BAB II
URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Erawan (2002) melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Harga Saham Pada Sektor Industri Rokok Yang Go Public Selama Tahun 1995-1999 Dengan Menggunakan Analisa Fundamental Price Eaning Ratio (PER)” menemukan bahwa: 1. Berdasarkan harga wajar saham PT.BAT Indonesia,Tbk maka dapat disimpulkan bahwa nilai pasar untuk saham BAT Indonesia selama bulan Januari hingga April 2000 lebih tinggi (overvalued) dibandingkan dengan nilai intrinsik dari saham tersebut. Sedangkan untuk periode Mei hingga Juli 2000, saham BAT Indonesia jika dilihat memiliki harga pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya (undervalued). Pada bulan Agustus 2000 harga pasar saham BAT Indonesia mengalami kesamaan nilai (correctly valued) dengan nilai intrinsic saham tersebut. 2. Penilaian Harga Saham PT Gudang Garam dan PT HM Sampoerna dapat disimpulkan bahwa saham-saham perusahaan tersebut selama periode Januari hingga Agustus 2000 memiliki nilai pasar yang lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai intrinsik saham PT.Gudang Garam dan PT.HM Sampoerna. 3. Saham untuk PT Gudang Garam dan PT.HM sampoerna layak untuk dijadikan investasi karena bila nilai intrinsik saham tersebut lebih besar dari harga pasarnya maka investasi akan menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan bagi investor. Sedangkan saham PT.BAT Indonesia tidak layak untuk dijadikan investasi karena harga saham yang tidak stabil dan harga saham yang selalu tinggi. Harianja (2007) melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Kewajaran Harga Saham PT Unilever Indonesia,Tbk”. Dengan menggunakan analisa fundamental Dividend Discount Model dan Model Walter menemukan bahwa: 1. Pada tahun 2002 harga saham PT Unilever Indonesia,Tbk dinilai tidak wajar dan pada tahun 2001, 2003, 2004, dan 2005 adalah wajar (layak dibeli) dengan menggunakan Dividend Discount Model. 2. Pada Tahun 2001 sampai 2005 harga saham PT Unilever Indonesia,Tbk dinilai wajar dengan mengunakan model Walter. Saham ini juga layak untuk dibeli karena memiliki harga yang cukup stabil dan dinilai wajar.
B. Penilaian Harga Saham 1. Definisi Nilai Ada beberapa definisi mengenai nilai yaitu: a. Nilai Intrinsik Adalah nilai sekarang atas arus dana yang diharapkan terjadi yang akan datang dan didiskontokan
pada tingkat pengembalian
minimum yang pantas. Nilai ini dianggap oleh para investor sebagai nilai wajar.
Universitas Sumatera Utara
b. Nilai Pasar Adalah nilai asset atau saham yang berlaku dipasaran, nilai ini ditentukan oleh kegiatan permintaan dan penawaran di pasar. c. Nilai Buku Adalah nilai aset yang sering ditunjukkan pada laporan neraca keuangan. d. Nilai Likuidasi Merupakan jumlah uang yang dapat direalisasikan jika suatu asset dijual secara individu, dan tidak sebagai bagian dari keseluruhan perusahaan. 2. Analisis Fundamental Corrado dan Jordan (2005:176) menyatakan bahwa: “A fundamental assertion of finance holds that the value of an asset is based on the present value of its future cash flows. A fundamental principle of finance holds that the economic value of a security is properly measured by the sum of its future cash flows, where the cash flows are adjusted for risk and the time value of money.” Investor sebaiknya tahu harga wajar dari suatu saham sebelum berinvestai pada saham teersebut dengan cara membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasar yang berlaku. Tujuan utamanya adalah untuk memilih perusahaan yang sahamnya undervalued (cheap) atau overvalued (rich). Sekuritas yang ternyata undervalued berarti pasar gagal atau tidak menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya harus lebih tinggi. Artinya nilai sekuritas harus lebih tinggi daripada harga jualnya. Segera
Universitas Sumatera Utara
setelah masyarakat investor menyadari situasi tersebut, misalnya karena manajemen mengumumkan EPS (earning per share) lebih tinggi yang diharapkan, para investor akan membeli saham dan akan memaksa harga naik. Perorangan atau perusahaan yang menjual saham pada waktu overvalued akan mendapat keuntungan (capital gain) tetapi investor yang membeli pada saat saham overvalued akan menderita kerugian (capital loss). Sementara
investor
yang
sebelumnya
telah
memiliki
saham
dalam
portofolionya , jika saham overvalued akan segera melepasnya (cut loss) dan jika undervalued akan tetap mempertahankannya (hold). Adalah bijaksana untuk tidak membeli saham yang overvalued sebab cepat atau lambat akan terjadi koreksi pasar. Penilaian harga wajar saham dapat menggunakan analisis fundamental dengan pendekatan dividen, diantaranya adalah: A. Dividend Discount Model (DDM) The dividend discount model values a share of stock as the sum of all expected future dividend payments, where the dividends are adjusted for risk and the time value of money (corrado, 2005:178). Penilaian saham biasa dengan DDM secara teknis memerlukan estimasi dividen masa depan untuk horizon waktu yang tak terbatas dan mampu meramalkan dividen ditahun mendatang serta nilai intrinsik saham. Secara sistematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut: 1. Model Tanpa Petumbuhan (zero growth model) Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang
Universitas Sumatera Utara
dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Rumus untuk menilai saham dengan model ini adalah: P0 =
D K
Keterangan: D= Dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode pembayaran dividen dimasa datang. K= Tingkat return yang diisyaratkan. 2. Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model) Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas. Persamaan modelnya adalah sebagai berikut: P0 =
D0 (1 + g ) D0 (1 + g ) 2 D0 (1 + g ) n Pn .......... .. + + + + 2 n (1 + k ) (1 + k ) (1 + k ) n (1 + k )
Keterangan symbol: P0 = nilai intrinsik atau nilai teoritis saham D = dividen yang diharapkan pada tahun n K = Required rate of return yang dihasilkan melalui CAPM N = Jumlah periode saham dipegang Pn = harga saham pada periode n
Universitas Sumatera Utara
3. Model Pertumbuhan Berganda atau supernormal (multiple growth model) Asumsi perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan dalam kenyataannya kadangkala kurang tepat karena pada beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayarkan dividen dengan pertumbuhan diatas normal dan setelah melewati masa pertumbuhan fantastis ditahun awal tersebut pertumbuhan tingkat dividen yang akan dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dibanding masa sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak konstan adalah sebagai berikut: n
P0 = ∑ t =1
D0 (1 + g t ) t Dn (1 + g c ) 1 + k − g c (1 + k ) n (1 + k ) t
Keterangan: P0 = harga intrinsik saham D0 = Dividen saat ini g t = pertumbuhan dividen diatas normal g c = Pertumbuhan dividen normal k
= Required rate of return
n
= Periode pertumbuhan dividen diatas normal
Dn = Dividen pertumbuhan normal
Universitas Sumatera Utara
B. Nilai Buku per Lembar saham (Book Value per Shares) Alternatif selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan perbandingan antara nilai buku dengan harga pasar saham. Nilai buku dihitung dengan membagi nilai bersih (net worth) perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Dapat juga ditunjukkan sebagai berikut:
Nilai buku per lembar saham =
Total Aktiva − Total Kewajiban Jumlah Lembar Saham
Nilai buku dianggap sebagai nilai akuntansi saham sebuah perusahaan yaitu nilai aset perusahaan yang secara teoritis akan diterima oleh pemegang saham jika perusahaan tersebut dijual/dilikuidasi. Dengan kata lain, nilai buku merupakan nilai dari perusahaan jika hanya mengambil aset serta laba ditahan sebagai perhitungan. 3. Capital Assets Pricing Model (CAPM)
Capital Assets Pricing Model (CAPM) dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh William F. Sharpe, Lintner, dan Mossin. CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat return yang diharapkan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang (Tandelilin, 2001:90). CAPM didasari oleh teori portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz.
Berdasarkan
model
Markowitz,
masing-masing
investor
Universitas Sumatera Utara
diasumsikan akan mendiversifiksikan portofolionya dan memilih portofolio yang optimal atas dasar preferensi investor terhadap return dan resiko, pada titik-titik portofolio yang terletak di sepanjang garis portofolio efisien. Disamping asumsi itu, ada beberapa asumsi lain dalam CAPM yang dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada, yaitu: 1.
Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa depan yang identik, karena mereka mepunyai harapan atau ekspektasi yang hampir sama. Semua investor menggunakan sumber informasi seperti tingkat return, varians return, dan matriks korelasi yang sama dalam kaitannya dengan pembentukan portofolio yang efisien.
2.
Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu tahun.
3.
Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan (lending) uang pada tingkat return yang bebas risiko (risk-free rate of return).
4.
Tidak ada biaya transaksi
5.
Tidak ada pajak pendapatan.
6.
Tidak ada inflasi.
7.
Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satu pun investor yang dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas. Semua investor adalah pricetaker.
8.
Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium) Model CAPM merupakan model yang bisa menggambarkan atau
memprediksi realitas dipasar yang bersifat kompleks, meskipun bukan kepada
Universitas Sumatera Utara
realitas asumsi-asumsi yang digunakan. Oleh karena itu, CAPM sebagai sebuah model keseimbangan bisa membantu kita menyederhanakan gambaran realitas hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks. Jika semua asumsi diatas terpenuhi maka akan terbentuk suatu pasar yang seimbang. Dalam kondisi pasar yang seimbang, investor tidak akan bisa memperoleh return abnormal (return ekstra) dari tingkat harga yang terbentuk, termasuk bagi investor yang melakukan perdagangan spekulatif. Oleh karena itu, kondisi tersebut akan mendorong semua investor untuk memilih potorfolio pasar, yang terdiri dari semua aset berisiko yang ada. Portofolio pasar tersebut akan berada pada garis permukaan efisien (efficient frontier) dan sekaligus merupakan portofolio yang optimal. Apa yang bisa dijadikan ukuran portofolio pasar? Berdasarkan model CAPM, portofolio pasar seharusnya meliputi semua aset berisiko yang, baik itu aset financial (obligasi, opsi, future dan sebagainya) maupun aset riil (emas, real estate). Tetapi dalam kenyataannya hal itu sulit dilakukan karena jumlahnya yang banyak sekali dan tidak mungkin diamati satu persatu. Untuk itu, diperlukan suatu proksi portofolio pasar, yang bisa diwakili oleh portofolio yang terdiri dari semua saham yang ada di pasar. Proksi ini bisa diwakili oleh nilai indeks pasar, seperti Indeks Pasar Gabungan (IHSG) ataupun LQ45 (harga satuan untuk sekuritas yang paling aktif) untuk kasus di Indonesia. Untuk selanjutnya indeks pasar inilah yang digunakan sebagai portofolio pasar. Portofolio tersebut merupakan portofolio yang terdiri dari aset berisiko, dan
Universitas Sumatera Utara
risiko portofolio akan diukur dengan menggunakan nilai standar deviasi pasar ( σ m ). Menurut teori CAPM tingkat pendapatan yang diharapkan dari sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Halim, 2005:74):
[
k s = R f + β E (Rm ) − R f
]
Keterangan simbol: ks
= Tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas yang mengandung risiko (required rate of return).
Rf
= Tingkat pendapatan bebas risiko
β
= Tolak ukur risiko yang tidak bisa terdiversifikasi dari surat berharga
E (Rm ) = Tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar (expected return).
[E (R ) − R ] m
f
= Premi risiko
4. Beta ( β ) Beta merupakan bentuk perhitungan yang menyatakan risiko khusus (sistematik) dari saham perusahaan terhadap pasar saham secara keseluruhan (volatilitas) (Fakhruddin, 2008:16). Volatilitas dapat didefenisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas dan return-return pasar pada periode waktu tertentu. Beta suatu saham lebih besar dari satu ( β >1) berarti saham tersebut memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata-rata pasar atau return sekuritas
Universitas Sumatera Utara
lebih besar dari return pasar (IHSG) dan saham tersebut termasuk saham agresif. Sebaliknya, suatu beta suatu saham lebih kecil dari satu ( β <1) berarti saham tersebut memiliki risiko lebih rendah dari risiko rata-rata pasar atau return sekturitas lebih rendah dari return pasar (IHSG), dan saham tersebut termasuk saham defensif. Koefisien β suatu saham = 1, berarti saham tersebut memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar atau dengan kata lain jika return pasar bergerak naik atau turun sama besarnya mengikuti return pasar. Beta dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan volatilitas return sekuritas sebagai variabel dependen dan volatilitas return pasar sebagai variabel independen. Volatilitas ini diukur dengan kovarian, maka kovarian return antara sekuritas ke-i dengan return pasar adalah sebesar σ im . Jika kovarian ini dihubungan relatif terhadap risiko pasar (yaitu dibagi dengan varian return pasar atau σ m2 ), maka hasil ini akan mengukur risiko sekuritas ke-i relatif terhadap risiko pasar atau disebut dengan beta. Dengan demikian beta dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut:
βi =
Cov(i, m )
σ
2 m
=
σ im σ m2
Keterangan simbol:
β = Beta koefisien
σ im = Kovarians antara aset i dengan portofolio pasar.
Universitas Sumatera Utara
σ m2 = Varians dari portofolio pasar. Atau dapat diuraikan sebagai berikut:
∑ (R n
βi =
t =1
it
− Rit ) • (RMt − RMt )
∑ (R n
t =1
− RMt )
2
Mt
Beta saham berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investor dalam menanggung risiko dan dapat mengindikasikan tingkat kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Semakin berani seorang investor menanggung risiko, dia akan memilih saham-saham agresif (saham yang memiliki beta lebih dari satu).
C. INVESTASI 1 Defenisi Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2001:3). Istilah investasi ini bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dan pada asset riil (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun asset financial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umum dilakukan. Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor. Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual/retail investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan
Universitas Sumatera Utara
aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional terdiri dari perusahaanperusahaan auransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga simpanpinjam), lembaga dana pension, maupun perusahaan investasi. Investasi juga mempelajari bagaimana mengelola kesejahteraan investor (investor’s wealth). Kesejahteraan dalam konteks investasi berarti kesejahteraan yang sifatnya moneter bukannya kesejahteraan rohaniah. Kesejahteraan moneter bisa ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilai saat ini (present value) pendapatan dimasa datang. 2. Tujuan Investasi Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih khusus lagi, ada beberap alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah: a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa datang. Seorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lainnya, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara didunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi dimasyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi. Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan resiko suatu investasi. Hubungan resiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin besar risiko ang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. 3. Proses Keputusan Investasi Proses
Keputusan
Investasi
merupakan
proses
yang
berkesinambungan (on going process). Proses Keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik.
D. Saham 1. Pengertian Saham Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham suatu perusahaan didaftarkan dibursa efek dengan berbagi alasan diantaranya adalah untuk ekspansi usaha, membayar utang atau membiayai kegiatan operasional perusahaan yang tidak dapat tertutupi dari pendapatan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Saham yang didaftarkan tersebut kemudian dibeli oleh investor untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diberikan oleh saham adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dan capital gain yang diperoleh investor ketika menjual kembali saham tersebut. Dividen adalah pembagian yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (Darmadji, 2001). Besar dividen yang dibayarkan perlembar saham ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor yang ingin mendapatkan dividen harus setidaknya memegang saham perusahaan sampai periode dimana pembayaran dividen dilakukan. Umumnya dividen adalah daya tarik perusahaan sehingga investor berniat menahan kepemilikan saham (investor dengan orientasi jangka panjang). Dividen yang dibayarkan dapat berupa tunai atau berupa saham. Dividen tunai artinya pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk stiap lembar saham yang dimiliki. Dividen saham berarti setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham. Capital gain merupakan selisih antara harga beli investor atas suatu saham perusahaan dengan harga jual saham dilantai bursa. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder. Umunya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan dari kepemilikan saham sebagai capital gain. Misalnya investor membeli saham dipagi hari dan kemudian menjualnya lagi di siang hari jika saham mengalami kenaikan harga.
Universitas Sumatera Utara
Saham juga memiliki resiko yaitu tidak dibayarnya dividen atau mengalami capital loss. Dividen dibayarkan apabila perusahaan mendapatkan laba bersih perusahaan. Perusahaan yang tidak membayarkan dividen selama tiga tahun berturut-turut akan mendapatkan sanksi dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yaitu sahamnya akan di-delist atau dikeluarkan dari pencatatan bursa efek. Saham yang di-delist tidak dapat diperdagangkan di bursa tetapi dapat diperdagangkan diluar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas. Risiko lain dari saham yaitu apabila saham di-suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Hal ini membuat investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat misalnya satu sesi perdangan atau dua sesi, namun dapat pula berlangsung selama beberapa hari perdagangan. suspend biasanya dilakukan apabila sham mengalami lonjakan harga atau apabila terdapat isu bahwa perusahaan dipailitkan oleh kreditornya dan akan dicabut apabila perusahaan telah memberikan konfirmasi sehingga saham dapat diperdagangkan dilantai bursa. 2. Jenis Saham
Saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa (common stock) tetapi ada juga jenis saham yang lainnya. Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham:
Universitas Sumatera Utara
2.1.
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: a.
Saham Biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan
pemiliknya berada diurutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harga kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi. b.
Saham Preferen (prefered stock), yaitu saham yang memiliki
karakteristik gabungan obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bis juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan mendapat dividen. Sedangkan persamaannya antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya; dividennya tetap selama masa berlaku dari saham; memilki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi dipasar. 2.2. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas: a.
Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya saham tersebut tidak
tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari saru investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
Universitas Sumatera Utara
b.
Saham Atas Nama (registered stocks), yaitu saham yang ditulis
dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 2.3. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dibedakan atas: a.
Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memilki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b.
Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. c.
Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten
yang memiliki pertumbuhan pendapatan yamg tinggi sebagai leader di industri sejenis yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki cirri growth stocks. d.
Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak
bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan tinggi dimasa mendatang. e.
Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh
oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat
Universitas Sumatera Utara
resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat atau selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok, consumer goods. Ada juga literatur yang menyebutkan saham jenis ini dengan nama defensive stocks. f.
Cyclical Stocks, yaitu saham emitien yang mempunyai masa
kemakmuran pada masa-masa tertentu saja. Misalnya, perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan menghasilkan penjualan penjualan pesat menjelang tahun ajaran baru dimulai perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan kebanjiran order. Begitu juga dengan perusahaan yang memproduksi seragam sekolah. g.
Junk Stocks, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang
tidak memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian. Perusahaan seperti ini memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki produk yang berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan dividen jumlahnya kecil dan seringkali dilakukan karena dipaksa akibat adanya peraturan. 3. Indeks Harga Saham Jenis-jenis Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia: a.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Perhitungannya menggunakan semua saham yang tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks dimana satuan perubahan indeks dinyatakan dengan satuan poin. b.
Indeks Individual
Universitas Sumatera Utara
Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG yaitu: Harga pasar / Harga dasar x 100% IHS T =
NPt X 100 % ND
Dimana:
IHS T = Indeks saham periode t NPt = Nilai pasar pada hari ke-t
ND = Nilai Dasar c.
Indeks Harga Saham Sektoral Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 januari 1996 dari BEJ, indeks
sektoral terdapat 9 sektor. Menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor: a. Sektor-sektor primer (ekslaratif) 1. Pertanian 2. Pertambangan b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur) 3. Industri dasar dan kimia 4. Aneka Industri 5. Industri barang konsumen c. Sektor-sektor tertier (jasa) 6. Properti dan real estate 7. Transportasi dan infrastruktur
Universitas Sumatera Utara
8. Keuangan 9. Perdagangan, jasa dan investasi d.
Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan
mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Indeks ini terdiri dari 45 saham / emiten dengan likuiditas yang tinggi, yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan saham. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Berikut adalah kriteria tertentu dan seleksi utama sebuah saham untuk masuk dalam LQ45: 1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular (rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). 2. Ranking berdasar kapitalis pasar (rata – rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 3. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan. 4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. BEJ secara rutin memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Pergantian saham akan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan awal bulan Agustus. Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai Hari Dasar, dengan Nilai Dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar Juli
Universitas Sumatera Utara
1993 – Juli 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72% total market kapitalisasi pasar dan 72,5 % dari nilai transaksi di pasar reguler. e.
Indeks Jakarta Islamic (JII) Merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI, indeks ini
merupakan indeks yang mengakomodasikan syariat-syariat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan Syariah Islam. Dalam indeks ini terdapat 30 saham pilihan yang telah memenuhi syarat menurut Syariah Islam, sebagai tolak ukur saham-saham yang dihalalkan dalam melakukan jual beli saham.
Universitas Sumatera Utara