BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Teori merupakan perangkat yang vital dan menentukan dalam arah sebuah pemecahan masalah dalam penelitian. Peneliti akan mampu memahami, memprediksi dan menjelaskan sebuah permasalahan dengan terlebih dahulu memahami teori yang relevan dengan fenomena terkait. F.N Kerlinger menyatakan teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sitematis dengan cara menghubungkan antar konsep (Singarimbun, 2008 : 37). Dalam menyasar masalah dan menemukan penyelesaiannya tidak hanya membutuhkan teori namun juga dibutuhkan kerangka teori. Kerangka teori akan memaparkan setiap masalah melalui sudut pandang teori-teori yang relevan dan berkaitan. Dalam kerangka teori diuraikan tentang pengaliran jalan pikiran menurut kerangka logis atau menurut “logical construct” (Lubis 1998 : 109). Jadi kerangka teoritis disusun berdasarkan pemikiran logis atau berlandaskan akal sehat yang menjelaskan variabel-variabel dan keterhubungan antara variabelvariabel yang dianggap secara integral menyatukan dinamika dari situasi-situasi yang diselidiki (Silalahi, 2009 : 95). Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi organisasi, iklim organisasi, iklim komunikasi, jaringan komunikasi, kepuasan komunikasi organisasi. 2.1.1 Komunikasi Organisasi Dalam organisasi, komunikasi menjadi sarana untuk mengarahkan dan mengendalikan setiap kegiatan, komunikasi juga menjadi sarana untuk memahami tujuan organisasi dan mempengaruhi orang-orang untuk meyakini bahwa tujuan organisasi di masa depan merupakan hal yang berharga untuk diperjuangkan. Bagi
Universitas Sumatera Utara
seorang pemimpin keterampilan berkomunikasi merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi, karena merupakan hal yang mutlak untuk dikuasai secara baik. Seorang pemimpin harus mampu mengkomunikasikan visi dan misinya dengan baik kepada bawahannya, melalui perkataan maupun pesan-pesan simbolik yang muncul dari setiap perilakunya, penampilannya, dan ekspresi pribadinya. Pemimpin tidak saja dituntut untuk mampu berbicara secara efektif, tetapi juga harus mampu menjadi pendengar yang efektif. Melalui berbagai sumber, baik internal maupun eksternal, pemimpin berusaha mendengarkan dengan empati, mencoba untuk memahami kebutuhan orang lain dari informasi yang tidak dikatakannya, dan menyadari makna-makna yang tersembunyi di dalam proses komunikasi yang dimunculkan orang lain. Komunikasi merupakan suatu medan yang sangat penting dalam manajemen organisasi, organisasi jelas memerlukan informasi, dengan berkembangnya organisasi kebutuhan informasi juga bertambah. Dalam kehidupan berorganisasi peranan komunikasi cukup besar dalam mendorong motivasi kuat dalam diri para anggota organisasi untuk berkarya lebih tekun. Oleh karena itu juga penting diperhatikan bahwa manusia adalah mahkluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain baik melalui jalur formal maupun jalur informal. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. (Wiryanto 2004 : 54-55). Menurut Zelko dan Dance, komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi kepada sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian bersama
Universitas Sumatera Utara
Lesikar, mereka menambah satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaan secara informal mengenai informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi. (Muhammad, 2009 : 66). Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan yaitu : a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media. c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan/skilnya. (Muhammad, 2009 : 67). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu perilaku yang dilakukan di dalam organisasi untuk pertukaran informasi seperti pengiriman dan penerimaan pesan di antara orangorang yang berada di dalam organisasi. Menurut Liliweri dalam bukunya yang berjudul “Wacana Organisasi” menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut : a) Fungsi umum • To tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan” informasi terkini mengenai bagaimana atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan. • To sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat, fakta, termaksud menjual sikap organisasi, sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan. • To learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar” dari orang lain, belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikerjakan orang lain yang berhubungan dengan organisasi. • To decide. Komunikasi berfungsi untuk “menentukan” apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaannya, menentukan kekuasaan dan wewenang, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan teknik dalam organisasi. b) Fungsi khusus • Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu organisasi lalu mewujudkannya ke dalam tindakan tertentu di dalam sebuah
Universitas Sumatera Utara
• •
Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antara sesame bagi peningkatan produk organisasi. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang “ambigu” atau tidak pasti. (Liliweri, 2004 : 66-67)
Sedangkan tujuan komunikasi organisasi adalah sebagai saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong produktivitas dan sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam organisasi terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Robbins meringkas beberapa hambatan komunikasi sebagai berikut : 1) Penyaringan (filtering) Hambatan ini merupakan komunikasi yang dimanipulasikan oleh sipengirim sehingga nampak lebih bersifat menyenangkan si penerima. Komunikasi semacam ini dapat berakibat buruk bagi organisasi, karena jika informasinya dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan yang kelak akan dihasilkan berkualitas rendah. 2) Perspektif selektif Hambatan ini merupakan keadaan dimana penerima pesan di dalam proses komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar belakang pengalaman, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak sama dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Hal ini disebut juga adanya perbedaan persepsi sehingga dapat menjadi penghambat bagi komunikasi yang efektif. 3) Perasaan Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang disaat sedang marah akan berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu dalam keadaan normal. 4) Bahasa Kata-kata memiliki makna yang berbeda antara seseorang dengan orang lain. kadang-kadang, arti dari sebuah kata tidak berada pada kata itu sendiri tetapi pada kita. Umur, pendidikan, lingkungan kerja dan budaya adalah hal-hal yang secara nyata dapat mempengaruhi bahasa yang dipakai oleh seseorang, atau definisi yang dilekatkan pada suatu kata. (Dalam Masmuh, 2010 : 80-82).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Iklim Organisasi Iklim tidak dapat dilihat atau di sentuh tapi dapat dirasakan oleh orang di sekelilingnya, begitu juga dalam suatu organisasi, iklim organisasi dirasakan oleh semua anggota di dalamnya.Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena iklim organisasi berhubungan erat dengan persepsi individu, yaitu tentang apa yang telah diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim organisasi ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan, dibangun dan dihargai organisasi itu sendiri. Menurut Payne dan Pugh (1976) iklim organisasi didefinisikan sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. (Dalam Muhammad, 2009 : 82). Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi (misalnya pemasok, konsumen, konsultan dan kontraktor) mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi. (Wirawan, 2007 : 122). Sedangkan menurut Champbell (1970) hasil-hasil penelitian mengenai iklim organisasi cenderung mendukung kesimpulan bahwa lebih positif iklim lebih produktif organisasi. (Dalam Muhammad, 2009 : 85).
Konsep iklim organisasi tidak terlepas dari sifat yang terdapat di dalam suatu lingkungan kerja yang timbul terutama karena kegiatan organisasi dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar dianggap mempengaruhi perilaku anggotanya. Dengan kata lain, iklim organisasi dapat dianggap sebagai “kepribadian” organisasi seperti yang dilihat dan dirasakan oleh para anggotanya. Organisasi yang bergerak dalam bidang yang sama dan melakukan hal yang sama bisa saja memiliki iklim organisasi yang berbeda tergantung bagaimana mereka mempertahankan dan mengembangkan sistem sosial dan kebiasaan-kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
dalam lingkungan internal organisasi tersebut. Setiap organisasi akan menarik dan mempertahankan orang-orang yang sesuai dengan iklimnya. Iklim organisasi meliputi unsur-unsur yaitu : 1) Tanggung jawab tingkat pendelegasian yang dialami karyawan. 2) Standar. Harapan tentang kualitas karyawan. 3) Imbalan. Pengakuan dan penghargaan atas kinerja dan penolakan terhadap penyimpangan kerja. 4) Keramahan semangat tim, “persaudaraan”, saling mempercayai penuh kejujuran. 5) Kesiapan teknologi. Penyempurnaan metode kerja. 6) Komunikasi terbuka, kecukupan informasi dan terbuka bagi saran-saran. (Panuju, 2001 : 26-27). Sikap dan perilaku organisasi mempengaruhi kinerja mereka secara individual dan kelompok yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Misalnya persepsi negatif karyawan terhadap kepemimpinan, sistem manajemen, pelaksanaan norma, serta peraturan organisasi dan pekerjaannya, mempengaruhi perilaku mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Perilaku ini berpengaruh terhadap produktifitas mereka yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Menurut Robert Stringer karakteristik atau dimensi iklim organisasi mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu. Ia mengatakan bahwa untuk mengukur iklim organisasi terdapat enam dimensi yang diperlukan sebagai berikut : 1) Struktur Struktur organisasi merefleksikan perasaan diorganisasi secara baik dan mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan organisasi. Struktur tinggi jika anggota organisasi merasa pekerjaan mereka didefinisikan secara baik. 2) Standar-standar Standar-standar dalam suatu organisasi mengukur perasaan tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Standar-standar yang tinggi artinya mencari jalan untuk meningkatkan kinerja. 3) Tanggung jawab Tanggung jawab merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi “bos diri sendiri” dan tidak memerlukan keputusannya dilegitimasi oleh anggota organisasi lainnya. Persepsi anggota tinggi menunjukkan bahwa anggota organisasi merasa didorong untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
4) Penghargaan Penghargaan mengindikasikan anggota organisasi merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas secara baik. Iklim organisasi menghargai kinerja berkarakteristik keseimbangan antara imbalan dan kritik, penghargaan rendah artinya penyelesaian pekerjaa dengan baik diberi imbalan secara tidak konsisten. 5) Dukungan Dukungan merefleksikan perasaan percaya dan saling mendukung yang terus berlangsung diantara anggota kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bagian tim yang berfungsi dengan baik dan merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika mengalami kesulitan dalam tugas. 6) Komitmen Komitmen merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap organisasinya dan derajat keloyalan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Perasaan komitmen yang kuat berasosiasi dengan loyalitas personal, jika level rendah komitmen artinya karyawan merasa apatis terhadap organisasi dan tujuannya. (Dalam Wirawan, 2007 :131-133) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi yaitu : 1) Manajer/pimpinan Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manjer mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakankebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi antar kelompok, perhatian pada permasalahan, yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan karyawan. 2) Tingkah laku karyawan Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka, terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian penting dalam membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau gagalnya hubungan antar manusia. Berdasarkan gaya normal seseorang dalam hidup atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim yang positif atau dapat juga menguranginya menjadi negatif. 3) Tingkah laku kelompok kerja Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan dua cara, yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal, sebagai kelompok persahabatan atau kesamaan minat.
Universitas Sumatera Utara
4) Faktor eksternal organisasi Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi tersebut. Keadaan ekonomi adalah fakor utama yang mempengaruhi iklim. Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi berada dalam tekanan untuk memberikan peningkatan keuntungan sekurang-kurangnya sama dengan tingkat inflasi. Seandainya pemerintah telah menetapakan aturan tentang pemberian upah dan harga yang dapat membatasi peningkatan keuntungan, karyawan mungkin menjadi tidak senang dan bisa keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain. Di lain pihak, ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan memungkinkan setiap orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang besar, sehingga hasilnya iklim menjadi lebih positif. (Higgins, 1994 : 477-478). Sedangkan menurut Robert Stringer bahwa terdapat lima faktor yang menyebabkan terjadinya iklim suatu organisasi yaitu : 1) Lingkungan eksternal Industri atau bisnis yang sama mempunyai iklim organisasi umum yang sama. Walaupun lingkungan eksternal mempengaruhi keenam dimensi iklim organisasi, menurut Stringer terdapat pengaruh langsung yang paling banyak terhadap tiga dimensi yaitu : a. Kecepatan perubahan, ketika kecepatan perubahan meningkat, organisasi dengan kinerja tinggi mempunyai struktur lebih rendah dan tanggung jawab lebih tinggi. Dalam jangka panjang, organisasi dengan kinerja tinggi yang menghadapi perubahan eksternal cepat harus memiliki kekuatan tim kerja, kepercayaan, dan dukungan untuk struktur rendah dan tanggung jawab tinggi. b. Level konsolidasi dan regulasi tinggi industry tanpa adanya persaingan dalam suatu industri sering menjadi pengaruh penting terhadap pola iklim organisasi. Jika industry diregulasi secara ketat, maka setiap orang akan mengetahui peraturan. c. Ekonomi kuat dan pasar kerja yang baik mempengaruhi dimensi komitmen iklim organisasi. Jika karyawan memiliki peluang dan pilihan karir terpisah dari organisasi mereka, komitmen yang menjadi rendah. Dalam lingkungan eksternal seperti itu, kinerja tinggi bergantung pada komitmen tinggi. 2) Strategi organisasi Kinerja suatu perusahaan bergantung pada strategi (apa yang diupayakan untuk dilakukan), oleh karena itu strategi mempengaruhi iklim organisasi secara tidak langsung : a. Praktik kepemimpinan akan bervariasi, bergantung pada strategi yang dilaksanakan. b. Pengaturan organisasi akan dikembangkan untuk memperkuat strategi-strategi yang berbeda. c. Strategi jangka panjang akan memiliki dampak terhadap kekuatan sejarah yang menentukan iklim organisasi.
Universitas Sumatera Utara
3) Kekuatan sejarah Semakin tua umur suatu organisasi semakin kuat pengaruh kekuatan sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk tradisi dan ingatan yang membentuk harapan anggota organisasi dan mempunyai pengaruh terhadap iklim organisasinya. Terdapat lima aspek sejarah dan budaya suatu organisasi : a. Nilai-nilai sejarah, yaitu cara karyawan mengakses sifat, aktivitas, atau perilaku tertentu sebagai atau buruk dan produktif atau pemborosan. b. Kepercayaan, yaitu pengertian karyawan mengenai cara organisasi bekerja dan kemungkinan konsekuensi atas tindakan yang mereka lakukan. c. Mite, yaitu bahwa cerita atau legenda yang terus berlangsung mengenai organisasi dan para pemimpinnya mampu memperkuat nilai-nilai inti dan kepercayaan. d. Tradisi, yaitu kejadian-kejadian penting yang berulang dalam suatu organisasi yang memperkuat dan mengabadikan nilai-nilai budaya. e. Norma, peraturan-peraturan informal yang ada dalam suatu organisasi mengenai pakaian, kebiasaan kerja, jam kerja, perilaku interpersonal. 4) Kepemimpinan Perilaku kepemimpinan mempengaruhi iklim organisasi yang kemudian mendorong motivasi karyawan. Motivasi karyawan merupakan pendorong utama terjadinya kinerja. (Dalam Wirawan, 2007 :135-138) 2.1.3 Iklim Komunikasi Dalam hidup berorganisasi, komunikasi adalah suatu hal terpenting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena iklim menjadi pedoman keputusan dan perilaku
individu
anggota
organisasi
itu
sendiri.
Adanya
komunikasi
berkelanjutan dalam suatu organisasi akan membentuk suatu iklim komunikasi. Iklim komunikasi mempunyai arti penting bagi semua anggota organisasi baik itu atasan atau bawahan yang nantinya dapat mempengaruhi kepada tingkah laku mereka. Agar menciptakan iklim komunikasi yang kondusif perlu memahami masing-masing individu. Ada hubungan yang sirkuler antara iklim organisasi dengan iklim komunikasi. Tingkah laku komunikasi mengarah pada perkembangan iklim, diantaranya iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. (Muhammad, 2009 : 85).
Universitas Sumatera Utara
Iklim organisasi dan iklim komunikasi berhubungan timbal-balik, adanya iklim organisasi menunjukkan adanya suasana dalam organisasi yang kondusif, yang memungkinkan adanya iklim komunikasi . Iklim organisasi dan iklim komunikasi yang baik, penuh persaudaraan, adanya rasa kebersamaan untuk memiliki organisasi, akan menumbuhkan adanya partisipasi, kepercayaan dan keterbukaan. Perasaan sebagai bagian dari organisasi dan rasa memiliki organisasi merupakan “roh” yang menghidupkan organisasi. Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi, evaluasi, perilaku-perilaku, konflik-konflik, dan harapan-harapan. Selanjutnya menurut Denis (1975) mengemukakan iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. (Dalam Muhammad, 2009 : 86). Menurut Poole (1985) iklim komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi. (Dalam Pace, 2005 : 148). Dari sini dapat dilihat bahwa iklim komunikasi di dalam sebuah organisasi itu perlu untuk diperhatikan agar dapat menciptakan sebuah organisasi yang efektif. Adapun faktor-faktor yang meliputi iklim komunikasi yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Dukungan. Keikutsertaan dalam proses keputusan. Kejujuran, percaya diri, dan kendala. Terbuka dan tulus. Tujuan kinerja yang tinggi. (Panuju, 2001 : 27) Iklim komunikasi yang penuh rasa persaudaraan mendorong para anggota
organisasi untuk berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah dengan anggota yang lain. sedangkan iklim komunikasi yang negative menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.
Universitas Sumatera Utara
Yang menjadi pokok persoalan pertama dari iklim komunikasi adalah halhal berikut : 1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi. a. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan, teman sekerja sama dan bawahan sebagai sumber informasi. b. Berapa pentingnya sumber-sumber itu. c. Apakah sumber-sumber tersebut dapat dipercaya. d. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi. 2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi. a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat dengan topic-topik yang penting dari sumber informasi. b. Apakah informasi itu berguna. c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat. 3. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri. a. Berapa banyaknya anggota yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi mereka. b. Apakah tujuan dan objektif dipahami. c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai. d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya. (Dalam Muhammad, 2009 : 86-87). Berdasarkan penelitian Pace dan Peterson dengan menggunakan Inventaris Iklim Komunikasi (IIK), menunjukkan bahwa paling sedikit ada enam faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Keenam faktor tersebut dibahas secara singkat sebagai berikut : a. Kepercayaan Personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan
hubungan
yang
di dalamnya kepercayaan,
dan
kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. b. Pembuatan keputusan bersama Para pegawai (anggota) disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai disemua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
Universitas Sumatera Utara
c. Kejujuran Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan. d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan tugas mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin, dan rencana-rencana. e. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas Personel disetiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saransaran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel disetiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. f. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi Personel disemua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. (Dalam Pace, 2005 : 159-160). Iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. Iklim komunikasi yang baik akan dapat menimbulkan kepuasan komunikasi organisasi yaitu semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi. Iklim mencakup kepuasan anggota organisasi
Universitas Sumatera Utara
terhadap informasi. Iklim mencakup kepuasan anggota organisasi terhadap informasi yang tersedia. 2.1.4 Jaringan Komunikasi Jaringan atau network didefenisikan sebagai social structures by communication among individuals and groups-groups (struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara sejumlah individu atau kelompok). Gagasan dasar yang sangat penting menegenai jaringan adalah ‘keterhubungan’ atau ‘keterkaitan’ (connectedness) yaitu ide bahwa terdapat jalur komunikasi yang relative stabil di antara individu-individu anggota organisasi. Para individu yang saling berkomunikasi satu sama lain akan terhubung bersama-sama ke dalam kelompok-kelompok yang pada gilirannya kelompok-kelompok itu akan saling berhubungan membentuk jaringan keseluruhan (Dalam Morissan, 2009 : 50-51). Jaringan komunikasi berkaitan dengan pola saluran komunikasi diantara anggota kelompok atau diantara berbagai posisi dalam struktur organisasi. Organisasi dapat menciptakan jaringan komunikasi resmi. Hal itu dapat dilakukan dengan menciptakan rancangan jaringan komunikasi dengan komputer, telepon dan laporan. Jaringan komunikasi yang diciptakan akan mempengaruhi fungsi dari suatu kelompok (Gitosudarmo, 1997 : 205). Hasil sebuah penelitian memperlihatkan bahwa ada enam yang berperan dalam jaringan komunikasi yaitu : a. Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka. b. Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan, menghindarkan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting-penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak. Jika gate keepers memutuskan bahwa informasi tertentu tidak penting, kemudian seseorang harus mendapatkan informasi tersebut, maka mungkin informasi tersebut tidak diberikan. Nyatalah bahwa peranan gate keepers ini sangat penting dalam jaringan komunikasi. c. Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan oraganisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber
Universitas Sumatera Utara
yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu pada lingkungannya. d. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya. Individu ini membantu saling memberi informasi di antara kelompokkelompok dan mengkoordinasi kelompok. e. Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara kelompokkelompok dalam organisasi. f. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya (Muhammad, 2009 : 102-103) Jaringan di sini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Struktur jaringan komunikasi dapat dibagi ke dalam lima struktur, sebagai berikut : 1) Struktur Lingkaran Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain yang terdekat. 2) Struktur Roda Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Pemimpin merupakan satu-satunya orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. 3) Struktur Y Struktur Y relative kurang tersentralisasi dibandingkan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah), satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua (orang dari bawah). Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Komunikasi ketiga anggota lainnya hanya dengan satu orang lainnya. 4) Struktur Rantai Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran, akan tetapi anggota yang di bagian ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Yang berada diposisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yanga berada diposisi lain. 5) Struktur Semua Saluran Struktur semua saluran atau pola bintang hamper sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama, dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan
Universitas Sumatera Utara
tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara maksimal. (Wiryanto, 2004 : 60-61) Secara umum, jaringan komunikasi ini dapat dibedakan atas jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidak mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Yang termasuk komunikasi informal ini adalah berita-berita dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia. (Muhammad, 2009 : 107) 1. Jaringan Komunikasi Formal Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu : 1) Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. a. Tipe Komunikasi ke Bawah Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu : a) Instruksi Tugas Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. b) Rasional Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. c) Ideologi Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. d) Informasi Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturanperaturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. e) Balikan Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaanya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengritik pekerjaan, berarti pekerjaanya sudah memuaskan. b. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ke Bawah Arus komunikasi daripada atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancer, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut : a) Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan. b) Kepercayaan pada pesan tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. c) Pesan yang berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, buletin, suratsurat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca. d) Timing Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. f) Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya diterima mereka. Tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.
Universitas Sumatera Utara
c. Penyempurnaan Komunikasi ke Bawah Karena adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan maka pimpinan perlu memperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang efektif. Davis (1976) memberikan saransaran dalam hal itu sebagai berikut : a) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. b) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan. c) Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan-tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka. d) Pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. 2) Komunikasi ke Atas Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. a. Fungsi Komunikasi ke Atas Menurut Smith (Goldhaber, 1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi departemennya atau organisasinya. b. Kesulitan Mendapatkan Informasi ke Atas Sharma (1979) mengatakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut : a) Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya. b) Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka. c) Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas. d) Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. 3) Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. a. Tujuan Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu di antaranya adalah sebagai berikut : a) Mengkoordinasikan tugas-tugas.
Universitas Sumatera Utara
b) Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitasaktivitas. c) Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. d) Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. e) Menjamin pemahaman yang sama. f) Mengembangkan sokongan interpersonal b. Metode Komunikasi Horizontal Bentuk yang paling umum dari komunikasi horizontal adalah kontak interpersonal yang mungkin terjadi dalam berbagai tipe. Di antara bentuk yang seringkali terjadi adalah sebagai berikut : a) Rapat-rapat komite. b) Interaksi informal pada waktu jam istirahat. c) Percakapan telepon. d) Memo dan nota. e) Aktivitas sosial. f) Kelompok mutu. 2. Jaringan Komunikasi Informal Jaringan komunikasi informal terbentuk tanpa memperhatikan struktur organisasi atas-bawah, bawah-atas dan horizontal (Liliweri, 2004 : 87). Bila karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada sedikit. Karena komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orangorang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Jaringan komunikasi lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin. Informasi yang mengalir dalam jaringan grapevine ini, kelihatannya berubah-ubah dan tersembunyi. Dalam istilah komunikasi grapevine dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah yang berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa (Muhammad, 2009 : 124-125).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Masmuh, untuk memperjelas pemahaman tentang komunikasi selentingan (grapevine) beberapa sifat selentingan adalah sebagai berikut : a) Selentingan berjalan terutama melalui interaksi mulut ke mulut. b) Selentingan umumnya bebas dari kendala-kendala organisasi dan posisi. c) Selentingan menyebarkan iinformasi dengan cepat. d) Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu “rantai kelompok” karena
setiap
orang
menyampaikan
selentingan
cenderung
menggambarkannya kepada kelompok orang daripada hanya kepada satu orang saja. e) Para peserta dalam jaringan kerja selentingan cenderung menjalankan satu dari tiga peranan berikut : penghubung, penyndiri atau pengakhir (deadenders) – mereka yang biasanya tidak melanjutkan informasi. f) Selentingan cenderung lebih merupakan produk suatu situasi daripada produk orang-orang dalam organisasi tersebut. g) Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang lain. h) Bila suatu informasi yang disampaikan pada seseorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut kepada orang-orang lainnya. i) Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompok-kelompok fungsional daripada antara kelompok-kelompok tersebut. j) Umumnya 75%-90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat; namun seperti, dikemukakan Keith Davis “orang-orang cenderung beranggapan bahwa selentingan kurang cermat daripada yang sebenarnya, karena kesalahan-kesalahannya lebih dramatic dan akibatnya lebih berkesan dalam ingatan daripada kecermatan rutin sehari-harinya. Selanjutnya, bagian-bagian yang tidak cermat seringkali lebih penting. k) Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan bila rinciannya cermat.
Universitas Sumatera Utara
l) Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan; jadi pemahaman mengenai selentingan dan bagaimana selentingan ini dapat memberi andil positif kepada organisasi merupakan hal yang penting. (Masmuh, 2010 : 71). 2.1.5 Kepuasan Komunikasi Organisasi Sifat dasar manusia bersumber dari adanya kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Setiap individu pada dasarnya membutuhkan sesuatu, walaupun prioritasnya berbeda dan akan selalu berusaha untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya tersebut. Salah satu kebutuhannya itu adalah kebutuhan akan komunikasi dengan tujuan untuk dapat menerima maupun memberikan informasi. Kepuasan terhadap aspek-aspek komunikasi dalam perusahaan merupakan hal yang sangat penting seperti pengarahan-pengarahan dari atasan kepada bawahannya, informasi yang memadai mengenai pekerjaannya, serta informasi organisasi secara keseluruhan. Untuk memperjelas kepuasan komunikasi, berikut ini defenisi kepuasan komunikasi menurut Redding (Pace, 1989) kepuasan komunikasi organisasi adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempresepsi lingkungan kmunikasi secara keseluruhan. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana diterima, diproses dan apa respons orang yang menerima. (Muhammad, 2009 : 87) Kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan “keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan karyawan dalam lingkungan total komunikasinya” (Redding, 1972). Kepuasan menggambarkan reaksi afektif seseorang atas hasil baik yang diinginkan yang berasal dari komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Secara keseluruhan, kepuasan berhubungan dengan perbedaan antara apa yang diinginkan dari sudut pandang komunikasi dalam organisasi dan apa yang orang miliki dalam kaitan tersebut. Kepuasan hamper tidak berhubungan dengan keefektifan pengungkapan pesan, tetapi bila pengalaman berkomunikasi memenuhi keinginan seseorang, biasanya hal itu dipandang sebagai memuaskan, meskipun tidak efektif secara khusus sepanjang berkaitan dengan standar
Universitas Sumatera Utara
penciptaan, pengungkapan dan penafsiran pesan. Kepuasan adalah suatu konsep yang
biasanya
berkenaan
dengan
kenyamanan,
jadi
kepuasan
dalam
berkomunikasi berarti karyawan merasa nyaman dengan pesan-pesan, media, dan hubungan-hubungan dalam organisasi. Sedangkan menurut Down and Hazen : Communication satisfaction is an individual’s level of satisfaction with various aspect of communication in the organization (Down & Hazen, 1977). Pengertian ini mengemukakan bahwa kepuasan komunikasi didefinisikan sebagai kepuasan individu terhadap bermacam-macam aspek komunikasi yang ada dalam lingkungan organisasinya. Down and Hazen (1977) mengidentifikasikan ada delapan dimensi kepuasan komunikasi di organisasi : 1) Communication climate: iklim komunikasi mengacu pada komunikasi pribadi dan juga komunikasi organisasi. Termasuk sejauh mana stimulasi komunikasi dan memotivasi karyawan untuk memenuhi tujuan organisasi dan sejauh mana itu membuat mereka mengidentifikasi diri dengan organisasi. Di sisi lain, ini termasuk perkiraan sikap terhadap komunikasi yang sehat dalam organisasi. 2) Supervisory Communication: komunikasi dengan atasan mengacu pada sejauh mana atasan dipandang sebagai pendengar dan seberapa baik mereka memperhatikan karyawan, serta mengukur sejauh mana pengawas menawarkan bimbingan berkualitas dengan menyelesaikan masalah di tempat kerja. 3) Organizational Integration: mengacu pada kepuasan yang dimiliki karyawan berkaitan dengan informasi yang mereka terima tentang organisasi dan lingkungan kerja langsung. Ini termasuk kebijakan antardepartemen, dan rencana, kebutuhan individu pekerjaan masingmasing individu dan tanggung jawab, dan berita tentang rekan kerja dan pribadi lainnya. 4) Media Quality: mengacu pada apakah rapat telah diatur dengan baik, perintah ditulis dengan singkat dan jelas, serta jumlah komunikasi cukup. 5) Horizontal Informal communication: menyangkut sejauh mana komunikasi horizontal dan informal akurat dan bebas mengalir. Faktor ini juga mencakup kepuasan dengan keaktifan selentingan. 6) General Organization Perspective: persepektif organisasi umumnya dikaitkan denga luasnya informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan bentuk luas informasi mengenai organisasi. Berkaitan dengan informasi seperti perubahan pada organisasi, kondisi keungan, dan informasi tentang kebijakan dan tujuan organisasi. 7) Subordinate Communication: berfokus pada atas dan ke bawah komunikasi dengan bawahan. Hanya pekerja dalam kapasitas pengawasan menanggapi item ini yang meliputi respon bawahan komunikasi ke bawah dan sejauh mana bawahan memulai komunikasi ke atas. 8) Feedback: mendeskripsikan keinginan karyawan untuk mengetahui bagaimana mereka dievaluasi dan bagaimana kinerja mereka dinilai.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang banyak memberikan sumbangan kepada kepuasan dalam organisasi belumlah diidentifikasi semuanya tetapi pekerjaan Wiio (1978), Down dan Hazen dan Beckstrom (1980) menyarankan beberapa dimensi. Mereka menyusun suatu angket untuk mengukur 10 dari faktor kepuasan komunikasi organisasi karyawan dalam organisasi yang telah dipegang oleh peneliti terdahulu. Kepuasan dengan komunikasi muncul dari kombinasi faktor-faktor berikut : 1) Kepuasan dengan pekerjaan. Ini mencakup hal-hal yang berkenaan dengan pembayaran, keuntungan, naik pangkat, pekerjaan itu sendiri. Dari hasil penelitian ternyata bahwa kepuasan dalam aspek pekerjaan memberikan sumbangan kepada kepuasan komunikasi. 2) Kepuasan dengan ketepatan informasi. Faktor ini mencakup tentang tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik-teknik baru, perubahan administrative dan staf, rencana masa dating dan penampilan pribadi. Kelihatannya kepuasan dengan ketepatan informasi yang diterima penting bagi konsep kepuasan komunikasi organisasi. 3) Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan penyempurnaan. Faktor ini mencakup hal-hal sebagai tempat dimana komunikasi seharusnya disempurnakan, pemberitahuan mengenai perubahan untuk tujuan peyempurnaan dan strategi khusus yang digunakan dalam membuat perubahan. Kepuasan dengan bermacammacam perubahan yang dibuat, bagaimana perubahan itu dibuat dan diinformasikan, kelihatannya mempunyai hubungan dengan kepuasan komunikasi organisasi. 4) Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi. Faktor ini mencakup melalui mana komunikasi disebarluaskan dalam organisasi, mencakup peralatan, buletin, memo, materi, tulisan. Kepuasan komunikasi tampaknya berhubungan dengan pandangan orang mengenai berapa efisiensinya media untuk menyebarkan informasi dalam organisasi. 5) Kepuasan dengan kualitas media. Yang berhubungan dengan faktor ini berapa baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima, keseimbangan informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang datang. Hasil penelitian menyarankan bahwa penampilan, ketepatan dan tersedianya informasi mempunyai pengaruh kepada kepuasan orang dengan komunikasi dalam organisasi. 6) Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja. Faktor ini mencakup komunikasi horizontal, informal dan tingkat kepuasan yang timbul dari diskusi masalah dan mendapatkan informasi dari teman sekerja. 7) Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu kesatuan. Faktor ini mencakup hal-hal keterlibatan hubungan dengan organisasi, dukungan atau bantuan dari organisasi dan informasi dari organisasi. Kelihatan bahwa rasa puas dalam komunikasi organisasi dipengaruhi oleh aspek-aspek organisasi seperti dipercaya, sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi. (Dalam Muhammad, 2009 : 88-89).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kerangka Konsep Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantarkan pada rumusan hipotesis. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang sama (Bungin, 2011 : 67). Sementara, Swardi Lubis mengemukakan bahwa kerangka konsep merupakan kemampuan peneliti menyusun konsep operasional peneliti yang bertitik tolak pada kerangka teori dan tujuan penelitian. Agar konsep dapat diuji secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X) / Independent Variable Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Jaringan Komunikasi Formal. Variabel bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat, (Nawawi, 2001 : 57). 2. Variabel Terikat (Y) /Dependent Variable Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kepuasan Komunikasi. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. (Bungin, 2011 : 72). 2.3 Variabel Operasional
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan, maka dibuat batasan variabel penelitian agar lebih jelas penggunanya di lapangan dalam bentuk tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
No
Variabel Teoritis
1.
Variabel Operasional 1. Jaringan Komunikasi dari atas ke bawah
Variabel Bebas (X) Jaringan Komunikasi Formal
2. Jaringan Komunikasi dari bawah ke atas 3. Jaringan Komunikasi horizontal
2.
1. Kepuasan dengan pekerjaan. 2. Kepuasan
dengan
ketepatan
informasi. 3. Kepuasan dengan kemampuan seseorang
yang
menyarankan
penyempurnaan. Variabel Terikat (Y) Kepuasan Komunikasi
4. Kepuasan
dengan
bermacam-macam
efisiensi saluran
komunikasi. 5. Kepuasan dengan kualitas media. 6. Kepuasan
dengan
cara
komunikasi teman sekerja. 7. Kepuasan dengan keterlibatan dalam
komunikasi
organisasi
sebagai suatu kesatuan 3.
1. Jenis Kelamin 2. Usia Karakteristik responden
3. Tingkat pendidikan 4. Jabatan 5. Masa kerja
Universitas Sumatera Utara
2.4 Definisi Operasional Agar variabel dapat diukur maka variabel harus dijelaskan ke dalam konsep operasional variabel, untuk itu maka variabel harus dijelaskan parameter atau indicator-indikatornya (Bungin, 2011 : 70). Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : Jaringan Komunikasi Formal : 1) Jaringan komunikasi dari atas ke bawah yaitu: arus pesan yang mengalir dari atasan atau pimpinan kepada bawahan. 2) Jaringan komunikasi daribawah ke atas yaitu : pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. 3) Jaringan komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orangorang yang selevel di dalam organisasi. Kepuasan Komunikasi : 1) Kepuasan dengan pekerjaan. Ini mencakup hal-hal yang berkenaan dengan pembayaran, keuntungan, naik pangkat, pekerjaan itu sendiri. Dari hasil penelitian ternyata bahwa kepuasan dalam aspek pekerjaan memberikan sumbangan kepada kepuasan komunikasi. 2) Kepuasan dengan ketepatan informasi. Faktor ini mencakup tentang tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik-teknik baru, perubahan administrative dan staf, rencana masa dating dan penampilan pribadi. Kelihatannya kepuasan dengan ketepatan informasi yang diterima penting bagi konsep kepuasan komunikasi organisasi. 3) Kepuasan
dengan
kemampuan
seseorang
yang
menyarankan
penyempurnaan. Faktor ini mencakup hal-hal sebagai tempat dimana komunikasi
seharusnya
disempurnakan,
pemberitahuan
mengenai
perubahan untuk tujuan peyempurnaan dan strategi khusus yang digunakan dalam membuat perubahan. Kepuasan dengan bermacammacam perubahan yang dibuat, bagaimana perubahan itu dibuat dan
Universitas Sumatera Utara
diinformasikan, kelihatannya mempunyai hubungan dengan kepuasan komunikasi organisasi. 4) Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi. Faktor ini mencakup melalui mana komunikasi disebarluaskan dalam organisasi, mencakup peralatan, buletin, memo, materi, tulisan. Kepuasan komunikasi tampaknya berhubungan dengan pandangan orang mengenai berapa efisiensinya media untuk menyebarkan informasi dalam organisasi. 5) Kepuasan dengan kualitas media. Yang berhubungan dengan faktor ini berapa baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima, keseimbangan informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang datang. Hasil penelitian menyarankan bahwa penampilan, ketepatan dan tersedianya informasi
mempunyai
pengaruh
kepada
kepuasan
orang
dengan
komunikasi dalam organisasi. 6) Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja. Faktor ini mencakup komunikasi horizontal, informal dan tingkat kepuasan yang timbul dari diskusi masalah dan mendapatkan informasi dari teman sekerja. 7) Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu kesatuan. Faktor ini mencakup hal-hal keterlibatan hubungan dengan organisasi, dukungan atau bantuan dari organisasi dan informasi dari organisasi. Kelihatan bahwa rasa puas dalam komunikasi organisasi dipengaruhi oleh aspek-aspek organisasi seperti dipercaya, sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi Karakteristik Responden : 1) Jenis kelamin yaitu : jenis kelamin wanita atau pria yang dijadikan sampel. 2) Usia : tingkatan umur responden yang dijadikan sampel. 3) Tingkat pendidikan : pendidikan terakhir responden. 4) Jabatan : tugas atau pekerjaan responden. 5) Masa kerja : lamanya responden bekerja di suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Dalam Rakhmat, 2007 : 14). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho: Tidak terdapat Hubungan antara Jaringan Komunikasi Formal terhadap Kepuasan Komunikasi pegawai di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan. Ha: Terdapat Hubungan antara Jaringan Komunikasi Formal terhadap Kepuasan Komunikasi pegawai di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.
Universitas Sumatera Utara