BAB II URAIAN TEORITIS
2.1. SAHAM 2.1.1. Pengertian saham Merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut (Kasmir, 2002:209). Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari kepemilikan saham : 1. Deviden yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham. 2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga jual dengan harga beli. 3. Manfaat non finansial antara lain berupa kosekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan 2.1.2. Jenis-jenis saham jenis – jenis saham dapat ditinjau dalam beberapa segi antara lain sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Dari segi cara peralihan -
Saham atas unjuk (bearer stocks) Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau nama pemiliknya tidak tertulis dalam saham tersebut. Saham jenis ini dialihkan atau dijual kepada pihak lainnya.
-
Saham atas nama (registered stocks) Merupakan saham yang nama pemiliknya tertulis dalam saham tersebut, dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu.
b. Dari segi hak tagih -
Saham biasa (common stocks) Bagi pemilk saham ini, hak untuk memperoleh deviden akan didahulukan lebih dulu kepada pemilik saham preferen. Begitu pula dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi.
-
Saham preferen (prefered stocks) Merupakan saham yang memperoleh hak utama dalam pembagian deviden, begitu juga atas harta pada saat perusahaan dilikuidasi
2.1.3. Teori Random Walk Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maurice Kendall pada tahun 1953 menyatakan bahwa pola harga saham tidak dapat diprediksi (unpredictable) karena bergerak secara acak (random walk). Harga saham bergerak secara acak berarti bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru yang akan diterima, tetapi informasi tersebut tidak diketahui kapan akan diterimanya
Universitas Sumatera Utara
sehingga informasi baru dan harga saham itu disebut unpredictable. Apakah informasi tersebut bersifat kabar buruk atau kabar baik juga tidak diketahui. Harga saham di pasar saham merupakan harga konsensus diantara para investor, dan harga suatu saham dapat terjadi beberapa kali dalam satu hari dengan rentang lebar antara harga pasar terendah dan harga pasar tertinggi. Tingkat efisiensi pasar Professor Eugene Fama membagi efisiensi pasar dalam tiga tingkatan yaitu: 1. The weak efficient market hypothesis 2. The semistrong efficient market hypothesis 3. The strong efficient market hypothesis The weak efficient market hypothesis Efisiensi pasar dikatakan lemah karena dalam proses pengambilan keputusan jual-beli saham investor menggunakan data harga dan volume masa lalu. Berdasarkan harga dan volume masa lalu itu berbagai model analisis teknis digunakan untuk menentukan arah harga apakah akan naik atau akan turun. Apabila arah harga saham akan naik, maka diputuskan untuk membeli. Apabila arah harga saham akan turun, diputuskan untuk menjual. Analisis teknis mengasumsikan bahwa harga saham selalu berulang kembali, yaitu setelah naik dalam beberapa hari, pasti akan turun dalam beberapa hari berikutnya, kemudian naik lagi dan turun lagi, demikian seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
The semistrong efficient market hypothesis Efisiensi pasar dikatakan setengah kuat karena dalam proses pengambilan keputusan jual-beli saham investor menggunakan data harga masa lalu, volume masa lalu dan semua informasi yang dipublikasikan seperti laporan keuangan, laporan tahunan, pengumuman bursa, informasi keuangan internasional, peraturan perundangan pemerintah, peristiwa politik, peristiwa hokum, peristiwa social, dan lain sebagainya yang dpat mempengaruhi perekonomian nasional. Ini berarti investor menggunakan gabungan antara analisis teknis dengan analisis fundamental dalam proses menghitung nilai saham, yang akan dijadikan sebagai pedomandalam tawaaran harga beli dan tawaran harga jual. The strong efficient market hypothesis Efisiensi pasar dikatakan kuat karena investor menggunakan data yang lebih lengkap yaitu harga masa lalu, volume masa lalu, informasi yang dipublikasikan, dan informasi privat yang tidak dipublikasikan secara umum. Contoh informasi privat adalah hasil riset yang diterbitkan sendiri oleh unit kerja riset yang ada dalam perusahaan atau dibeli dari lembaga riset lainnya. Contoh variabel yang mempengaruhi harga saham dalah sebagai berikut: a. Pengumuman pembagian deviden tunai b. Pengumuman split c. Pengumuman right issue d. Pengumuman saham bonus atau saham deviden
Universitas Sumatera Utara
e. Pengumuman waran f. Rencana merger atau akuisisi g. Rencana transaksi benturan kepentingan h. Perubahan variabel makro dan mikro i. Peristiwa politik internasional j. Pergerakan indeks DJIA, Nikkei 225, hanseng k. Perubahan politik nasional
2.2. IHSG 2.2.1. Pengertian IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. IHSG berubah setiap hari karena perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan adanya saham tambahan 2.2.2. Metode penghitungan IHSG Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 agustus 1982. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat
(kecuali untuk
perusahaan
yang
berada
dalam proses
restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Formula perhitungan adalah sebagai berikut :
Perhitungan indeks dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. 2.2.3. Jenis-jenis Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta 1. Indeks Harga Saham Gabungan Pada tanggal 1 april 1983, IHSG diperkenalkan untuk pertama kalinya sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEJ. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah 10 agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan denga nilai dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham 2. Indeks Sektoral Indeks sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri. Kesembilan sektor tersebut adalah : a. Sektor Utama ( industri yang menghasilkan bahan-bahan baku ) Sektor 1, pertanian Sektor 2, pertambangan b. Sektor Kedua ( industri pengolahan atau manufaktur ) Sektor 3, industri dasar dan kimia Sektor 4, aneka industri
Universitas Sumatera Utara
Sektor 5, industri barang konsumsi c. Sektor ketiga ( jasa ) Sektor 6, property dan real estat Sektor 7, transportasi dan infrastruktur Sektor 8, keuangan Sektor 9, perdagangan, jasa, dan investasi Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 januari 1996 dengan nilai dasar 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar 25 desember 1995. 3. Indeks LQ 45 Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria. Indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang relative besar. a. Kriteria pemilihan saham indeks LQ 45 Untuk masuk dalam pemilihan tersebut, sebuah saham harus memenuhi kriteria tertentu dan lolos dari seleksi utama sebagai berikut: •
Masuk dalam top 60 dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)
•
Masuk dalam ranking
yang didasarkan pada nilai
kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir)
Universitas Sumatera Utara
•
Telah tercatat di BEJ sekurang- kurangnya 3 bulan
•
Kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah transaksi di pasar reguler.
b. Hari dasar indeks LQ 45 dan awal perhitungan Indeks LQ 45 dihitung mundur hingga tanggal 13 juli 1994 sebagai hari dasar, dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar juli 1993-juni 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72% total market kapitalisasi pasar dan 72.5% nilai transaksi di pasar reguler. 4. Jakarta Islamic Indeks (JII) Dalam rangka mengakomodir investor yang tertarik berinvestasi, BEJ dan Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan sebuah indeks yang didasarkan pada syariah islam, dikenal dengan nama Jakarta Islamic Indeks (JII). JII diluncurkan pada tangga 3 juli 2000. JII dihitung mundur hingga tanggal 1995 sebagai hari dasar dengan nilai dasar 100. JII terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah islam. Dewan Pengawas Syariah PT DIM terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII. 5. Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan Pada tanggal 13 juli 2000, BEJ meluncurkan peraturan baru di bidang pencatatan: sistem pencatatan 2 papan. Sistem ini diimplementasikan untuk mendorong bursa Indonesia dan juga untuk memulihkan
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan publik kepada bursa melalui penyusunan pengelolaan perusahaan yang baik. Pencatatan 2 papan tersebut yang diklasifikasikan dengan papan utama dan papan pengembangan menggolongkan indeks menjadi indeks papan utama dan indeks papan pengembangan. Indeks baru ini diluncurkan pada BEJ tanggal 8 april 2002. Klasifikasi papan pencatatan terdiri dari: a) Papan Utama untuk perusahaan besar dengan track record yang baik. b) Papan
Pengembangan,
untuk
mengakomodasi
perusahaan-
perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan papan utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan berprospek.
2.3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan instrumen SBI, yaitu: a. SBI lelang yaitu SBI yang dijual secara lelang kepada bank dan atau pialang, yang didasarkan atas target kuantitas dalam rangka pelaksanaan kebijakan pengendalian moneter. b. SBI repo (repurchase agreement) adalah SBI yang dibeli kembali oleh Bank Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas bank dengan perjanjian bank akan membeli kembali sesuai jangka waktu repo yang diperjanjikan. 2.3.2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. 2.3.3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi
Universitas Sumatera Utara
Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System. 2.3.4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id): 1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. 2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar. 3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. 4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini: Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai =
-----------------------------------------------360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai 6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %. 7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless). 8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Universitas Sumatera Utara
2.4. KURS 2.4.1. Pengertian Kurs Kurs adalah perbandingan nilai/harga antara mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain. kurs dapat
mengalami perubahan apakah menguat
(appreciation) atau melemah (depreciation). Appreciation berarti kenaikan nilai kurs domestic money suatu Negara dihadapkan dengan domestic money negara lain. Sedangkan depreciation berarti penurunan nilai kurs domestic money suatu Negara dihadapkan dengan domestic money negara lain 2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs Faktor
yang Perubahan yang terjadi
Perubahan kurs
mempengaruhi Cita rasa masyarakat
Cita rasa terhadap produk domestik Kurs turun naik. Permintaan terhadap valuta asing turun. Kurs naik Cita rasa terhadap produk luar negeri naik,
impor
naik.
Permintaan
terhadap valuta asing bertambah
Universitas Sumatera Utara
Harga barang ekspor Harga dan impor
produk
domestik
murah, Kurs turun
ekspor naik. Supply valuta asing bertambah Kurs naik Harga
produk
domestik
mahal,
ekspor turun, supply valuta asing berkurang Harga
Kurs naik barang
impor
turun,
permintaan valuta asing bertambah Kurs turun Harga barang impor naik, permintaan valuta asing berkurang Terjadinya inflasi
Inflasi menyebabkan harga produk Kurs naik dalam negeri naik, impor meningkat, permintaan valuta asing bertambah. Inflasi menyebabkan harga produk domestik
naik,
ekspor
turun,
Kurs naik
permintaan valuta asing bertambah Suku bunga dan tingkat Suku pengembalian investasi
bunga
dan
tingkat Kurs naik
pengembalian investasi tinggi, aliran modal ke dalam negeri meningkat. Permintaan
terhadap
mata
uang
Universitas Sumatera Utara
domestik naik Suku
bunga
pengembalian aliran
dan investasi
modal
meningkat.
ke
tingkat Kurs turun rendah
luar
Permintaan
,
negeri terhadap
valuta asing naik
2.4.3. Cara-cara pengendalian kurs Cara-cara untuk mengendalikan kurs (Lia Amalia, 2007:81) antara lain : 1. Sistem standar emas Dalam sistem standar emas bergerak diantara titik-titik emas. 2. Sistem peningkatan kepada valuta asing Pemerintah mempunyai cadangan valuta asing lalu ikut beroperasi dalam pasar uang. 3. Sistem kurs yang dikendalikan Pemerintah dapat menentukan dan merubah kurs valutanya terhadap valuta asing menurut keperluan yang ditargetkan.
2.4.4. Sistem penyesuaian kurs a. Floating Exchange Rate System
Universitas Sumatera Utara
Sistem ini disebut juga sebagai sistem kurs mengambang, bahwa perubahan nilai/kurs terjadi disebabkan oleh kekuatan permintaan disatu sisi dan kekuatan penawaran disisi lain, berarti semata-mata kurs ditentukan oleh kedua pelaku pasar, eksportir dan importir, sehingga sistem kurs ini disebut juga sebagai kurs pasar atau kurs bebas. b. Fixed Exchange Rate System Suatu sistem sebagai upaya mempertahankan kurs valuta asing yang tetap pada tingkat tertentu, dan mengharapkan elemen-elemen intern lainnya dalam sistem tersebut dapat menjamin perekonomian berada dalam keseimbangan internasional. Sistem mempertahankan nilai kurs ini dilakukan oleh pihak eksekutif atau pemerintah. Adapun yang dimaksud dengan elemen intern mencakup stabilitas ekonomi, dimana sistem ekonomi berlangsung dengan baik (moneter, fiscal, non fiscal, dan non moneter) c. Exchange Control System Suatu kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk melakukan diskriminasi terhadap valuta asing. Dan barang dalam rangka pengawasan devisa. Dalam sistem ini pemerintah praktis memonopoli keseluruhan transaksi yang berkaitan dengan valuta asing yang bertujuan untuk mencegah aliran masuk modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari Negara lain untuk mengatasi keterbatasan cadangan devisa.
Universitas Sumatera Utara
2.4.5. Teori Purchasing Power Parity Teori ini diketengahkan oleh pakar ekonomi dari swedia, bernama Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap komoditi (barang&jasa) pada masing-masing Negara. Terdapat dua versi dalam teori Purchasing Power Parity (Lia Amalia, 2007), yaitu: 1. Teori purchasing power parity interpretasi absolut Teori ini pada dasarnya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang Negara lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga pada masingmasing Negara. Sebagi contoh, harga satu stel blue jean di AS adalah US $ 50, dan di Indonesia sebesar Rp. 500.000, maka kurs antara US $ dengan rupiah adalah US $ 1 = Rp. 10.000. jadi, kurs tersebut didasarkan pada perbandingan purchasing power parity sebagai berikut :
= 10.000 2. Teori purchasing power parity arti relative Maksudnya adalah bahwa PPP kurs yang perhitungannya didasarkan pada perubahan harga. Untuk contoh yang sama seperti tersebut diatas. Bila terjadi perubahan harga di kedua Negara, maka kurs tersebut harus
Universitas Sumatera Utara
mengalami perubahan juga. Misalnya kalau di AS harga satu stel jeans hanya naik 2 kali, sementara di Indonesia harga satu stel blue jeans adalah 3 kali, maka kursnya akan menjadi:
= Rp.500.000 Jadi kurs dolar dengan rupiah pada kasus ini adalah US $ 1 = Rp. 5.000
2.5. PERTUMBUHAN EKONOMI 2.5.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10)
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersediaan faktor-faktor prouksi dalam suatu negara. Konsep-konsep dasar ekonomi mikro dalam teori produksi dapat dijadikan landasan untuk melihat faktor-faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan konsep mikro dalam teori produksi, jumlah output sangat ditentukan oleh input-input yang terlibat dalam proses produksi. Input adalah faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Secara umum faktor produksi tersebut dapat berupa sumber daya alam, barang modal, tenaga kerja, dan keahlian konsep mikro tersebut dapat dikembangkan dalam analisis pertumbuhan ekonomi. Adapun faktor yang menunjang pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain, sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, teknologi dan inovasi. 1. Sumber daya alam Kekayaan alam suatu Negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan, hasil laut, serta jumlah dan hasil kekayaan tambang. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekkonomian suatu Negara, terutama pada masa-masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Di setiap Negara berkembang peranan barang-barang pertanian dan industri pertambangan minyak yang diekspor, menjadi penggerak utama bagi permulaan pertumbuhan ekonomi terutama di Asia.
Universitas Sumatera Utara
2. Sumber daya manusia Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan angkatan kerja. Banyak ekonom menyakini bahwa kualitas input tenaga kerja yaitu ketrampilan, pengetahuan, dan disiplin adalah satu-satunya unsur penting dari
pertumbuhan
ekonomi.
Perkembangan
teknologi
dalam
kegiatan
perekonomian sangat menuntut ketersediaan tenaga kerja yang terlatih dan terampil. 3. Sumber daya modal Sumber daya modal ada yang disebut barang modal, dan ada pula yang disebut
modal uang.
Barang-barang
modal
penting
peranannya dalam
meningkatkan pertumbuhan di bidang ekonomi. Negara-negara yang tumbuh pesat cenderung melakukan investasi sangat besar dalam pembentukan barang modal baru. Upaya investasi bertujuan untuk meningkatkan social overhead capital seperti membangun jalan, irigasi, sarana, dan prasarana lainnya. Hal itu merupakan suatu bukti yang sangat dibutuhkan untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sedangkan uang juga merupakan modal yang sangat menentukan dan berkontribusi langsung dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, makin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar output yang dihasilkan. 4. teknologi dan inovasi
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai Negara secara umum ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi. Efek yang utama adalah: a. Dapat mempertinggi efisiensi dalam kegiatan produksi b. Menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diprodusi sebelumnya c. Meninggikan mutu barang yng diproduksi tanpa meningkatkan harga. 2.5.3. Kebijakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Menurut sadono sukirno (2004) kebijakan-kebijakan yang selalu dijalankan untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan diversifikasi pertumbuhan ekonomi yaitu suatu kebijakan dalam modernisasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada atau melakukan transformasi kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional kepada kegiatan yang modern 2. Mengembangkan
infrastruktur.
Modernisasi
ekonomi
memerlukan
infrastruktur yang modern pula. Hal ini dikarenakan kegiatan ekonomi akan berkembang dengan baik apabila didukung oleh infrastruktur yang tersedia dengan kondisi yang baik 3. Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. Peningkatan taraf pendidikan masyarakat akan menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas. Semakin
Universitas Sumatera Utara
banyak tenaga kerja yang berkualitas akan semakin cepat terjadinya pertumbuhan ekonomi 4. Mengembangkan institusi yang mendorong pembangunan. Pembangunan ekonomi harus secara terus menerus diikuti dengan perkembangan institusi yang dapat memberikan dorongan pada perkembangan berbagai kegiatan ekonomi 5. Merumuskan
dan
melaksanakan
perencanaan
ekonomi.
Melalui
perencanaan pembangunan berbagai kegiatan dapat diselaraskan dan arah pembangunan
ekonomi
jangka panjang
dapat
ditentukan.
Setiap
perencanaan ekonomi perlu menentukan tujuan pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai dan menemukan strategi dalam melaksanakan perencanaan ekonomi yang telah dirumuskan 2.5.4. Teori pertumbuhan ekonomi Teori Adam Smith Adam Smith memaparkan tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dengan memandang kepada: a. Adanya hukum alam. Ia sangat percaya dengan prinsip bahwa hanya individu sendirilah yang tahu akan kebutuhannya, tidak orang lain apalagi pemerintah. Ia beranggapan bahwa adanya kekuatan yang tidak kentara (Invisible hand) menyebabkan setiap perekonomian akan memperlakukan individu sesuai sengan harapannya.
Universitas Sumatera Utara
b. Peningkatan daya produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan: •
Meningkatnya keterampilan pekerja
•
Penghematan waktu dalam memproduksi barang
•
Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga
c. Proses akumulasi modal. Menurutnya, proses akumulasi modal meningkat seiring dengan meningkatnya tabungan, dan dari tabunganlah asalnya investasi. Dengan demikian bila pendapatan naik sementara konsumsi relative tetap maka tabungan akan semakin tinggi dan berdampak pada penyediaan modal yang semakin banyak untuk investasi. d. Tingkat keuntungan akan semakin menurun manakala tingkat persaingan semakin tinggi. Padahal persaingan berasal dari kemampuan investasi yang memajukan perekonomian e. Petani, pengusaha dan produsen adalah agen pertumbuhan dalam perekonomian. Bila pertanian meningkat maka usaha industry dan perniagaan semakin meningkat dan tentu saja akan memberikan dampak yang bagus bagi perekonomian karena adanya rantai kebutuhan dan kepentingan. f. Proses pertumbuhan bersifat menggumpal (mengakumulatif), setiap peningkatan di bidang pertanian maka akan ada peningkatan di bidang industry dan perniagaan dan seterusnya sampai terjadi kelangkaan sumberdaya sehingga perekonomian mengalami kondisi stasioner. Teori Malthus dan Ricardo
Universitas Sumatera Utara
Malthus dan Ricardo mengamati pertumbuhan penduduk tehadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dari hasil pengamatan tersebut didapat kesimpulan sebagai berikut: •
Bila rasio antara jumlah penduduk lebih kecil daripada jumlah faktor produksi lainnya, ini akan menimbulkan pertambahan penduduk, pertambahan tenaga kerja, dan sekaligus akan dapat meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
•
Bila jumlah penduduk/tenaga kerja berlebihan dibandingkan dengan faktor produksi yang lain, pertambahan penduduk akan menurunkan produk per kapita. Selain itu juga akan menurunkan taraf kemakmuran masyarakat.
•
Bila jumlah penduduk selalu bertambah tanpa diikuti oleh pertambahan faktor lain, maka kemakmuran masyarakat akan mundur sampai tingkat subsisten, bahkan mungkin bisa dibawah tingkat subsisten
Teori Robert M. Solow Robert Solow menyatakan pendapatnya sebagai berikut: •
Pertumbuhan produk nasional ditentukan oleh pertumbuhan dua jenis input yaitu pertumbuhan modal dan pertumbuhan tenaga kerja. Perhatian terhadap 2 input tersebut sangat besar karena proses pertumbuhan ekonoi memerlukan: a) Adanya intensifikasi modal, yaitu suatu proses jumlah modal per tenaga kerja naik setiap saat
Universitas Sumatera Utara
b) Adanya kenaikan tingkat upah yang dibayarkan kepada para pekerja pada
saat
intensifikasi
modal
terjadi.
Sehingga
masyarakat
mempunyai daya beli tinggi, konsumsi meningkat. Hal ini akan mendorong pertumbuhan produk •
Disamping faktor tenaga kerja dan modal, hal sangat penting untuk meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
adalah
fktor
perkembangan
teknologi Teori Keynes Keynes menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja terutama ditentukan oleh permintaan agregat. Kaum keynesia yakin bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan fiscal harus digunakan untuk mengatasi pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Konsep-konsep Keynesian menunjukkan bahwa peranan pemerintah sangat besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian pasar sepertinya sulit untuk menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan oelh masyarakat dan bahkan sering menimbulkan instability, inequity dan inefisiensi. Bila perekonomian sering diihadapkan pada ketidakstabilan, ketidakmerataan, dan ketidakefisienan jelas akn menghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2.6.1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia Perkembangan ekonomi Indonesia sejak Pemerintahan Orde Baru di tahun 1966 ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi. Pada masa awal pembangunan ekonomi pada periode 1996-1970, rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 5,89 % per tahun. Selanjutnya, pada dekade 1971 – 1980 rata-rata pertumbuhan ekonomi meningkat pesat menjadi 7,44 %. Kenaikan ini tidak terlepas dari keberhasilan Pemerintah dalam mendorong ekspor minyak yang dibarengi oleh kenaikan harga minyak dunia. Namun, sejalan dengan mulai menurunnya harga minyak dunia pada dekade 1981-1990, ekonomi Indonesia kembali mencatat pertumbuhan yang lebih rendah. Selama periode ini, Pemerintah mulai mengubah kebijakannya dengan sasaran utama mendorong ekspor nonmigas dan pengerahan tabungan masyarakat. Untuk meningkatkan ekspor nonmigas, Pemerintah mendorong sektor swasta untuk berperan lebih besar dalam pembangunan ekonomi. Sementara upaya pengerahan dana masyarakat dilakukan melalui pengembangan pasar keuangan. Hal itu ditandai oleh kebijakan deregulasi perbankan dan pasar modal yang diikuti oleh liberalisasi capital inflows. Sementara, di sisi sektor riil, Pemerintah mulai membuka pasar domestic melalui penurunan tarif, pengurangan Daftar Negatif Investasi yang didukung oleh kebijakan makro yang prudent. Berbagai kebijakan diatas berhasil mendorong kembali rata-rata pertumbuhan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
hingga mencatat angka 7,83 % selama 1991-1996. Namun, selama masa ini juga ditandai oleh akumulasi utang luar negeri yang terus membengkak dan kondisi perbankan TAHUN
hingga pada
yang fragile Pertumbuhan
berujung
krisis
ekonomi di
tahun 1997-
1998.
Setelah
krisis
ekonomi,
ekonomi
Indonesia
kembali
mengalami
perlambatan
pertumbuhan.
Tabel 2.2 Rata-rata pertumbuhan ekonomi indonesia
Universitas Sumatera Utara
2.6.2.
1966-1970
5,89
1971-1980
7,44
1981-1990
5,51
1991-1996
7,83
1999-2005
4,13
Sumber-
sumber
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dilihat dari sisi penggunaannya, pada masa awal pembangunan ekonomi sebelum tahun 1970, pertumbuhan ekonomi lebih banyak didorong oleh konsumsi masyarakat yang memberikan kontribusi hingga 80 % GDP. Namun, sejalan dengan tingginya harga minyak pada dekade 1971 - 1980, sektor minyak menjadi satu-satunya sumber pertumbuhan. Ekspor minyak memberikan kontribusi lebih dari 70 % total ekspor Indonesia, sementara komoditi manufaktur belum memberikan kontribusi yang berarti. Ekspor non migas sebagian besar disumbangkan oleh komoditi primer. Hasil dari ekspor minyak sebagian besar mengalir ke penerimaan Pemerintah untuk membiayai kegiatan konsumsi dan investasi Pemerintah. Selama periode ini, peran konsumsi masyarakat sedikit demi sedikit terdesak oleh sektor Pemerintah yang snagat dominan. Sementara, investasi swasta belum memberikan kontribusi yang berarti. Memasuki dekade 1981-1990, kegiatan investasi swasta mulai berkembang pesat. Hal ini ditandai oleh kenaikan impor yang tinggi, utamanya impor barang modal, yang dibarengi oleh menurunnya harga minyak dunia. Akibatnya, net ekspor menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan yang terus menurun hingga mencapai level dibawah 5 % PDB. Selama periode ini, peran swasta tumbuh dengan pesat, terutama dengan munculnya gejala konglomerasi di berbagai sektor, sebaliknya peran Pemerintah semakin menurun. Setelah krisis ekonomi, kegiatan investasi swasta sedikit demi sedikit mulai tumbuh kembali, sementara Pemerintah menghadapi beban yang berat akibat krisis. Tabel 2.3 Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi indonesia
No
Penggunaan 1970
1980
1990
2000
2005
1
C
79.47
54.05
53.86
70.90
59.66
2
I
12.16
18.78
31.35
18.32
25.30
3
G
8.62
10.21
9.8
7.23
7.80
4
(X-M)
-0.25
16.95
4.99
3.54
7.24
Total
100
100
100
100
100
2.6.3. Kebijakan Mempertahankan Pertumbuhan Ekonomi a. Pengendalian inflasi Pemerintah dalam mengendalikan perekonomian makro bnerusaha sedapat mungkin untuk menekan tingkat inflasiyang terkendali (inflasi dalam satu digit).
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian ini dimaksudkan untuk mengendalikan perekonomian berjalan pada roda yang direncanakan b. Hati-hati mengelola neraca pembayaran Neraca pembayaran merupakan penghasilan atau pemasukan valuta asing (ekspor, PMA, bantuan asing) dikurangi impor, pembayaran bunga, dan cicilan hutang, serta pembayaran jasa ke luar negeri. Dengan menerapkan kebijaksanaan yang hati-hati dalam mengelola neraca pembayaran, berarti seluruh komponen yang terkait dalam neraca pembayaran itu sendiri akan diawasi oleh pemerintah secara ketat. c. Meningkatkan daya saing ekonomi Untuk dapat meningkatkan ekspor non-migas di pasar internasional, peningkatan daya saing ekonomi nasional tentu akan sangat mendukung. Tanpa peningkatan daya saing ekonomi di paar internasional, produk-produk yang dihasilkan Indonesia lambat laun akan tergeser oleh produk dari Negara lain seperti, Cina, Vietnam, dan india.
d. Meningkatkan dan memperbaiki iklim menabung Kebijaksanaan yang diterapkan pemerintah adalah menerapkan penetapan tingkat bunga yang lebih baik dari menabung di luar negeri. e. Mempertahankan sistem kurs mengambang terkendali
Universitas Sumatera Utara
Kurs mengambang terkendali merupakan kebijaksanaan pemerintah untuk mempertahankan nilai rupiah yang terkendali f. Memperbaiki iklim investasi lewat deregulasi sektor riil Banyak monopoli dan oligopoli baik dengan perlindungan pemerintah maupun yang terselubung, akan menurunkan minat investor luar negeri menanamkan investasinya di Indonesia. Dengan hilangnya distorsi dalam sektor riil akan menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif. g. Memperluas jangkauan program pemerataan ekonomi Untuk lebih dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan masyarakat merupakan satu faktor pendukung Karena dengan meningkatnya daya beli masyarakat akan dapat memacu produksi perusahaan lebih tinggi. Dalam rangka peningkatan pendapatan dan pemerataan pendapatan masyarakat inilah yang perlu diperluas jangkauan pemerataan ekonomi. Dengan adanya program pemerataan yang lebih luas atau merata ini akan dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
2.7. Pertumbuhan ekonomi AS 2.7.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi AS Pertumbuhan ekonomi modern di AS dimulai pada pertengahan abad kesembilan belas. Selama kurun waktu yang panjang, keluaran riil AS telah
Universitas Sumatera Utara
tumbuh kira-kira 3,3 persen setiap tahun. Antara 1871 dan 1909, tingkat pertumbuhan sangat sehat, yang berkisar dari 4,0 persen hingga 5,5 persen per tahun. Karena kerusakan akibat dari depresi besar, pertumbuhan menjadi lamban selama tahun 1930-an dan 1940-an, namun pada tahun 1950-an dan 1960-an pulihnya pertumbuhan dan kekuatan perekonomian. Walaupun tahun 1970-an terdiri dari beberapa tahun yang baik dan beberapa yang buruk, selama dasawarsa itu keluaran meningkat sebesar rata-rata 3,1 persen per tahun, suatu kinerja yang dapat memungkinkan. Pada periode 1990 sampai 1997, tingkat pertumbuhannya hanya 2,3 persen, itu disebabkan oleh resesi dari tahun 1990 sampai 1997. 2.7.2. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi AS Tabel 2.4 Sumber Pertumbuhan Ekonomi AS Persentase pertumbuhan yang berasal dari masing-masing sumber 1929-1982
1929-1948
1948-1973
1973-1979
Kenaikan masukan
53
49
45
94
Tenaga kerja
20
26
14
47
Modal
14
3
16
29
34
20
15
18
Pendidikan
(
modal
SDM)
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan produktivitas
47
51
55
6
Kemajuan
31
30
39
8
16
21
16
-2
100
100
100
100
2,8
2,4
3,6
2,6
ilmu
pengetahuan Faktor-faktro lain Total
Tingkat
pertumbuhan
tahunan
pendapatan
nasional riil
Selama bertahun-tahun, Edward denilson dari brookings institution di Washington telah mempelajari proses pertumbuhan ekonomi AS dan memilahmilahkan arti penting secara relative atas berbagai faktor penyebab itu. Tabel 2.4. menyajikan hasil penelitian besar terbarunya yang sudah diterbitkan. Denilson memperkirakan bahwa kira-kira separuh dari pertumbuhan keluaran AS selama periode mulai tahun 1929 hingga 1982 disebabkan oleh kenaikan faktor-faktor produksi dan separuh lain oleh kenaikan produktivitas. Pertumbuhan angkatan kerja menghasilkan kira-kira 20 persen dari keseluruhan pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan stok modal (baik SDM maupun fisik)
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan 33 persen. Dari tingkat pertumbuhan stok modal, moda SDM (pendidikan dan pelatihan) menghasilkan 34 persen dari keseluruhan dan modal fisik menghasilkan 14 persen. Pertumbuhan pengetahuan merupakan faktor paling penting yang menyumbang kepada kenaikan produktivitas masukan. Sebuah penelitian tahun 1997 oleh Charles jones menghasilkan kesimpulan yang suram bahwa perlambanan pertumbuhan di AS akan segera terjadi. Makalah jones menemukan bahwa banyak dari pertumbuhan sesudah perang dunia II di AS disebabkan tiga faktor: 1. Kenaikan tingkat pendidikan. 2. Kenaikan tajam bagian angkatan kerja yang dibuktikan untuk riset. 3. Kenaikan keterbukaan perekonomian dunia –perluasan perdagangan. Dia menyimpulkan bahwa kenaikan-kenaikan itu akhirnya harus mendatar, dan bila demikian, tingkat pertumbuhan di AS dapat turun sebesar 75 persen 2.6.3. Kebijakan untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi AS Beberapa strategi untuk menaikkan tingkat pertumbuhan di AS telah diusulkan, dan ada yang sudah dijadikan undang-undang. Strategi-strategi itu mencakup kebijakan yang ditujukan kearah perbaikan mutu pendidikan, kenaikan tingkat tabungan, perangsangan investasi, peningkatan riset dan pengembangan, pengurangan regulasi, dan pemberlakuan kebijakan industri. a. Kebijakan untuk memperbaiki mutu pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang keringanan pajak tahun 1997 berisi ketetapan yang berfokus pada pendidikan. Pertama, kredit beasiswa HOPE mengijinkan para pembayar pajak mengklain kredit sampai $1500 untuk biaya pendidikan lanjutan atas, untuk membantu anggota keluarga manapun. b. Kebijakan untuk menaikkan tingkat tabungan Pada tahun 1982, undang-undang pajak pemulihan ekonomi federal memuat sejumlah ketetapan yang dirancang untuk mendorong investasi. Diantaranya ada sistem pemulihan biaya yang dipercepat (ACRS: Accelerated Cost Recovery System), yang memberi perusahaan-perusahaan peluang untuk mengurangi pajak mereka dengan menggunakan secara artificial tingkat depresiasi yang cepat untuk perhitungan laba kena pajak. Walaupun aturannya rumit, akibatnya sama dengan akibat dari kredit investasi. Pemerintah secara efektif mengurangi biaya modal bagi perusahaan yang menjalankan investasidalam pabrik atau peralatan. c. Kebijakan untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan Ilmu pengetahuan baru adalah seperti barang public. Walaupun AS sudah memiliki sistem hak paten untuk melindungi keuntungan atas litbang bagi para penemu dan innovator, banyak dari keuntungan itu mengalir ke para peniru dan orang-orang lain, termasuk public. Penalaran itu digunakan untuk mendukung pemberian subsidi public atas pengeluaran litbang. d. Regulasi yang dikurangi
Universitas Sumatera Utara
Denilson memperkirakan regulasi di bidang kesehatan dan keamanan pekerjaan, dan lingkungan hidup, mengurangi tingkat pertumbuhan tahunan antara tahun 1973 dan 1979 pada titik persentase 0,13 dari 2,74 persen menjadi 2,61 persen per tahun e. Kebijakan industrial Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah ahli ekonomi telah menuntut ditingkatkannya keterlibatan pemerintah dalam alokasi modal di seluruh sektor manufaktur, sebuah praktek yang dikenal sebagai kebijakan industrial. Mereka yang mendukung kebijakan industrial yakin bahwa karena pemerintah Negaranegara lain menjadikan perindustrian sebagai target dari subsidi khusus dan investasi cepat, amerika nhendaknya melakukan hal serupa untuk mencegah kerugian dalam persaingan internasional.
2.7. Penelitian terdahulu 1. Skripsi : Pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, suku bunga SBI dan inflasi terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Diajukan oleh Ajid Hajiji, mahasiswa ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan manajemen IPB. NIM : H14084005. Variabel dependen
: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel independen : Kurs, tingkat bunga SBI, Inflasi R2 = 26,5 %
Universitas Sumatera Utara
2. Jurnal : Pengaruh tingkat suku bunga SBI dan kurs dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta periode tahun 20002002 . ditulis oleh Moh Mansur, mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Semarang. NIM : 3351403043. Variabel dependen
: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel independen : tingkat suku bunga SBI, kurs dollar AS. R2 = 51,55 % 3. Jurnal : Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap IHSG. Ditulis oleh Pananda Pasaribu, Wilson R. L. Tobing, dan Adler Haymans Manurung Variabel dependen
: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Variabel Independen : Inflasi, SBI, jumlah M2, kurs, Produk domestic bruto, Transaksi berjalan, cadangan devisa, net buying asing, indeks Hanseng, indeks Dow Jones, minyak dunia, fed rate. R2 = 95 %
Universitas Sumatera Utara