BAB II PEMAHAMAN TERHADAP “FASILITAS AGROWISATA TERINTEGRASI DENGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL”
Pada BAB II Pemahaman Terhadap Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisional ini, penulis akan menjelaskan pengertian mengenai Agrowisata, Sejarah Perkembangan Agrowisata di Indonesia, Faktorfaktor yang berhubungan dengan Agrowisata, Permukiman Tradisional, Tanaman yang dibudidayakan, Hubungan Arsitektur dengan lingkungan, Hubungan Arsitektur dengan Permukiman Tradisional,
serta contoh studi banding yang
menjelaskan tempat-tempat sejenis yang sudah ada sebelumnya. 2.1 Pengertian Agrowisata Agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi khusus pariwisata di usaha tani rumah tangga yang dapat berdampak ganda terhadap aspek ekonomi dan aspek sosial dan permukaan (landscape) areal pedesaan. Agrowisata juga berarti pariwisata di bidang pertanian yang bertujuan memberikan ilmu dan pengetahuan pengalaman mengenai wisata kebun dan
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 6
pertanian. Dimana pada Agrowisata tersebut juga terdapat fasilitas pertunjukan didalam perternakan, perkebunan dan pertanian. Agrowisata atau Agroturisme di Indonesia di definisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian dan perkebunan. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian dan meningkatkan sumber daya alam yang terdapat di dalamnya. Melalui pengembangan Agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani dan mensejahterakan masyarakat sekitar sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Deptan, 2005). Contoh Agrowisata dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 : Contoh Agrowista di Kota Batu Malang Sumber :q-ec.bstatic.com diakses 6 Oktober 2015
Pada era ini, manusia di bumi hidupnya dipenuhi dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Pengembangan Agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan Agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Sedangkan Agrowisata Terbuka lebih kepada bagaimana menyaksikan alam.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 7
Selanjutnya Agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut: 1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami
Gambar 2.2: Contoh Agrowisata di Ruang Terbuka Sumber :kabarindonesia.com diakses 6 Oktober 2015
Objek Agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. Disini masyarakat melakukan kegiatan apa yang mereka ingin kerjakan. Untuk memberikan suasana kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Contoh Agrowisata terbuka alami adalah kawasan, Suku Tengger di Jawa Timur, Bali dengan teknologi subaknya, dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian. 2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan
Gambar 2.3: Contoh Agrowisata di Ruang Terbuka Buatan Sumber : 3.bp.blogspot.com diakses 6 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 8
Kawasan Agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasankawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Contoh Agrowisata ruang terbuka buatan dapat dilihat pada Gambar 2.3. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. 2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Agrowisata Agritourism bermula dari ecotourism. Ecotourism adalah yang paling cepat bertumbuh diantara model pengembangan pariwisata yang lainnya di seluruh dunia, dan memperoleh sambutan yang sangat serius. Ecotourism dikembangkan di negara berkembang sebagai sebuah model pengembangan yang potensial untuk memelihara sumber daya alam dan mendukung proses perbaikan ekonomi masyarakat lokal. Ecotourism dapat menyediakan alternatif perbaikan ekonomi ke aktivitas pengelolaan sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat lokal. Agritourism telah berhasil dikembangkan di Switzerland, Selandia Baru, Australia, dan Austria. Sedangkan di USA baru tahap permulaan, dan baru dikembangkan di California. Beberapa keluarga petani sedang merasakan bahwa mereka dapat menambah pendapatan mereka dengan menawarkan pemondokan bermalam, menerima manfaat dari kunjungan wisatawan (Rilla, 1999). Pengembangan Agritourism merupakan kombinasi antara pertanian dan dunia wisata untuk liburan di desa. Objek agrowisata umumnya masih berupa hamparan suatu areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola secara modern dengan nuansa barat dengan orientasi objek keindahan alam dan belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal masyarakat. Pengembangan pariwisata alam harus benar-benar dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan pengelolaan yang cermat, tidak terjebak dan tergiur pada keuntungan ekonomi jangka pendek, tetapi harus berkembang secara berkelanjutan.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 9
2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Agrowisata Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu Agrowisata dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata, menurut Spillane (1994) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga Agrowisata) ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini: 1. Attractions Dalam konteks pengembangan Agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut. 2. Facilities Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar. 3. Infrastructure Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, system pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan raya dan system keamanan. 4. Transportation Transportasi umum, bis-terminal, system keamanan penumpang, system informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata. 5. Hospitality Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik. Agrowisata juga disebut wisata yang memiliki kategori aktif. Dimana dijelaskan di sini bahwa wisata aktif adalah wisata yang terlibat atau bersentuhan langsung dengan daya tarik wisata. Pariwisata ini adalah wisata yang dimana pelaku terlibat langsung di dalam peristiwa. Keterlibatan langsung para wisatawan memberikan suasana khas bagi pariwisata, dan tentu saja menuntut penanganan yang berbeda apalagi bila keterlibatan tersebut mengandung resiko tinggi.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 10
Sedangkan untuk pemilihan lokasi wilayah pertanian yang akan dijadikan objek Agrowisata perlu dipertimbangkan, di antaranya mempertimbangkan kemudahan mencapai lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan Agroindustri. 2.1.3 Tanaman Yang Dibudidayakan 1.
Jeruk
Gambar 2.4: Jeruk Sumber: sukawanabali.blogspot.co.id diakses 7 Oktober 2015
Jeruk umumnya di ambil dikarenakan rasa yang manis dan memiliki manfaat dimana terdapat vitamin c yang melimpah, kemudian tanaman ini juga tumbuh di perkebunan yang memiliki suhu udara yang sejuk dan biasanya terdapat di dataran tinggi. Dapat diliht pada Gambar 2.4 Adapun karakteristik jeruk keprok: a. Daun dan Batang, daunnya duduk saling berhadapan satu-satu, kecuali golongan Poncirus yang terdapat tiga-tiga (trifoliata). Daunnya beraroma spesifik karena mengandung minyak asiri (minyak terbang). b. Akar, pohom jeruk memiliki akar tunggang bercabang besar panjang dan memiliki beberapa akar rambut. Akar tunggang bila mencapai tanah keras atau tanah berair akan berhenti. Namun bila tanah gembur dapat mencapai 4 m. c. Bunga, bunga ke luar setelah berbentuk trubus (tunas muda) pada ujung-ujung cabang secara tunggal. Warna mahkota bunga putih, pada ujungnya bercanggap seperti bintang. Tanaman dapat berbunga sepanjang tahun, asalkan kondisi ekosistemnya memenuhi syarat pembungaan. d. Buah, buah matang 4-6 bulan setelah berbunga, biasanya terjadi pada bulan MeiJuni. Untuk jeruk besar, musim buah utama pada bulan Juni-September. Buah jeruk tergolong berbiji banyak dan kulit buahnya banyak mengandung minyak asiri. Buah jeruk umumnya berbentuk bulat.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 11
e. Agroekologi, tanaman jeruk dapat ditanam di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi pada suhu 20-30 C. Jeruk keprok baik ditanam di ketinggian 1001.300m dpl dengan iklim relatif kering dan berada di tempat terbuka. 2. Kopi Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Tanaman kopi dapat dilihat pada Gambar 2.5. Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika dan robusta. Biji kopi dapat diolah menjadi minuman kopi yang memiliki rasa dan aroma yang menarik, kopi juga dapat menurunkan resiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu dan berbagai penyakit jantung.
Gambar 2.5: Kopi Sumber: www.bali-bisnis.com diakses 7 Oktober 2015
Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji kopi jenis ini. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 m bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-260C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap. 1. Cengkeh
Gambar 2.6: Cengkeh Sumber:sukawanabali.blogspot.co.id diakses 7 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 12
Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri. Dalam proses pengolahan cengkeh, sebelumnya perlu dijemur agar kering kurang lebih selama 4 sampai 5 hari. Dari awal bibit ditanam hingga untuk mendapatkan hasil panen yang pertama membutuhkan waktu 3 bulan, kemudian untuk panen-panen selanjutnya dapat dipanen setiap tahun sekali. Harga jual dari cengkeh ini adalah Rp.50.000 sampai Rp.100.000 per kilogramnya. Dapat dilihat pada Gambar 2.6 dimana cengkeh yang sudah dikeringkan dan yang belum. 2.1.4 Hubungan Arsitektur dan Lingkungan Atas dasar hubungan antara arsitektur dan lingkungannya maka perhatian kepada
arsitektur
diahlihkan
kepada
arsitektur
kemanusiaan
yang
memperhitungkan juga keselarasan dengan alam maupun kepentingan manusia penghuninya. Pembangunan menurut kebutuhan manusia itu dinamakan pembangunan secara biologis atau arsitektur biologis. Biologis berasal dari kata bios yang berarti alam kehidupan/alam tumbuh-tumbuhan dan logos berarti dunia teratur atau dunia berakal. Istilah arsitektur biologis tersebut memperlihatkan hubungan erat antara manusia dan lingkungan atau alam sekitar. Berikut dipaparkan berbagai jenis bahan yang sesuai dengan konsep agrowisata diantaranya yaitu : 1. Kayu Pilihan atas suatu bahan bangunan tergantung pada sifat-sifat biologis, teknis, ekonomis dan keindahan. Kayu sebagai bahan bangunan biologis, maka perlulah diketahui sifat-sifatnya sepenuhnya. Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan manusia. Diperkirakan abad-abad yang akan datang, kayu semakin lama semakin dibutuhkan (Frick, 1991). Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu sebagai bahan bangunan biologis mempunyai sifat-sifat utama antara lain: a. Kayu merupakan sumber daya alam yang tidak akan habis apabila dikelola dengan cara yang baik. b. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses dan dijadikan barang lain. c. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu dapat diolah menjadi berbagai material bangunan dalam bangunan,
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 13
yang membuat bangunan tersebut terkesan alami dan biologis. Pengaplikasian material kayu dapat dilihat seperti pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 : Pengaplikasian Material Kayu Sumber:www.karyakukusen.com diakses 6 Oktober 2015
2. Bambu Pada umumnya bambu sebagai bahan bangunan biologis didapatkan hampir di seluruh Indonesia. Bambu adalah bahan ramuan yang penting, sebagai pengganti kayu. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua dan berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan yang mengkilap. Yang termasuk jenis bambu tahan lama antara lain : bambu petung dan bambu gombong untuk jenis besar, bambu andong dan bambu temen untuk jenis sedang, bambu apus dan bambu tali untuk jenis kecil. Pengaplikasian material bambu dapat dilihat seperti pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8: Pengaplikasian Material Bambu pada Bangunan Sumber : www.designboom.com diakses 6 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 14
3. Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput yang banyak ditemukan di daerah tropis. Akar rimpangnya yang sulit dihancurkan, merusak tanaman-tanaman pertanian. Bijinya sangat mudah disebarkan angin, sehingga dalam waktu singkat dapat menguasai daerah yang luas. Atap alang-alang dibuat seperti atap rumbia. Rumput tersebut dikeringkan terlebih dahulu. Oleh karena alang-alang kurang panjang daripada rumbia, maka jalon berukuran lebih kecil. Pengaplikasian material alang-alang dapat dilihat seperti pada Gambar 2.9.
Gambar2.9: Pengaplikasian Material Alang-alang pada Bangunan Sumber : csglobe.com diakses 6 Oktober 2015
4. Batu Alam Batu alam seperti bahan alam yang lain, tercipta dan terkandung dalam suatu peredaran alam yang tertutup. Batu alam cocok untuk membuat dinding batu sebagai dinding dari bahan biologis, terutama dinding batu alam yang kering. Pengaplikasian material batu alam dapat dilihat seperti pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 : Pengaplikasian Material Batu Alam pada Bangunan Sumber : bakoelbata.com diakses 6 Oktober 2015
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 15
Perencanaan arsitektur biologis dengan bahan bangunan biologis merupakan suatu lintas ilmu yang melibatkan banyak ahli. Kerja sama yang baik antara ahli yang terlibat akan memungkinkan optimalisasi dalam perencanaan. Yang terpenting pada prinsip ini ialah ide sebagai dasar perencanaan meskipun terdapat kesulitan-kesulitan, misalnya bahan bangunan, letak site, iklim, keuangan dan sebagainya. 2.2
Permukiman Tradisional Permukiaman dapat dikatakan sama seperti sarang dimana pada sarang
mahkluk hidup tumbuh dan berkembang kemudian mengetahui daerah sekitarnya , beradaptasi dengan lingkungannya. Dan lingkungannya disini dinamakan habitat dimana habitat merupakan tempat makluk hidup berorganisasi melakukan segala aspek yaitu dari aspek sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Dari analogi diatas didapatkan bahwa permukiman diartikan sebagai perumahan atau kumpulan tempat tinggal dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan ada didalam permukiman tersebut. Kemudian menurut Charles Abram beliau mengartikan bahwa permukiman tidak hanya tempat berlindung melainkan bagian daripada kehidupan komunitas dan keseluruhan lingkungan sosial. Permukiman juga diartikan kumpulan dari beberapa rumah dan manusioa yang menempatinya. Hal ini menandakan bahwa permukiman telah ada sejak adanya masyarakat yang berbudaya. Terhadap pola permukiman dapat dicatat adanya pendekatan ekologi yaitu, proses terbentuknya relung (niche) dan gheto dalam proses biologiv yang mencoba menerangkan terbentuknya pola permukiman. Dari susunan pola rumah yang di bentuk oleh masyarakat bali aga juga memiliki keunikan ruang yaitu dimana setiap ruang memiliki bentuk dan fungsi yang sangat focus di peruntukan. 2.2.1 Hubungan Agrowisata dengan Permukiman Tradisional Agrowisata adalah kegiatan wisata yang memberikan pengalaman dan pengetahuan dibidang perkebunan dan pertanian, dimana disini wisata yang disajikan yaitu berkaitan dengan alam di sektor perkebunan dan pertanian adapun hal ini dikarenakan pada desa tradisional merupakan desa yang memiliki potensi agrowisata di sektor perkebunan dan pertanian ini dikarenakan demografi daripada
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 16
desa tradisional yaitu memiliki curah hujan rata rata 1800 s/d 1887 mm/tahun atau rata rata 149 hari kalender. Permukiman tradisional juga sangat kental dengan adanya unsur seperti kebudayaan dan agama, dimana kedua hal tersebut merupakan factor penentu daripada terciptanya permukiman tradisional. Dan juga biasanya permukiman tradisional ini terletak pada daerah yang masih belum ramai contohnya yaitu di pegunungan. Permukiman tradisional merupakan permukiman yang di bentuk oleh adanya hubungan agama dan kebudayaan yang terdapat didalam suatu daerah. Disamping digunakan sebagai aktifitas, rumah tradisional juga di gunakan sebagai tempat aktifitas psikologi jadi pada pemukiman Bali Aga kedua unsur ini harus saling berkaitan dan berhubungan.
Gambar 2.11 : Permukiman Tradisional Sumber : Dokumentasi 12 Oktober 2015
Adapun hal yang di jelaskan disini sejarah Indonesia kuna yang dimiliki dan yang sedang mengalami perkembangan pesat sejalan dengan model pendekatan baru yang melibatkan ilmu-ilmu sosial untuk memberikan eksplansi terhadap objek sejarah yang di jadikan penelitian. Implikasinya yaitu terletak pada design bangunan yang terdapat pada daerah itu sendiri. Terlihat pada Gambar 2.11. Pengaruh rumah adat tradisional di ambil dari letak geografis daripada site, kemudian kebutuhan yang di miliki oleh masyarakat itu sendiri dan kebiasaan masyarakat di dalam lingkungannya. Adapun tipe rumah dan beberapa hal mengenai permukiman tradisional dapat dilihat pada Gambar
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 17
Gambar 2.12 :Bentuk dan Pola Permukiman Tradisional Sumber : http://www.naturalsunrisetour.com diakses 7 oktober 2015
Pada gambar di atas merupakan gambar yang meunjukan bahwa permukiman tradisional memiliki karakteristik yang lain yaitu terletak di daerah pedalaman dan banyak juga terletak di daerah pegunungan dan struktur penyusun bangunan nya juga menggunakan bahan yang didapat dari alam seperti bambu tanah liat, bata dan kayu. 2.3 Studi Banding Studi ini menjelaskan tempat-tempat sejenis yang telah ada sebelumnya, menjelaskan bagaimana contoh objek fasilitas
agrowisata dan permukiman
tradisional yang dapat dijadikan objek materi pembelajaran dan dapat menunjang bagaimana aktifitas yang terjadi di dalamnya organisasi ruang yang terdapat di dalamnnya kemudian bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya..
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 18
2.3.1 Bagus Agro Plaga
Gambar 2.13 : Suasana Pemandangan Bagus Agro Plaga Sumber : Dokumentasi 10 Oktober 2015
Bagus Agro Pelaga terletak diperbukitan dengan ketinggian 950 m dari permukaan laut, terletak di Jalan Raya Puncak Mangu, Desa Petang, Kecamatan Pelaga, Kabupaten Badung, Bali. Bagus Agro Pelaga merupakan sebuah kawasan Agrowisata yang dibangun oleh The Bagus Discovery Group. Dapat dilihat pada Gambar 2.12 terlihat suasana daripada Agrowisata Bagus Agro Plaga. Kawasan ini menawarkan wisata agro yaitu kegiatan wisata dimana tanaman menjadi objeknya mulai dari pembibitan, penanaman, perawatan hingga pemetikan. Berbagai macam tanaman terdapat di dalamnya, antara lain anggrek, sayur-sayuran, jagung, kacang-kacangan, stroberi, pisang dan kopi. Kawasan Bagus Agro Pelaga ini luasnya sekitar 18 hektar. Sistem perkebunan disini menggunakan sistem tetes untuk pengairannya, berbeda dengan sistem subak yang digunakan untuk pertanian tradisional Bali. Sistem tetes memungkinkan untuk mengatur aliran air dengan lebih efektif dan lebih efisien, yang sangat cocok untuk perkebunan. Dapat dilihat pada Gambar 2.13 bagaimana siteplan kasar daripada Agrowisata Bagus Agro Plaga yang terletak di Desa Plaga Kecamatan Petang, Badung.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 19
U
PADMASANA
SERVICE WANTILAN
BACK OFFICE
PERKEBUNAN
LOBBY
ROOM VILLA
MEETING ROOM
PERKEBUNAN
PARKIR
ROOM VILLA
RESTAURANT
ROOM VILLA
PERKEBUNAN
ROOM VILLA
Gambar 2.14 : Siteplan Kasar Bagus Agro Plaga Agrowisata Sumber : Observasi 2015
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 20
2.3.2 Aloevera Bali Agrowisata Lokasi perkebunan Aloevera Bali atau Lidah Buaya bertempat di Banjar Bonbiu, Desa Saba, Kecamatan Blah Batuh. Area Perkebunan seluas satu hektare ini dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan tujuan untuk berlibur. Aloevera Bali adalah agrowisata Bali untuk perkebunan lidah buaya dimana di perkebunan ini pengunjung dapat melihat bagaimana perkembangan aloevera dari awal 0 % hingga sampai titik panennya. Perkebunan ini di kembangkan dengan pola system plasma yaitu kerjasama PT Aloevera Bali dengan petani setempat. Saat ini perkembangan aloevera hanya digunakan untuk pembuatan pupuk yang berguna untuk tumbuhan kacang-kacangan selain digunakan untuk kecantikan. Aloevera Bali atau yang dikenal dengan Alove Bali ini berdiri di lahan seluas satu hektare dan dimana pembagian lahannya yaitu 72 are merupakan lahan yang di budidayakan oleh plasma petani dan 28 are lagi di kelelola oleh pihak Alove Bali. Adapun seseorang yang berkebangsaan asinag yaitu Mr. Hendrikus Johanes Swaneberg selaku komisaris utama prihatin dengan penghidupan para petani di desa ini. Dapat dilihat pada Gambar 2.14 mengenai suasana pada Agrowisata Alovera Bali.
Gambar 2.15 : Aloevera Bali Agrowisata Sumber : Dokumentasi 10 Oktober 2015
Adapun fasilitas fasilitas yang terdapat di dalam arowisata lidah buaya ini yaitu adalah adanya warung penjual makanan dan minuman, toilet serta area parkir yang cukup memadai bagi wisatawan. Untuk mencapai lokasi ini hanya memerlukan waktu sekitar 25 menit karena jarak tempuh perjalanan yang tidak begitu
jauh
dari
Kota
Denpasar,
tepatnya
kurang
lebih
14
km.
Dapat dilihat pada Gambar 2.15 bagaimana siteplan kasar daripada Aloevera Agrowisata. Terlihat bahwa agrowisata ini juga menawarkan pengolahan di bidang Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 21
pabrikasi lidah buaya. Pengaruh asing mampu menjadi bagian dari tetap eksisnya pesona wisata Bali dimata dunia pada umumnya dan di bumi pertiwi ini tentunya.
U PERKEBUNAN
PENGOLAHAN ALOVERA
PERKEBUNAN
OFFICE
OFFICE
PABRIKASI
PABRIKASI
PENGOLAHAN ALOEVERA BALE
BALE
Gambar 2.16 : Siteplan Kasar Alovera Bali Agrowisata Sumber : Observasi 2015
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 22
2.3.3 Permukiman Tradisional Desa Penglipuran Kubu, Bangli, Bali Permukiman tradisional Desa Penglipuran ini merupakan permukiman yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Konon permukiman ini merupakan permukiman yang berasal dari migrasinya penduduk Desa Bayung Gede yang terletak di Kecamatan Kintamani, Bangli. Adapun arti dari pada kata Penglipuran yaitu diambil dari kata lipur yang berarti menghibur hati. Pondok-pondok di daerah hutan sebagai tempat untuk menghibur hati sambil bekerja diladang yang kemudian menjadi Desa Penglipuran. Sumber dari pada tokoh agama menyebutkan bahwa penglipuran memiliki makna yaitu pengeling pura, yaitu tempat suci untuk mengenang leluhur. Dikarenakan Desa Penglipuran merupakan Desa Bali Aga maka tidak dapat terlepas dari adanya kebudayaan antara masyarakat dan lingkungannya.
Gambar 2.17 :Desa Penglipuran Sumber : Observasi 2015
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 23
Dapat dilihat pada Gambar
bagaimana siteplan kasar daripada Permukiman
Tradisional Desa Penglipuran Kubu, Bangli, Bali
Gambar 2.18 :Site Plan Desa Penglipuran Sumber : Buku Arsitektur dan Kebudayaan kuno
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 24
2.4 Spesifikasi Umum Proyek Dari kesimpulan teori dan juga studi banding yang didapat, dapat dijelaskan spesifikasi umum dari Fasilitas Agrowisata Terintegrasi dengan Permukiman Tradisional yang akan dirancang sebagai berikut: 2.4.1. Pengertian Fasilitas
Agrowisata
Terintegrasi
Dengan
Permukiman
Tradisional
merupakan sebuah tempat wisata, dimana wisata yang ditawarkan merupakan wisata yang berbeda dengan wisata perkotaan. Tempat wisata ini ialah sebagai tempat berekreasi di perkebunan dimana fasilitas penunjang yaitu permukiman tradisionalnya sebagai tempat penginapan. Dan juga sebagai tempat beristirahat menghilangkan kejenuhan tinggal di perkotaan, mendapatkan petualangan baru, makanan yang alami karena dapat dipetik langsung dari kebunnya dan mendapatkan suasana yang berbeda dari perkotaan. 2.4.2. Tujuan a Tujuan Sosial Sebagai tempat pelestarian sumber daya alam, dapat memunculkan peluang bagi penduduk lokal khususnya petani untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup mereka, menjadi sarana yang baik untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya pertanian, mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa (Agrowisata) dan menjadi media promosi bagi produk lokal dan membantu perkembangan daerah dimana tempat Agrowisata Perkebunan ini dibangun. b Tujuan Komersial Tujuan komersial berupa peyediaan jasa pemandu wisata perkebunan serta menyediakan fasilitas-fasilitas komersial berupa penginapan yang terintegrasi dengan permukiman tradisional, restaurant dan toko yang menjual souvenir dan buah-buahan. 2.4.3. Lingkup Kegiatan Dalam fasilitas agrowisata ini terdapat beberapa lingkup kegiatan, antara lain:
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 25
a Kegiatan Utama Kegiatan utama yaitu kegiatan utama yang terdapat dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini. Kegiatan utama yang diwadahi dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini ialah kegiatan rekreasi perkebunan dan perdagangan berupa souvenir maupun buah-buahan. b Kegiatan Penunjang Kegiatan Penunjang yaitu kegiatan yang dilakukan dalam mendukung dan melengkapi kegiatan utama. Kegiatan penunjang yang diwadahi dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini ialah kegiatan hunian berupa penginapan dan kegiatan pelayanan makan dan minum berupa restaurant. c Kegiatan Pengelolaan Kegiatan pengelolaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam mendukung kegiatan utama dan penunjang sebagai suatu fungsi terhadap pelindung, pengelolaan, pemeliharaan dan administrasi dari proyek ini. Kegiatan pengelolaan yang diwadahi dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini ialah kegiatan perkebunan, kegiatan pengolahan hasil perkebunan dan kegiatan pengelolaan kantor. 2.4.4. Pelaku Kegiatan Dalam fasilitas agrowisata ini terdapat beberapa pelaku kegiatan, antara lain: a. Wisawatan atau konsumen Merupakan tamu atau konsumen baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang datang untuk berekreasi serta memperoleh pelayanan penunjang yang ditawarkan pada fasilitas agrowisata ini. b. Pengelola Dalam perencanaan fasilitas agrowisata ini terdapat pelaku kegiatan pengelola sebagai berikut: 1) Pengelola staff pelayanan, yaitu staff kebersihan, staff perkebunan, staff penginapan, staff restaurant, staff pengolahan, staff perdagangan dan staff keamanan. 2) Pengelola staff administrasi, yaitu karyawan, sekretaris, asisten manager dan general manager.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 26
2.4.5. Fungsi Dari penjabaran di atas terdapat beberapa fungsi dalam Fasilitas Agrowisata, dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Fungsi Rekreasi Fungsi rekreasi yaitu rekreasi perkebunan yang terdapat pada fasilitas agrowisata ini dengan penyediaan jasa pemandu wisata, pengunjung dapat berkeliling kebun dan memetik langsung buah dari kebunnya. Selain itu rekreasi ini juga mengandung pengetahuan yaitu pembelajaran mengenai perkebunan misalnya pengolahan hasil perkebunan. b. Fungsi Perdagangan Fungsi perdagangan yaitu penjualan hasil perkebunan yang terdapat pada kebun di fasilitas agrowisata ini dan penjualan berupa produk hasil perkebunan. c. Fungsi Pelayanan Makan dan Minum Fungsi pelayanan makan dan minum yaitu penyediaan jasa pelayanan makan dan minum berupa restaurant. d. Fungsi Hunian Fungsi hunian yaitu penyediaan jasa penginapan yang ditujukan kepada wisatawan yang ingin menginap baik itu wisatawan mancanegara maupun domestik (permukiman tradisional). e. Fungsi Perkebunan Fungsi perkebunan yaitu berupa perkebunan yang dikelola oleh staff perkebunan untuk mendukung tempat fasilitas agrowisata ini. f. Fungsi Pengolahan Fungsi pengolahan yaitu berupa pengolahan hasil perkebunan menjadi makanan atau cemilan yang nantinya akan dikemas menjadi sebuah produk dan dijual di toko yang terdapat pada fasilitas agrowisata ini. g. Fungsi Pengelolaan Fungsi pengelolaan yaitu berupa pelayanan dan fungsi terhadap pengelolaan agrowisata, baik dalam pemeliharaan, pengelolaan fasilitas dan administrasi. 2.4.6 Fasilitas Fasilitas fasilitas yang akan di bangun : Fasilitas Utama
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 27
Restaurant
Penginapan yang berbasis permukiman tradisional
Area pemeliharaan tanaman agro
Stage-stage penjualan produk
Tempat pengolahan produk
Fasilitas Penunjang
Parkir
Kamar mandi
Pura wantilan
Meeting room/lobby
Fasilitas Pengelola
Kantor Pengelola
Loker
Fasilitas Service
Gudang
Ruang Genzet
Ruang ME
2.4.7. Persyaratan Persayaratan yang digunakan di dalam merancang fasilitas agrowisata yaitu : a) Akses utama yang lancar namun dalam akses menuju kawasan di buat agak sempit untuk menunjukan adanya nuansa yang alami. b) Keberadaan tapak yang jauh dari keramaian dan hirukpikuk kota.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. 28