BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumarni (2005) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Mata Diklat Kewirausahaan, dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas 3 SMK Negeri 2 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006”. Masalah penelitian ini adalah ”Seberapa besar pengaruh konsep diri, prestasi belajar dan lingkungan terhadap minat berwirausaha pada siswa SMK negeri 2 Semarang”. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa konsep diri dan lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha pada SMK Negeri 2 Semarang. Sedangkan tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai pada mata diklat kewirausahaan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan minat berwirausaha siswa. Ginting (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II Sekretaris SMKN 1 Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2008/2009”. Masalah penelitian ini adalah ”Apakah ada pengaruh antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa kelas II SMK Negeri I Kabanjahe Tahun Pembelajaran 2008/2009”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah menunjukkan bahwa lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar. Nadeak (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Minat Berwirausaha Terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Pada Kelas XI Jurusan Tata Busana SMK Pembangunan Daerah Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2007/2008”. Masalah penelitian ini adalah ”Apakah ada pengaruh antara minat
Universitas Sumatera Utara
berwirausaha terhadap prestasi belajar kewirausahaan pada kelas XI jurusan tata busana SMK Pembangunan Daerah Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah menunjukkan bahwa minat berwirausaha berpengaruh positif terhadap prestasi belajar kewirausahaan.
B. Pengertian Konsep Diri Gage dan Berliner (1991:157) merumuskan konsep diri sebagai ”...totality of the perceptions that we have about ourselves; our attitudes toward ourselves, the languange we use to describe”. Hall dan Lindzey (dalam Frey dan Carlock, 1984) membedakan 2 arti konsep diri yaitu pertama dalam rumusan sebagai sikap, perasaan dan evaluasi mengenai diri sendiri. Kedua sebagai proses berpikir, mengingat, dan persepsi mengenai diri sendiri. Menurut Brook (Rahmat, 1985) mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Cawagas dalam Pudjijogyanti (1995:2) berpendapat bahwa konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang dimensi fisik, karakteristik, pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian maupun kegagalannya. Menurut Mc. Candless dalam Pudjijogyanti (1995:7) mendefinisikan bahwa konsep diri merupakan seperangkat harapan serta penilaian perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Adapun Wiliam Brooks dalam Ratnaningsih (2002:11) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan pandangan dan perasaan dari diri kita. Perasaan ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Menurut James F.
Universitas Sumatera Utara
Calhoun konsep diri adalah pandangan diri anda tentang diri anda sendiri. Potret diri mental ini memiliki tiga dimensi; pengetahuan anda tentang diri anda sendiri, pengharapan anda mengenai diri anda, dan penilaian tentang diri anda sendiri.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain (Pudjijogyanti,1995:12). Dengan demikian pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain yang dekat di sekitar kita. Menurut James F.C (1995) sebagaimana dikutip oleh Ratnaningsih (2002:15-16) bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi konsep diri ada dua yaitu : 1. Faktor pelaku, terdiri dari : a. Orang tua Orang tua merupakan kontak sosial paling awal yang kita alami dan yang paling kuat. Informasi yang dikomunikasikan orang tua pada anak akan lebih menancap daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya dan orang tualah yang menetapkan pengharapan bagi anakanaknya.
Murphy dalam
Burns (1993:2004)
menyatakan
bahwa
menurutnya sangat penting untuk menyelamatkan anak dari mendapatkan suatu pandangan mengenai dirinya yang tidak menyenangkan. Konsep diri yang positif pada anak akan tercipta apabila kondisi keluarga ditandai dengan adanya integritas dan tenggang rasa yang tinggi antar anggota keluarga. Selanjutnya Burn (1993:256) membuktikan bahwa ”ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan erat antara kualitas hubungan orang tua dengan pandangan anak terhadap diri dan lingkungannya”. b. Teman sebaya Teman sebaya sangatlah mempengaruhi konsep diri pada diri anak. Anak juga membutuhkan penerimaan dari temannya atau kelompoknya. Apabila anak selalu digoda, dicaci maki, dan dibentak, maka konsep diri anak akan terganggu. c. Masyarakat Anak muda tidak terlalu mementingkan kelahiran mereka, kenyataanya bahwa mereka hitam atau putih, anak orang kaya atau bukan, mereka lakilaki atau perempuan. Tetapi masyarakat mereka menganggap penting fakta-fakta semacam itu, akhirnya penilaian ini sampai pada anak dan mempengaruhi konsep dirinya. 2. Faktor substansi, terdiri dari : a. Belajar Konsep diri kita merupakan hasil dari belajar, belajar ini berlangsung terus-menerus tidak pernah kita sadari. Belajar merupakan perubahan psikologis yang relatif permanen yang sebagai akibat dari pengalaman. Dari pengalaman inilah individu dapat mempelajari konsep dirinya. b. Asosiasi Manusia Menunjukan cenderung untuk berfikir asosiasi yaitu mempelajari hubungan-hubungan antara hal-hal yang berbeda. Proses berfikir dan menilai lewat asosiasi ini merupakan dasar bagi pembentukan konsep diri.
Universitas Sumatera Utara
c. Motivasi Semakin tinggi yang kita berikan pada sesuatu hadiah, semakin besar kemungkinan kita melakukan kegiatan yang akan menghasilkan hadiah tersebut. Dengan kata lain belajar mencakup motivasi yaitu keadaan yang membangkitkan, yang kita alami ketika bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Dua lasan yang diduga sangat penting dalam mempelajari konsep diri adalah keinginan untuk berhasil dan keinginan untuk harga diri.
D. Jenis-jenis Konsep Diri Jenis-jenis konsep diri ada dua macam yaitu konsep diri yang positif dan konsep diri yang negatif. a. Menururt James F.C (1995) dalam Ratnaningsih (2002:13-14) bahwa konsep diri yang positif adalah pandangan individu tentang dirinya yang bersifat positif, dimana individu menerima tentang kelebihan dan kekurangannya. Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif adalah : 1. Dapat menerima dan mengenal dirinya dengan baik. 2. Dapat menyimpan informasi tentang dirinya sendiri baik itu informasi yang positif maupun yang negatif. Jadi mereka dapat memahami dan menerima fakta bermacam-macam tentang dirinya. 3. Dapat menyerap pengalaman mentalnya. 4. Apabila mereka memiliki pengharapan selalu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dan realistis.
Universitas Sumatera Utara
5. Selalu memiliki ide yang diberikan pada kehidupannya dan bagaimana seharusnya dirinya mendekati dunia. 6. Individu menyadari bahwa setiap oang memiliki perasan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat. b. Menurut Jalaludin Rakhmat (1996) dalam Ratnaningsih (2002:14) menerangkan bahwa ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah : 1. Individu mudah marah dan naik pitam serta tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya. 2. Individu responsif sekali terhadap pujian yang diberikan oleh orang lain kepadanya. 3. Individu tidak pandai dan tidak sanggup untuk mengungkapkan penghargaan atau pengakuan kelebihan yang dimiliki orang lain. 4. Individu bersikap pesimis terhadap kompetisi, keengganan bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
Apabila dikaitkan maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki konsep diri yang positif akan dapat mengenal dirinya dengan baik kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat merancang tujuan-tujuan yang sesuai dan realistis, sehingga juga akan lebih bijak dalam menentukan kariernya ke masa mendatang, termasuk berani untuk berwirausaha. Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri negatif akan pesimis terhadap kompetisi sehingga enggan memanfaatkan kelebihan dan kekurangannya.
Universitas Sumatera Utara
E. Pengertian Prestasi Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui penilaian dan penelitian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Menurut Arifin (1991:3) prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh Poerwodarminto (1995:787) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Adapun menurut Tu’us (2004:75) prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh dosen. Adapun nilai hasil belajar yang diperoleh mahasiswa ini dapat dinyatakan dalam angka dan huruf yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Angka
Huruf
Skor
86 – 100
A
Sangat Baik (SB)
66 – 85
B / B+
Baik (B)
50 – 65
C / C+
Cukup Baik (CB)
31 – 49
D
Tidak Baik (TB)
10 – 30
E
Sangat Tidak Baik (STB)
Sumber : Laporan Evaluasi Tahun 2009/2010 (Diolah)
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi yang diperoleh seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar diri orang tersebut. Menurut Arikunto (1990:21), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis terdiri dari usia, kematangan dan kesehatan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar. 2. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, yaitu faktor manusia (human) dan faktor non manusia. Faktor manusia dapat berasal dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan faktor non manusia dapat berupa benda, hewan dan lingkungan fisik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Merson U. Sangalang, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam Tu’us (2004:778-81) adalah sebagai berikut : 1. Faktor Kecerdasan Dalam Macmilin Dictionary, Intellegence (kecerdasan) diberi arti sebagai ability to learn from experience, to solve problem rationally, and to modify behaviour with changes inenviroment, faculty of understending and reasoning. Rumusan tersebut menunjukan bahwa kecerdasan menyangkut kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan memahami, mengerti, memecahkan problem, tetapi termasuk kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan lingkungan yang berubah dan kemampuan belajar dari pengalamannya. Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar. 2. Faktor bakat Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua. Bakat dari tiap orang berbeda satu sama lain. Agar memperoleh prestasi yang tinggi sebaiknya diberikan kebebasan bagi setiap orang untuk belajar sesuai dengan bakat yang dimiliki. 3. Faktor minat dan perhatian Minat dan perhatian mempunyai hubungan yang sangat erat. Seorang siswa yang memiliki minat pada suatu pelajaran biasanya cenderung untuk
Universitas Sumatera Utara
memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. 4. Faktor motif Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. 5. Faktor cara belajar Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh belajar siswa. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien. 6. Faktor sekolah Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Situasi yang kondusif, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik,metode pembelajaran aktifinteraktif, sarana penunjang cukup memadai dan siswa tertib disiplin akan mendorong siswa saling berkompetisi dalam pembelajaran
yang
diharapkan hasil belajar yang diperoleh tinggi.
G. Pengertian Mata Kuliah Kewirausahaan Suryana (2003:8) memberikan batasan bahwa ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.
Universitas Sumatera Utara
H. Pengertian Lingkungan Keluarga Keluarga adalah ibu bapak dengan anak-anaknya; seisi rumah yang menjadi tanggungan (Poerwodarminto,1989:413). Dalam arti luas keluarga menurut pendapat Soelaeman (1994:12) adalah satu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud saling menyempurnakan diri. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati, seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang peranann sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Alex Sobur, 2003:248-249). Ciri-ciri suatu keluarga menurut Maciever dan Page yang dikutip oleh Soelaeman (1994:9) adalah sebagai berikut : a) Adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis (pria dan wanita) b) Dikukuhkan oleh suatu pernikahan c) Ada pengakuan terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan dalam rangka hubungan tersebut d) Adanya kehidupan ekonomis yang dilakukan bersama e) Diselenggarakan kehidupan berumah tangga
Universitas Sumatera Utara
I. Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga Lingkungan keluarga, merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berwirausaha. Adapun faktor-faktor yang terkandung dalam keluarga menurut Slameto (2003:60-64) lingkungan keluarga terdiri dari : a) Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap cara belajar dan berfikir anak. Ada orang tua yang mendidik secara diktator militer, ada yang demokratis dan ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap keluarga. b) Relasi antar anggota keluarga Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anak-anaknya. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu adanya relasi yang baik didalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan untuk mensukseskan belajar anak. c) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagi situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok pertengkaran antar anggota keluarga atau
Universitas Sumatera Utara
dengan keluarga lain menyebabkan ank menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajar kacau sehingga untuk memikirkan masa depannya pun tidaklah terkonsentrasi dengan baik. d) Keadaan ekonomi keluarga Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Tak jarang faktor kesulitan ekonomi justru menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil. Adapun pada keluarga yang ekonominya berlebihan, orang tua cenderung mampu memenuhi segala kebutuhan anak termasuk masalah pendidikan anak termasuk bisa melanjutkan sampai ke jenjang yang tinggi. Kadangkala kondisi serba berkecukupan tersebut membuat orang tua kurang perhatian pada anak karena sudah merasa memenuhi semua kebutuhan anaknya, akibatnya anak menjadi malas untuk belajar dan prestasi yang diperoleh tidak akan baik. e) Pengertian Orang Tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Kadangkadang anak mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa percaya dirinya. f) Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam kehidupannya. Kepada anak perlu di tanamkan kebiasaan-
Universitas Sumatera Utara
kebiasan dan diberi contoh figur yang baik, agar menndorong anak untuk menjadi semangat dalam meniti masa depan dan kariernya ke depan. Hal ini juga dijelaskan oleh Soemanto dalam Supartono (2004:50) mengatakan bahwa cara oreng tua dalam meraih suatu keberhasilan dalam pekerjaanya merupakan modal yag baik untuk melatih minat, kecakapan dan kemampuan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan yang diingini anak. Alex Sobur (2003:248-249) menyatakan bahwa faktor keluarga sebagai penentu keberhasilan siswa terdiri dari : 1. Kondisi Ekonomi Keluarga Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Faktor kekurangan ekonomi menyebabkan suasana rumah menjadi muram sehingga anak kehilangan gairah untuk belajar. Namun, faktor kesulitan ini bisa juga malah menjadi pendorong bagi anak untuk berhasil. Kadangkala keadan ekonomi yang berlebihan menyebabkan orang tua menjadi kurang perhatian terhadap belajar anak karena merasa telah memenuhi semua kebutuhan anak, sehingga anak malas belajar dan mandiri sehingga cenderung menganggap ”santai” masa depannya termasuk dalam hal masalah karir. 2. Hubungan emosional orang tua dan anak Hubungan emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh dalam keberhasilan anak. Sebaiknya orang tua menciptakan hubungan
Universitas Sumatera Utara
yang harmonis dengan anak. Hubungan orang tua dan anak jangan acuh tak acuh karena akan menyebabkan anak menjadi frustasi. Orang tua terlalu keras akan menyebabkan hubungan orang tua akan menjadi “jauh”. Atau hubungan yang terlalu dekat antara anak dan orang tua kan mengakibatkan anak selalu “bergantung”. 3. Cara mendidik orang tua Ada keluarga yang mendidik anaknya secar diktator militer, ada yang demokratis yang menerima semua pendapat anggota keluarga, tetapi ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. Cara orang tua dalam mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap cara belajar dan hasil belajar yang diperoleh seseorang. Fungsi keluarga ada beberapa jenis. Fungsi keluarga menurut Solaeman (1994:85-114) adalah : 1) Fungsi edukasi Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pada penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan itu, tetapi juga meliputi pengarahan dan perumusan
tujuan
pendidikan,
perencanaan
dan
pengelolaannya,
penyedian dana dan sarananya, serta pengayaan wawasan. 2) Fungsi sosialisasi Tugas keluarga dalam
mendidik
anaknya
tidak
saja
mencakup
pengembangan individu anak agar menjadi pribadi yang mantap, akan
Universitas Sumatera Utara
tetapi meliputi pula upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Fungsi sosialisasi membantu anak dalam menemukan tempatnya dalam kehidupan sosial ini secara mantap yang dapat diterima rekan-rekannya atau lebih lagi dapat diterima masyarakat. 3) Fungsi proteksi atau fungsi lindungan Mendidik hakekatnya melindungi, yaitu melindungi anak dari tindakantindakan yang tidak baik dan dari hidup yang menyimpang norma. Selain itu fungsi ini juga melindungi anak dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungan pergaulannya, melindunginya dari sergapan pengaruh yang tidak baik yang mugkin mengancamnya dari lingkungan hidupnya, lebih dalam lagi kehidupan dewasa ini kompleks. 4) Fungsi afeksi atau fungsi perasaan Anak berkomunikasi dengan ligkungannya, juga berkomunikasi dengan orang tuanya dengan keseluruhan pribadinya terutama pada saat anak masih kecil yang masih menghayati dunianya secara global dan belum terdifferensiasikan. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Makna kasih orang tua terhadap anak tidak tergantung dari banyaknya hadiah yang dilimpahkan kepadanya, melainkan lebih atas dasar seberapa jauh kasih itu dipersepsi
Universitas Sumatera Utara
atau dihayati. Adapun yang diharapkan dicapai melalui pelaksann fungsi afeksi itu ialah terbinanya suasana perasaan yang sehat dalam keluarga, yang tercipta berkat kebersihan hati masing-masing anggotanya, bersih dari iri dan dengki dari hasut dan buruk sangka. 5) Fungsi religius Keluarga mempunyai fungsi religius, artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak serta anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. 6) Fungsi ekonomis Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan serta pembelajarannya dan pemanfaatannya.
Kedaan ekonomi keluarga
mempengaruhi pula harapan orang tua akan masa depan anaknya serta harapan anak itu sendiri. Keluarga yang keadan ekonominya lemah mengangap anak lebih sebagai beban hidup daripada pembawa kebahagiaan
keluarga.
Mereka
yang
keadaan
ekonominya
kuat
mempunyai lebih banyak kemungkinan memenuhi kebutuhan material anak dibandingkan dengan yang lemah. Akan tetapi pelaksanaaan tersebut belum menjamin pelaksanaan ekonomis keluarga sebagaimana mestinya. Sebab pelaksanaan fungsi keluarga yang baik tidak terutama tergantung dari banyaknya uang atau hadian yang diberikan tetapi juga pada cara memberikan dan kuantitatif peneriman serta persepsi anak. 7) Fungsi rekreasi
Universitas Sumatera Utara
Rekreasi itu dirasakan orang apbila ia menghayati suasana tenang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai dan kepada yang bersangkutan memberikan perasaan bebas terlepas dari segala ketegangan dan kehidupan sehari-hari. Rekreasi itu memberikan keseimbangan kepada penyaluran energi dalam melaksanakan tugas sehari-hari yang rutin dan mungkin menimbulkan kebosanan. Makna fungsi rekreasi dalam keluarga diarahkan kepada tergugahnya kemampuan untuk dapat mepersepsi kehidupan dalam keluarga secar wajar dan sungguh sebagiman dimaksudkan dan digariskan kaidah-kaidah hidup keluarga. 8) Fungsi biologis Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhankebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna
melangsungkan
kehidupannya.
Keterlindungan
kesehatan,
keterlindungan rasa lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan, bahkan juga kenyamanan dan kesegaran fisik. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi itu, hendaknya tidak berat sebelah, tidak memisah-misahkan fungsi yang satu dari yang lain dan tidak pula hanya dilakukan oleh satu pihak saja, karena keluarga merupakan satu kesatuan.
J. Pengertian Minat Berwirausaha Menurut Winkel (1989:30) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu atau merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Menurut Loekmono (1994:60-61)
Universitas Sumatera Utara
bahwa minat dapat diartikan kecenderungan untuk merasa tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidangbidang tertentu. Minat merupakan salah satu hal ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik studi, kerja dan kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian terhadap bidang tertentu Minat merupakan perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut dan kecenderungankecenderungan lain yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu (Andi Mapiare,1982:62). Menururt Bygrave dalam Suryana (2003:12) wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Meredith dalam Suryana (2003:12) mengemukakan bahwa wirausaha juga dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan
untuk
melihat
dan
menilai
peluang-peluang
bisnis,
mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna menghasilkan keuntungan dari peluang tersebut. Adapun menurut pendapat Tropman dan Morningstar dalam Nirbito (2000:52) mengemukakan bahwa wirausaha adalah kombinasi dari pemikir dan pelaksana yang melihat peluang untuk produk dan jasa baru, suatu pendekatan baru, suatu kebijakan baru, atau cara baru untuk memecahkan masalah-masalah sekaligus berbuat sesuatu dengan apa yang dilihatnya hingga memberikan suatu hasil keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
K. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Minat berkaitan erat dengan perhatian. Oleh karena itu, minat merupakan sesuatu hal yang sangat menetukan dalam setiap usaha, maka minat perlu ditumbuh kembangkan pada diri setiap siswa. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan
tumbuh
dan
berkembang
sesuai
dengan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, sebagaimana yang dikutip dalam Ristanti (2002:31-32) yaitu: 1. Kebutuhan Pendapatan Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Berwirausaha dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang akan menimbulkan minat seseorang untuk berwirausaha. 2. Harga Diri Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia, karena dikaruniai akal, pikiran dan perasaan. Hal ini menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Berwirausaha dalam suatu bidang usaha dapat digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungan terhadap orang lain. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan seseorang berminat untuk berwirausaha. 3. Perasaan Senang
Universitas Sumatera Utara
Perasaan adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang, baik perasaan senang atau tidak senang (Ahmadi,1992:110). Perasaan erat hubungannya dengan pribadi seseorang, maka tangggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidaklah sama antara orang yang satu dengan yang lain. Rasa senang berwirausaha akan diwujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam bidang wirausaha. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang wirausaha akan menimbulkan minat berwirausaha. 4. Peluang Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang usaha akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Universitas Sumatera Utara