GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.
Pendahuluan
GALERI SENI UKIR BATU PUTIH.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
a.
Kelayakan Proyek
Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai selatan Jawa. Dan salah satu provinsi kota di Indonesia .Yang memiliki julukan sebagai kota pelajar, budaya, dan kota seni, Di bidang seni di Yogyakarta tidak kalah dengan kota kota lain yang ada di Indonesia, terbukti di Yogyakarta terkenal oleh seni ukir, seni tari dan tempat lahirnya para seniman -seniman terkenal. Di bidang seni ukir di Yogyakarta memiliki berbagai macan seni ukir diantaranya adalah seni ukir batu putih. seni ukir batu putih ini sudah cukup terkenal di berbagai kota. Seni ukir batu putih ini dimana bahan bakunya berasal dari batu putih atau batu paras batu ini cukup unik yaitu memiliki sifat yang gampang diukir dan halus. Batu putih ini bahan bakunya berasal dari daerah timur kota Yogyakarta yaitu di Kabupaten Gunung Kidul. Perkembangan seni ukir batu putih ini cukup pesat dan sudah menjadi salah satu komoditi unggulan di profinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan menempati urutan ke 7 dari 14 produk yang diunggulkan setelah mebel/ furniture. Jumlah perajin batu putih sendiri cukup banyak terbukti pada tahun 2006 jumlah perajin di gunung kidul mencapai 150 lebih dengan 15 perusahaan. Sedangkan di kabupaten Bantul sendiri sekitar 45 perusahaan dengan perajin kurang lebih sekitar 300 tenaga kerja perajin. 1
Sedangkan untuk peminat dari hasil kerajinan batu putih ini cukup banyak terbukti dari nilai mata dagang (semua barang yang menjadi barang perdagangan baik hasil bumi atau barang jadi hasil industri.) kota Yogyakarta per Januari S/D Desember 2003 sampai 2004 mengalami peningkatan 2%. Hasil kerajinan batu putih ini juga peminatnya tidak hanya berasal dari dalam negeri tapi juga di luar negeri. Hasil kerajinan ini dikirim keluar negeri diantaranya Jerman, Spanyol, Turki, Amerika Selatan Belanda, dan Jepang. Saat ini di Yogyakarta belum memiliki Galeri batu putih yang khusus memamerkan hasil kerajinan tersebut, ini terbukti dari hasil pengamatan saya di lapangan hampir setiap perajin memamerkan hasil kerajinannya dengan memajang
di tempat
mereka berkerja. Seperti halnya perajin asal Muntilan Bapak Nyoman memamerkan atau mengenalkan produk hasil kerajinannya pada konsumen dengan cara menitipkannya di showroom atau toko seni yang banyak di Yogyakarta. Dengan menitipkannya di showroom atau toko seni ini perajin tidak dapat memamerkan hasil dagangannya dengan mudah dan para peminat seni ini pun tidak dapat dengan leluasa melihat serta menghayati hasil seni ukir batu putih ini. Sehingga nilai seni yang terkandung dalam kerajinan batu putih ini rendah. Dengan rendah nya nilai seni ini maka rendah pula harga jualnya. Dengan pembuatan sebuah Galeri batu putih ini diharapkan masyarakat dapat mengenal kerajinan tersebut. Nilai seninya dapat dinikmati dengan begitu harga jual kerajinan batu putih ini dapat ditingkatkan serta karya seni yang terkandung dapat dirasakan
2
b.
Tinjauan Pustaka Seni ukir dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu applied art atau barang-
barang pakai, seperti perabot rumah tangga dan fine art atau seni murni, seperti patung dan relief. (Depdikbud : 1984, hal 3) Dilihat dari asal katanya, seni ukir berasal dari kata seni dan ukiran. Seni menurut K.H. Dewantara, adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidupnya dan bersifat indah, sehingga dapat menggetarkan jiwa perasaan manusia lainnya.(K.H. Dewantara dalam Soedarsono: 1976) Sedangkan ukiran adalah gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung (kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu gambar yang indah, pengertian ini berkembang hingga dikenal seni ukir membentuk gambar kayu, batu atau bahan-bahan lain. (Pikiran Rakyat Cyber media, Minggu 12 Januari 2003) Pengertian galeri berasal dari bahasa latin, galleria yang artinya sebuah bangunan yang salah satu sisinya terbuka tanpa pintu. Istilah galeri juga muncul sebagai tempat para seniman berpameran dan berjualan karya-karya seni rupa. (Mikke Susanto, 2002) Batasan pengertian galeri seni ukir adalah balai atau wadah kegiatan produksi, pameran (apresiasi), promosi, penyimpanan dan pengembangan wawasan terhadap karya-karya seni ukir yang merupakan ekspresi pengalaman artistik manusia hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia yang lain. Dalam hal ini, perilaku pengunjung dibatasi pada kegiatan dan kebiasaan pengunjung dalam mengamati obyek pamer di ruang pamer, dimana menunjukkan ketidaknyamanan pengunjung.
3
Perilaku pengunjung yang menjadi pertimbangan desain galeri, yaitu: kebiasaan pengunjung dalam mengamati benda koleksi, perilaku dasar pengunjung, orientasi, faktor alur pergerakan dan faktor pencapaian (David A. Robillard 1982 : 19) Perilaku pengunjung juga dipengaruhi oleh stamina setiap individu, dimana rasa lelah akan datang tiba-tiba dan pada saat itu pengunjung belum selesai dalam menikmati obyek pamer, maka perlu direncanakan ruang atau tempat istirahat didalam ruang pamer. Karakteristik dari ruang istirahat adalah membawa pengunjung ke dalam suasana lingkungan yang alami, sehingga pengunjung dibawa ke suasana santai. Selain itu halhal yang bersifat non arsitektural perlu juga diadakan, seperti disediakannya air untuk minum dan musik, sebagai media bersantai untuk pengunjung. Tinjauan aksesibilitas, menurut asal katanya accessibility yang berarti mudah dicapai. (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1990:5). Dalam hal ini, yang dimaksud aksesibilitas adalah mungkinnya semua orang untuk mengakses fasilitas tanpa bantuan orang lain. Aksesibilitas disini dibatasi pada pencapaian terhadap bangunan, kemudahan sirkulasi dan kemudahan pencapaian materi pamer. Berbicara tentang aksesibilitas tidak dapat lepas dari masalah sirkulasi. Definisi sirkulasi menurut Francis DK. Ching dalam bukunya, Arsitektur, Bentuk dan Susunannya, adalah sebagai tali yang mengikat ruang-ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan. (Francis DK. Ching, 2000:229) Sirkulasi terdiri dari beberapa unsur, yaitu pencapaian bangunan, jalan masuk kedalam bangunan, konfigurasi jalan, hubungan antara jalan dengan ruang dan bentuk ruang sirkulasi. (Francis DK. Ching, 2000:229)
4
Dalam sirkulasi juga harus diperhatikan karakteristik perilaku pengunjung. Mengacu pada buku Public Space Design In Museum, karya David A. Robilard, antara sirkulasi dan orientasi, berupa syarat-syarat spasial memiliki keterkaitan erat. Sirkulasi harus memberikan variasi pemandangan dan perubahan suasana. Selain itu harus menyediakan pusat orientasi yang jelas, sehingga pengunjung dengan mudah dan cepat dapat memetakan kedalam pikiran seluruh konfigurasi jalur yang ada dalam ruang pamer. (David A. Robillard, 1996:21) Untuk kemudahan pencapaian obyek pamer, maka perlu diperhatikan dimensi jarak penglihatan atau jarak pandang. Sehingga pengunjung bisa menikmati obyek pamer dengan nyaman. Pencahayaan juga mempunyai peranan penting pada bangunan galeri. Karena cahaya dapat memberi kesan visual yang menarik. Ada dua macam pencahayaan yang biasa digunakan, yaitu pencahayaan alami dan buatan. Hal utama yang harus diperhatikan dalam menentukan pencahayaan apa yang digunakan adalah kapan galeri itu digunakan, pada waktu siang hari atau malam hari? Apa yang dipamerkan? Selain mengacu pada standar dari galeri dan museum, galeri juga dilengkapi dengan ruang penunjang, berupa area service, ruang workshop dan ruang sebagai sarana edukasi, sehingga galeri dapat berfungsi sebagai wadah kegiatan promosi dan edukasi. Dan untuk menciptakan kenyamanan pengunjung, desain mengacu pada perilaku pengunjung dan kemudahan aksesibilitas. Kemudahan aksesibilitas dirasakan pengunjung dari pencapaian bangunan, dengan penataan eksterior bangunan galeri, kemudahan mengakses obyek pamer dan kemudahan sirkulasi.
5
1.2
Rumusan Masalah Bagaimana merancang Galeri Seni Ukir batu putih di Yogyakarta yang dapat
mewadahi karya seni ukir batu putih di Yogyakarta serta dapat menjadi tempat promosi, apresiasi dan informasi tentang batu putih. 1.3
Tujuan merancang Galeri Seni Ukir batu putih di Yogyakarta yang dapat mewadahi
karya seni ukir batu putih di Yogyakarta serta dapat menjadi tempat promosi, apresiasi dan informasi tentang batu putih. 1.4
1.5
Sasaran ¾
Melakukan studi tentang galeri.
¾
Melakukan studi seni ukir.
¾
Melakukan studi tentang Yogyakarta.
¾
Melakukan studi tentang Ruang pamer.
Lingkup ¾
Seni ukir dibatasi pada benda dua dimensi yang berupa relief dan benda tiga dimensi yang berupa patung dan furniture
¾
Galeri dibatasi pada bangunan Galeri
¾
Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site unit gedung tersebut
¾
Ruang pameran dibatasi dalam kegiatannya didalam ruang pamer, yaitu ingin cepat selesai melihat materi koleksi, cepat bosan, cepat lelah, kebingungan didalam ruang pamer, keinginan melihat materi koleksi lebih detail, kebiasaan dalam membuat jalur sirkulasi dan aktivitas lainnya yang
6
menunjukkan ketidaknyamanan pengunjung dalam mengamati obyek pamer. ¾
Pencahayaan alami dibatasi pada pencapaian terhadap bangunan, arah datangnya lamanya penyinaran.
1.6
Metode 1.
Metode mencari data ¾
Wawancara Ditujukan pada pengusaha dan seniman seni ukir, Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Yogyakarta
¾
Observasi Pengamatan langsung pada ruang pamer perusahaan kerajinan di Yogyakarta
¾
Studi Pustaka Mempelajari tentang pencahayaan, sirkulasi dan penataan ruang pamer galeri serta ruang-ruang penunjangnya. Dan studi mengenai galeri seni yang sudah terbangun baik didalam negeri maupun diluar negeri
¾
Studi Banding Melihat langsung bangunan sejenis yang ada di Yogyakarta
2.
Metode Mengalisis Data ¾
Kuantitatif
7
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Yogyakarta 1994-2006. ¾
Kualitatif Berdasarkan data kuantitatif, terjadi peningkatan pada produksi dan ekspor hasil karya seni ukir .
3.
Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan adalah menggunakan sistem fleksibilitas
ruang pamer serta kesatuannya dengan ruang-ruang penunjang. Dalam hal ini sistem tersebut diaplikasikan pada penzoningan ruang-ruang. 1.7
Sistematika Penulisan BAB 1
:
Pendahuluan Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode, dan sistematika penulisan.
BAB 2
:
Tinjauan Seni Ukir batu putih di Yogyakarta Mengungkapkan seni ukir batu putih di Yogyakarta dan segala potensi Yogyakarta
BAB 3
: Tinjauan Teoritis Galeri Seni Mengungkapkan design requirement Galeri Seni, studi banding galeri yang sudah ada baik didalam negeri maupun diluar negeri
BAB 4
:
Analisis Menuju Konsep Perencanaan dan Perancangan Galeri Seni Ukir batu putih di Yogyakarta.
8
Menuju konsep Perencanaan dan Perancangan bangunan Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang di aplikasikan pada lokasi atau site tertentu. BAB 5
:
Konsep Perencanaan dan Perancangan Galeri Seni Ukir Btu putih di Yogyakarta. Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan dalam rancangan fisik arsitektural.
9