Benda Seni
11. Penerbitan dan Percetakan
4. Kerajinan
12. Layanan Piranti Lunak
5. Desain
13. Televisi dan Radio
6. Fesyen
14. Riset dan Pengembangan
7. Video, Film& Fotografi
15. Kuliner
Komputer
dan
8. Permainan Interaktif (Sumber: RPJMD Kota Bandung 2014-2018) Dari ke 15 jenis jenis industri kreatif tersebut, yang paling menonjol di Kota Bandung adalah (i) desain, (ii) kerajinan tangan/kriya, (iii) arsitektur, (iv) musik, (v) seni pertunjukan, dan (vi) riset dan perkembangan. Dengan potensi tersebut, Kota Bandung paling siap untuk menjadi kota percontohan berbasis industri kreatif di lndonesia dengan sebutan Bandung Creative City. British Council pernah menetapkan Kota Bandung sebagai projek percontohan dalam pengembangan industri kreatif di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.Perekonomian Kota Bandung secara signifikan dikontribusi oleh sektor ekonomi kreatif beserta sektor-sektor pendukung lainnya. Pada tahun 2007 kontribusi sektor kreatif terhadap PDRB sudah mencapai 14,46%, serta diprediksi akan terus meningkat dan menjadi salah satu lokomotif kemajuan ekonomi Kota Bandung.
d. Tipologi Industri Fashion dan Jaringan Sosial Industri kreatif fesyen di Bandung ditandai oleh dominasi dua tipologi pengusaha yaitu pengusaha konvensional dan pengusaha Maverick. Pengusaha konvensional adalah pengusaha yang setiap hari kegiatannya ditopang oleh kebiasaan yang sudah berjalan lama (convention) dalam produksi dan pemasaran produk. Sebagai contoh, para pengusaha mengambil input bahan baku yang sudah disediakan pasar, lalu mereka mengolahnya sesuai desain, bukan dengan mengembangkan kerja sama dengan misalnya pabrik tekstil. Penguasaan teknologi desain dan teknologi informasi untuk produksi dan pemasaran merupakan ciri kelompok pengusaha ini. Namun, penguasaan teknologi tersebut, khususnya untuk pemasaran, justru membuat bisnis ini menjadi individual. Para pelaku bisnis mengandalkan pada jaringan pergaulan sosial yang dinamis yang ada pada anak muda Bandung. Dalam pergaulan sosial tersebut lahirlah pertukaran gagasan. Meskipun tidak selalu langsung berkaitan dengan
80 gagasan produk, berbagai kemudahan diperoleh melalui sumber daya yang tersebar yang ada dalam hubungan jejaring. Persaingan tidak menonjol karena dasar dari produk adalah justru hubungan sosial. Mereka tidak jarang melontarkan gagasan, tanpa terlalu khawatir akan dicuri. Pengambilan ide bukan tidak jarang terjadi, namun para pelaku tidak menganggap ini masalah besar. Namun, pengusaha distro fesyen yang lahir dari pergaulan ini kurang terdorong untuk berkembang menjadi besar. Bahkan terbukti belakangan ini, kurangnya dorongan mengembangkan diri ini membahayakan keberadaan produksi mereka. e. Kawasan Strategis Potensi Fashion Bandung 1) Sentra Sepatu & Olahan Kulit Cibaduyut Sentra sepatu dan olahan kulit Cibaduyut, berada di sekitar kawasan Cibaduyut dalam wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, sudah dikenal masyarakat/warga kota maupun luar kota Bandung sebagai sentra industri (home industry/indusri kecil, menengah maupun besar) yang memproduksi barang seperti sepatu, sandal, tas, dompet dan barang lainnya dari bahan kulit. Pemasaran dilakukan selain di daerah setempat juga diluar daerah hingga ke luar negeri. 2) Sentra
Boneka
Sukamulya Di
Kota
Bandung
terdapat
pula
masyarakat/pengusaha kecil sampai menengah mengadakan kegiatan pembuatan boneka, dimana pengrajin boneka tersebut diantaranya berada di kawasan Jalan Sukamulya, Kecamatan Sukajadi. 3) Sentra Rajutan Binong Jati Sentra rajutan Binong Jati merupakan kawasan pengrajin barang hasil rajutan antara lain berupa sweater, berapa di wilayah Kelurahan Binong Kecamatan Batununggal Kota Bandung, dapat dijumpai melalui gerbang masuk Jalan Binong Jati dari Jalan Jend. Gatot subroto. 4) Sentra Tekstil Cigondewah Lokasi kawasan Cigondewah tidak jauh dari pusat kota bandung berada di wilayah Kelurahan Cigondewah Rahayu Kecamatan Bandung Kulon dimana terdapat beberapa perusahaan/pabrik yang memproduksi tekstil. Hasil produksi dipasarkan selain ke daerah lain, luar negeri juga di daerah setempat sebagai sentra perdagangan tekstil. 5) Sentra Kaos Surapati Kawasan Jalan Surapati berada dalam wilayah Kecamatan Cibeunying kidul Kota Bandung. Di sini terdapat sentra industri dan perdadagangan kaos (T- shirt, pakaian olah raga dan sebagainya). Selain itu terdapat juga pengusaha yang memberikan jasa pembuatan spanduk, sablon, banner, syal dan lain-lain. 6) Sentra Jeans Cihampelas Sepanjang jalan Cihampelas kota Bandung banyak dijumpai toko-toko dengan arsitektur unik yang menjadi ciri khas sebagai
81 ruang pamer penjualan berbagai produk pakaian jadi terutama celana yang terbuat dari bahan jeans.
C. MEMBANGUN KOTA KREATIF Untuk mengembangkan kota kreatif, Simatupang menyatakan bahwa ada 2 prasyarat utama yang harus terpenuhi, yakni terciptanya ekologi kota kreatif dan adanya kebijakan kota kreatif. Ekologi kota kreatif terdiri dari mengembangkan sistem pendukung kreatif, mengembangkan program-program kreatif, menata ulang ruang fisik kota, dan mendorong terjadinya sistem inovasi kota yang didukung oleh pendidikan dan pelatihan kratif. Sedangkan untuk kebijakan kota kreatif terdiri dari mengembangkan modal kreatif, mendorong kemampuan menghadirkan modal finansial, menggerakkan kepemimpinan kreatif dan kolaborasi antar sektor industri kreatif, dan memperkuat citra Kota Bandung sebagai kotaa kreatif yang bermartabat. Dalam pengembangan kota kreatif melalui metode ekologi kreatif diperlukan empat prinsip pokok yang harus diterapkan, antara lain prasarana, tempat, program, dan aset. Aspek prasarana yaitu yang mempengaruhi sistem pendukung industri kreatif supaya dapat lebih berkembang, seperti tersedianya fasilitas yang memadai, pendanaan yang cukup, ruang kreatif, dan kemudahan akses ke pasar. Sedangkan untuk aspek tempat (ArtePolis) yaitu sarana tempat yang dapat mendukung terciptanya kesan kreatif, seperti contohnya gedung yang artistik, ornamen kota artistik, ruang kratif untuk publik, galeri dan gedung pertunjukan, tata kota yang menyiratkan kesan kreatif, koridor kreatif, dan pelestarian lingkungan hidup. Untuk aspek program yaitu suatu aspek yang berpengaruh terhadap pengalaman kreatif yang dapat menarik pengunjung atau pembeli untuk datang dan membeli sesuatu dari industri kreatif dalam suatu kota tersebut. Dalam aspek ini meliputi peristiwa, festival, kontes, dan expo. Aspek program ini sangat penting untuk ditonjolkan mengingat aspek ini dapat membawa suatu kota itu memiliki citra yang kreatif atau tidak. Sedangkan untuk aspek keempat yaitu aset (InnoPolis), yaitu suatu aspek yang lebih menekankan pada seni dan sains yang mengubah gagasan, metode, atau objek yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru dengan nilai tambah yang lebih tinggi dan dapat ditawarkan/diperoleh orang lain. Kota inovasi (InnoPolis) ini mendorong pendekatan yang holistik dan berkelanjutan terhadap inovasi secara teknologi, sosial, dan budaya. Dalam aspek ini terdiri dari industri kreatif, pendidikan, pemerintah, dan komunitas. 1. Parameter Kota Kreatif Parameter dapat menjadi instrumen yang dapat mengategorikan sebuah kota yang
82 berpeluang menjadi Kota Kreatif. Landry (2006: hal.390-400) menyebutkan tiga aspek penting yang dapat memformulasikan Kota Kreatif, antara lain: a. Pemeliharaan dan pengembangan potensi Ekonomi Kreatif b. Pemeliharaan Creative Class (golongan atau individu kreatif) c. Perencanaaan dan pengembangan Lingkungan Kreatif Ketiga aspek tersebut menjadi penting karena aspek tersebut mencakupi semua yang ada pada kota yaitu terkait dengan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.13
2. Kota Kreatif dan Aspek Arsitektural Dukungan fisik terhadap Kota Kreatif melibatkan aspek lingkungan binaan – arsitektural. Bagaimanapun sebuah kota memerlukan tata ruang fisik yang dapat mengakomodasi aktivitas masyarakatnya. Kehadiran lingkungan inspiratif sangat dibutuhkan masyarakat dalam proses menghasilkan ide-ide kreatif. Maka arsitektur sebagai disiplin ilmu, tentu saja berperan dalam pengembangan lingkungan kreatif. Arsitektur juga termasuk dari manifestasi kreativitas manusia atau produk kreatif. Menurut Charles Landry terdapat beberapa cara dari segi arsitektural yang dapat menjadi langkah awal untuk menghadirkan lingkungan fisik yang mampu memberikan inspirasi (Landry, 1995, hal.32), antara lain: a. Reshaping the city Membentuk kembali sebuah kota berkaitan dengan perancangan kota (urban design). Perancangan kota tersebut dapat berorientasi pada pengembangan (development), perbaikan (conservation) dan partisipasi masyarakat (community participation). b. Presenting urban cosmetics and theatrical illusions Menghadirkan intervensi fisik yang dapat menjadi perias kota dan menimbulkan pemandangan yang dramatik. Intervensi fisik yang menarik memberikan pengaruh penting yaitu memberikan inspirasi bagi masyarakatnya dan menjadi sumber penghasilan untuk pengembangan potensi masa depan kota lewat potensinya sebagai objek wisata. c. The marriage of old and new Mengkombinasikan intervensi arsitektural yang berasal dari arsitektur yang sifatnya tua dengan intervensi arsitektural yang modern. Hal tersebut berkaitan dengan desain urban yang ber- orientasi pada konservasi. Tujuannya juga untuk menghadirkan penghias kota yang menarik dan dapat berpotensi sebagai landmark kota. d. Creating Genius Loci Menciptakan sense of place dengan menegaskan identitas lokal dan ciri khas kota dapat menimbulkan memori kuat terhadap orang-orang 13 Manisyah, MiranL. 2009. Kota KreaLf (CreaLve City) Penelusuran terhadap Konsep Kota KreaLf melalui Pengamatan Studi Kasus. Skripsi Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas Indonesia.
83 yang berkunjung ke kota tersebut. Identitas lokal dan ciri khas kota ialah juga ekspresi kreativitas warga kota tersebut. Implementasi selanjutnya dari langkah-langkah di atas ialah dengan menghadirkan infrastruktur fisik yang nyata yang dapat menciptakan prasyarat fisik (physical preconditions) yang dapat menjadi langkah progresif.14 3. Tinjauan Terhadap Prasyarat Fisik Untuk Mewujudkan Kota Kreatif Manusia berkembang mengikuti waktu dan tren, begitu juga dengan kota. Pola pikir manusia pun berubah dengan seiring jaman, pemikiran orang jaman dahulu tentu berbeda dengan manusia jaman sekarang yang telah banyak menyerap budaya-budaya baru yang modern. Salah satu yang terpengaruh serta mempengaruhi perkembangan dan perubahan tersebut adalah lingkungan fisik. Prasyarat fisik (physival preconditions) dapat menjadi bagian dari rencana perbaharuan tata kota dengan orientasi pengembangan kota berupa pembangunan infrastruktur fisik. Dengan membangun infrastruktur fisik dapat menjadi langkah awal untuk mengubah kehidupan yang lebih baik dan meningkatkan nilai budaya masyarakat kota (Landry, 2006: hal.371). Lingkungan fisik sendiri bisa dikatakan sebagai wajah dari kota tersebut. Untuk itu, peranan lingkungan fisik ini dalam konsep kota kreatif termasuk penting, terutama dalam menciptakan intervensi arsitektural untuk menciptakan lingkungan kondusif, atraktif dan inspiratif. Lingkungan fisik yang termasuk kedalam perhatian didalam konsep kota kreatif, diantaranya: a. Ruang publik (Public space) Sesuai dengan defenisi publik yang berarti orang banyak atau khalayak umum (Kamus Bahasa Indonesia, 2008, hal.1222), maka ruang publik adalah ruang dimana semua orang bisa mengaksesnya. Menurut Hariyono (2007), sebuah ruang publik adalah suatu tempat yang dapat menunjukkan peletakkan sebuah obyek, tempat yang dapat diakses secara fisik maupun visual oleh masyarakat umum. Sedangkan menurut Darmawan (2005, hal. 12) sebuah ruang publik yang terdapat di kota bisa diklasifikasikan kedalam berbagai jenis dan karakter, yaitu taman umum (public park), lapangan dan plaza (squares and plazas), tempat peringatan (memorial place), pasar (markets), jalan (streets), tempat bermain (playground), ruang komunitas (community open spaces), jalan hijau dan jalan taman (greenways and parkways), ruang di sekitar lingkungan rumah (neighborhood spaces), lingkungan tepi air (waterfront). Ia juga menjelaskan 14 Manisyah, MiranL. 2009. Kota KreaLf (CreaLve City) Penelusuran terhadap Konsep Kota KreaLf melalui Pengamatan Studi Kasus. Skripsi Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas Indonesia.
84 bahwa ruang publik memiliki fungsi yang berbeda-beda (Darmawan, 2005, hal. 2) yaitu sebagai pusat interaksi dan komunikasi mayarakat baik formal maupun informal; ruang terbuka yang mampu menampung koridor-korodor jalan yang menuju ke arah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat bila dilihat dari struktur kota, yang sekaligus dapat menjadi ruang transit; sebagai tempat kegiatan pedagang kaki lima yang menjajakan makanan, minuman, dan lainnya; sebagai paru-paru kota di tengah kepadatan kota yang semakin polutif, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat bersantai, bermain, dan berolahraga. Menurut Landry (1995: 28-30), ruang publik dapat menjadi salah satu tempat mengakomodasi kreativitas yang penting sekaligus dapat berperan sebagai katalis yang menarik semua kalangan masyarakat untuk berkumpul dan berinteraksi. Jika ruang publik didesain dengan mengintegrasikan beberapa fungsi di dalamnya, maka masyarakat pun akan mengoptimalkan fungsi tersebut tanpa adanya paksaan. Adapun fungsi tambahan yang dapat mengoptimalkan ruang publik yaitu ruang tampil (performance space) berupa amphitheatre, ruang pameran semacam street exhibition serta dengan menghadirkan street furniture sebagai elemen fisik yang mengoptimalkan ruang publik. Dengan tambahan fasilitas tersebut, ruang publik akan mempunyai fungsi lebih dari hanya sekedar paru-paru kota, melainkan juga sebagai tempat berinteraksi masyarakat dari berbagai kalangan dan latar belakang. Sehingga dapat meminimalisir dampak segregasi spasial maupun sosial. Di sana mereka dapat melakukan aktivitas seperti baca buku, mencari inspirasi, serta menampilkan atau mempertunjukan karya mereka, baik berupa karya musik, teater, maupun seni lainnya. b. Museum,
galeri
dan
perpustakaan Kehadiran
museum,
galeri
dan
perpustakaan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan kota, yaitu dengan memberikan identitas atau menjadi ikon bagi kota. Sebagaimana yang dikatakan oleh Charles Landry (2006: 401) yakni, “...when you ask people to identify a city, it is often a cultural facility or icons they refer to...” Museum dan galeri dapat menarik kita untuk berkontribusi dengan menciptakan sesuatu. Museum dan galeri juga terlibat dalam pertukaran ide seniman dengan pengunjung saat pengunjung melihat dan memperhatikan karya-karya yang dipamerkan. Perpustakaan sebagai fasilitas untuk memperoleh informasi yang penting. Kreativitas sangat ditunjang dari seberapa banyak ilmu dan informasi yang
85 didapat. Dengan perancangan yang baik dari segi arsitekturalnya maupun aksesibilitasnya, perpustakaan akan lebih menarik bagi orang-orang untuk datang sehingga budaya intelektual perkotaan bisa semakin berkembang. Dengan demikian, museum, galeri dan perpustakaan dapat menjadi wadah untuk berdialog, berdebat dan membuka pikiran terhadap proses mencipta bagi seseorang. c. Ruang Pertunjukan (Performing space) Ruang pertunjukan sebagai salah satu wadah kreativitas masyarakat kota dalam seni pertunjukan. Beberapa kota kreatif yang sukses menyuguhkan warganya fasilitas yang dapat menjadi tempat mereka untuk menampilkan bakat mereka, sehingga mereka akan memacu kekreativitasannya untuk menampilkan yang lebih baik lagi. Ruang pertunjukan tidak saja dapat menjadi wadah bagi warga kota untuk tampil, melainkan juga menjadi objek wisata urban yang dapat menjadi wadah untuk mengenalkan seni dan budaya kota ke dunia luar. Yang paling penting dari penjabaran fasilitas-fasilitas di atas ialah bagaimana kota hendaknya dibangun dengan memperhatikan potensi warga kota secara menyeluruh yang meliputi banyak hal. Setiap potensi kreatif hendaknya difasilitasi agar semakin berkembang dan tidak terkikis. Dengan membangun lingkungan inspiratif, proyeksi mengenai image kota kreatif pun dapat tercipta. 15
15
Manisyah, MiranL. 2009. Kota KreaLf (CreaLve City) Penelusuran terhadap Konsep Kota KreaLf
melalui Pengamatan Studi Kasus. Skripsi Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas Indonesia.