BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Saragih (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan
Terbuka Di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan Hasil uji secara simultan atau secara serempak (Uji Statistik F) menunjukkan bahwa variabel ROE (Return on equity),NPM (Net Profit Margin), MVA/BVA (Market to Book Value of Assets), dan Property,Plant & Equipment to the Book Value of Assets (PPE/BVA) secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai. Hasil uji secara individual atau secara parsial (Uji Statistik t) menunjukkan bahwa hanya variabel Return on equity (ROE) dan NPM (Net Profit Margin),yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan variabel bebas lain yaitu, MVA/BVA (Market to Book Value of Assets), dan Property,Plant & Equipment to the Book Value of Assets (PPE/BVA) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai. Hamzah (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Solvabilitas dan Investment Opportunity Set Dalam Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2001 -2005.”. Hasil penelitian menunjukkan IOS berpengaruh secara signifikan pada tahap pendirian, ekspansi awal, sedangkan pada tahap akhir, kedewasaan, dan penurunan tidak berpengaruh secara signifikan. Untuk pengujian regresi secara parsial pada tahap pendirian hanya
Universitas Sumatera Utara
rasio aktivitas dan solvabilitas yang berpengaruh secara singnifikan pada IOS, sedangkan pada tahapan ekspansi awal hanya rasio aktivitas yang berpengaruh secara signifikan terhadap IOS.
B. Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka - angka yang terkandung didalamnya. Angka-angka itulah kemudian dapat membentuk rasio-rasio keuangan. Analisis rasio keuangan memungkinkan untuk mengindentifikasi, mengkaji dan merangkum hubunga-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpetasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan dengan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van Horne, dalam Sawir, 2005 : 6). Dari hasil analisis rasio, dapat diketahui posisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2006 : 297) adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. 2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan a. Keunggulan Rasio Keuangan Menurut Harahap (2006 : 298) rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain adalah : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan. 5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik. 6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. b. Kelemahan Rasio Keuangan Menurut Syahyunan (2004 : 81) rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain adalah : 1. Kesulitan dalam mengindentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
Universitas Sumatera Utara
2. Perbedaaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. 3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manupulasi. 4. Informasi
rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan
perkiraan.
C. Rasio Likuiditas Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 51) rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Rasio yang umum di pergunakan adalah: 1) Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar, yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Rumusnya untuk menghitung current ratio adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 52) :
CR =
Aktiva Lancar x 100 % Kewajiban Lancar
Universitas Sumatera Utara
Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri, dan kondisi ekonomi makro secara umum. 2) Quick Test Ratio Quick Test Ratio, yaitu kemampuan aktiva lancar dikurangi dengan persediaan untuk membayar kewajiban lancarnya. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik di dalam melihat likuiditas perusahaan jika dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan unsur persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas. Rumus untuk menghitung Quick Test Ratio adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 52) :
QTR =
Dalam
menganalisis
Aktiva Lancar - Persediaan x 100 % Kewaiban Lancar
Quick
Test
Ratio,
faktor
lain
yang
perlu
dipertimbangkan adalah sektor usaha dan lingkungan industri dari perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3) Rasio Modal Kerja Bersih (Net Working Capital ) Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal kerja bersih terhadap kewajiban lancar. Rumusnya untuk menghitung Net Working Capital adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 53) : NWC =
Aktiva Lancar - Kewajiban Lancar x 100 % Kewajiban Lancar
4) Cash Ratio Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan kas atau yang setara kas. Penggunaan cash ratio juga mengasumsikan piutang sebagai komponen yang kurang liquid. Ukuran ini umumnya dipergunakan dalam kondisi perekonomian yang sulit, karena perusahaan akan mengalami kesulitan mengumpulkan piutang dalam kondisi resesi. Karena itu yang dianggap mampu melunasi kewajiban jangka pendek hanyalah kas dan surat-suart berharga. Dalam kondisi seperti inilah, cash ratio dianggap lebih mampu menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan secara lebih aktual. Cash Ratio yang dianggap ideal bagi perusahaan adalah sekitar 5% sampai dengan 10%. Rumusnya untuk menghitung Cash Ratio adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 53) : Cash Ratio =
Kas x 100 % Kewajiban lancar
Universitas Sumatera Utara
D. Rasio Profitabilitas Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 56) rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaaan perusahaan oleh manajemen. Rasio profitabilitas seing digunakan di dalam penelitian ini adalah : 1). Gross Profit Margin Rasio gross profit margin yaitu untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok penjualan, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi, dengan mengetahui rasio ini, kita dapat tahu bahwa setiap satu barang yang terjual oleh perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan kotor sebesar x rupiah. Kelemahan dari rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan. Rumusnya untuk menghitung Gross Profit Margin adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 56) : GPM =
Laba Kotor x 100 % Penjualan Bersih
2) Net Profit Margin Net profit margin adalah laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan
pada
setiap
penjualan
dilakukan.
Rasio
ini
tidak
menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh
Universitas Sumatera Utara
perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya operasional. Rumusnya untuk menghitung Net Profit Margin adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 56) :
NPM =
Laba Bersih x 100 % Penjualan Bersih
3) Return on Asset (ROA) Retun
on
asset
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan oleh perusahaan. Dengan mengetahui rasio ini, kita dapat menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rumusnya untuk menghitung Retun on Asset (ROA) adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 57) :
ROA =
Laba Bersih x 100 % Total Aktiva
4) Return on Equity (ROE) Return on Equity adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Rumusnya untuk menghitung Return on Equity (ROE) adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 57) :
ROE =
Laba Bersih x 100 % Rata - rata Ekuitas
Universitas Sumatera Utara
E. Rasio Aktivitas Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 59) rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.Rasio aktivitas yang digunakan didalam penelitian ini adalah : 1) Receivable Turnover Receivable Turnover
adalah penjulan bersih dibagi dengan rata-rata
piutang dagang. Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan didalam penagihan piutang yang dimilikinya. Akan tetapi, rasio yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan para pelanggan lari dikarenakan adanya kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini dapat juga dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang yang tidak tertagih. Rumusnya untuk menghitung Receivable Turnover
adalah
(Darsono dan Ashari, 2005 : 59) : Receivable Turnover =
Penjualan Bersih x 1 Kali Rata - rata Piutang Dagang
2) Rata-rata Penerimaan Piutang (RPP) Rata-rata penerimaan piutang adalah jumlah hari dalam setahun (365) dibagi receivable turnover. Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih.
Universitas Sumatera Utara
Rumusnya untuk menghitung rata-rata penerimaan piutang adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 59) :
RPP =
365 x 1 Hari Re ceivaleTurnover
Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi penerimaan piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian dari piutang tidak tertagih. 3) Inventory Turn Over (ITO) Inventory Turn Over yaitu rasio yang untuk mengukur efisiensi barang dagangan. Rumusnya untuk menghitung Inventory Turn Over
adalah
(Darsono dan Ashari, 2005 : 60) : ITO =
Harga Pokok penjualan x 1 Kali Rata - rata Persediaan
4) Lama Persediaan Mengendap (LPM) Lama Persediaan Mengendap yaitu untuk mengetahui berapa lama jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Rumusnya untuk menghitung lama persediaan mengendap adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 60) :
LPM =
365 x 1 Hari InventoryTurnover
Universitas Sumatera Utara
5) Total Asset Turn Over (TATO) Total Asset Turn Over yaitu untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva didalam penjualan. Rumusnya untuk menghitung Total Asset Turn Over adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 60) :
Penjualan Bersih x 100 % Total Aktiva
ITO =
F. Rasio Solvabilitas Menurut Darsono dan Ashari (2005 : 54) rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan di dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut di likuidasi. Rasio ini disebut juga rasio leverage, yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio yang umum di pergunakan adalah : 1) Debt to Asset Ratio Debt to Asset Ratio,
yaitu total kewajiban terhadap asset. Rasio ini
menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini menyediakan
informasi
tentang
kemampuan
perusahaan
dalam
mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditur. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditur berupa ketidakmampuan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akhirnya akan mengurangi pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Rumusnya untuk menghitung debt to asset ratio adalah sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005 : 54) : DAR =
Total Kewajiban x 100 % Total Aktiva
Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi daripada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil 2) Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio
adalah Rasio yang menunjukkan persentase
penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam
membayar
hutang
jangka panjang.
Rumusnya untuk menghitunmg debt to equity ratio adalah (Darsono dan Ashari, 2005 : 54) :
DER =
Total Kewajiban x 100 % Total Ekuitas
Universitas Sumatera Utara
G. Investment Opportunity Set (IOS) 1. Pengertian Investment Opportunity Set (IOS) Investment Opportunity Set (IOS) merupakan kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan NPV positif ( Fijrianti 2000 ). Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan dalam tiga jenis utama ( Gaver dan Gaver 1993 dalam Pagalung 2003 ), yaitu : a. Pendekatan berdasarkan harga (price-based proxies), b. Pendekatan berdasarkan investasi (investment-based proxies), c.
Pendekatan berdasarkan varian (variance measures).
2. Alternatif Investment Opportunity Set (IOS) Ada beberapa proksi yang digunakan untuk mengukur IOS yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu proksi berbasis harga, proksi berbasis investasi, dan variance measure. Proksi berbasis harga mendasarkan pada perbedaan antara aset dan nilai perusahaan sehingga proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi berbasis harga adalah (1) rasio market to book value of equity; (2) rasio book to market value of asset; (3) Tobin’q; (4) rasio earnings to price; (5) rasio firm value to property plant and equipment; (6) rasio firm value to depreciation; (7) rasio market value of equity plus book value of debt; (8) dividend yield; (9) return on equity; (10) rasio noninterest revenue to total revenue. Proksi berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Proksi IOS berbasis
Universitas Sumatera Utara
investasi adalah (1) rasio research and development to assets; (2) rasio research and development to sales; (3) rasio capital expenditure to book value asset; (4) rasio capital expenditure to market value of asset; (5) rasio investment to net sales; (6) rasio capital addition to asset book value; (7) rasio investment to earning; (8) log of firm value. Proksi berbasis variance mendasarkan pada ide bahwa pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan aset. Proksi berbasis variance adalah variance return, beta asset, dan variance of asset deflated sales.
H. Penggabungan Usaha 1. Pengertian Penggabungan Usaha Salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan yang saat ini berkembang adalah dengan penggabungan usaha. Dengan penggabungan dua perusahaan atau lebih, akan dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan, baik dalam masalah manajemen, pemasaran, keuangan, maupun pemasokan. Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dalam Pernyataannya Nomor 22 mengenai Akuntansi Penggabungan Usaha paragraf 08 menyatakan bahwa, “Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan
Universitas Sumatera Utara
menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”. Dari definisi penggabungan usaha menurut PSAK Nomor 22 tersebut dapat disimpulkan bahwa penggabungan usaha terjadi apabila dua perusahaan atau lebih membentuk satu organisasi tunggal untuk menjalankan usaha. Penggabungan kesatuan-kesatuan usaha ini seringkali dicapai melalui penyatuan bermacam-macam perusahaan menjadi unit tunggal yang lebih besar. Penggabungan usaha juga dicapai dengan perolehan pengendalian oleh perusahaan yang satu terhadap operasi perusahaan yang lain. Penggabungan usaha pada umumnya merupakan cara yang dianggap lebih menguntungkan karena melalui penggabungan usaha itu dapat diperoleh adanya kepastian mengenai: daerah pemasaran, sumber bahan baku atau penghematan biaya melalui penggunaan fasilitas dan sarana lebih ekonomis dan efisien. 2. Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha Dalam PSAK No. 22, dinyatakan bahwa penggabungan usaha dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akuisisi dan penyatuan kepemilikan. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree) dengan memberikan aktiva tertentu, mengakuisisi suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Sedangkan penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer). Husnan dan Enny Pujiastuti (2004: 64) menyatakan bahwa, ada tiga prosedur dasar yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain. Tiga cara tersebut adalah : a. Merger atau Konsolidasi Istilah merger sering dipergunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih, kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan konsolidasi menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan nama dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan. b. Akuisisi Saham Yaitu cara mengambil alih perusahaan lain dengan membeli saham perusahaan tersebut, baik dibeli secara tunai ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi). c. Akuisisi Asset Merupakan cara mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli aktiva perusahaan tersebut.
Cara ini akan
menghindarkan perusahaan dari
kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva yang dibeli. 3. Pengertian Merger dan Akuisisi Dalam bahasa akuntansi, peristiwa merger dan akuisisi disebut sebagai kombinasi bisnis (business combination) yang didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi. Penekanannya adalah dalam penggabungan bisnis ini akuntansi tidak memandang apakah penggabungan tersebut merupakan merger atau akuisisi, kecuali dalam definisi. Hal ini juga mengacu pada pengklasifikasian sebagaimana dilakukan oleh Ross e.t al, bahwa merger adalah bentuk khusus dari akuisisi, maka dalam penelitian ini menggunakan istilah merger dan akuisisi (M&A). Merger dan akuisisi, dalam konteks keuangan dibagi menjadi dua yaitu keuangan perusahaan (corporate finance) dan manajemen strategi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan, merger dan akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal/capital budgeting) yang harus diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisnisnya. Dari perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi adalah salah satu alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan dari merger dan akuisisi adalah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini akan dijelaskan definisi merger dan akuisisi serta macammacamnya. a). Definisi Merger Merger merupakan suatu strategi bisnis yang diterapkan dengan menggabungkan antara dua atau lebih perusahaan yang setuju menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang lebih kuat, (Hitt, et.al., 2001). Sedangkan menurut Brian Coyle (2000) merger dapat diartikan secara luas maupun secara sempit. Dalam pengertian yang luas, merger juga menunjuk pada setiap bentuk pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya, pada saat kegiatan usaha dari kedua perusahaan tersebut disatukan. Pengertian yang lebih sempit merujuk pada dua perusahaan dengan ekuitas hampir sama, menggabungkan sumber-sumber daya yang ada pada kedua perusahaan menjadi satu bentuk usaha. Pemegang saham atau pemilik dari kedua perusahaan sebelum merger menjadi pemilik dari saham perusahaan hasil merger, dan top manajemen dari kedua perusahaan tetap menduduki posisi senior dalam perusahaan setelah merger. Merger menurut Morris (2000), adalah “the absorption of one corporation into another corporation,….. Usually but not always, the selling corporation’s shareholders receive stock in the buying corporation” . Bagi Morris merger dapat dengan mudah dimengerti sebagai suatu bentuk yang secara struktural serupa dengan pengambilalihan saham. Semua hak dan kewajiban dari
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang merger dialihkan demi hukum kepada perusahaan yang mengambil alih tersebut. Dalam suatu transaksi merger yang sebenarnya terjadi adalah pengalihan hak dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih ke perusahaan yang mengambil alih. Pada pengambilalihan saham biasa, hak dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih tetap dipisahkan dalam suatu perusahaan independen yang berbeda dari perusahaan yang mengambil alih tersebut.
Agar
tidak
merugikan
kepentingan
dari
perusahaan
yang
mengakuisisi, dalam merger, maka diciptakanlah triangular merger, dimana perusahaan yang mengambil alih mendirikan satu perusahaan baru yang akan mengabsorbsi seluruh hak dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih tersebut. b). Definisi Akuisisi Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai berikut : Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. (Abdul Moin, 2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan,
Peleburan
dan
Pengambilalihan
Perseroan
Terbatas
mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Macam-macam Merger dan Akuisisi a). Merger Horisontal Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaanperusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli. b.) Merger Vertikal Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok.
Universitas Sumatera Utara
Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration). c.) Merger Konglomerat Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda. d.) Merger Ekstensi Pasar Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan
untuk
mengatasi
keterbatasan
ekspor
karena
kurang
memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
e). Merger Ekstensi Produk Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi. 5. Alasan Perusahaan melakukan merger Ada beberapa alasan perusahaan melakukan merger, diantaranya : a. Economies of scale. Dengan merger perusahaan diharapkan dapat mencapai skala operasi yang ekonomis, yaitu suatu tingkat operasi dengan biaya rata-rata yang terendah. b. Memperbaiki manajemen. Dengan merger diharapkan perusahaan dapat mengelola perusahaan dengan lebih baik sehinggadapat meningkatkan profitabilitasnya. c. Penghematan pajak. Sering perusahaan mempunyai potensi memperoleh penghematan pajak tapi tidak dapat memanfaatkannya karena perusahaan tidak pernah mendapatkan laba. Untuk itu lebih baik menggabungkan diri dengan perusahaan yang profitable agar pajak yang dibayarkan perusahaan tersebut menjadi lebih kecil
Universitas Sumatera Utara
d. Diversifikasi/risk reduction Dengan merger maka perusahaan dapat melakukan diversifikasi usaha tanpa harus membangun usaha dari awal dan juga dapat mengurangi resiko resiko karena usaha perusahaan sekarang telah di diversifikasi ( don’t put your eggs in one basket ) e. Meningkatkan corporate growth rate Dengan merger perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhannya karena jaringan pemasaran yang dimiliki kini semakin luas, manajemen yang lebih baik dan efisiensi yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara