BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Mulato (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis pengaruh investasi, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan devidend pay out ratio”. Hasil penelitian
dari analisis
menunjukkan bahwa hasil uji F menunjukkan bahwa investasi, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan dan ukuran perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh sigfnifikan terhadap devidend pay out ratio. Hal ini terbukti dari nilai F hitung lebih besar dari F tabel (4,687>2,370) dan nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05(0,000<0,05), dan hasil uji koefesien determinasi (R2) menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,238 artinya adalah sebesar 23,80% variasi investasi, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan dan ukuran perusahaan mampu menjelaskan Dividend Payout Ratio(DPR) dan sisanya 76,20% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model regresi. Yuniningsih (2002) tentang Interdepensi antara kebijakan devidend pay out ratio, financial laverage, dan investasi pada perusahaan yang listed di BEI. Hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial investasi memiliki pengaruh negatif terhadap devidend pay out ratio, sedangkan financial laverage mempunyai pengaruh positif terhadap devidend pay out ratio. Christina (2007) yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Devidend Payout Ratio pada perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta”. Dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi devidend pay out ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan terbuka yang ada di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dengan menggunakan 60 perusahaan. Jenis data yang dipakai merupakan data sekunder yang berupa data laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel selama tahun 2003-2005 dalam bentuk tahunan. Variabel posisi kas, debt to equity ratio, return on assets, growth potential dan ukuran perusahaan melalui hasil uji serempak (uji-F) menunjukkan bahwa semua variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Devidend Payout Ratio. B. Pengertian Dividend Payout Ratio Menurut (Husnan, 2001 : 316) perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Menurut (Indriyo 2000 : 232) Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam
bentuk
prosentase.
Semakin
tinggi
Dividend
Payout
Ratio
akan
menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaiknya Dividend Payout Ratio semakin kecil akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi internal financial perusahaan akan semakin kuat.
Universitas Sumatera Utara
Dividend Payout Ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan uang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar Dividend Payout Ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang beresiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi (Jogiyanto, 2003 : 280). Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali didalam perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004 : 144). Rumus Dividend Payout Ratio atau DPR (Astuti, 2004 : 144) :
Dividen Per Lembar Saham DPR = Laba Per Lembar Saham
C. Dividen per lembar saham (Dividen Per share) Menurut (Van Horne dan Wachowicz, 2005:289) dividen saham hanyalah merupakan pembayaran saham tambahan saham biasa pada pemegang saham. Dividen saham tersebut tidak lebih dari rekapitulasi perusahaan, proporsi kepemilikan dari pemegang saham tetap tidak berubah. Secara teoritis, dividen saham bukan sesuatu yang menyangkut nilai bagi para investor. Investor menerima sertifikat saham tambahan tetapi kepemilikan proposional investor atas perusahaan tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara
berubah. Harga pasar saham akan menurun secara proporsional sehingga nilai tunai saham mereka tetap sama. Apabila pemegang saham ingin menjual sahamnya untuk memperoleh penghasilan, maka dividen saham lebih memudahkan penjuaalan tersebut. Tentunya, tanpa dividen saham para pemegang saham dapat juga menjual sebagian saham yang dimiliki untuk memperoleh penghasilan. Dividen Per Share (DPS) merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku senbelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham (Robert Ang, 1997). Dividen saham merupakan pembayaran tambahan saham biasa kepada saham. Dividen saham hanya menunjukkan perubahan pembukuan dalam perkiraan ekuitas pemegang saham pada neraca perusahaan. Proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan dalam perusahaan tetap sama. Akuntansi membedakan dividen saham menjadi dividen saham persentase kecil dan dividen persentase besar. Menurut (Darmadji, 2006:55) dividen merupakan pembagian sisa laba perusahaan yang diidstribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Menurut (Halim, 2005:88) rasio pembaran dividen atau devidend payout ratio melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan.
D. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) Menurut (Darmadji, 2006) pengertian earning per share atau EPS yaitu merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan laba yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Laba merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan, karena itu seringkali para pemodal memusatkan perhatian pada besarnya earning per share (EPS) dalam melakukan analisis saham. Pada umumnya saham-saham tercatat di Bursa Efek Indonesia membayar dividen setiap tahunnya dengan DPR antara 0% - 25%, tetapi ada yang menggunakan tarif proyektif. Dividen yang terlalu besar bukan tidak diinginkan oleh investor, tetapi jika DPR lebih besar dari 25%, dikuatirkan akan terjadi kesulitan likuiditas keuangan pada perseroan pada waktu mendatang (Ang, 1997:623). Kenaikan earning per share dalam suatu perusahaan berarti menunjukkan peningkatan penjualan dan laba, dan sebaliknya apabila earning per share menurun berarti penjualan dan laba biaya yang terlalu besar sehingga laba yang diperoleh juga rendah. Semakin besar dividen yang dibagikan maka EPS akan semakin kecil atau net income after tax kecil maka akan semakin naik pula EPS (Ang, 1997:622). Menurut (Martono, 2001:255) earning per share (EPS) adalah keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham untuk setiap
lembar saham yang dipegangnya.
Perhitungannya adalah laba bersih untuk satu tahun dibagi dengan jumlah rata-rata
Universitas Sumatera Utara
saham yang beredar selama tahun tersebut. EPS dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Laba bersih setelah Pajak EPS = Jumlah Saham yang beredar
E. Kebijakan Pembagian Deviden Ada beberapa bentuk deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham (Sutrisno ,2000) antara lain: 1. Pembagian dividen secara tunai atau cash devidend a) Kebijakan pemberian dividen Stabil Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan yaitu: 1)
Dapat meningkatkan
harga saham, sebab dividen yang stabil dan
dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil. 2)
Dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
3)
Dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.
b) Kebijakan Dividen Meningkat Kebijakan dividen meningkat adalah pembayaran deviden tunai meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. Perusahaan akan membayarkan deviden dalam bentuk uang tunai kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. c) Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio. d) Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang rendah ditambah Ekstra. Perusahaan menentukan jumlah pembayaran deviden per lembar yang dibagikan dengan jumlah yang kecil terlebih dahulu. Pembayaran dividen kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu. 2. Pembagian Dividen Saham Salah satu kebijakan dividen yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Pemberian stock dividen tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan. Pemberian stock deviden ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham. 3. Kebijakan Stock Split Harga pasar saham suatu perusahaan apabila terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Kebijaksanaan stock split ini akan mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi lebih banyak yang mengakibatkan harga saham turun. Kebijakan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga saham pasar masih dalam trading range tertentu. 4. Kebijakan Repurchase Stock Kebijakan Repurchase stock merupakan salah satu bentuk pembayaran dividen. Kebijakan repurchase stock adalah pembelian saham – saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor. F. Teori – Teori Kebijakan Dividen Menurut Keown et al (2000 dalam Pradessya, 2006) menyatakan ada beberapa teori yang mendasari kebijakan dividen, antara lain : 1. Teori Ketidak relevanan Devidend (Dividend Irrelevance Theory) Teori ketidak relevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan hanya
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta risiko bisnisnya, dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan). 2. Bird In the Hand Theory Kepercayaan bahwa kebijkan dividen perusahaan merupakan hal yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi bahwa pendapatn yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari deviden. Dividen lebih bisa diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol, tapi tidak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima pendapatan perolehan modal daripada deviden. Mendapatkan deviden (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai dividen dimasa yang akan datang (it can fly away). Pandangan yang menyatakan deviden lebih pasti daripada perolehan modal disebut bird in the hand theory. 3. Deviden Rendah Meningkatkan Nilai Saham Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham, sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara pendapatn dividen dan perolehan modal. Saham yang memungkinkan penundaan pajak (dividen rendah perolehan modal yang tinggi) mungkin akan jual pada harga premi yang relatif sama terhadap saham yang telah
Universitas Sumatera Utara
dikenakan pajak. Dividen yang rendah akan membantu investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan return setelah pajak atas investasinya, sedangkan dividen yang tinggi akan meningkatkan pembayaran pajak pendapatn investor, sehingga return setelah pajak yang dipeolehnya berkurang. 4. Teori Deviden Residu Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen dibayar dari capital yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi keuangan. Perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan dividen, maka perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi. 5. Teori Dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory) Signal atau syarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Dividend Signaling Theory merupakan teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. G. Financial Laverage Perlu diketahui bahwa leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada pengguanan asset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan dimana dalam penggunaan aset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau
Universitas Sumatera Utara
beban tetap. Penggunaan asset (aktiva) tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Menurut (Weston, 2001), financial laverage adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya. Konsep financial laverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang (debt=D) terhadap total aktiva (total aset=TA). Bila kita membahas Total Aktiva (TA) yang kita maksudkan adalah total nilai buku dari aktiva menurut catatan akuntansi. Financial leverage dianggap menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih besar daripada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang tersebut. Financial Laverage dianggap merugikan apabila laba yang tersebut. Financial Laverage dianggap merugikan apabila laba yang diperoleh lebih kecil dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya tersebut. Financial Leverage (Sartono, 2001:121) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Total Hutang Financial Laverage = Total Aktiva Hubungan financial leverage dengan earning per share yaitu apabila labanya naik maka earning per share (EPS) juga akan naik. Earning per share (EPS) merupakan hasil diperoleh pemegang saham untuk setiap lembar saham biasa yang beredar. Earning per share merupakan hal yang diperhatikan oleh para calon investor sebab para calon investor dapat mengetahui berapa banyak laba yang bisa diperoleh atas kepemilikan sahamnya pada perusahaan tersebut. Pihak manajemen perusahaan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan
financial
leverage
dengan
tujuan
agar
labanya
menjadi
meningkat,dengan meningkatnya laba maka earning per share akan meningkat pula. Apabila pihak manajemen bisa mengelola dengan baik financial leverage agar dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan sehingga return yang diterima per lembar sahamnya menjadi meningkat maka itu akan menjadi suatu bahan untuk pengambilan keputusan bagi para calon investor agar bersedia menanamkan investasinya pada perusahaan tersebut. H. Current Ratio Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Likuiditas juga bisa berarti mudah tidaknya suatu jenis investasi dicairkan menjadi uang kas (Anaroga, 2001:79). Menurut (Wachhowic dan Van Horne, 2005:205) rasio likuiditas dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang bisa dicari dengan current ratio,quick ratio dan net working ratio. Dalam penelitian ini Likuiditas yang digunakan adalah dengan menggunakan current ratio sebagai salah satu variabel bebas yang dapat dicari dengan rumus (Sartono, 2001:116) : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkang utang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua utang lancar benar-benar
Universitas Sumatera Utara
harus dibayar. Current ratio sangat berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan, akan tetapi dapat menjebak. Hal ini dikarenakan current ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar hutang. Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan maka perusahaan itu mulai membayar tagihannya dengan lebih lambat dan meminjam dari bank. Kewajiban lancar jika meningkat lebih cepat dibandingkan aktiva lancar maka rasio lancar akan turun dan hal ini bisa menimbulkan permasalahan. Karena rasio lancar memberikan indikator terbaik atas besarnya klaim kreditor jangka pendek yang dapat ditutup oleh aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas yang relatif lebih cepat. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. I. Return On Investment (ROI) Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang, dan meningkatkan profit. Profitability dapat diukur
Universitas Sumatera Utara
beberapa hal yang berbeda, namun dalam dimensi yang saling terkait. Pengukuran yang dilakukan dengan Return On Investment (ROI) atau yang disebut juga Return On Asset (ROA). Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan membandingkan aset, penjualan, dan investasi serta aspek – aspek lainnya, akan menunjukkan kualitas dan efektivitas dari perusahaan. Tingkat profitabilitas yang semakin tinggi umumnya akan semakin meningkatkan tingkat efektivitas perusahaan. Pada penelitian ini, tolak ukur yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis tingkat profitabilitas perusahaan dari sisi asetnya. Semakin besar laba yang diperoleh, maka semakin besar dividen yang dibayarkan. Jadi profitabilitas berpengaruh terhadap dividend pay out ratio. Return On Investment (Sartono, 2001:123) dapat dihitung dgn rumus : Earning After Tax ROI = Total Aktiva
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa mendatang. Serangkaian informasi yang didapat dihasilkan untuk sebuah proposal investasi adalah distribusi probabilitas dari nilai sekarang bersih yang mungkin terjadi. Ketika perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen yang stabil sepanjang waktu dan perusahaan tersebut meningkatkan rasio ini, para investor akan yakin bahwa pihak manajemen mengumumkan perubahan positif dalam profitabilitas masa depan yang diharapkan untuk perubahan tersebut. Sinyal bagi para investor
Universitas Sumatera Utara
adalah pihak manajemen dan dewan komisaris benar-benar yakin bahwa segala sesuatu lebih baik dari pada yang dicerminkan harga saham. Harga saham akan bereaksi positif terhadap kenaikan dividen ini. Pemikirnnya adalah bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan mungkin bukan merupakan cermin yang tepat atas laba ekonomi perusahaan tersebut. Selama dividen memberikan informasi mengenai laba ekonomi yang tidak disebutkan dalam laba yang dilaporkan, harga saham akan terpengaruh. Dividen dikatakan akan digunakan oleh para investor sebagai prediktor kinerja perusahaan di masa depan. Dividen merupakan harapan pihak manajemen untuk masa yang akan datang. J. Investasi Investasi yang ditanamkan oleh para investor juga mempengaruhi nilai dividen yang akan diterima. Kondisi perusahaan juga akan mempengaruhi pandangan para investor. Untuk investor yang tidak bersedia mengambil risiko, mereka berpandangan bahwa semakin tinggi risiko semakin tinggi juga tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan terhadap risiko tersebut. Selanjutnya dividen diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain
yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian
investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai dividen daripada capital gain. Investor menginvestasikan dana bertujuan memaksimumkan kekayaan yang didapat dari dividen atau capital gain. Dilain pihak manajemen berusaha
Universitas Sumatera Utara
memaksimumkan kesejahteraan investor dengan membuat keputusan yang baik berupa kebijakan deviden. Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang
saham
yang
berhak
mendapatkannya.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Mengukur dan mengevaluasi kinerja investasi merupakan langkah terakhir dalam proses manajemen investasi. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan (keputusan pemenuhan kebutuhan dana) akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut. K. Risiko Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Risk atau risiko bagi dunia usaha pada umumnya bersumber dari terdapatnya ketidakpastian (uncertainties) yang menyebabkan tertekannya profitability atau bahkan dapat menimbulkan kerugian. Pemberian pinjaman investasi telah didasarkan pada tingkat suku bunga tetap (fixed rate) yang tinggi. Risiko perusahaan dalam hal ini adalah risiko total perusahaan. Menurunnya nilai dividen atau bahkan hilangnya peluang memperoleh deviden sebagai akibat dari turunnya keuntungan perusahaan bahkan karena timbulnya kerugian oleh perusahaan. Munculnya kewajiban yang harus diselesaikan oleh pemegang saham sebagai akibat dari kerugian yang diderita oleh perusahaan. Risiko perusahaan ini dapat dilihat dari dua hal. Yaitu risiko bisnis (bisnis risk) dan risiko keuangan (financial risk). Risiko Bisnis adalah risiko dimana perusahaan tidak dapat menutup biaya operasionalnya (Sunjaja dan Barlian, 2002:243). Risiko bisnis merupakan risiko yang terdapat dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri. Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar hutang yang digunakan, maka semakin besar pula risiko yang akan ditanggung. Risiko keuangan yang dihadapi perusahaan dalam menghadapi risiko perusahaan adalah penggunaan kas yang boros tidak efesien karena tidak adanya anggaran kas yang baik dan benar. Tingkat bunga yang tinggi yang menyebabkan biaya produksi yang tinggi pengaruhnya terhadap harga jual yang tinggi dan tidak mampu bersaing dalam pasar. Hal ini akan mengurangi pendapatan laba yang juga secara langsung akan mempengaruhi pembagian nilai deviden yang akan diterima.
Universitas Sumatera Utara
Struktur modal perusahaan mempengaruhi langsung risiko keuangan yaitu risiko perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan sesuai waktu yang ditentukan (jatuh tempo) yang pada akhirnya akan mengakibatkan kebangkrutan bagi perusahaan (Sunjaja dan Barlian, 2002:243). Secara umum risiko keuangan melintasi baik risiko kemungkinan insolvabilitas maupun variabilitas tambahan dalam earning per share yang ditimbulkan oleh penggunaan leverage keuangan. Ketika perusahaan menaikkan proporsi pendanaan biaya tetap dalam struktur modalnya, arus keluar tetap akan naik. Akibatnya, probabilitas insolvabilitas kas akan meningkat. Stabilitas biaya tergantung pada penaksirian relatif dari harga input seperti untuk tenaga kerja dan bahan baku. Semakin dapat diprediksi dan stabil harga input tersebut untuk tenaga kerja dan bahan baku. Semakin dapat diprediksi dan stabil harga input tesebut semakin rendah risiko bisnis dan semakin sulit diprediksi dan kurang stabil harga semkain tinggi risiko bisnis. Risiko bisnis bervariasi antar perusahaan tanpa memandang jenis usahanya dan tidak dipengaruhi oleh keputusan struktur modal. Tingkat risiko bisnis dianggap telah tertentu. Semakin tinggi risiko binis perusahaan, perusahaan harus lebih berhatihati dalam menentukan struktur modalnya Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung mempunyai struktur modal dengan pengaruh yang kurang tinggi dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang rendah cenderung mempunyai struktur modal dengan “pengaruh” tinggi. Risiko Perusahaan dapat dihitung dengan rumus (Van Horne dan Wachowicz, 2005:203) berikut : Risiko Perusahaan = Risiko Bisnis + Risiko Keuangan
Universitas Sumatera Utara
dimana, Risiko Bisnis
= Net Operating Income t
Laba Bersih sebelum Bunga dan Pajak Risiko Keuangan = Laba Bersih sebelum Pajak
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia Pasar
Modal
secara
historis
telah
hadir
jauh
sebelum
Indonesia
memproklamirkan kemerdekaanya. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal Indonesia dapat dilihat sebagai berikut : a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. e. 1942 – 1952 : Bursa Efek Jakarta kembali selama perang Dunia II f.
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman
Wiradinata)
danMenteri
Keuangan
(Prof.DR.Sumitro
Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950). g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
Universitas Sumatera Utara
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa vakum. i.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah pengawasan BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
j.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emitem hingga tahun 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen Perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan Investor asing menanamkan Modal di Indonesia. l.
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
Universitas Sumatera Utara
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa Efek Surabaya. p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ, BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading System). r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang –Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. t.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di Pasar Modal di Indonesia.
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). B. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia Adapun struktur organisasi dalam Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Dewan Komisaris Dewan Komisaris terdiri dari : Nama
Jabatan
I Nyoman Tjager
Komisaris Utama
Mustofa
Komisaris
Chareuddin Berlian
Komisarisi
Jhonny Darmawan
Komisaris
Felix Oentung Soebagyo
Komisaris
2. Dewan Direksi Dewan direksi terdiri dari : Nama
Jabatan
Ito Warsito
Direktur Utama
Eddy Sugito
Direktur Penilaian Perusahaan
Wan Wei Yiong
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota
Uriep Budhi Prasetyo
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan
Friderica Widyasari Dewi
Direktur Pengembangan
Adikin Basirun
Direktur Teknologi Informasi & Manajemen Risiko
Supandi
Direktur Keuangan dan Sumber Daya
Manusia
DAFTAR NAMA PEJABAT KEPALA DIVISI / KEPALA SATUAN BURSA EFEK INDONESIA
Direktur Utama
Universitas Sumatera Utara
1. Sekretaris utama
Irmawati Amran
2. Divisi Hukum
Dewi Arum P
3. Satuan Pemeriksa Internal
Widodo
Direktorat Penilaian Perusahaan 1. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil B.Y
I Gede Nyoman
2. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa
Umi Kulsum
3. Divisi Penilaian Perusahaan Surat Utang Junarso
Saptono Adi
Direktorat Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa 1. Divisi Perdagangan Saham
Andrea PJ Tolle
2. Divisi Perdagangan Surat Utang dan Derivatif
Fina Dewanti
3. Divisi Keanggotaan
Andi Sudhana
Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan 1. Divisi Penawaran Transaksi Hassybaraini
Hamdi
2. Divisi Kepatuhan Anggota Bursa Manullang
Kristian S
Direktorat Pengembangan 1. Divisi Riset
Poltak Hotradero
2. Divisi Pengembangan Usaha
Hari Purnomo
3.Divisi Pemasaran
Isharsaya
4. Chief Economisc
Edison Hulu
Universitas Sumatera Utara
Direktorat Teknologi dan Manajemen Risiko 1. Divisi Operasional Teknolgi dan Informasi
Yohanes Law
2. Divisi Pengembangan Solusi Bisnis Teknologi dan Informasi
Didi A. Laksono
3. Divisi Manajemen Risiko Mukhlis
Mohammad
Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia Divisi Keuangan
Yohananes A Abimany
Divisi Sumber Daya Manusia
Mirna Kurniaty
Divisi Umum
-
C. Profil Perusahaan 1. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk Didirikan berdasarkan Akta Notaris Tan Thong Kie,SH No. 24 tanggal 23 Februari 1973. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, perubahan terakhir dengan Akta Notaris Lindasari Bachroem, SH No. 2 tanggal 9 November 2009 dalam rangka perubahan tempat kedudukan Perseroan dari Jakarta Timur ke Jakarta Selatan. Perusahaan bergerak dalam industri pengolahandan pembotolan air minum dalam kemasan.Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berkantorpusat di Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di Bekasi, Citeureup dan Mekarsari, Jawa Barat.
Universitas Sumatera Utara
Induk Perusahaan adalah PT Tirta Investama dan induk utama Perusahaan adalah Danone, sebuah Perusahaan yang berdiri dan berkedudukan di Perancis. 2. PT.Fast Food Indonesia PT Fast Food Indonesia didirikan berdasarkan Akta No. 20 tanggal 19 Juni 1978 yang dibuat di hadapan Sri Rahayu, S.H..Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 32 tanggal 8 Agustus 2008, dari Notaris Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan untuk menyesuaikan dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-76847.AH.01.02 tanggal 23 Oktober 2008. Perusahaan bergerak di bidang makanan dan restoran. Perusahaan memulai usaha komersialnya sejak tahun 1979. Pada tahun 2000, Perusahaan melakukan pemecahan nilai nominal saham dari Rp1.000 persaham menjadi Rp100 persaham. Dengan demikian jumlah dari saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh bertambah menjadi 446.250.000 saham. Berdasarkan catatan perusahaan mempunyai 13.229 karyawan pada tanggal 31 Desember 2009. Kantor pusat Perusahaan terletak diJl. M.T. Haryono, Jakarta, Indonesia. 3. PT.Multi Bintang Indonedia,Tbk Didirikan pada 3 januari 1929 dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 15 januari 1981. Termasuk dalam sektor perusahaan food and baverages. Saham yang terdaftar sebesar 20.070.000 lembar saham. Pemilik sahamnya adalah
Universitas Sumatera Utara
heineken International B.V sebesar 65%. Hollandsch sebesar 7%. Perusahaan ini termasuk dalam kategori food and baverages. Cash Deviden yang tercatat di BEI pada tahun 2009 yaitu 12.500.000. Perusahaan ini memiliki modal pada tanggal 29 januari 2010 dalam pasar sebesar Rp. 3.581.900.000.000,-Perusahaan ini berada di Jl.Daan Mogot Km 19 Tangerang. 4. PT.Mayora Indah,Tbk PT.Mayora Indah,Tbk didirikan dengan akta no.204 tahun 1977 dari Popy Savitri Parmanto,S.H pengganti dari Ridwan Suselo,S.H.,notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disyahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan nomor Y.A.5/5/14 tanggal 3 januari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia no.39 tanggal 15 Mei 1990, tambahan no.1716. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan yang terakhir dengan tanggal 30 juni 2008 dari Saifudin Arief, S.H.,notaris di Tangerang, mengenai perubahan anggaran dasar perusahaan untuk menyesuaikan dengan Undang-undang Republik Indonesia no.40 tahun 2007. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan adalah mennjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit. Perusahaan menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. Perusahaan memulai usahanya secara komersil pada bulan Mei 1978. Kantor pusat perusahaan terletak di Gedung Mayora,Jl.Tomang Raya No.21-23, Jakarta, sedangkan pabrik perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi. 5.PT.Gudang Garam,Tbk
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan didirikan dalam usaha kecil bersama pada tahun 1971 di Kudus, Jawa Timur. Perusahaan memproduksi dengan 3 nama produk yaitu : Gudang Garam Internasional, Surya 16, Gudang Garam Merah. Perusahaan mampu menghasilkan 105 juta batang rokok per tahun dimana 90 juta batang rokok dihasilkan melalui mesin dan 15 juta dihasilkan melalui tenaga kerja dan 49% konsumennya merupakan konsumen yang mempunyai cita rasa terhadap rokok ini. Tahun 1993 perusahaan ini menerima US$ 60 juta pinjaman dari Bank Singapura untuk meningkatkan kemampuan produksinya. Sekarang kemampuan menghasilkan rokok 2500 batang rokok – 12000 batang rokok per menitnya. Tahun 1994 eksportnya mencapai 3.3 juta rokok , 4% diantaranya dari total penjualan. Perusahaan ini berada di Jl.Jend.Ahmad Yani no.79 Jakarta. 6. PT.Sepatu Bata,Tbk PT. Sepatu Bata Tbk. didirikan di Indonesia tanggal 15 oktober 1931 dengan akte notaris Adrian Hendrik Van Ophuijsen No.64. Peresmian pengoperasiannya dilakukan pada tahun 1931. Anggaran perusahaan telah berulangkali perubahan, terakhir dengan akte notaris Hj. Syarif Siangan Tanudjaja,SH No.23 tanggal 22 juni 2009. mengenai perubahan anggaran dasar. PT Sepatu Bata adalah anggota Bata Shoe Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat di Lausanne, Switzerland. BSO merupkan produsen terbesar penghasil sepatu di dunia yang beroperasi di banyak negara menghasilkan serta menjual jutaan pasang sepatu setiap tahun. Seluruh saham yang telah beredar 13.000.000 saham telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dengan 23% saham dimiliki
Universitas Sumatera Utara
oleh Publik. Perusahaan ini beralamat di Jl.Tamam Makan Pahlawan Kalibata I Jakarta. 7.PT.Colorpak Indah,Tbk Perusahaan ini mulai beroperasi pada 15 september 1988 dengan masih gabungan dengan PT.Bukit Jaya Semesta. Dan mulai terdaftar di BEI sejak 30 november 2001. Bergerak dibidang usaha kimia dan pembuatan produk kimia lainnya. Dimana pemilik sahamnya dimiliki PT.Bukit Jaya Semesta 58.20%, Merrillynch Pierce Fenner dan Smith sebesar 19.59%, Crendwell Pte.Ltd sebesar 5.36% dan publik sebesar 16.85%. Saham yang terdaftar di BEI sebesar 306.338.500 juta lembar dengan nilai Rp.511.585.295.000. 8. PT.Trias Sentosa,Tbk PT Trias Sentosa Tbk didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6/1968 berdasarkan akta yang dibuat di hadapan Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H. No. 37 tanggal 23 November 1979. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta yang dibuat di hadapan Notaris DyahAmbarwaty Setyoso, S.H. No. 70 tanggal 20 Juni 2008 mengenai penyesuaian dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas. Perubahan tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Surat Keputusan No. AHU-64738 AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 17 September 2008 dan telah diumumkan di Tambahan Berita Negara R.I. No. 41 tanggal 22 Mei 2009. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan antara lain bergerak dalam bidang
Universitas Sumatera Utara
industri dan perdagangan polypropylene dan polyester film. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jl. Raya Waru 1B, Waru, Sidoarjo dan Desa Keboharan Km. 26, Krian, Sidoarjo,Jawa Timur.Perusahaan memulai operasi komersialnyapada tahun 1986. 9.PT.Indocement Tunggal Prakasa,Tbk Perusahaan mulai didirikan pada tahun 1973 dengan nama sebelumnya PT.Distintc Indonesian Cement Enterprise dengan Liem sebagai investornya. Perusahaan ini mulai terdaftar di BEI pada 5 Desember 1989. Perusahaan ini berada di Jl.Jend.Sudirman kav.70-71 Jakarta. Perusahaan mendirikan 9 pabrik dengan nilai US$ 229 juta di Citierup, Jawa Barat. Total produksinya menghasilkan 15,8 juta per tonnya setiap tahun. Sahamnya dimiliki oleh publik sebesar 21.83%, PT Mekar Perkasa 13.03% dan Heidelberg Cement AG, Jerman sebesar 65.15%. Pada tahun 2000 perusahaan di ambil alih oleh PT.Indokodeco Cement. Saham yang terdaftar 3.681.231.699
lembar.
Dengan
nilai
market
capitalization
sebesar
Rp.49.696.627.936.500. 10. PT.Alumindo Light Metal Industry,Tbk Perusahaan mulai berproduksi pada tahun 1983. Perusahaan dalam memproduksi dikategorikan dalam 2 kategori lembar alumiun dengan lebar 0.15 mm – 6.0 mm. Dan Alumiun dengan ketebalan kuran dari 0.15 mm. Pemilik sahamnya terdiri PT.Husin Investma sebesar 36.59%, PT.Marindo Investma 15.05%, PT Satria Investindo 7.92%, PT.Guna Investindo 6.36%, PT.Prakindo Investma 5.92%, PT.Mulindo Investma, PT.Anugrah Investindo 2.85% , Gunardi 0.09%, Soepangkat
Universitas Sumatera Utara
0.06%, Budi Prayugo 0.03% dan publik sahamnya dimiliki 17.42%. Perusahaan ini juga sudah mengeksportnya ke China, Taiwan, Japan, negara Asia Tenggara lainnya. 11. PT.Citra Tubindo,Tbk Perusahaan didirikan tahun 1983. Perusahaan ini berada di alamat Kawasan Industri Kabil Indonesia Estate Jl.Hang Kesturi Km.4 Kabil Pulau Batam, Indonesia. Perusahaan ini mengumpulkan keuntungan 219.000 juta. Penjualan bersih meningkat dari 2.465 milyar ke 2.629 milyar. Perusahaan ini dimiliki Malaysia dengan 30% saham oleh nama United Motor Works Citramaju Sdn.Bhd. Para pemilik saham diantaranya PT.Citra Agramasianti Nusantara 27.04%, Vallource & Mannesmann Tubes 25.00%, CBSG A/C ING-Crystal Glb Fund sebesar 17.12%, Sumitmo Metal Industris Ltd 5.42%, Kris Taenar Wiluan 0.55%, Suyitno 0.03% , Hedyy Wiluan 0.02%, Frankie Setiadi 0.01%, Herman Hermanto 0.01% dan publik sahamnya dimiliki 24.77%. 12. PT. Lion Metal Works, Tbk Mulai beroperasi tahun 1972 oleh J.P Sudarma Indonesia Manufacturing. Perusahaan ini memiliki shareholders oleh Lion Holdings Pte.Ltd.Simgapore sebesar 28.85%, Lion Holdings Sdn.Bhd.Kuala Lumpur sebesar 28.85%. Cheng Yong Kim sebesar 0.08%, Lim Tai Pong sebesar 0.08%, Krisant Sophiaan sebesar 0.02% dan publik sebesar 42.12%.
Bergerak dalam pembuatan peralatan yang terbuat dari
peralatan metal.
13. PT.Lionmesh Prima,Tbk
Universitas Sumatera Utara
Mulai berproduksi di tahun 1984. Bergerak dalam industri metal dan komponen industri lainnya. Pemilik saham ini adalah Lion Holding PTC.,Ltd Singapore sebesar 25.54% ,Joessuf Sutrisno 14.09%, Lawer Soepandi 11.49%, Trinidad Investment Ptc.,Ltd Singapore 6.66%, Publik 42.22%.
Perusahaan
berkantor pusat di Jl.Raya Bekasi, Jakarta. 14. PT. Sumi Indo Kabel, Tbk Perusahaan ini berdiri pada tanggal 23 Juli 1983 dan bergerak dalam industri dasar dan kimia. Perusahaan ini terdaftar sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 21 Januari 1991 dengan harga perdana sebesar 4950 per lembar sahamnya dan 306.000.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Gatot Subroto Km. 7,8 Desa Pasir Jaya Jatiwung Tangerang. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT.Sumitmo Electric Industris sebesar 88% dan Sumitmo Corporation yaitu 5%, Sulim Herman Limbono 0.09% dan dimiliki publik 6.85%. 15. PT.Supreme Cable Manufakturing & Commerce, Tbk Berdiri 9 November 1970 dengan No. NPWP 01.000.889.4-054.000 bergerak dibidang kabel dengan status perusahaan terdaftar. Harga perdana Rp.1100. Modal dasar Rp.225,000,000,000. Modal di setor Rp.205.583.583.000. Beralamat di Jl.Kebon Sirih no.71 Jakarta. Adapun pemilik sahamnya adalah Sumitmo Electric Industries Ltd.,Japan 88.06%, Sumitmo Corporation Japan 5.00%, Sulim Herman Limbono 0.09% dan dimiliki publik 6.85%. 16. PT. ASTRA Graphia,Tbk
Universitas Sumatera Utara
Berdiri 31 Oktober 1975 dengan No.NPWP 01.307.261.6-054.000 dengan jenis usaha perdagangan besar barang produksi. Harga perdana Rp.8550. Modal dasar Rp.325.000.000.000 dan Modal disetor Rp.134.878.050.000. Pemilik saham PT.Astra Internasional International Tbk. 76.87% dan dimiliki Publik sebesar 23.13%. Perusahaan ini berkantor di Jl.Kramat Raya No.43 Jakarta. 17. PT. Metrodata Electronics, Tbk Berdiri 17 Februari 1983. Bergerak di bidang usaha Jasa Komputer dan Perangkatnya. Harga perdana Rp.6.800. Modal dasar Rp. 132,500,000,000. Modal Disetor Rp.102.096.296.150. Adapun pemilik sahamnya adalah Ockham Cay Holdings.,Ltd British Virgin Island 12.93%, Ir.Hiskak Secakusuma 1.71% dan dimiliki Publik 85.36% . Perusahaan ini berkantor pusat di Wisma Metropolitan lantai 16, Jl.Jend.Sudirman Kav.29-31 Jakarta. 18. PT.Astra Internasional,Tbk Berdiri 20 Februari 1957 . Bergerak di bidang usaha otomotif dan Perangkatnya. Perusahaan ini terdaftar sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 4 april 1990 dengan harga perdana Rp.14.500 per lembar sahamnya dan memiliki 4.048.355.314 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl.Gaya Motor Raya No. 8 Sunter Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah Jardine Cylcle & Carriage Limit sebesar 50.09%. 19. PT. Goodyear Indonesia,Tbk PT. Goodyear Indonesia Tbk semula didirikan dengan nama NV The Goodyear Tire
& Rubber Company Limited pada tanggal 26 Januari 1971.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan bergerak dalam
bidang industry ban untuk kendaraan bermotor.
Perusahaan ini terdaftar sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 15 Agustus 1990 dengan harga perdanaRp.1250. Perusahaan ini memiliki 41.000.000.juta lembar saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl.Pemuda No.27 Bogor. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari The Goodyear Tire & Rubber Company sebesar 85% dan Sukanta Tanudjaja sebesar 6.64%. 20. PT. Hexindo Adiperkasa,Tbk Berdiri tahun 28 November 1988 dengan No. NPWP 01.385.957.4-054.000. bergerak dibidang perdagangan usaha besar dan barang produksi. Harga perdana Rp.2800
dengan
Modal
Dasar
Rp.68.000.000.000
dan
Modal
disetor
Rp.84.000.000.000. Adapun pemilik sahamnya adalah Hnacian Contstruction Machinery Co.Ltd. Japan 48.39%, Hochu Corp Japan 22.55% , Hitachi Construction Machinery Asia Pasific Pte.Ltd 5.07%, Drs.Rustam Efendi 2.45%, Tony Endroyoso 0.01% dan dimiliki publik 21.33%. Perusahaan ini berkantor pusat di Industri Pulo Gadung Jl. Pulo Kambing II Kav.I-II No.33 Jakarta. 21. PT.Multistrada dan Arah Sarana,Tbk Didirikan pada tanggal 20 januari 1988 dengan bisnis dibidang otomotif dan komponennya. Harga perdana Rp.170 dengan Modal awal Rp.700.000.000.000 dan modal disetor Rp.856.642.535.000. Adapun pemilik sahamnya adalah PVP XVIII Pte.Ltd.Singapura 27.73%, Prudent Capital Ltd.Malaysia 15.92%, Credit Suisse Securities 6.37%, The Bank of New York 6.09%, PT.Indokemika Jayatama 3.81%
Universitas Sumatera Utara
dan dimiliki Publik 40.08%. Perusahaan ini berada di Jl.Raya Lemahabang Timur Bekasi, Jakarta. 22.PT.Indo Kordsa,Tbk Didirikan pada 8 juli 1981 dengan No.NPWP 01.003.211.8-092.000 dengan jenis usaha dibidang otomotif dan komponennya. Harga perdana Rp.9.250 dengan Modal awal Rp. 350,000,000,000 dan Modal disetor Rp.225.000.000.000. Adapun pemilik sahamnya adalah Kordsa Global 60.21%, Robby Sumampow 23.92%, PT. Risjadson Suryatama 5.61% , Lefenn Anderlanne Sumampow 1.31%, Levan Daniar Sumampow 0.17% dan Publik 8.78%. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl.Pahlawan Karang Asem Timur Citeureup, Bogor, Jawa Barat. 23.PT.Tunas Ridean,Tbk Berdiri pada 24 Juli 1980 dengan No.NPWP 01.310.233.0-054.000. Dengan bisnis usaha dibidang perdagangan Besar dan Barang Produksi. Harga perdana Rp.2.700.
Dengan
Modal
dasar
Rp.250.000.000.000
dan
Modal
disetor
Rp.139.500.000.000. Adapun pemilik sahamnya adalah PT.Tunas Andalan Pratama 48.47%, Jardine Cycle & Carriage Ltd.37.38% dan dimiliki Publik sebesar 14.15%. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl.Gedung Tunas Toyota, Jl.Raya Pasar Minggu No.7 Jakarta. 24. PT.United Tractor Berdiri pada 11 Januari 1901 dengan No.NPWP 01.308.524.6-091.000 dengan bisnis dibidang persediaan alat pertanian dalam jumlah besar. Dengan harga perdana Rp.7250
dengan
Modal
dasar
Rp.1.500.000.000.000
dan
Modal
disetor
Universitas Sumatera Utara
Rp.831.720.000.000. Adapun pemilik sahamnya adalah PT.Astra Internasional Tbk sebesar 58.45%, Bank of New York S /A JF Asean Trust / East Asia Int’l TTE Ltd sebesar 2.51%, JP Morgan Chase Bank Na Non Treaty Clients 2.13%, Bank of New York 1.26% , HSBC- Fund Service Clients A/C 006 sebesar 1.20%, JP Morgan Bank Luxemburgo SA RE CA sebesar 1.06%, JP Morgan Chase Bank NA RE Chase Nominess Limeted 0.84%, Investor Bank and Trust Company 0.79%, Fortis Ekuitas 0..76% dan yang dimiliki publik 29.20%. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl.Raya Bekasi Km 2, Cakung, Jakarta.
25. PT.Merk,Tbk Berdiri pada 14 Oktober 1970. Bergerak dibidang industri Farmasi. Harga saham perdana Rp.1900 dengan Modal Dasar Rp.22.400.000.000. Perusahaan ini mulai terdaftar di BEI pada tanggal 23 Juli 1981. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl.Raya Gedong, 8 Pasar Rebo, Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah Merck Holding GmbH sebesar 74% dan dimiliki publik sebesar 26%. 26.PT.Unilever Indonesia,Tbk Berdiri pada 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrikien N.V. Perseroan ini mulai beroperasi secara komersil tahun 1933.Terdaftar dengan No.NPWP 01.001.701.0-092.000. Perusahaan ini terdaftar sebaagi perusahaan yang go public pada tanggal 11 januari 1982. Bergerak dalam bisnis Kosmetik dan barang keperluan Rumah tangga. Dengan harga perdana Rp.3.175 dengan Modal dasar
Universitas Sumatera Utara
sebesar Rp.76.300.000.000 dan Modal disetor Rp.76.300.000.000. Pemegang saham terbesar di perusahaan ini adalah Mavibel (Maatschappij Voor) sebesar 84.99%. Perusahaan ini berkantor pusat di Graha Unilever Jl.Jend. Gatot Subroto Kav.15 Jakarta.
Universitas Sumatera Utara