BAB II URAIAN TEORITIS
A.Penelitian Terdahulu Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan yang tercantum dalam indeks LQ45. Variabel yang digunakan adalah Return on Equity (ROE), Return On Assets (ROA), dan Net Profit Margin (NPM). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara tidak acak menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak (bersama-sama) variabel Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial (masing-masing) hanya Return On Assets (ROA) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Leonardo (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Variabel yang digunakan adalah Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variable Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Secara parsial variabel Price Earning Ratio (PER) dan Net Profit Margin (NPM)
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel Return On Equity (ROE) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 34,2 %.
B. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut Darmadji dan Fakhruddin adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan. Selain itu Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini pemerintah) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal, diharapkan aktivitas perekonomian
dapat meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Menurut Ade Fatma Lubis dan Mafis ( 2006 : 7) Pasar modal adalah pasar abstract dimana komoditas yang diperdagangkan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Pasar modal berkembang dengan sangat pesat, baik dalam bentuk saham maupun instrumen
hutang.
Banyak
perusahaan
yang
relatif
kuat
tidak
lagi
menggantungkan dana kepada bank, mereka memandang pasar modal sebagai alternatif pembiayaan yang sering sekali dianggap lebih murah serta lebih menguntungkan dari debt to equity ratio. Oleh karena itu pasar modal memiliki peran sebagai sumber pembiayaan maupun sumber investasi. Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. C. Saham 1. Pengertian Saham Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar moda berupa surat berharga, yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan. Secara sederhana saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha pada sebuah perusahaan. Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:6). Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.l548/KMK.013/1990, saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas. Dengan demikian, seorang pemegang saham merupakan pemilik suatu perusahaan dimana dapat disimpulkan bahwa pemegang saham turut menikmati hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan, serta ikut menanggung kerugian yang diderita oleh perusahaan tersebut. Adapun hak-hak pemilik saham antara lain adalah: a. Mendapat deviden, yaitu bagian keuntungan usaha dari perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham b. Mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), c. Peningkatan nilai modal terjadi apabila saham tersebut dijual oleh pemiliknya
2. Jenis-Jenis Saham Menurut Pandji Anoraga dan Pakarti (2006:54) dari berbagai jenis saham di bursa efek Indonesia dikenal dua jenis saham yaitu saham biasa (Common Stock) dan saham preferen (Preferen Stock). a. Saham Biasa Menurut Anoraga dan Pakarti (2006:54) saham biasa adalah saham yang tidak mendapat hak istimewa. Hak dari pemegang saham biasa adalah mendapat deviden hanya jika perusahaan tersebut mengeluarkan pengumuman tentang pembagian deviden. Jika tidak ada pengumuman, maka pemilik saham biasa tidak memiliki klaim atas perusahaan meskipun perusahaan pada periode tersebut mendapat keuntungan. Selanjutnya, pemilik saham biasa memiliki hak suara pada rapat umum pemegang saham. Apabila terjadi likuidasi atas perusahaan, pemegang saham biasa memiliki hak atas pembagian kekayaan setelah kewajiban terhadap kreditor dan pemegang saham preferen dipenuhi. b. Saham Preferen Saham preferen adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden dan/atau bagian bagian kekayaan pada saat perusahaandilikuidasi lebih dahulu dari saham biasa. Disamping itu, pemegang saham preferen memiliki preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris perusahaan. Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:9) saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham
tersebut serta mendapatkan deviden. Sedangkan persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada adanya klaim atas laba dan aktiva perusahaan, devidennya tetap selama masa berlaku saham tersebut, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham biasa merupakan efek yang paling popular di pasar modal. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:8-9) ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas: 1. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar deviden. 2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio) 3. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu pemsahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun,
akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emiten mampu mernberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada saat resesi. Emiten seperti ini biasannya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods). 3. Risiko Investasi Saham Resiko adalah kesenjangan antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang diharapkan. Menurut Tandelilin (2001:47) resiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan return yang di harapkan. Pembelian surat berharga dari perusahaan terbuka di pasar modal membutuhkan ketelitian serta kehati-hatian agar risiko dapat dikendalikan seminim mungkin, karena investasi dalam saham sangat berbeda dengan investasi yiang tanpa risiko seperti tabungan atau deposito. Investasi saham menjanjikan keuntungan yang cukup besar, karena itu potensi risiko yang dimiliki juga cukup besar. Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:9) saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi.
Saham memungkinkan pemodal untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar dalam waktu singkat, namun seiring dengan berfluktuasinya harga saham maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Menurut Anoraga dan Pakarti (2006:78) dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada beberapa risiko. Risiko tersebut antara lain: a. Risiko finansial, yaitu risiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari
ketidak
mampuan
emiten
saham
memenuhi
kewajiban
pembayaran deviden atau bunga serta pokok investasi. b. Risiko pasar, yaitu risiko akibat menumnnya harga pasar secara substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan manajemen perusahaan atau kebijakan pemerintah. c. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga saham. d. Risiko tingkat bunga, yaitu risiko perubahan suku bunga umum yang mempengaruhi harga surat berharga terutama yang berpenghasilan tetap. 4. Harga Saham Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh peiaku pasar. Nilai saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Menurut
Widoatmojo (1996:43), nilai saham adalah nilai penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan. Sedangkan harga saham adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Sedang harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke bursa efek pada pasar sekunder. Jadi harga saham yang diterbitkan setiap harinya adalah harga pasar. Dari waktu ke waktu harga suatu saham dapat naik, turun, atau stagnan. Yang menjadi hal yang harus diperhatikan oleh investor yang Terlibat Kegiatan dipasar modal atau manajemen perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di pasar modal karena indikasi harga saham dapat pula dijadikan ukuran nilai perusahaan. 5. Analisis Saham Analisis saham merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat apakah harga saham di pasar bursa telah mencerminkan nilai perusahaan sebenarnya. Menurut Harianto dan Sudomo (1998:451) analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai sebenarnya dari suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini. Tujuan dilakukannya analisis terhadap saham-saham adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk tumbuh dan berkembang di masa mendatang. Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:55).
a. Analisis Fundamental Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:55) analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden, dan sebagainya), dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperlukan taksiran harga saham. Analisis fundamental digunakan untuk mengevaluasi prospek masa mendatang, pertumbuhan dan kemampulabaan perusahaan dengan kaitannya dengan perekoriomian secara makro, ekonomi nasional, perkembangan industri perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Analisis yang menggunakan teknik analisis fundamental mengemukakan bahwa harga saham menggambarkan nilai intrinsik (intrinsic value) dari saham itu sendiri. Nilai intrinsik yang dimaksud adalah cara penentuan nilai saham berdasarkan kemampuan masa depan suatu perusahaan. b. Analisis Teknikal Menurut Harianto dan Sudomo (1998: 513) analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu. Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu. Analisis teknikal menyatakan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukan oleh perubahan harga di waktu yang lalu dan karenanya perubahan harga saham
akan me,mpunyai pola tertentu dan pola
tersebut akan berulang. Merupakan suatu teknik analisis sekuritas dengan menggunakan data historis perkembangan harga saham dan volume perdagangan sebagai elemen utama. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga di waktu yang lalu, dengan asumsi bahwa harga saham mencerminkan informasi yang ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu sehingga peruhahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang. Karena analisis ini mendasarkan atas perubahan harga saham di masa lalu sehingga alat analisis utamanya adalah grafik atau chart yang akan membantu untuk mengetahui trend harga saham. D. Rasio Profitabilitas Dalam melakukan analisis perusahaan, selain ditinau dari laporan keuangan perusahaan, uga dapat dilakukan dengan mengguanakn analisis rasio keuangan. Salah satu indikator prnting untuk melihat kinera serta prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat rasio profitabilits perusahaan tersebut. Profitabilitas merupakan hasil bersih dari seumlah kebiakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri dari 2 bagian, yang pertama rasio profitabilitas dalam hubungannya dengan volume penualan dan rasio profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi. Ada 3 rasio profitabilitas yang biasa digunakan dalam hubungannya dengan voulme penualan, antara lain : Gross Profit Margin,
Operating Profit Margin, dan Net Profit Margin (NPM). Rasio profitabilitas yang biasa digunakan dalam hubungannya dengan investasi adalah Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA). Dari beberapa rasio profitabilitas yang ada ROE, ROA, dan NPM merupakan rasio utama dan dapat mewakili rasio-rasio profitabilitas lainnya didalam menilai kinera perusahaan, karena ketiga rasio ini telah memperhitungkan pos-pos penting didalam laporan keuangan, yakni asset, ekuitas, serta penualan. Oleh karena itu ROE, ROA, dan NPM merupakan rasio yang tepat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. E. Analisis Variabel dengan Harga Saham 1. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan salah satu dari rasio Profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan oleh pemegang saham atau investor yang dapat dihitung dengan membagi laba setalah pajak atau Net Income After Tax (NIAT) terhadap modal Sendiri yang berasal dari setoran modal pemilik. ROE digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian
perusahaan
atau
efektivitas
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan. Menurut Dendawiaya (2005:119), ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan yang teradi dalam rasio ini berarti teradi kenaikan laba bersih dari perusahaan tersebut. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan
menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan. ROE dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak ROE = Total Equity
2. Return On Assets (ROA) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA maka semakin posisi perusahaan karena hal ini mengindikasikan aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba (Harahap,2008:305). Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: EBIT Return On Assets (ROA) = Penjualan
3. Net Profit Margin (NPM) Net Profit margin (NPM) merupakan salah salah satu rasio Profitabilitas yang digunakan untuk mengukur laba bersih dibandingkan dengan penjualan. Net Profit margin (NPM) atau sering juga disebut dengan sales margin digunakan untuk melihat berapa perbandingan laba yang bisa dihasilkan dengan penjualan yang dimiliki perusahaan. Apabila rasio NPM perusahaan besar maka menunjukan
bahwa
perusahaan
berkinerja
dengan
baik,
karena
dapat
menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktifitas penjualannya, sehingga digunakan investor dalam mengambil keputusan apakah membeli saham emiten tersebut, karena laba bersih yang meningkat berpengaruh pada minat investor untuk menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut, yang pada akhirnya akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut meningkat. Net Profit margin (NPM) dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih NPM = Penjualan