23
III. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan analisis finansial. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan survey lapangan pada bulan Mei sampai bulan September 1999. Dari studi pustaka didapatkan data sekunder yang meliputi data mengenai potensi tanaman kayu manis (luas areal, produktivitas, pola perkebunan), pola tata niaga komoditi kayu manis (lokal dan ekspor) serta berbagai kondisi optimum proses pengolahan kayu manis dari hasilhasil penelitian terdahulu. Melalui survey lapangan didapatkan data primer yang meliputi struktur biaya pada tingkat petani, struktur biaya pengolahan kayu manis dengan melakukan pengamatan pada industri sejenis. Selain itu juga data hasil produksi dan mutu produk melalui uji coba produksi. Tahap Pengembangan Produk Kajian terhadap pengembangan produk kulit kayu manis dilakukan dengan menganalisa produk-produk yang dapat dihasilkan dari bahan baku kulit kayu manis. Produk yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi akan dikaji untuk dikembangkan. Untuk pengembangan produk lebih lanjut dilakukan analisa bahan baku untuk mengetahui potensi bahan baku yang tersedia pada beberapa tahun yang akan datang. Analisa potensi bahan baku dilakukan dengan menggunakan metode prakiraan berdasarkan data produksi bahan baku pada beberapa periode sebelumnya. Apabila potensi bahan baku untuk beberapa tahun yang akan datang cukup tersedia maka dilakukan proses pengembangan produk. Pemilihan produk yang akan dikembangkan juga dilakukan dengan memperhatikan potensi pasar dan kemampuan teknologi pengolahan. Terhadap produk yang terpilih kemudian akan dilakukan kajian teknologi yang dapat diterapkan dan selanjutnya dilakukan uji coba produksi.
24
Tahap Pengkajian Teknologi dan Uji Coba Kajian terhadap teknologi pengolahan yang akan digunakan dilakukan dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Teknologi pengolahan yang tepat kemudian akan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan uji coba produksi. Menurut Manning (1984), metode perbandingan eksponensial merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Penetapan keputusan dilakukan dengan format matriks seperti dapat dilihat pada Gambar 2.
Alternatif 1 2 . . . n Bobot
1
2
Kriteria .....
m
Urutan prioritas
Gambar 2. Format matrik keputusan Metode Perbandingan Eksponensial. Pengambilan keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dilakukan melalui lima tahap yang meliputi penyusunan alternatif keputusan yang akan dipilih, penyusunan kriteria-kriteria yang akan dikaji, penentuan tingkat kepentingan (bobot) tiap kriteria, penentuan skor untuk setiap alternatif dan penghitungan total skor setiap alternatif dengan persamaan sebagai berikut: m Total skor = Ʃ S(ij)Kj j=1 dimana : S(ij) = nilai skor ke-i pada kriteria ke-j Kj
= bobot kriteria ke-j
25
Penentuan keputusan dapat diambil berdasarkan nilai-nilai yang ada pada urutan prioritas. Alternatif keputusan dapat diambil berdasarkan urutan prioritas yang tertinggi. Uji coba di lapangan dilakukan terhadap teknologi pengolahan yang dipilih dari hasil perhitungan MPE untuk mendapatkan gambaran hasil yang sebenarnya dari kondisi optimum laboratorium. Uji coba dilakukan dengan menggunakan alat pengolahan dari industri yang sejenis. Alat ini kemudian dicobakan untuk bahan kulit kayu manis dengan berdasarkan parameter-parameter yang sesuai dengan proses pengolahan secara laboratorium. Proses uji coba dilakukan sebanyak dua kali. Dalam tahap ini dilakukan analisa sebagai berikut: 1.
Pengukuran rendemen
2.
Pengukuran mutu produk
3.
Penghitungan neraca massa produk Analisis Finansial Analisis finansial terhadap industri pengolahan kulit kayu manis dilakukan
dengan menghitung nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Ratio (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Pay Back Period (PBP), Break Event Point (BEP) dan analisa sensitivitas. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Dengan demikian apabila NPV bernilai positif, dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh dari proyek. Sedangkan nilai NPV negatif menunjukkan sebagai kerugian yang didapatkan dari proyek tersebut (Husnan dan Suwarsono, 1997). NPV dapat dihitung dengan persamaan berikut : N (Bt – Ct) NPV = Ʃ t=1 (1 + i )t dimana : Bt = keuntungan kotor pada tahun ke t Ct = biaya kotor pada tahun ke t n = umur ekonomis i = tingkat bunga
26
Internal Rate of Ratio (IRR) Internal Rate of Ratio (IRR) merupakan tingkat bunga yang menyebabkan nilai NPV sama dengan nol, sehingga nilai sekarang (present value) dari aliran uang tunai yang masuk sama dengan nilai sekarang dari aliran uang tunai yang keluar (Kadariah et al, 1978). Nilai IRR dapat dicari dengan rumus : PV (i2 – i1) IRR = i1 + PV + NV Dimana : PV = NPV positif NV = NPV negatif i1
= tingkat bunga PV
i2
= tingkat bunga NV
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara Present Value total dari hasil keuntungan bersih terhadap Present Value dari biaya bersih (Kadariah et al, 1978). Rumus untuk menghitung net B/C adalah : n Bt – Ct Ʃ t=0 (1 + i)
(untuk Bt – Ct > 0 )
n Ct – Bt Ʃ t=0 (1 + i)t
(untuk Bt – Ct < 0)
Net B/C =
Pay Back Period (PBP) Pay Back Period
(PBP) atau waktu pengembalian modal merupakan
jangka waktu yang dipelrukan untuk pengembalian investasi semula (Husnan dan Suwarsono, 1997). Modal PBP = Penerimaan produk/tahun
27
Break Event Point (BEP) Break Event Point (BEP) atau titik pulang pokok menunjukkan suatu kondisi dimana tingkat penjualan perusahaan tidak menguntungkan dan tidak merugikan (Husnan dan Suwarsono, 1997). Titik pulang pokok dicari dengan cara : Biaya tetap BEP (dalam unit) = Harga jual/unit – biaya variabel/unit