BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KERAJINAN TRADISIONAL PATUNG BATU PUTIH Pada bab ini akan diuraikan pemahaman Galeri Kerajinan Tradisional Patung Batu Putih di Singapadu Kaler dan aplikasinya, kajian proyek sejenis serta Spesifikasi umum 2.1 Pemahaman Terhadap Galeri Pemahaman tentang galeri menjelaskan tentang pengertian, bentuk, jenis, fungsi dan peranan galeri, penyajian koleksi hingga pengelolaan dan pengunjung galeri. 2.1.1 Pengertian Galeri Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai galeri : Galeri merupakan suatu lembaga yang berfungsi untuk perlindungan pengembangan dan pemanfaatan aset seni sebagai sarana edukasi-kultural dan rekreasi serta pengembangan kreativitas dan apresiasi seni. Selain itu, galeri juga merupakan tempat untuk menyajikan dan memamerkan hasil karya seni untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas (Galeri Nasional Indonesia, 2013) Gallery yang bersifat milik pribadi untuk menjual barang seni, sebagian besar memiliki ruang yang lebih kecil dari museum dan tidak disiapkan untuk menerima pengunjung dalam jumlah besar. Dalam gallery yang harus diperhatikan adalah perencanaan ruang, pencahayaan, dan warna harus baik hingga mendukung objek yang dipamerkan (Jhon F Pile, 2003) 8
Galeri merupakan sebuah bangunan atau hall dimana hasil karya seni dipamerkan, atau sebuah institusi yang menjual benda – benda seni (The American Herritage Dictionary of English,2007) Jadi berdasarkan ketiga pengertian galeri tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Galeri merupakan sesuatu lembaga dimana fungsinya untuk mempromosikan hasil karya seni dan di dalamnya terdapat kegiatan pelelangan karya seni serta tempat untuk kegiatan pameran, melindungi, dan mengembangkan karya seni sehingga nantinya dapt diapresiasikan masyrakat luas serta dapat menarik wisatawan. 2.1.2 Bentuk Galeri Bentuk galeri seni dapat di bagi menjadi beberapa kelompok, yaitu (Agus Suryawan, Galeri Seni Ukiran di Ubud, 2006) : 1. Galeri yang merupakan bagian dari studio seorang pelukis/pematung atau seniman lainnya.Di dalam galeri ini hanya dipajang karya seniman itu sendiri. Galeri terletak dalam suatu ruangan atau terpisah dengan studionya. 2. Galeri yang merupakan bagian dari studio seniman di dalamnya juga terpajang karya-karya seniman lainnya, disamping karyanya sendiri. Bentuk seperti ini banyak dilakukan oleh seniman-seniman Bali dan kegiatan ini sudah bersifat bisnis. 3.Galeri yang merupakan kegiatan dagang murni karena dikelola seorang yang bukan seniman aktif. Adakalanya pengelolaan itu bersifat pribadi, bahkan sering pula disertai kegiatan menyewa karya seni kepada orang-orang tertentu. Ada sementara pemilik galeri yang setelah kuat finansialnya, memilih karya seni tersebut untuk menjadi koleksi pribadinya, dengan harapan semoga di kemudian hari bisa menjadi museum khusus atau diserahkan pada pemerintah. 2.1.3 Jenis Galeri Jenis galeri dalam hal ini adalah, sifat dari galeri yang lebih mengkhususkan diri dalam mengoleksi hasil kerajinan yang bersangkutan untuk dijual atau dipamerkan. Pada umumnya dilakukan oleh galeri yang sudah mengalami perkembangan /kemajuan dalam hal penyajian karya kerajinan. Seperti galeri yang mengkhususkan diri untuk mengoleksi karya kerajinan patung batu putih, dll. 9
2.1.4 Fungsi dan Peranan Galeri Galeri memegang peranan besar di dalam menentukan perkembangan karya seni, khususnya seni kerajinan perunggu di masa yang akan datang untuk dipromosikan, dijual, dan diabadikan serta menyimpan karya seni tersebut. Adapun fungsi dan peranan galeri adalah sebagai berikut (Galeri Nasional Indonesia, 2013) : Untuk menonjolkan seni-seni tampak 1. Sebagai tempat untuk pembelajaran kegiatan seni dan penelitian. 2. Sebagai tempat untuk melakukan pameran 3. Sebagai tempat rujukan orang ramai atau tempat untuk berekreasi. Selain itu fungsi dan peranan galeri tersebut adalah untuk mendidik masyarakat supaya mereka lebih berminat dan prihatin kepada seni dan sebagai tempat untuk pusat latihan bagi penggiat seni dan budaya. 2.1.5 Penyajian Koleksi Galeri Penyajian benda-benda koleksi dalam galeri memegang peranan penting, karena dengan cara ini koleksi dapat diinformasikan dan berkomunikasi dengan pengunjung, Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal penyajian koleksi, antara lain : a.
Teknik Penataan Pameran
Teknik ini dilaksanakan bila sudah memenuhi beberapa prinsip umum untuk penataan dan membuat suatu desain. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sistematika atau jalan cerita yang akan dipamerkan (story-line) 2. Tersedianya benda galeri atau koleksi yang akan menunjang jalannya cerita dalam pameran. 3. Teknik dan metode pameran yang akan dipakai dalam pameran. 4. Sarana dan prasarana yang akan dipakai, dana yang perlu disediakan.
10
b.
Metode Pameran
Dalam penyajian pameran dipergunakan tiga macam metode, yaitu (Rapini, Ni Nyoman, Tata Pameran Museum Negeri Propinsi Bali, 1995/1996, Bab III :17) :
1. Metode penyajian Estetis, yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi dengan memperhatikan segi keindahan dari benda-benda yang dipamerkan. Metode ini berlaku bagi benda-benda kebudayaan material atau benda-benda kesenian. 2. Metode penyajian Romantika, yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi disusun sehingga dapat mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan. 3. Metode penyajian Intelektual , yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi disusun sehingga dapat mengungkapkan dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan benda-benda yang dipamerkan. Ada beberapa contoh tata ruang pameran 1 Tata Ruang Acak Ruang Pajangan merupakan hal yang penting pada suatu museum, dan dapat dirancang di dalam berbagai jalan. Di dalam suatu museum tradisional, pajangan sering dalam deretan ruang galeri , diatur secara acak. 2 Tata Ruang dengan Galeri Pengantar Suatu alterntif pengaturan yang akan mengarahkan pengunjung dari pintu masuk suatu galeri pengantar, jalan/alur yang dibuat berisi suatu pajangan yang meringkas pokok dan tema dari museum. Sampai pada bagian terdalam museum yang memajang koleksi pokok dari museum. prinsip yang sama dapat diperluas lebih lanjut di dalam museum besar. 3 Pengelompokan Koleksi Khusus Gedung yang baru dibangun khusus untuk memajang koleksi khusus yang ada. Bangunan tersebut dapat dibangun disekitar barang yang dipamerkan. Contoh: Tiang kapal laut, disediakan tempat/bangunan khusus sehingga terlihat ukuran/ketinggiannya dengan jelas. 4 Pengaturan Tata Ruang Pameran yang Memperhatikan Orang Cacat.
11
Diperuntukan untuk orang-orang yang memakai kursi roda. Yang harus disediakan adalah rute ambulan, ramp, dan akses standar kursi roda yang nyaman. c.
Faktor Teknik Penyajian
1. Ukuran Rak Penyajian Kerajinan Patung Batu Putih Ukuran rak penyajian adalah tinggi rak penyajian 200 cm, lebar 120cm, dan panjang 400 cm.(Observasi Lapangan,2013), lihat gambar 2.1 :
Barang Pameran
Barang Pameran T = 120 cm Rak Penyajian
L = 200 cm Gambar : 2.1 Rak Penyajian Sumber : Observasi lapangan 2013
2. Tata Cahaya Pengaturan cahaya untuk sebuah galeri memiliki tingkat penerangan yang vertikal mecapai 50 Lux, 150 Lux dan 300 Lux dan sudut penyinaran yang dipakai adalah 10º (“bintik”), 30º (“banjir”), dan 90º (“lampu sorot”), sedangkan untuk lampu yang digunakan adalah lampu sorot dinding-rel aliran dan lampu sorot rel aliran (Neufert, Ernst, Data Arsitek Jilid 1, Edisi 33, 1996 :131.)
3. Penghawaan Penghawaan yang baik adalah hawa yang berjalan secara alamiah dan kondisinya dalam ruangan stabil. Untuk mencapai kondisi stabil tersebut perlu dibantu dengan alat-alat 12
elektronik seperti kipas angin, AC, dll. Jika sewaktu-waktu kondisi alam di luar ruangan berubah-ubah. 4. Tata Warna Tata warna sangat penting dalam pameran, disamping mempengaruhi perasaan akan situasi ruangan juga memberi sesuatu yang lain, bersifat kejiwaan. Hal ini akan menunjang penampilan koleksi yang dipamerkan. Ruang pamer yang dicat gelap akan memberikan kesan menyempitkan ruang, sedangkan ruang pamer yang dicat terang akan tampak lebih luas dari ukuran sebenarnya. Warna merah, kuning, jingga adalah warna panas yang mempunyai kekuatan merangsang, cepat menarik perhatian/menimbulkan rasa suka cita. Warna tersebut dapat digunakan dalam pameran temporer ataupun pameran keliling. Sedangkan warna biru, ungu, adalah warna dingin. Warna-warna tersebut memberi perasaan dingin, tenang, dan menyejukan mata. Hijau adalah warna diantara panas dan dingin. Hijau akan menjadi panas bila berubah kekuning-kuningan dan menjadi dingin apabila berubah kebiru-biruan. Warna biru, hijau dan merah merupakan urutan yang paling baik. Jingga, merah dan biru kuat menarik perhatian, sedangkan kuning, hijau, dan jingga merupakan warna-warna yang paling terang. Untuk sebuah galeri sebaiknya menggunakan warna hijau, hijau lembut dan pastel karena warna tersebut merupakan warna yang dingin dan terang dari atas sehingga dapat mengendorkan syaraf dan dapat merangsang untuk berjalan (Neufert, Ernest, Data Arsitek Jilid 1. Edisi 33, 1996 ; 33.)
5. Tata Letak Untuk menyusun benda-benda agar menarik perhatian pengunjung terlebih dahulu harus mengetahui dasar-dasar untuk membuat tata letak. Penyusunan tersebut dikembangkan menurut ide/ gagasan penata pameran, sehingga akan memberikan informasi jelas, artistik, intelektual, dan romantis. Hal yang perlu diperhatikan : proporsi, keseimbangan, kontras, kesatuan, harmonis, ritme, klimaks (Pedoman Tata Pameran di Museum, 1999/2000 :43). 6. Tata Pengamanan Pengamana terhadap benda-benda koleksi yang dipamerkan dengan menggunakan rak kaca jika benda tersebut sangat bernilai dan tidak terlalu besar. Kaca rak yang digunakan adalah setebal minimal 5mm agar tahan terhadap benturan dan untuk mencegah dari bahaya pencurian, juga untuk menahan masuknya debu atau kotoran. Jenis peralatan pengaman yang 13
dapat dipasang di ruang pameran antara lain : TV monitor, passive infra red, flush mound door contact dan sebagainya d. Faktor Waktu Penyajian Berdasarkan pengertian dan jangka waktu pelaksanaan pameran di galeri dibagi menjadi 3 jenis (Galeri Nasional Indonesia, 2013) : 1. Pameran Tetap, ialah pameran yang menyajikan karya-karya dari koleksi galeri secara periodik. 2. Pameran Temporer, ialah pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karyakarya seni dalam jangka minimal 10 hari dan maksimal berlangsung selama 30 hari. Pameran khusus adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu yang satu minggu sampai satu tahun dengan mengambil tema sesuai dengan jenis tema tersebut di atas. Pameran khusus ini bertujuan untuk mengundang lebih banyak pengunjung ke galeri dan mengenal serta menghayati koleksi yang disajikan. Pameran tunggal/Pameran Bersama adalah pameran yang memamerkan karya-karya lebih dari satu seniman. Biaya pameran ditanggung oleh seniman yang bersangkutan . Penyelenggaraan pameran ini dapat dilangsungkan antara 1 minggu hingga 3 minggu. Pameran Kerja Sama adalah pameran yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara pemilik galeri dengan pihak-pihak lembaga atau organisasi kebudayaan atau kesenian . Penyelenggaraan pameran ini dapat dilaksanakan antara 2 minggu hingga 1 bulan. 3. Pameran Keliling merupakan pameran yang diselenggarakan di luar galeri pemilik koleksi, dalam jangka waktu tertentu dengan tema khusus, sesuai koleksi yang dimiliki dan koleksi tersebut dipamerkan atau dikelilingkan dari satu tempat ke tempat lain. e. Detail Pajangan Pada ruang pameran objek dapat dipajang pada lemari pamer, berdiri bebas di atas lantai, pada dinding dan panel. Pandangan dan Penglihatan
14
Batas penglihatan normal untuk melihat keatas adalah 40 derajat. Untuk itu ukuran vitrin dan panil tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Tinggi rendahnya harus berdasarkan tinggi rata-rata manusia Indonesia . Misalnya tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira 160 cm s.d. 170 cm dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kira-kira sekitar 30 derajat, gerak ke atas ke bawah atau ke samping maka tinggi vitrin seluruhnya kira-kira 210 cm sudah cukup, alas terendah 65-70 cm dan tebal 50 cm. Ukuran dan bentuk vitrin juga harus memperhitungkan ruangan dan bentuk ruangan dimana vitrin tersebut diletakan. 2.1.6 Pengelola dan Pengunjung Galeri 1. Pengelola Untuk mengelola sebuah galeri, diperlukan beberapa petugas yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, yaitu (Sidartha, 1999, Museografia :16) : (a) Direktur, memimpin galeri baik teknis, ilmiah maupun administratif (b) Kurator, memimpin, mengkoordinasi, serta mengawasi petugas koleksi dan bagianbagiannya. (c) Konservator, petugas yang langsung menangani pemeliharaan koleksi galeri (d) Laboran, memimpin laboratorium untuk merawat dan mengawetkan benda-benda koleksi (d) Registrator, membantu konsevator dalam usaha melakukan tata administrasi galeri (e) Ahli pameran, menyelenggarakan penataan ruang pamer/pajang untuk benda-benda seni koleksi (f) Ahli perpustakaan, menyelenggarakan kegiatan perpustakaan yang menunjang kegiatan galeri (g) Edukator dan instruktur, menyelenggarakan segala kepentingan publikasi galeri (h) Administrator, memimpin bagian administrasi meliputi staf tata usaha, kepegawaian, material, dan keuangan galeri serta staf pemasaran. (i) Penjaga ruang, menjaga ruang pajang, melayani pembeli/pengunjung dan memberikan informasi/penjelasan umum tentang benda-benda seni yang dipajang. 15
2. Pengunjung Kategori pengunjung yang datang ke galeri dapat di bagi menjadi tiga yaitu (Nyoman Rapini dalam Pande Juliawan, 2005 :22) :
Pengunjung pelaku studi, ialah mereka yang menguasai bidang studi tertentu berkaitan dengan koleksi galeri untuk menambah penalarannya, melaksanakan pekerjaan verifikasi persoalan-persoalan tertentu.
Pengunjung yang mempunyai tujuan tertentu, ialah mereka yang datang ke galeri oleh karena tertarik akan sesuatu hal atau topik yang berkaitan dengan koleksi atau pameran di galeri.
Pengunjung yang bertujuan rekreasi , ialah mereka yang datang ke galeri melewati waktu senggangnya untuk menikmati kesenangan.
Pengerajin dan generasi muda, ialah mereka yang datang ke galeri oleh karena untuk mengikuti kegiatan pembinaan.
2.1.2 Kerajinan Tradisional Patung Batu Putih Kerajinan Tradisional patung batu putih dilihat dari perkembangannya,Teknik pengerjaan ,media dan alat-alat yang digunakan, unsur-unsur yang ada dalam kerajinan patung batu putih,dasar-dasar pembuatan patung batu putih dan fungsi kerajinan
patung batu putih.
Adapun tinjauannya adalah sebagai berikut: 2.1.2.1 Perkembangan Kerajinan Tradisional Patung Batu Putih Tradisi patung Barat dimulai sejak zaman Yunani Kuno dan secara luas dipandang sebagai sebuah produksi karya hebat pada zaman klasik tersebut. Di asia sendiri perkembangan kerajinan tradisional patung dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Sejumlah besar patung Hindu di Kamboja dijaga kelestariannya. Di Indonesia, patung-patung yang dipengaruhi agama Hindu banyak ditemui di situs Candi Prambanan dan berbagai tempat di pulau Bali. Sedangkan pengaruh agama Buddha ditemui di situs Candi Borobudur. Karya patung modern saat ini mulai berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dalam mengarungi perubahan gaya hidup di lingkungan. Menurut ensiklopedia indonesia ( 1990 : 215 ) seni patung sculpture berarti seni pahat atau bentuk badan yang padat yang diwujudkan 16
dalam tiga dimensional yang ciptaanya bisa berupa gambar-gambar timbul (relief) atau patung yang di buat dari media kayu,batu maupun logam Seni patung merupakan suatu pernyataan pengalaman artistik lewat bentuk-bentuk tiga dimensional. Menurut Suandi (1999:32): seni patung adalah sebagai suatu seni perencanaan dan pengkonstruksian bentuk-bentuk tri matra dengan sifat-sifat sebagai berikut: a) Menggambarkan obyek sebenarnya atau khayal, b) Menyajikan sebuah rancangan bentuk tri matra, dan c) Mensugestikan berjenis gagasan, perasaan, dan pengalaman lain. Untuk mengekpresikan apa yang terkandung di dalam jiwa seniman sampai terwujud suatu karya seni patung adalah melalui proses kejiwaan yang disadari atas pengalaman, intelektual,daya imajinasi, daya kreativitas yang tinggi, dan beberapa faktor yang lain, seperti faktor internal dan eksternal seniman. Faktor internal menyangkut bakat dan kemampuan seniman terhadapapresiasi dan teknik, sedangkan faktor eksternal menyangkut tentang pengalaman serta lingkungan yang mendukung (kepercayaan dan spiritual).
2.1.2.2 Pengertian Kerajinan Tradisional Patung Batu Putih
Berikut ini disampaikan beberapa ahli seni rupa yang mendefinisikan seni patung. Menurut Mikke Susanto (2011: 296) seni patung adalah sebuah tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif (mengurangi bahan seperti memotong, menatah) atau aditif (membuat model lebih dulu seperti mengecor dan mencetak). Sedangkan menurut Soenarso dan Soeroto dalam bukunya ( 1996: 6) Seni Patung adalah semua karya dalam bentuk meruang. Menurut Kamus Besar Indonesia adalah benda tiruan, bentuk manusia dan hewan yang cara pembuatannya dengan dipahat. Selanjutnya B.S Myers (1958: 131-132) mendefinisikan Seni patung adalah karya tiga dimensi yang tidak terikat pada latar belakang apa pun atau bidang manapun pada suatu bangunan. Karya ini diamati dengan cara mengelilinginya,sehingga harus nampak mempesona atau terasa mempunyai makna pada semua seginya. Selain itu Mayer (1969: 351) menambahkan bahwa seni patung berdiri sendiri dan memang benar-Benar berbentuk tiga dimensi sehingga dari segi manapun kita melihatnya, kita akan dihadapkan kepada bentuk yang bermakna.
Kerajinan adalah hasil yang berkaitan dengan buatan tangan. 17
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu.
Batu Putih adalah sumber daya alam berupa batu putih atau batu kapur (karst) yang berasal dari Desa Mojo terletak di Dusun Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul,Batu putih dipergunakan sebagai bahan kerajinan patung karena dilihat dari segi ukuran dan bentuk sangat memenuhi untuk kerajinan patung disamping tekstur batu putih ini halus,untuk memperoleh batu putih ini sangat gampang untuk dipakai sebagai kerajinan patung.
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari Kerajinan Tradisional Patung Batu Putih adalah seni yang dihasilkan dari pekerjaan tangan secara alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang terdahulu, berupa karya tiga dimensi yang menghasilkan bermacam macam karya seni, barang ornament yang bermutu seni dengan bahan batu putih 2.1.2.3 Teknik Pengerjaan Kerajinan Patung Batu Putih Menurut Humar Sahman (1993) Teknik adalah segala macam cara atau ketrampilan yang digunakan dalam mengolah segala unsur bahan menggunakan peralatan menjadi sebuah karya seni rupa yang menarik. Ada beberapa macam cara untuk membuat patung diantaranya: Assembling (merakit) : Membuat sebuah komposisi dari bermacam-macam material seperti found objec, kertas, kayu dan tekstil
Curving (memahat) Memahat adalah sebuah teknik substraktif, artinya mengurangi material sampai memperoleh bentuk akhir patung. Material yang digunakan dalam metode ini adalah: batu-batuan, kayu, cor semen, dan material kersa lainnya. Alat-alat yang digunakan:Untuk global: kampak, golok, gergaji, chain saw (gergaji mesin), dan lain-lain.Untuk detail: pahat (kayu dan batu), kikir, pasah, dan lain-lain.Untuk finishing: amplas, slab, furnishing, cat, dan lain
Modelling Adalah proses additive (menambah), dimana material dibangun menuju kebentuk akhir patung. material ini harus lentur, seperti tanah liat, lilin, plaster, dan pematung menggunakan tangannya untuk membentuk. Pada perkembangannya bisa dibantu alat seperti butsir 18
Teknik pengerjaan kerajinan tradisional patung batu putih disini yaitu menggunakan teknik curving (memahat) mengurangi material sampai memperoleh bentuk akhir patung dan menggunakan material batu-batuan/batu putih 2.1.2.4 Media dan Alat Kerajinan Patung Batu putih Menurut G. Shidarta (1987) Media seni patung adalah berupa bahan, alat, dan Teknik yang diperlukan dalam pembuatan seni patung. Bahan tersebut diantaranya: 1. Bahan Pembuatan Patung : Bahan seni patung dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Bahan lunak Yang dimaksud bahan lunak adalah material yang empuk dan mudah dibentuk misalnya : tanah liat, lilin, sabun. Tanah liat yang baik harus bersih dari kerikil, akar, rumput, dll. Daya susut tanah tidak lebih dari 10%,supaya kalau sudah kering tidak pecah/ hancur,tanah liat harus juga cukup elastis artinya mudah di bentuk, tidak telalu lembek atau terlalu keras. Untuk bahan plastisin (lilin) mudah dapat di toko, tingkat plastisinya bermacam-macam, ada yang sangat lembek, cukup lembek, dan agak lembek. Bahan sabun mudah di bentuk,akan tetapi ukuranya kecil, kita tidak bisa berkarya lebih besar. b. Bahan sedang Artinya bahan itu tidak lunak dan tidak keras. Contohnya : kayu waru,kayu sengan, kayu randu, dan kayu mahoni. c. Bahan keras : Bahan keras dapat berupa kayu atau batu-batuan. Contohnya : kayu jati, kayu sonokeling dan kayu ulin. Bahan batu-batuan antara lain batu padas (batu Putih), batu granit, batu andesit, dan batu pualam (marmer). Selain bahan-bahan tersebut masih ada bahan yang dapat dipergunakan untuk membuat patung yaitu semen-pasir, gips, kuningan, perunggu, emas dan sebagainya. Kerajinan Tradisional disini menggunakan bahan batu-batuan yaitu batu putih karena bahan ini baik dipakai dalam kerajinan batu putih, menurut Sidharta (1987) bahwa warna termasuk salah satu unsur yang tidak kalah pentingnya dari unsur-unsur patung. Dalam seni patung warna dapat tampil karena bahan yang dipakai tetapi juga karena sengaja dibuat berdasarkan berbagai teknik,jadi bahan batu putih ini disamping yang merupakan karakter dari batu yang berewarna putih yang sangat netral jika dibandingkan dengan warna lain, disamping itu hal
19
yang lebih penting yaitu minat konsumen terhadap bahan batu putih ini tiap tahu selalu meningkat, terutama wisatawan mancanegara maupun wisatawan local. 2. Alat Pembuatan Patung : Peralatan yang digunakan untuk membuat patung tergantung kepada bahan dan tekniknya. Alat-alat yang digunakan dalam mematung terdiri dari : a. Butsir adalah alat Bantu untuk membuat patung terbuat dari kayu dan kawat. b. Meja putar adalah meja untuk membuat patung dan dapat di gerakan denagan cara diputar,fungsinya untuk memudahkan dalam mengontrol bentuk dari berbagai arah. c. Pahat d. Palu Kayu e. Cetakan berfungsi untuk mengencangkan ikatan kawat dan memotong ikatan kawat. f. Sendok adokan berfungsi untuk mengambil adonan dan menempelkanya pada kerangka patung Bahan yang digunakan dalam kerajinan Tradisional Patung disini adala Batu Putih jadi alat yang digunakan adalah pahat,palu kayu dan kapak. Seperti Gambar 2.2,2.3 dan 2.4 :
Gambar : 2.3 Gambar : 2.2
Pahat
Gambar : 2.4
Sumber : Observasi Lapangan 2013 Palu/pengotok
Kapak
Sumber : Observasi Lapangan 2013
Sumber : Observasi Lapangan 2013
20
2.1.2.5 Unsur-Unsur Seni Patung Batu Putih Seni patung Menurut G. Shidarta (1987) Patung adalah Bentuk yang mempunyai tri matra atau bentuk yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Patung memiliki unsur-unsur yang membentuk keseluruhan. Seorang pematung akan selalu berhadapan dengan unsurunsur tersebut pada saat mematung. Dan dalam proses bekerja mencoba untuk menyatukan unsur-unsur itu dalam suatu susunan hingga dapat tampil sebagai suatu kesatuan yang utuh.Unsur-unsur dalam seni patung adalah sebagai berikut: 1. Garis dan Bidang Menurut Mikke Susanto (2011: 55) Bidang atau Shape adalah area. Bidang terbentuk karena ada 2 atau lebih garis yang bertemu (bukan himpitan). Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif atau sugestif. Sedangkan garis adalah coretan, goresan, guratan yang membekas pada suatu bidang. Garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa panjang, pendek, halus,tebal,berombak, melengkung dan lurus. Dalam seni tiga dimensi garis dapat dibentuk karena lengkungan, sudut yang memanjang maupun perpaduan teknik dan bahan-bahan lainnya (Sudarmaji, 1979). 2. Volume dan Ruang Volume adalah kedalaman suatu persepsi keruangan. Bila merupakan kualitas dari bingkah yang menjangkau matra (dimensi) ruang, yaitu matra yang memiliki ukuran tinggi, panjang dan lebar (Sidharta, 1987). Kualitas patung ditentukan pula oleh hubungan antara volume patung dengan yang berada disekelilingnya. Bila patung ini berongga atau berlubang, maka peranan volume menjadi semakin luas. Karena interelasinya akan mencakup volume patung, ruang sekelilingnya dan ruang (rongga, lubang) yang berada dalam volume itu. 3. Bidang permukaan dan Barik (Tekstur) Bidang permukaan sebuah patung berperan sama dengan kulit manusia, yang berfungsi sebagai batas bentuk yang langsung tampak dan dapat diraba. Bidang permukaan itu dapat cembung, atau cekung, seperti permukaan air laut yang bergelombang tertiup angin. Gelombang yang cembung membukit dan mengakibatkan kelandaian yang 21
cekung, atau dapat juga seperti Kristal yang permukaannya membidang dan saling bertemu sehingga membentuk rusuk-rusuk yang tajam (Sidharta, 1987). Di samping itu bidang permukaan patung dapat mempunyai sifat yang bermacam-macam, tergantung cara pengelolaannya. Dari ketiga kemungkinan itu akan terjelma suatu kualitas permukaan yang disebut barik. Menurut Mikke Susanto (2011:48) barik dapat juga diartikan sebagai tekstur, nilai raba, kualitas permukaan suatu objek. 4. Bentuk Bentuk diartikan sebagai bangun, gambaran , wujud, sistem dalam seni rupa rupa biasanya dikaitkan dengan matra yang ada (Mikke Susanto:54). Selanjutnya (Sidharta: 1987) mengemukakan bahwa dalam seni rupa sering dibedakan antara bentuk relatife dan bentuk absolute. Bentuk relatife adalah bentuk yang erat hubungannya dengan bentuk yang terdapat di alam. Bentuk absolute adalah bentuk yang pada dasarnya meliputi lima bentuk dasar, yaitu kubus, bola, piramida, silinder, dan bentuk campuran. Dalam mematung, setiap bentuk dapat diembalikan kepada bentuk-bentuk dasar tersebut. 5. Warna Menurut Mikke Susanto (2011: 433) Warna adalah getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda. Cahaya yang dapat diindra manusia memiliki panjang gelombang antara 380780 nanometer. Cahaya yang dihasilkan dari jarak antara yang bisa diakses indra manusia tersebut dapat diurai melalui prisma kaca menjadi warna, yang kemudian dinamakan warna cahaya. Sedangkan bagian penglihatan yang dihasilkan dari pancaran cahaya ke sebuah benda dan kemudian dipantulkan ke mata disebut warna pigmen. Sidharta (1987) menambahkan bahwa warna termasuk salah satu unsur yang tidak kalah pentingnya dari unsur-unsur patung lainnya. Dalam seni patung warna dapat tampil karena bahan yang dipakai tetapi juga karena sengaja dibuat berdasarkan berbagai teknik. Warna coklat dari kayu misalnya oleh pematung sengaja dipertahankan untuk menonjolkan watak khas dari patung kayu. Sebaliknya untuk memberikan kesan-kesan tertentu timbul dengan usaha untuk membubuhkan bermacam-macam warna atau nada warna sesuai dengan 22
pertimbangan nilai-nilai seninya. Warna juga dapat dipakai dalam usaha mencapai kesan matra dari patung 2.1.2.6 Dasar-Dasar Pembuatan Patung Batu Putih Perlakuan terhadap unsur -Unsur patung dalam proses tersebut disebut sebagai dasar-dasar mematung. Dasar-Dasar pembuatan patung diantaranya 1. Membentuk dan membangun Seorang pematung bekerja dengan menyusun unsur-unsur patung untuk membangun sebuah patung. Sejak ia mulai bekerja, seorang pematung mencoba untuk menyusun bingkah-bingkah kedalam suatu bangunan tertentu. Menyusun dan membangun merupakan tindakan yang utama bagi pematung karena keduanya menentukan keseluruhan wujud dari sebuah patung ( G. Shidarta,1987:33),Lihat gambar 2.5
Gambar : 2.5 Pembentukan Awal Sumber : Observasi Lapangan 2013
2. Perbandingan (Proporsi), Keserasian (Harmoni) dan Kesatuan (Unity) Menurut Mikke susanto (2011: 320) Perbandingan atau proporsi adalah ukuran antar bagian dan bagian, serta bagian dan kesatuan atau keseluruhan. Proporsi berhubungan erat dengan balance (keseimbangan), Rhythm (irama,harmoni) dan Unity (kesatuan). Proporsi dipakai pula sebagai salah satu pertimbangan untuk mengukur dan menilai keindahan artistik. Perbandingan, keserasian dan kesatuan dari bentuk patung harus diperhatikan. Bila ada salah satu perbandingan yang tidak baik, akan menimbulkan kesan yang kurang serasi. Karena itu, dalam mematung harus selalu diperhatikan 23
masalah perbandingan, agar patung mempunyai ukuran - ukuran yang sesuai dan serasi, agar tercipta bentuk kesatuan yang seimbang.
Gambar : 2.6 Perbandingan,Keserasian dan Kesatuan Sumber : Observasi Lapangan 2013
3. Keseimbangan (Balance), Dominasi dan Irama (Rhythem) Keseimbangan (Balance) menurut Mikke Susanto (2011:46) didefinisikan sebagai persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni. Seorang pematung bekerja dengan mempertimbangkan keseimbangan antara
bagian-bagian dari
patung dalam
menyusun bentuk.
Keseimbangan bagian atas dengan bagian bawah atau antara bagian kiri dan kanan dari sebuah patung untuk mendapatkan bentuk yang mantap. Untuk menghindari kesan kaku dan menjemukan, seorang pematung dapat menciptakan irama dengan menggarap unsur-unsur patung
Gambar : 2.7 Keseimbangan, Dominasi dan Irama Sumber : Observasi Lapangan 2013
24
2.1.2.7 Jenis Kerajinan Tradisional Patung Batu Putih Seni patung juga diciptakan untuk dinikmati nilai keindahan bentuknya. Secara umum berdasarkan jenis dan pembutanya seni kerajinan tradisional patung batu putih dapat dibagi menjadi 6 macam yaitu : a. Patung religi, selain dapat dinikmati keindahannya tujuan utama dari pembuatan patung ini adalah sebagai sarana beri badah, bermakna relijius. b. Patung monument, keindahan dan bentuk Patung yang dibuat sebagai peringatan peristiwa bersejarah atau jasa seorang pahlawan. c. Patung arsitektur, keindahan patung dapat dinikmati dari tujuan utama patung yang ikut aktif berfungsi dalam kontruksi bangunan. d. Patung dekorasi, untuk menghias bangunan atau lingkungan taman. e. Patung seni, patung seni untuk di nikmati keindahan bentuknya. f. Patung kerajinan, hasil dari para pengrajin. Keindahan patung yang dibuat selain untuk dinikmati juga sengaja untuk dijual. 2.2 Pemahaman Proyek Sejenis Pemahaman proyek sejenis dilakukan bertujuan untuk mendapatkan perbandingan mengenai tata cara pembuatan sebuah galeri. Adapun obyek yang dijadikan studi banding disini adalah sebagai berikut : 2.2.1 Rudana Fine Art Gallery Galeri ini terletak di Jalan Cok Rai Pudak No 44 Peliatan Ubud. Galeri ini memiliki fungsi sebagai tempat untuk memamerkan dan menjual hasil karya seni lukisan dan melestarikan karya seni lukisan. Selain itu lingkup kegiatan daripada galeri ini adalah sebagai berikut,seperti gambar 2.10 dan 2.11 :
Gambar 2.8 Exterior Museum & Galery Rudana Sumber : Observasi Lapangan 2013
25
Gambar 2.9 Interior Museum & Galery Rudana Sumber : Observasi Lapangan 2013
Gambar 2.10 Ruang Pameran Tetap Sumber : Observasi Lapangan 2013
Gambar 2.11 Kegiatan Work Shop Sumber : Observasi Lapangan 2013
1. Kegiatan magang atau kerja praktek siswa seni rupa (SMSR Batubulan) 2. Kegiatan perlombaan pada hari-hari tertentu, misalnya hari ulang tahun galeri Total luas daripada keseluruhan bangunangaleri ini adalah ±4000 m² di atas tanah seluas 2 Ha, dimana bangunan galeri ini hanya berlantai satu dengan massa jamak. Untuk peletakan workshop, terletak satu bangunan dengan ruang pameran. 26
Status kepemilikan galeri ini adalah milik Yayasan Rudana dan Sumber Pemasukan diperoleh dari harga tiket masuk dan hasil penjualan karya seni pada galeri. Selain itu, waktu operasional daripada galeri ini adalah dari pukul 08.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA 2.2.2 Karya Mas Galery Galeri ini terletak di Jalan Raya Mas Ubud. Galeri ini memiliki fungsi sebagai tempat untuk memamerkan dan menjual hasil karya seni patung. Selain itu lingkup kegiatan daripada galeri ini adalah sebagai berikut,Seperti gambar 2.12 dan 2.13 :
Gambar 2.12 Pintu Masuk dan Papan Nama Galery karya Mas Sumber : Observasi Lapangan 2013
Gambar 2.13 R pameran dan Loby Galeri Sumber : Observasi Lapangan 2013
27
Gambar 2.14 Recepcionist Sumber : Observasi Lapangan 2013
Gambar 2.16 Gambar 2.15 Wisatawan yang Berkunjung Patung Ganesha Sumber : Observasi Lapangan 2013 Sumber : Observasi Lapangan 2013
Gambar 2.17 Workshop Sumber : Observasi Lapangan 2013
Total luas bangunan Galery Karya Mas ini adalah ± 12000 m². Status kepemilikan merupakan milik pribadi, yaitu milik Bapak I Made karya. Sumber pemasukan galery ini 28
adalah diperoleh dari penjualan patung menurut pesanan yang ada dan kedatangan pariwisata .Waktu operasional dari Galery ini adalah dari pukul 08.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA 2.2.3 UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selainkeramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris), dantopeng Jawa.
Gambar 2.18 UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta
Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta, sedangkan Unit II terdapat di nDalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Museum yang terletak di bagian utara Alun-alon Lor dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 8:0010:00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik. Fasilitas UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta a. Pendopo Bila pengunjung ingin memasuki Museum Sonobudoyo, terlebih dahulu akan melewati sebuah Pintu Gerbang yang berbentuk Semar Tinandu, dan beratapkan model joglo. Didinding bagian dalam gapura sisi Timur terdapat Prasasti dengan Candra Sengkala “Kayu 29
Winayang Ing Brahmana Budha”, yang berarti Tahun 1886 (Tahun Jawa), atau 1935 Masehi, dimana Museum Sonobudoyo didirikan.Seperti gambar 2.19 :
Gambar 2.19 Gerbang dan Pendopo UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Sumber : Observasi 2013
Gambar 2.20 Interior Pendopo UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta
Selanjutnya menuju ruang Pendopo yang berbentuk Limas Lambang Tumpang Sari, mirip bangunan Masjid Kanoman Cirebon.Fungsi pendopo adalah sebagai tempat untuk menerima pengunjung dalam jumlah banyak. Didalam ruang ini dipamerkan dua perangkat Gamelan, antara lain :Gamelan Kyai Mega Mendung, yang bernada Pelog dan slendro.berasal dari daerah Cirebon pada abad 19. Pada gamelan tersebut terdapat hiasan yang bermotifkan Mega 30
Mendung. Gamelan Kyai dan Nyai Ririrs Manis, Gaya Yogyakarta yang bernada Slendro dan Pelog. b. Auditorium Masyarakat pada umumnya telah mengenal adanya Museum Negeri Sonobudoyo dengan Benda Koleksi yang dipamerkan, akan tetapi belum kenal betul tentang aktifitas dan fasilitas yang ada dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, adapun nama ruang tersebut adalah Ruang Auditorium dan Ruang Serbaguna.Ruang Auditorium, terletak didalam kompleks Gedung Museum Sonobudoyo Unit I, Jl. Trikora No 6 Yogyakarta, dibagian sisi sebelah Barat. Gedung terdiri dua lantai, adapun pengunaannya adalah untuk menyelenggarakan kegiatan seperti Seminar, Sarasehan, Ceramah, Workshop, Rapat Kerja, dan lain sebagainya. Kapasitas ruang : lantai pertama 75 Orang lantai dua Sarana yang tersedia dalam ruang :
100 Orang. AC, Sound System, Kursi kuliah, dan Meja
Seminar.Ruang Serbaguna, terletak Di Museum Negeri Sonobudoyo Unit II, Jl. Mijilan No I , Dalem Condrokiranan Yogyakarta (Sebelah Tenggara Museum Negeri Sonobudoyo Unit I). Pengunaan ruang
tersebut adalah untuk acara Upacara Pernikahan Gaya Yogyakarta,
Seminar, Ceramah, Sarasehan, Rapat - Rapat dan lain sebagainya.Kapasitas Gedung
: 500
OrangSarana yang tersedia : AC, Sound system, kursi lipat , meja seminar dan ruang untuk transit dengan kapasitas 15 Orang. c. Laboratorium Konservasi Pada Tahun 1975 Ruang Laboratorium Konservasi Museum Negeri Sonobudoyo telah selesai dibangun, adapun fungsi ruang tersebut adalah untuk mengantisipasi semua benda koleksi museum yang segera untuk mendapat penanganan pengamanan secara rutin. Kegiatan ini sesuia dengan tugas pokok dari museum, yaitu, mengumpulkan, memelihara, merawat dan mengawetkan benda koleksi, sehingga keselematan benda koleksi tersebut akan lebih terjamin keamanannya dari kerusakan yang diakibatkan karena faktor iklim maupun usia. Beberapa peralatan telah dimiliki oleh laboratorium baik untuk analisa maupun melakukan treatment terhadap koleksi.
31
d. Perpustakaan Pada Tahun 1940 Museum Sonobudyo telah dilengkapi dengan Perpustakaan yang menempati Gedung seluas 668 m2. Adapun buku buku dan naskah yang terdapat dalam Perpustakaan sebagaian besar menggambarkan kebudayaan Bangsa Indonesia.Perpustakaan Museum Sonobudoyo dapat dimanfaatkan bagi seluruh kalangan masyarakat, mulai dari Pelajar, Mahasiswa, Peneliti maupun komunitas lain yang berhubungan dengan kebudayaan. Tata Cara Peletakan Benda Koleksi
1. Peletakan Gamelan di Pendopo
2. Peletakkan Benda Koleksi di Ruang Bali
Gambar 2.21 Peletakan Gamelan di Pendopo UPTD Museum
Gambar 2.22
Peletakan Benda Koleksi di Ruang BaliUPTD Museum Negeri Sonobudoyo Y
Negeri Sonobudoyo Yogyakarta
32
3. Peletakkan Benda Koleksi Pada Ruang prasejarah
Gambar 2.23 Peletakan Benda Koleksi di Ruang Prasejarah UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta
4. Peletakkan Benda Koleksi Pada Ruang Klasik dan Islam
2.2.4 Home Industri Batu Putih I Made Lusna Pengerajin Batu Putih Br Silakarang Singapadu kaler,Sukawati, Gianyar.Jenis kerajinan yang dihasilkan pengerajin ini adalah patung dengan jenis Modern dan.Pada home indutri terdapat workshop dan display barang berupa Artshop, lihat gambar 2.25 dan 2.26 :
Gambar 2.25 Artshop Sumber : Observasi Lapangan 2013
33
Gambar 2.26 Workshop Sumber : Observasi Lapangan 2013
Total luas bangunan Pengerajin sangku ini adalah ± 250 m². Status kepemilikan merupakan milik pribadi, yaitu milik I Made Lusna. Sumber pemasukan pengerajin Patung batu putih home idustri ini adalah diperoleh dari penjualan patung pesanan yang ada. Waktu operasional dari home industri ini adalah dari pukul 08.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA 2.3 Spesifikasi Umum Proyek Dari penjelasan teori dan studi banding di atas, maka spesifikasi umum atau kesimpulan proyek adalah sebagai berikut : 2.3.1 Fungsi Galeri Galeri berfungsi sebagai wadah atau tempat dimana di dalamnya terdapat kegiatan memamerkan dan menjual hasil karya seni perajin 2.3.2 Lingkup Kegiatan Galeri Kegiatan yang dilakukan di dalam galeri adalah sebagai berikut : 1.
Kegiatan pameran, bersifat tetap atau temporer
2.
Kegiatan penjualan hasil karya seni
3.
Kegiatan Produksi
2.3.3 Civitas Adapun civitas daripada galeri adalah sebagai berikut : 1.
Pengelola Galeri
2.
Pengunjung
3.
Pengerajin
2.3.4 Fasilitas dalam Galeri Fasilitas utama yang harus ada didalam galeri adalah ruang pameran atau pajangan dan ruang penjualan, sedangkan untuk fasilitas penunjang dari galeri tersebut adalah ruang workshop, ruang pengelola, ruang servis, ruang istirahat, lobby, dan lain-lain.
34
2.3.5 Pengelolaan Status kelembagaan dan pengelolaan galeri adalah milik swasta, dimana sumber pendanaannya diperoleh dari penjualan hasil karya seni dan tiket masuk pameran.
35