Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
BAB II PEMAHAMAN TERHADAP “GALERI KAIN BALI” Pada bab ini akan menguraikan landasan teori yang berhubungan dengan galeri, dengan cara menguraikan secara umum hingga khusus, seperti tinjauan umum galeri, dan tinjauan umum kain tradisional Bali. Pada bab ini juga berisikan sub- bab mengenai hasil dari tinjauan proyek sejenis dan spesifikasi umum Galeri Kain Bali. 2.1 Tinjauan Umum Galeri Tinjauan umum akan membahas mengenai pengertian galeri, bentuk galeri, jenis galeri, fungsi dan peranan galeri, Cara penyajian Koleksi Galeri, Faktor Teknik Penyajian, Penggunaan Galeri, Kebutuhan Ruang galeri. 2.1.1 Pengertian Galeri Menurut kamus besar bahasa Indonesia, galeri merupakan ruangan atau tempat memamerkan benda atau karya seni (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2005). Menurut etimologinya galerry atau galeri, berasal dari bahasa Latin: Galleria. Galleria dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Galeri juga sering diartikan sebagai ruang atau bangunan
yang 7
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
digunakan untuk memamerkan karya seni (Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 6. 1986). Galeri adalah selasar atau tempat, dapat pula diartikan sebagai tempat yang memamerkan karya seni tiga dimensional karya seorang atau sekelompok seniman atau bisa juga didefinisikan sebagai ruangan atau gedung tempat untuk memamerkan benda atau karya seni (Departemen Pendidikan Nasional. 2008). Galeri menurut kesimpulan beberapa pengertian diatas, merupakan tempat atau wadah yang diperuntukan untuk memamerkan suatu karya seni yang telah diseleksi terlebih dahulu oleh dewan kurator. Galeri juga memiliki kegiatan lain didalamnya, seperti kegiatan melindungi, dan kegiatan mengembangkan suatu karya seni dengan mempromosikan dan menjualnya. 2.1.2 Fungsi dan Peranan Galeri Berdasarkan pengertian galeri, dapat disimpulkan bahwa galeri merupakan wadah untuk memamerkan suatu karya seni, dengan demikian galeri memiliki peranan yang sangat besar untuk mempromosikan, melindungi, mengembangkan dan sebagai tempat penyimpanan karya seni. Berikut merupakan penjabaran fungsi dan peranan galeri. 1. Sebagai sarana informasi Galeri memiliki fungsi sebagai sarana informasi, dalam hal ini informasi yang disampaikan berupa informasi-informasi mengenai koleksi yang terdapat pada galeri khususnya kain tradisional Bali. Informasi tersebut terkait dengan sejarah, jenis-jenis, cara pembuatan dan perkembangan kain tradisional Bali. 2. Sebagai sarana komersial Fungsi komersial dapat diartikan bahwa galeri memiliki sifat mecari keuntungan dengan menjual beberapa koleksi kain tradisional ataupun hasil modifikasinya seperti tas, sepatu, dll. 3. Sebagai sarana pendidikan Galeri sebagai sarana pendidikan dapat diartikan bahwa galeri dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi para wisatawan yang berkunjung, ilmu tersebut dapat diperoleh dari informasi-informasi yang terdapat pada ruang pameran ataupun buku-buku yang diletakan diperpustakaan galeri.
8
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
4. Sebagai sarana rekreasi Sarana rekreasi pada galeri dapat berupa pertunjukan-pertunjukan seni mengenai kain tradisional Bali, seperti pagelaran busana asli Bali, dan modifikasi dari kain tradisional Bali,
selain itu sebagai sarana rekreasi, galeri juga
menampilkan video dokumenter mengenai perkembangan Kain Tradisional hingga saat ini. 2.1.3 Jenis-Jenis Galeri Jenis-jenis galeri dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, diantaranya yaitu geleri yang dibedakan berdasarkan tempat, kepemilikan, isi, waktu, jenis koleksi, dan lingkup galeri. Berikut merupakan penjelasan dari jenis-jenis galeri : 1. Tempat Penyelenggaraannya, galeri dapat dibedakan seperti berikut (Rapini, 1995/1996): a. Traditional Art Gallery, galeri yang aktivitasnya diselenggarakan di selasar atau lorong panjang. b. Modern Art Gallery, galeri dengan perencanaan ruang secara modern. 2. Sifat kepemilikan, dibedakan menjadi: a. Private Art Gallery, galeri yang dimiliki oleh perseorangan/pribadi atau kelompok. b. Public Art Gallery, galeri milik pemerintah dan terbuka untuk umum. c. Kombinasi dari kedua galeri di atas. 3. Isi galeri, dibedakan menjadi: a. Art Gallery of Primitif Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni primitif. b. Art Gallery of Classical Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni klasik. c. Art Gallery of Modern Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni modern. 4. Jenis pameran berdasarkan waktunya: a. Pameran Tetap, pameran yang diadakan terus-menerus tanpa ada batasan waktu. b. Pameran Temporer, pameran yang diadakan dengan batas waktu tertentu
9
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
c. Pameran Keliling, pameran yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. 5. Macam koleksi, dibedakan menjadi: a. Galeri pribadi, tempat untuk memamerkan hasil karya pribadi seniman itu sendiri tanpa memamerkan hasil karya seni orang lain dan hasil karya seniman itu tidak diperjual belikan untuk umum. b. Galeri umum, galeri yang memamerkan hasil karya dari berbagai seniman, dan hasil karya para seniman tersebut dapat diperjual belikan untuk umum. c. Galeri kombinasi, merupakan kombinasi dari galeri pribadi dan galeri umum, karya seni yang dipamerkan dalam galeri ini ada yang diperjual belikan untuk umum, ada pula yang merupakan koleksi pribadi seniman yang tidak diperjual belikan. Hasil karya seni yang dipamerkan merupakan hasil karya seni dari beberapa seniman. 6. Berdasarkan lingkup koleksi: a. Galeri lokal, merupakan galeri yang mempunyai koleksi yang diambil dari lingkungan setempat. b. Galeri regional, merupakan galeri yang mempunyai koleksi yang diambil dari tingkat daerah/propinsi/daerah regional I. c. Galeri internasional, merupakan galeri yang mempunyai koleksi yang diambil dari berbagai negara di dunia. 2.1.4 Penyajian Koleksi Galeri Penyajian benda-benda koleksi dalam galeri memegang peranan penting, karena dengan cara ini, koleksi dapat di informasikan dan berkomunikasi dengan pengunjung. Penyajian koleksi galeri memiliki hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Metode Pameran Dalam
penyajian koleksi kain tradisional Bali disebuah galeri, terdapat
beberapa metode yang digunakan untuk menyajikannya sehingga mendapatkan sajian koleksi yang menarik dan tidak membosankan. Metode-metode tersebut, yaitu :
10
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
a. Metode pendekatan intelektual, Cara penyajian koleksi kain tradisional Bali
dengan metode pendekatan
intelektual yaitu menata koleksi sedemikian rupa, sehingga dari penataan tersebut dapat mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi. Metode ini dapat diterapkan dengan penataan koleksi yang disajikan secara sistematis, misalnya menampilkan urutan mengenai proses pembuatan kain beserta dengan hasil dan informasinnya. Penampilan informasi pada setiap koleksi juga dapat ditampilkasn secara lebih menarik, misalnya dengan menggunakan bantuan dari teknologi yang sedang berkembang (Hasil wawancara dengan Bapak Risdha, 2015). b. Metode pendekatan romantik (evokatif), Cara penyajian benda koleksi yang mampu mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan suatu karya seni yang dipamerkan. Metode ini dapat diaplikasikan dengan menggunakan suatu tema dalam penataannya. Tema tersebut yang akan menyeleksi dan menata koleksi, sehingga mengasilkan sesuatu yang terlihat harmonis. Tema yang dibuat akan di rolling setiap beberapa bulan sekali (misal 1 bulan sekali), hal ini bertujuan untuk meminimalisir efek jenuh atau bosan (Hasil wawancara dengan Bapak Risdha, 2015). c. Metode pendekatan estetik, Cara penyajian benda koleksi yang ditata untuk mengungkapkan nilai artistik yang ada pada suatu karya seni. Cara ini digunakan untuk menampilkan keindahan kain tradisional Bali tersebut dengan bantuan pengaturan pencahayaan yang baik, perletakan koleksi, dan sarana pendukung lainnya. 2. Teknik Penataan Benda Di Dalam Galeri a. In Show Case, Merupakan teknik penataan benda koleksi, dimana benda yang dipamerkan (benda yang memiliki ukuran kecil) dilektakan pada wadah atau kotak yang tembus pandang. Penataan koleksi pada galeri kain tradisional dapat berupa bahan-bahan dan alat-alat kecil yang digunakan dalam pembuatan kain tradisional Bali. Gambar 2.1 Lemari Koleksi
11
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
b. Free Standing On The Folor, teknik ini dapat diaplikasikan pada benda koleksi yang memiliki ukuran cukup besar. Teknik ini dilakukan dengan cara meletakan benda koleksi pada sebuah panggung yang dibuat dengan perbedaaan ketinggian level lantai. Pada Galeri Kain Bali teknik ini dapat diaplikasikan pada koleksi yang berupa pakaian Bali, dan pakaian-pakaian modifikasi yang di jejerkan menggunakan manekin di lantai namun memiliki level ketinggian yang berbeda. c. On Walls or Panels, Merupakan salah satu teknik dengan meletakan benda koleksi pada dinding di sebuah ruangan atau diletakan pada partisi yang digunakan pula sebagai
pembatas
ruang.
Koleksi
yang
menggunakan teknik ini yaitu, koleksi utama (kain tradional Bali). Kain tradisional Bali Gambar 2.2 Panel untuk memajang koleksi
diletakan dengan cara digantungkan pada dinding-dinding galeri.
Penyajian koleksi galeri juga dipengaruhi kondisi ruang pameran. Ruang pameran merupakan bagian terpenting dalam sebuah galeri. Pada ruang pameran ini berisikan informasi, dan pengetahuan mengenai kain tradisional Bali. Teknik penyajian sangat berguna untuk mempermudah penyampaian informasi kepada para pengunjung pada saat melihat suatu pameran. Berikut ini faktor-faktor yang menentukan dalam teknik penyajian koleksi pada ruang pameran : 1. Tata Cahaya Pencahayaan yang baik merupakan faktor penting dalam galeri. Dengan tata cahaya yang baik dapat menimbulkan kesan tersendiri pada suatu pameran, tata cahaya juga dapat membawa pengunjung untuk fokus melihat atau menikmati koleksi galeri yang disajikan. Pencahayaan bangunan dibagi menjadi 2 jenis Gambar 2.3 Pencahayaan ruang pameran
yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
Kedua tipe pencahayaan bangunan ini akan digunakan pada bangunan galeri.
12
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
Penggunaan pencahayaan disesuaikan dengan fungsi ruang-ruang yang tersedia didalam galeri. Penggunaan tipe pencahayaan yaitu sebagai berikut: a. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami merupakan cahaya yang diperoleh dari sinar matahari. Pada galeri ruangan yang menggunakan pencahayaan alami yaitu, lobby, cafeteria, ruang workshop, ruang pengelola, ruang serbaguna, dan ruang studio. Pencahayaan alami di dapat dari penggunaan bukaan-bukaan pada dindingdinding ruangan. Pencahayaan alami digunakan untuk penghematan energi pada siang hari. b. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang diperoleh dari cahaya lampu. Pencahayaan buatan pada bangunan galeri terdapat pada ruang pemeran, ruang audio visual, ruang pegelaran busana, dan ruangan lainnya. Cahaya lampu dapat menciptakan suasana dan karakter ruang yang diinginkan. Pencahayaan pada ruang pamer berfungsi agar koleksi yang dipamerkan dapat terlihat dan menciptakan kontras antara objek dan latar belakangnya. Ketentuan kesensitifan objek berdasarkan tingkat iluminasinya, sebagai berikut: Tabel 2.1. Objek sensitif dengan tingkat iluminasi Tingkat Iluminasi
Jenis Objek Tekstil, kostum, kain permadani, cat air, naskah kuno Gambar minyak, bahan yang awet, tanduk binatang, tulang hewan, dan gading gajah, serta pernis alami Objek ini mungkin terlindung pada tingkat iluminasi
1 50 lux atau 5 footcandle 2 200 lux atau 20 footcandle 3 300 lux atau 30 footcandle (Sumber: Sons. 2001)
2. Penghawaan Penghawaan yang baik adalah hawa yang berjalan secara alamiah dan kondisinya dalam ruangan stabil. Pencapaian kondisi yang stabil pada suatu ruangan dapat dibantu dengan alatalat elektronik seperti kipas angin, AC, dll (Dinas Kebudayaan, 1994). Suhu ruangan yang Gambar 2.4 Penghawaan dan Pencahayaan Alami
disayaratkan untuk ruang pameran yaitu 20oC24oC.
13
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
3. Tata Warna Tata warna yang digunakan dalam ruangan pameran akan mempengaruhi titik fokus pengunjung dalam mengamati objek, terutama kain tradisional. Hal ini dikarenakan kain tradisional Bali memiliki banyak warna dan motif , sehingga dalam penyusunan ruang pameran sebaiknya menggunakan warna yang bersifat soft dan tidak dominan. Warna-warna tersebut misalnya, putih dan hitam sehingga fokus pengunjung hanya pada koleksi kain saja tanpa dihalangi oleh tata warna elemen penyusun ruang. 4. Detail Pajangan Penyajian koleksi galeri harus memperhatikan pandangan dan penglihatan pengunjung. Dengan penyajian yang baik, pengunjung galeri dapat merasakan kenyamanan dalam melihat-lihat koleksi galeri. Batas penglihatan normal manusia untuk melihat ke atas adalah 40o. Menentukan ketinggian perletakan koleksi galeri dapat menggunakan tinggi rata- rata pengunjung. Ketinggian rata- rata pengunjung sekitar 170 cm. Ketinggian penyajian koleksi galeri yang diperlukan maksimal adalah 210 cm, sedangkan ketinggian optimum rak penyajian adalah 50cm–150cm, sehingga selain mudah dilihat, juga mudah diambil tanpa harus menggunakan tangga. (Neufert. 1993) 5. Perawatan koleksi Beberapa faktor yang dapat mengubah kondisi fisik koleksi yaitu: iklim, lingkungan, dan cahaya. a. Kondisi iklim Iklim yang lembab akan menyebabkan bakteri dan jamur akan cepat berkembang sedangkan iklim yang terlalu kering akan menimbulkan kerusakan pada koleksi. Kelembaban relative (RH) yang dipersyaratkan bagi kelestarian benda-benda koleksi yakni 45-60% dengan suhu antara 20-240C. b. Faktor lingkungan Pencemaran udara dapat mengakibatkan proses pelenturan dan proses pelapukan, selain itu pencemaran udara juga dapat mengakibatkan proses penghitaman pada bahan timah dan menimbulkan bercak-bercak kotor.
14
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
c. Persyaratan cahaya untuk keawetan koleksi adalah : - Menghindari cahaya langsung mengenai koleksi, sebab radiasi ultrafiolet sangat membahayakan dan dapat menimbulkan perubahan pada bahan maupun warna. - Cahaya dari lampu-lampu listrik secara langsung dapat menimbulkan proses kerusakan, sebab lampu-lampu listrik juga mengeluarkan radiasi ultraviolet sehingga perlu modifikasi dan iluminasi untuk mengurangi radiasinya. 2.1.5 Pengguna Galeri Pengguna galeri adalah civitas yang melakukan kegiatan di dalam sebuah galeri. Pada tabel 2.2 akan menjabarkan civitas dan klasifikasinya dalam sebuah galeri. Tabel 2.2. Pengguna Galeri Pengunjung a. Kelompok Umum/Pengunjung Biasa/Masyarakat Sekitar, merupakan masyarakat Kabupaten Gianyar, dan masyarakat Bali. b. Kelompok Pelajar dan Mahasiswa, berkunjung ke galeri dengan tujuan menambah pengetahuan dan informasi terkait kain tradisional Bali. c. Kelompok Para Ahli dan Peneliti, berkunjung ke galeri untuk membagi ilmu pengetahuan lewat seminar dan pelatihan. d. Designer dan Seniman, berkunjung ke galeri untuk menuangkan ide atau kreativitas untuk perkembangan kain tradisional Bali. e. Kelompok Turis/Wisatawan, merupakan wisatawan mancanegara, dan wisatawan domestik yang berkunjung ke Bali
Pengelola a. Direktur (pimpinan), bertugas untuk mengelola galeri/memimpin pengelolaan galeri b. Bagian Administrasi Tata Usaha, bertugas untuk mengelola urusan administradi dan tata usaha c. Bagian Pameran, bertugas untuk pengelolaan pameran, mulai dari penyeleksian koleksi hingga perawatan koleksi pameran. d. Bagian Keuangan, bertugas mengatur keuangan pada galeri. e. Bagian Publikasi, bertugas untuk mempromosikan galeri, baik melalui media elektronik maupun melalui media cetak. f. Bagian Perpustakaan, bertugas untuk mengelola bagian perpustakaan mulai dari pengadaan pustaka, hingga perawatan koleksi pustaka. g. Bagian Workshop, bertugas untuk membuat karya kerajinan dan memamerkannya kepada pengunjung. h. Bagian MEP, bertugas untuk memasang dan memperbaiki peralatan yang berhubungan dengan MEP. i. Bagian Keamanan, bertugas menjaga keamanan lingkungan galeri. j. Bagian Kebersihan, bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan galeri
2.1.6 Standar Kebutuhan Ruang Galeri Berdasarkan standar pembagian ruang menurut zona publik dan non publik, ruang-ruang tersebut yaitu: Tabel 2.3 Standar Kebutuhan Ruang Zona
Kelompok Ruang
Ruang
15
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar - R. Pemeran - R. Kuliah Umum - R. Orientasi - R. Pemeriksaan - Teater Publik - Food Service Non- Koleksi - R. Informasi - Toilet Umum - Lobby - Retail - Bongkar-Muat - Lift Barang Koleksi - Loading Dock - R. Penerimaan - Dapur Kering - R. Mekanikal - R. Elektrikal - Food Service- Dapur Non Publik - Gudang Non- Koleksi - Kantor Retail - Kantor Pengelola - R. Konfrensi - R. Keamanan - R. Penyimpanan Koleksi Keamanan Berlapis - R. jaringan Komputer - R. Perlengkapan Keamanan Sumber : Time Saver Standards for Building Types Koleksi
2.2 Tinjauan Umum Kain Tradisional Bali Untuk memahami tinjauan umum terhadap kain tradisional, seperti: mengenai pengertian kain tradisional, makna kain tradisional, jenis-jenis dan cara pembuatan kain tradisional Bali. 2.2.1 Pengertian Kain Tradisional Bali Menurut akar bahasanya kain tradisional terdiri dari dua kata yaitu kain dan tradisional. Kain merupakan salah satu benda budaya hasil karya manusia yang secara umum dikenal sebagai tenunan yang dibuat sebagai pakaian. Kain merupakan salah satu benda budaya hasil karya manusia yang secara umum dikenal sebagai hasil tenunan yang dibuat untuk pakaian. Pada mulanya kain berfungsi sebagai alat untuk melindungi tubuh dari cuaca panas atau dingin, namun sesuai dengan perkembangan jaman, fungsi kain semakin beragam sesuai dengan kebutuhan penggunanya (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 14, 1990). Menurut Poespa dalam bukunya yang berjudul Ragam Busana Pemilihan Ragam Bahan Tekstil, menyatakan kain merupakan suatu bahan, hasil dari pada tenunan benang. Kata tradisonal memiliki arti yaitu, suatu budaya yang diteruskan secara turun temurun, dan dipercayai masyarakat di suatu daerah berdasarkan adanya
16
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
sejarah atau latar belakang yang sama. Kain tradisional menurut Kamila dalam bukunya Ragam Kain Tradisional Nusantara, yaitu kain yang berasal dari budaya daerah lokal yang dibuat secara tradisional dan digunakan untuk kepentingan adat istiadat Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kain tradisonal Bali merupakan suatu karya hasil budaya masyarakat Bali yang di teruskan secara turun-temurun dan dibuat dengan cara tradisional untuk menghasilkan suatu motif yang tidak hanya berfungsi sebagai pakaian saja, namun juga dapat berfungsi sebagai perlengkapan upakara atau pemenuh kebutuhan lainnya tergantung pengguna. 2.2.2 Perkembangan Kain Tradisional Bali Kain merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dalam menjalakan hidupnya, selain makanan dan tempat berlindung (rumah). Kain tradisonal Bali sering disebut wastra, memiliki peranan yang cukup penting dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan di Bali, contohnya saja bagi kegiatan upacara-upacara keagaman. Masyarakat Bali dikenal dengan kentalnya kebudayaan dan kepercayaannya terhadap tradisi-tradisi keagamaan.
Sejak baru lahir, hingga
meninggal, mulai pagi sampai matahari terbenam masyarakat Bali menjalani hidupnya dengan beraneka ragam upacara-upacara keagamaan. Setiap upacara keagamaan selalu dilengkapi dengan kesenian ataupun pertunjukan-pertunjukan seni, seperti wayang, tari-tarian, kekidungan, dan masih banyak lainnya. Dalam upacara ataupun pertunjukan-pertunjukan masyarakat Bali wajib menggunakan kain-kain atau pakaian tradisional. Kain tradisonal Bali selain memiliki fungsi keagamaan, kain ini juga sering dikembangkan dengan menjadikannya berbagai pakaian, ataupun asesoris yang stylish dan trendi. Kain tradisonal Bali yang sering dimodifikasi menjadi pakaian yang lebih modern yaitu kain Endek, kain tenun rang-rang, kain songket dan masih banyak lagi. Dengan menjadikan kain tradisonal menjadi sesuatu yang lebih modern dapat menaikan daya tarik dan daya jual terhadap kain tersebut. Dengan demikian mampu memperkenalkan dan mempromosikan kain Tradisonal Bali ke seluruh kalangan masyarakat dan kaum muda tidak takut lagi dicap ”ketinggalan jaman/kuno” gara-gara mengenakan busana dari kain tardisonal Bali.
17
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
2.2.3 Keanekaragaman dan Proses Pembuatan Kain Tradisional Bali Keanekaragaman jenis kain tradisonal Bali diantaranya yaitu: kain songket, kain tenun ikat, paduan songket dan ikat, ikat ganda atau double ikat (kain gringsing), tenun polos, hingga kain bergaris.Berikut adalah jenis kain tradisonal Bali berdasarkan dengan fungsi (Muter, Anak Agung dan Soedjamoko, Ratmini): 1. Kain Tradisonal Bali sebagai Pelengkap Upacara Keagamaan Upacara merupakan salah satu kegiatan utama bagi masyarakat Bali. Seluruh tingkatan atau perkembangan hidup tidak lepas dari upacara keagamaan. Kain merupakan salah satu unsure penting pada suatu upacara keagamaan tersebut. Kain yang dipergunakan pada kegiatan upacara keagamaan disebut juga dengan nama Wastra Bertuah. Wastra Bertuah merupakan kain-kain yang dianggap sakral dan berhubungan erat dengan upacara-upacara keagamaan. Kain ini juga berfungsi sebagai penolak bala, pelindung dan penyembuh dari penyakit. Jenis kain bertuah ini dibuat dari benang kapas yang dihias dengan ragam hias serta warna-warna yang memiliki makna-makna tertentu. Jenis-jenis kain bertuah diantaranya yaitu: a. Kain Gringsing Kain gringsing merupakan satu-satunya kain tradisional yang dibuat menggunakan teknik dobel ikat, dan proses pembuatan kain ini memakan waktu hingga 2-5 tahun. Kain ini berasal dari Desa Tenganan Bali. Kata gringsing berasal dari gring yang berarti ‘sakit’ dan sing yang berarti ‘tidak’, sehingga bila digabungkan menjadi ‘tidak sakit’. Maksud yang terkandung di dalam kata tersebut adalah penolak bala (Amy, Wirabudi, 2010). - Sejarah Sejarah kain ini bermula dari adanya mitos mengenai kain tenun gringsing yang berawal dari Dewa Indra. Diceritakan bahwa Dewa Indra mengajarkan teknik menenun kain gringsing yang menggambarkan keindahan bintang, bulan, matahari, dan hamparan langit lainnya kepada para wanita di Desa Tenganan. Kain tenun yang berwarna gelap alami ini digunakan oleh masyarakat Tenganan dalam ritual keagamaan yang dipercayai memiliki
18
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
kekuatan magis. Kain ini juga dipercayai mampu menyembuhkan penyakit dan menangkal pengaruh buruk (Urs Ramseyer. 1984). - Proses pembuatan Proses pembuatan kain gringsing sepenuhnya dibuat menggunakan tangan. Benang yang digunakan untuk membuat kain gringsing merupakan hasil pintalan tangan dengan alat pintal tradisional. Benang tersebut dibuat menggunakan kapuk berbiji satu. Setelah dipintal, proses selanjutnya yaitu merendam benang ke dalam minyak kemiri, proses ini berlangsung selama 40 hari hingga satu tahun. Selama proses perendaman ini, air rendaman diganti setiap 25-49 hari. Semakin lama proses perendaman, benang yang dihasilkan akan semakin kuat dan semakin lembut (Amy. 2010). Benang dipintal menjadi sehelai kain yang memiliki panjang (sisi pakan) dan lebar (sisi lungsi) tertentu. Untuk merapatkan hasil tenunan, benang akan didorong menggunakan tulang kelelawar. Selanjutnya yaitu proses mengikat kain yang sudah jadi, pengikatan ini dilakukan oleh juru ikat dengan cara mengikuti pola tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Proses pengikatan menggunakan dua warna tali rafia, yaitu warna jambon dan hijau muda. Setiap ikatan akan dibuka sesuai proses pencelupan warna untuk menghasilkan motif dan pewarnaan yang sesuai (Kartiwa. 1989). Proses pembuatan kain gringsing mulai dari proses penataan benang, pengikatan, dan pewarnaan dilakukan pada kedua sisi kain yaitu pada sisi lungsi dan pakan, sehingga teknik tersebut disebut dobel ikat. - Motif Kain Gringsing Tabel 2.4 Motif Kain Gringsing Nama Kain
Gambar
Keterangan
Gringsing Lubeng
Gringsing Lubeng, dicirikan dengan kalajengking dan berfungsi sebagai busana adat dan digunakan dalam upacara keagamaan. Ada beberapa macam motif Lubeng, yaitu Lubeng Luhur , Lubeng Petang Dasa, dan Lubeng Pat Likur.
Geringsing Sanan Empeg
Geringsing Sanan Empeg fungsinya sebagai sarana upacara keagamaan dan adat, yaitu sebagai pelengkap sesaji bagi masyarakat Tenganan. Sedangkan bagi masyarakat Bali di luar desa Tenganan hanya dipergunakan sebagai penutup bantal/alas kepala orang melaksanakan upacara manusa yadnya potong gigi. Ciri khas dan motif Sanan Empeg adalah adanya tiga bentuk kotak-kotak/poleng berwarna
19
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar Nama Kain
Gambar
Keterangan merah dan hitam. Geringsing Cecempakan bermotif bunga cempaka. jenisnya: Geringsing Cecempakan Petang Dasa (ukuran empat puluh). Geringsing Cecempakan Putri, Geringsing Cecempakan Pat Likur (ukuran 24 benang). Fungsinya adalah sebagai busana adat dan upacara agama.
Geringsing Cecempakan
Geringsing Cemplong
Motif Geringsing Cemplong adalah bunga-bunga besar diantara bunga-bunga kecil seolah-olah ada kekosongan/lobang-lobang diantara bunga itu menjadi kelihatan cemplong. Fungsinya adalah sebagai busana adat dan upacara agama.
Geringsing Isi
Pada Geringsing Isi ini sesuai namanya pada motifnya semua berisi atau penuh, tidak ada bagian kain yang kosong dan berfungsi hanya untuk sarana upacara, bukan untuk busana
Geringsing Wayang
Motifnya ada dua yaitu Geringsing Wayang Kebo dan Geringsing Wayang Putri. Fungsi dan ukuran kedua kain ini sama yaitu untuk selendang, yang berbeda adalah motifnya. Pada Geringsing Wayang Kebo teledunya (Kalajengkingnya) bergandengan sedangkan pada Geringsing Wayang Putri, lepas . Pada tenun Geringsing Wayang Kebo berisi motif wayang laki dan wanita. Sedangkan pada tenun Geringsing Wayang Putri hanya berisi motif Wayang Wanita.
Geringsing Batun Tuung
Batun Tuung artinya biji terong. Dengan demikian pada Geringsing Batun Tuung motifnya penuh dengan biji-biji terong. Ukurannya tidak besar, untuk senteng (selendang) pada wanita dan untuk sabuk (ikat pinggang) tubumuhan bagi pria. Jenis Geringsing ini sudah hampir punah.
Sumber: Utami. Tenun Gringsing Korelasi Motif, Fungsi , dan Arti Simbolik
b. Kain Cepuk Kain cepuk merupakan kain tradisonal Bali yang memiliki ragam hias dari teknik tenun ikat. Kain ini berasal dari Desa Tenglad, Kecamatan Nusa Penuda. Kain cepuk biasanya memiliki ukuran panjang 120 atau 240 cm dan lebar 70 atau 80 cm. Kain ini memiliki ragam hias yang khas berwarna merah dan memiliki motif yang berwarna-warni (Kartiwa. 1989). - Sejarah Kain cepuk berasal dari bahasa sansekerta yakni “cepuk” yang berarti kayu canging. Kayu canging inilah yang menjadi bahan dasar pembuatan kain. Motifmotif pada kain ini terinspirasi oleh motif cindai yang terdapat pada kain Patola dari India. Kain cepuk dianggap sebagai kain sakral dan digunakan untuk
20
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
menutupi peti jenazah, selain itu lkain ini juga digunakan pada pakaian khusus yang dipakai oleh penari Rangda dalam drama tari Calon Arang (Kartiwa. 1989). - Proses Pembuatan Proses pembuatan kain cepuk memerlukan waktu kurang lebih dua minggu dalam pengerjaan awal sebelum menenun benang-benang menjadi kain. Proses yang pertama yaitu proses pembelitan dan penataan benang, pada proses ini harus dilakukan secara kontinyu dan dilakuakan 11-19 kali untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Setelah proses tersebut selesai, dilanjutkan dengan tahapan selanjutnya yaitu menjepit atau mengikat kumpulan benang dengan pelastik pada beberapa tempat, tali pengikat yang digunakan yaitu tali kupas yang berasal dari pelepah pisang. Proses menjepit dan mengikat benang ini dilakukan selama lima hari. Proses setelah menjepit dan mengikat benang ialah proses pencelupan. Pencelupan dilakukan selama tiga hari agar mendapatkan hasil pewarnaan yang sempurna, apabila pewarnaan telah sempurna proses selanjutnya yaitu menggantung benang untuk dikeringkan. Pada bagian yang tidah tercelup dilakukan pewarnaan dengan mengoleskan dan menggosokan warna hitam atau putih, sesuai kebutuhan. Pewarnaan ini menggunakan sikat bambu kecil yang disebut “penyatrikan”. Setelah semua proses selesai barulah benang-benang tersebut siap untuk di tenun. Proses menenun ini menggunakan alat tradisional seperti pada pembuatan endek dan songket yaitu cagcag. - Motif Kain Cepuk Tabel 2.5 Motif Kain Cepuk Nama Kain
Gambar
Keterangan
Kain Cepuk
Kain Cepuk dapat digunakan untuk melindungi diri dan dapat membersihkan diri (kotoran rohani) dan menyembuhkan penyakit.
Kain Rangrang Alami
Kain rangrang dibuat menggunakan bahan alami. Pembuatan kain ini sama seperti pembuatan kain tenun lainnya yaitu dimulai dari pemintalan kapas hingga menjadi gulungan benang.
21
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar
Kain Rangrang Kimia
Kain rangrang ini menggunakan bahan pewarna kimia dalam pembuatannya.
Kain Saudan
Kain saudan digunakan saat upacara mepandes.
Kain Blakat
Kain blakat digunakan pada saat upacara mepandes.
Sumber: http://blog-jendral.blogspot.co.id/2012/04 diakses pada 9 Oktober 2015
c. Kain Bebali Kain bebali memiliki keunikan seperti kain-kain lainnya, keunikan pada kain ini dapat dilihat dari ragam hias motifnya yang bergaris atau kotak-kotak dengan menggunakan warna yang terang dan gelap. - Sejarah Secara simbolis motif –motif dari kain bebali melambangkan warna hitamputih, siang-malam, dan kebaikan-kejahatan. Hal-hal tersebut merupakan gambaran dari unsur-unsur keseimbangan alam. Kain bebali juga dipercayai oleh masyarakat Bali sebagai kain yang dapat menolak bala. - Proses Pembuatan Kain Bebali termasuk dalam jenis kain tenun ikat pakan.Alat yang digunakan untuk proses penenunan sama seperti yang lainnya yaitu cagcag. Proses pembuatan kain ini terdiri dari lima tahapan. Tahap pertama disebut ngeliying atau membantangkan benang pada undar hingga benang dapat dibuka, digulung pada ulakan atau peleting. Tahap Kedua, dilakukannya proses ngayi. Setelah itu lanjut ke proses ke tiga, nyahsah yaitu bahan tenunan yang ada pada panynan dilepaskan dan dibentangkan memanjang. Proses selanjutnya lipatan benang dimasukkan pada serat dengan mempergunakan alat seperti jarum panjang yang kecil. Terakhir, barulah benang ditenun.
22
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar Tabel 2.6 Ragam Kain Bebali Nama Kain
Keterangan
Kain Keling
Kain ini memiliki ragam hias bergaris dan kotak-kotak dengan warna dominan kuning.
Kain Gedongan Kain Skordi Kain Gotya Kain Poleng
Kain gedongan memiliki motif garis dengan sebelas garis dengan warna-warni yang menghiasinya. Kain ini dianggap memiliki kekuatan magis yang paling ampuh diantara kain bertuah lainnya. Memiliki ragam hias bergaris dan kotak dengan warna dominan merah Memiliki ragam hias kotak-kota dengan beraneka warna Kain dengan motif kotak-kotak dengan warna hitam-putih
Sumber: http://bukitlestari.blogspot.com diakses pada 10 Oktober 2015
2. Kain Tradisonal sebagai Penutup Tubuh, baik untuk upacara (kamen), ataupun untuk kebutuhan sehari-hari. a. Kain Endek Kain endek merupakan kain tradisonal Bali yang dibuat dengan teknik tenun ikat. Saat ini teknik pembuatan endek mengalami perkembangan dengan melakukan penyempurnaan ragam hias pada kain dibagian-bagian tertentu. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan menambahkan coletan yang disebut nyantri. Nyantri merupkan teknik penambahan warna pada kain dengan goresan kuas dari bambu, seperti orang yang sedang melukis. Pembuatan pola nyantri ini ditekankan pada penyempurnaan ragam hias warna dan motif kain endek, seperti motif yang mengambil bentuk flora atupun fauna, serta motif-motif dari mitologi dan wayang Bali. Keanekaragaman warna dan motif inilah yang menjadi ciri khas dari kain endek (Kartiwa, Suwati, 1989). Terdapat beraneka jenis Endek berdasartkan berbagai macam motifnya, yaitu seperti berikut ini: Nama Motif Kain
Tabel 2.7 Motif Kain Endek Foto
Kain Endek Motif Bun Riris
23
Galeri Kain Bali di Kabupaten Gianyar Nama Motif Kain
Foto
Kain Endek motif wayang
Kain Endek motif Bun Manggis
Kain Endek motif Jumputan
Kain Endek motif songket
Sumber : Wawancara langsung dengan pengerajin endek, 9 Oktober 2015
b. Kain Songket Kain songket merupakan kain tradisonal Bali yang tergolong memiliki nilai sosial dan prestise yang tinggi. Kain ini dibuat dengan cara menenun dan menyisipkan benang warna-warni, benang emas dan benang perak untuk membentuk suatu motif tertentu. Prinsip penggunaan benang tambahan inilah yang disebut dengan songket, karena dihubungkan dengan proses menyungkit atau mengjungkit benang lungsi dalam membuat pola hias. Pada umumnya ragam hias motif yang di goreskan yaitu bentuk bunga teratai, tetumbuhan, burung, bentuk swastika, dan lainnya. Pada jaman dahulu kain ini hanya merupakan aktifitas bagi warga Puri. Kegiatan tenun kain songket hanya dilakukan di Puri-puri saja. - Motif Kain songket Songket dibedakan dari penggunaan jenis benang dalam penyusan motifnya. Jenis-jenis kain songket yaitu:
24