BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KERAJINAN TRADISIONAL PERUNGGU
2.1 Pemahaman Terhadap Galeri Pemahaman tentang galeri menjelaskan tentang pengertian, bentuk, jenis, fungsi dan peranan galeri, penyajian koleksi hingga pengelolaan dan pengunjung galeri. 2.1.1 Galeri 2.1.1.1 Pengertian Galeri Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai galeri :
Menurut extimologinya kata gallery atau galeri, berasal dari bahasa latin : Galleria. Galleria dapat diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni 1
Gallery yang bersifat milik pribadi untuk menjual barang seni, sebagian besar memiliki ruang yang lebih kecil dari museum dan tidak disiapkan untuk menerima pengunjung dalam jumlah besar. Dalam gallery yang harus diperhatikan adalah perencanaan ruang, pencahayaan, dan warna harus baik hingga mendukung objek yang dipamerkan 2
Galeri merupakan sebuah bangunan atau hall dimana hasil karya seni dipamerkan, atau sebuah institusi yang menjual benda – benda seni 3 Jadi berdasarkan ketiga pengertian galeri tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa galeri merupakan sesuatu lembaga dimana fungsinya untuk mempromosikan hasil karya seni dan di dalamnya terdapat kegiatan pelelangan karya seni serta tempat untuk kegiatan pameran, melindungi, dan mengembangkan karya seni sehingga nantinya dapt diapresiasikan masyrakat luas serta dapat menarik wisatawan. 1 2 3
Ensiklopedia Nasional Indonesia, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1986 Jhon F Pile, 2003 The American Herritage Dictionary of English
7
2.1.1.2 Bentuk Galeri Bentuk galeri seni dapat di bagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :4 1.
Galeri yang merupakan bagian dari studio seorang pelukis/pematung atau seniman lainnya.Di dalam galeri ini hanya dipajang karya seniman itu sendiri. Galeri terletak dalam suatu ruangan atau terpisah dengan studionya.
2.
Galeri yang merupakan bagian dari studio seniman di dalamnya juga terpajang karya-karya seniman lainnya, disamping karyanya sendiri. Bentuk seperti ini banyak dilakukan oleh seniman-seniman Bali dan kegiatan ini sudah bersifat bisnis.
3.
Galeri yang merupakan kegiatan dagang murni karena dikelola seorang yang bukan seniman aktif. Adakalanya pengelolaan itu bersifat pribadi, bahkan sering pula disertai kegiatan menyewa karya seni kepada orang-orang tertentu. Ada sementara pemilik galeri yang setelah kuat finansialnya, memilih karya seni tersebut untuk menjadi koleksi pribadinya, dengan harapan semoga di kemudian hari bisa menjadi museum khusus atau diserahkan pada pemerintah.
2.1.1.3 Jenis Galeri Jenis galeri dalam hal ini adalah, sifat dari galeri yang lebih mengkhususkan diri dalam mengoleksi hasil kerajinan yang bersangkutan untuk dijual atau dipamerkan. Pada umumnya dilakukan oleh galeri yang sudah mengalami perkembangan /kemajuan dalam hal penyajian karya kerajinan. Sepeti galeri yang mengkhususkan diri untuk mengoleksi karya kerajinan perunggu, dll. 2.1.1.4 Fungsi dan Peranan Galeri Galeri memegang peranan besar di dalam menentukan perkembangan karya seni, khususnya seni kerajinan perunggu di masa yang akan datang untuk dpromosikan, dijual, dan diabadikan serta menyimpan karya seni tersebut. Adapun fungsi dan peranan galeri adalah sebagai berikut : 5
4 5
Tusan dalam Jelantik, op cit. 6 : Hal.II-2 www.google.com/fungsi galeri/5 Oktober 2011
8
1. Untuk menonjolkan seni-seni tampak 2. Sebagai tempat untuk pembelajaran kegiatan seni dan penelitian. 3. Sebagai tempat untuk melakukan pameran 4. Sebagai tempat rujukan orang ramai atau tempat untuk berekreasi. Selain itu, menurut pengarah Galeri Shah Alam, Wan Zakaria Wan Ismail fungsi dan peranan galeri tersebut adalah untuk mendidik masyarakat supaya mereka lebih berminat dan prihatin kepada seni dan sebagai tempat untuk pusat latihan bagi penggiat seni dan budaya. 2.1.1.5 Penyajian Koleksi Galeri Penyajian benda-benda koleksi dalam galeri memegang peranan penting, karena dengan cara ini koleksi dapat diinformasikan dan berkomunikasi dengan pengunjung, Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal penyajian koleksi, antara lain : a. Teknik Penataan Pameran Teknik ini dilaksanakan bila sudah memenuhi beberapa prinsip umum untuk penataan dan membuat suatu desain. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sistematika atau jalan cerita yang akan dipamerkan (story-line) 2. Tersedianya benda galeri atau koleksi yang akan menunjang jalannya cerita dalam pameran. 3. Teknik dan metode pameran yang akan dipakai dalam pameran. 4. Sarana dan prasarana yang akan dipakai, dana yang perlu disediakan. b. Metode Pameran Dalam penyajian pameran dipergunakan tiga macam metode, yaitu : 6
6
Rapini, Ni Nyoman, Tata Pameran Museum Negeri Propinsi Bali, 1995/1996, Bab III : 17
9
1. Metode penyajian Estetis, yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi dengan memperhatikan segi keindahan dari benda-benda yang dipamerkan. Metode ini berlaku bagi benda-benda kebudayaan material atau benda-benda kesenian. 2. Metode penyajian Romantika, yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi disusun sehingga dapat mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan. 3. Metode penyajian Intelektual , yaitu : cara penyajian benda-benda koleksi disusun sehingga dapat mengungkapkan dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan benda-benda yang dipamerkan. Ada beberapa contoh tata ruang pameran7 1
Tata Ruang Acak Ruang Pajangan merupakan hal yang penting pada suatu museum, dan dapat dirancang di dalam berbagai jalan. Di dalam suatu museum tradisional, pajangan sering dalam deretan ruang galeri , diatur secara acak.
2
Tata Ruang dengan Galeri Pengantar Suatu alterntif pengaturan yang akan mengarahkan pengunjung dari pintu masuk suatu galeri pengantar, jalan/alur yang dibuat
berisi suatu pajangan yang
meringkas pokok dan tema dari museum. Sampai pada bagian terdalam museum yang memajang koleksi pokok dari museum. prinsip yang sama dapat diperluas lebih lanjut di dalam museum besar. 3
Pengelompokan Koleksi Khusus Gedung yang baru dibangun khusus untuk memajang koleksi khusus yang ada. Bangunan tersebut dapat dibangun disekitar barang yang dipamerkan. Contoh: Tiang kapal laut, disediakan tempat/bangunan khusus sehingga terlihat ukuran/ketinggiannya dengan jelas.
4
Pengaturan Tata Ruang Pameran yang Memperhatikan Orang Cacat. Diperuntukan untuk orang-orang yang memakai kursi roda. Yang harus disediakan adalah rute ambulan, ramp, dan akses standar kursi roda yang nyaman.
7
http : //www.loc cit. 2 : 287
10
c. Faktor Teknik Penyajian 1.
Ukuran Rak Penyajian Kerajinan Perunggu Ukuran rak penyajian adalah tinggi rak penyajian 250 cm, lebar 70cm, dan panjang 400 cm. 8 Ventilasi
140 Lampu 250 400 70
Barang Pameran Gambar : 2.1 Rak Penyajian
Sumber : Observasi lapangan UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta
2. Tata Cahaya Pengaturan cahaya untuk sebuah galeri memiliki tingkat penerangan yang vertikal mecapai 50 Lux, 150 Lux dan 300 Lux dan sudut penyinaran yang dipakai adalah 10º (“bintik”), 30º (“banjir”), dan 90º (“lampu sorot”), sedangkan untuk lampu yang digunakan adalah lampu sorot dinding-rel aliran dan lampu sorot rel aliran. 9 3. Penghawaan Penghawaan yang baik adalah hawa yang berjalan secara alamiah dan kondisinya dalam ruangan stabil. Untuk mencapai kondisi stabil tersebut perlu dibantu dengan alat-alat elektronik seperti kipas angin, AC, dll. Jika sewaktu-waktu kondisi alam di luar ruangan berubah-ubah.
8 9
Studi Banding dan Observasi Lapangan di UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta, 1 Oktober 2011 Neufert, Ernst, Data Arsitek Jilid 1, Edisi 33, 1996 :131
11
4. Tata Warna Tata warna sangat penting dalam pameran, disamping mempengaruhi perasaan akan situasi ruangan juga memberi sesuatu yang lain, bersifat kejiwaan. Hal ini akan menunjang penampilan koleksi yang dipamerkan. Ruang pamer yang dicat gelap akan memberikan kesan menyempitkan ruang, sedangkan ruang pamer yang dicat terang akan tampak lebih luas dari ukuran sebenarnya. Warna merah, kuning, jingga adalah warna panas yang mempunyai kekuatan merangsang, cepat menarik perhatian/menimbulkan rasa suka cita. Warna tersebut dapat digunakan dalam pameran temporer ataupun pameran keliling. Sedangkan warna biru, ungu, adalah warna dingin. Warna-warna tersebut memberi perasaan dingin, tenang, dan menyejukan mata. Hijau adalah warna diantara panas dan dingin. Hijau akan menjadi panas bila berubah kekuning-kuningan dan menjadi dingin apabila berubah kebiru-biruan. Warna biru, hijau dan merah merupakan urutan yang paling baik. Jingga, merah dan biru kuat menarik perhatian, sedangkan kuning, hijau, dan jingga merupakan warna-warna yang paling terang. Untuk sebuah galeri sebaiknya menggunakan warna hijau, hijau lembut dan pastel karena warna tersebut merupakan warna yang dingin dan terang dari atas sehingga dapat mengendorkan syaraf dan dapat merangsang untuk berjalan. 10 5. Tata Letak Untuk menyusun benda-benda agar menarik perhatian pengunjung terlebih dahulu harus mengetahui dasar-dasar untuk membuat tat letak. Penyusunan tersebut dikembangkan menurut ide/ gagasan penata pameran, sehingga akan memberikan informasi jelas, artistik, intelektual, dan romantis. Hal yang perlu diperhatikan : proporsi, keseimbangan, kontras, kesatuan, harmonis, ritme, klimaks. 11 6. Tata Pengamanan Pengamana
terhadap
benda-benda
koleksi
yang
dipamerkan
dengan
menggunakan rak kaca, jika benda tersebut sangat bernilai dan tidak terlalu besar. Kaca rak yang digunakan adalah setebal minimal 5mm agar tahan terhadap 10 11
Neufert, Ernest, Data Arsitek Jilid 1. Edisi 33, 1996 ; 33 Opict 18, Pedoman Tata Pameran di Museum, 1999/2000 : 43
12
benturan dan untuk mencegah dari bahaya pencurian, juga untuk menahan masuknya debu atau kotoran. Jenis peralatan pengaman yang dapat dipasang di ruang pameran antara lain : TV monitor, passive infra red, flush mound door contact dan sebagainya d. Faktor Waktu Penyajian Berdasarkan pengertian dan jangka waktu pelaksanaan pameran di galeri dibagi menjadi 3 jenis : 12 1. Pameran Tetap, ialah pameran yang menyajikan karya-karya dari koleksi galeri secara periodik yang diselenggarakan minimal 1 kali dalam setahun. 2. Pameran Temporer, ialah pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karya-karya seni dalam jangka minimal 10 hari dan maksimal berlangsung selama 30 hari.
Pameran khusus adalah pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu yang satu minggu sampai satu tahun dengan mengambil tema sesuai dengan jenis tema tersebut di atas. Pameran khusus ini bertujuan untuk mengundang lebih banyak pengunjung ke galeri dan mengenal serta menghayati koleksi yang disajikan.
Pameran tunggal/Pameran Bersama adalah pameran yang memamerkan karya-karya lebih dari satu seniman. Biaya pameran ditanggung oleh seniman yang bersangkutan . Penyelenggaraan pameran ini dapat dilangsungkan antara 1 minggu hingga 3 minggu.
Pameran Kerja Sama adalah pameran yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama antara pemilik galeri dengan pihak-pihak lembaga atau organisasi kebudayaan atau kesenian . Penyelenggaraan pameran ini dapat dilaksanakan antara 2 minggu hingga 1 bulan.
3.
Pameran Keliling merupakan pameran yang diselenggarakan di luar galeri pemilik koleksi, dalam jangka waktu tertentu dengan tema khusus, sesuai koleksi
12
www.google.com/galeri nasional indonesia, tanggal 2 Oktober 2011
13
yang dimiliki dan koleksi tersebut dipamerkan atau dikelilingkan dari satu tempat ke tempat lain. e. Detail Pajangan Pada ruang pameran objek dapat dipajang pada lemari pamer, berdiri bebas di atas lantai, pada dinding dan panel.
Pandangan dan Penglihatan Batas penglihatan normal untuk melihaut keatas adalah 40 derajat. Untuk itu ukuran vitrin dan panil tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Tinggi rendahnya harus berdasarkan tinggi rata-rata manusia Indonesia . Misalnya tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira 160 cm s.d. 170 cm dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kira-kira sekitar 30 derajat, gerak ke atas ke bawah atau ke samping maka tinggi vitrin seluruhnya kira-kira 210 cm sudah cukup, alas terendah 65-70 cm dan tebal 50 cm. Ukuran dan bentuk vitrin juga harus memperhitungkan ruangan dan bentuk ruangan dimana vitrin tersebut diletakan.
2.1.1.6
Pengelola dan Pengunjung Galeri
1. Pengelola Untuk mengelola sebuah galeri, diperlukan beberapa petugas yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, yaitu :13 (a)
Direktur, memimpin galeri baik teknis, ilmiah maupun administratif
(b)
Kurator, memimpin, mengkoordinasi, serta mengawasi petugas koleksi dan bagian-bagiannya.
(c)
Konservator, petugas yang langsung menangani pemeliharaan koleksi galeri
(d)
Laboran, memimpin laboratorium untuk merawat dan mengawetkan bendabenda koleksi
(d)
Registrator, membantu konsevator dalam usaha melakukan tata administrasi galeri
13
Sidartha, 1999, Museografia : 16
14
(e)
Ahli pameran, menyelenggarakan penataan ruang pamer/pajang untuk bendabenda seni koleksi
(f)
Ahli perpustakaan, menyelenggarakan kegiatan perpustakaan yang menunjang kegiatan galeri
(g)
Edukator dan instruktur, menyelenggarakan segala kepentingan publikasi galeri
(h)
Administrator, memimpin bagian administrasi meliputi staf tata usaha, kepegawaian, material, dan keuangan galeri serta staf pemasaran.
(i)
Penjaga ruang, menjaga ruang pajang, melayani pembeli/pengunjung dan memberikan informasi/penjelasan umum tentang benda-benda seni yang dipajang.
2.
Pengunjung Kategori pengunjung yang datang ke galeri dapat di bagi menjadi tiga yaitu :14
Pengunjung pelaku studi, ialah mereka yang menguasai bidang studi tertentu
berkaitan
dengan
koleksi
galeri
untuk
menambah
penalarannya, melaksanakan pekerjaan verifikasi persoalan-persoalan tertentu.
Pengunjung yang mempunyai tujuan tertentu, ialah mereka yang datang ke galeri oleh karena tertarik akan sesuatu hal atau topik yang berkaitan dengan koleksi atau pameran di galeri.
Pengunjung yang bertujuan rekreasi , ialah mereka yang datang ke galeri melewati waktu senggangnya untuk menikmati kesenangan.
Pengerajin dan generasi muda, ialah mereka yang datang ke galeri oleh karena untuk mengikuti kegiatan pembinaan.
14
Nyoman Rapini dalam Pande Juliawan, 2005 : 22
15
2.1.2 Kerajinan Tradisional Perunggu Kerajinan
logam
perunggu
dilihat
dari
perkembangannya
hingga
proses
pembuatannya serta alat-alat yang digunakan untuk membuat kerajinan tradisional perunggu. Adapun tinjauannya adalah sebagai berikut: 2.1.2.1 Perkembangan Kerajinan Logam Perunggu Perunggu telah dihargai karena, daya tahan kekuatan dan keindahan selama ribuan tahun. Ini adalah perunggu yang menceritakan kisah abadi dari budaya yang hilang ke waktu - kapal dan benda-benda pemakaman, koin, alat dan barang-barang dekoratif memberikan catatan peradaban kuno.Perunggu adalah campuran tembaga dan seng. Sebelum 4.000 SM, pengrajin telah bekerja dengan tembaga murni. Namun, penambahan sejumlah kecil timah (sekitar 3 persen dari campuran) menghasilkan logam yang lebih kuat dengan kilauan alam yang indah. Pengrajin kuno cepat mengadopsi metalurgi inovatif yang tumbuh menjadi begitu meluas meluncurkan era baru yang disebut Zaman Perunggu, sekitar tahun 3500-1200 SM. Budaya paling awal diubah oleh logam itu Yunani, Mesir dan Cina, pertama pengecoran padat, benda fungsional. Tetapi segera menjadi jelas bahwa logam dapat digunakan untuk beragam tujuan dan popularitas dengan cepat menyebar.Pekerjaan perunggu tidak terbatas pada 'besar' peradaban seperti Roma dan Yunani. Budaya Benin di Nigeria dikenal karena keterampilan dan kesenian dalam pekerjaan perunggu. Benin pengrajin menciptakan benda-benda ritual yang menjadi berharga dunia-atas dan dikumpulkan secara luas. Samudra pergi, pengrajin Filipina adalah pengecoran meriam perunggu kecil yang tumbuh menjadi begitu penting meriam sering satu-satunya hal diselamatkan dari kapal karam sering masa lalu.Berbagai
budaya
memberikan
kontribusi
terhadap
perbaikan
pengecoran
perunggu. Langkah dibuat dalam menciptakan patinas baru (warna pada sepotong
selesai) dan, pada abad 17 dan 18-an, pada karya perunggu menikmati popularitas. Apresiasi dari perunggu itu lebih ditingkatkan di 1432, ketika seniman Italia Donatello perunggu nya Daud. Itu adalah telanjang berdiri bebas pertama yang diproduksi sejak periode klasik dan melahirkan sebuah sekolah baru perunggu di Padua - mengarah ke tubuh kaya patung perunggu yang berlanjut hingga hari ini.
16
Tapi itu bukan inovasi yang membedakan sejarah dari perunggu. Itu adalah bahwa benang misteri - alkimia dari proses perunggu yang berubah dari waktu ke waktu 15 2.1.2.2 Pengertian Kerajinan Tradisional Perunggu Pengertian kerajinan tradisional perunggu dapat diuraikan sebagai berikut :
Kerajinan adalah hasil yang berkaitan dengan buatan tangan 16
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu 17
Perunggu adalah campuran tembaga dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah, walaupun bisa juga dengan unsur-unsur lain seperti fosfor, mangan, alumunium, atau silikon. Perunggu bersifat keras dan digunakan secara luas dalam industri.18. Berdasarkan komposisinya ada banyak paduan perunggu yaitu : 19 Perunggu modern biasanya 88% tembaga dan 12% timah . Perunggu Alpha terdiri dari alfa larutan padat dari timah di tembaga. Paduan timah perunggu Alpha 4-5% digunakan untuk membuat koin , mata air , turbin dan pisau . Perunggu komersial (90% tembaga dan seng 10%) dan perunggu Arsitektur (57% Tembaga, Timbal 3%, Seng 40%) lebih tepat dianggap sebagai kuningan paduan karena mengandung seng sebagai bahan paduan utama. Mereka umumnya digunakan dalam aplikasi arsitektur. Bismut perunggu adalah paduan perunggu dengan komposisi 52% dari tembaga, nikel 30%, 12% seng, timah 5%, bismut 1%. Hal ini dapat memegang memoles yang baik dan kadang-kadang digunakan dalam reflektor cahaya dan cermin.
15
http://www.artfoundrygallery.com/foundry-historyofbronze http ://id.wikipedia.org/wiki/kerajinan/01 Oktober 2011 17 www.wikipedia.com , 15 Oktober 2011 18 http://www.w3.org/1999/xhtml 19 http://en.wikipedia.org/wiki/Bronze 16
17
Paduan perunggu lainnya termasuk perunggu aluminium , perunggu fosfor , perunggu mangan, logam bel , perunggu arsenik , logam spekulum dan paduan simbal . Jadi berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari kerajinan tradisional perunggu adalah seni yang dihasilkan dari pekerjaan tangan secara alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang terdahulu, yang menghasilkan berbagai barang-barang perabotan, barang hiasan yang bermutu seni dengan bahan logam perunggu. 2.1.2.3 Jenis Hasil Kerajinan Tradisional Perunggu Kerajinan tradisional perunggu ditinjau dari fungsinya untuk peralatan upacara dan untuk peralatan kesenian yang berkembang di Kabupaten Klungkung adalah. a.
Kerajinan Tradisional Perunggu Ditinjau dari Fungsinya : 1. Untuk Peralatan Upacara Alat upacara di masa kini tidak begitu mengikat dan sebagai suatu keharusan, tetapi hanya sebagai sarana seperti : bokor, saab, dulang, tempat tirta,genta tempat bija (tempat beras suci), pis bolong dan bermacam senjata nawasanga sebagai perlengkapan upacara yang disesuaikan dengan tempatnya dalam pengider buana, dipergunakan di pura atau pemerajan. 20 Berdasarkan wawancara dan data kerajinan tradisional perunggu sebagai peralatan upacara yang terdapat di Kabupaten Klungkung, adapun klasifikasi kerajinan tradisional bokor, dulang, dan tempat tirta: a.
Bokoran Berdasarkan lebeng/lakar/ukuran bokoran memiliki jenis : bokoran lebeng/lakar/ukuran 5 sampai 40 berisikan salah satu motif ukiran boma, bun, wayang, tantrian dan cerminan
20
Makalah Made Berata (http ://www.kiwod.com/2011/11)
18
b.
Saab Berdasarkan bentuknya saab memiliki jenis : saab bunder, saab segi empat, saab segi enam.
c.
Dulang Berdasarkan fungsinya dulang memiliki jenis : dulang sebagai tempat banten dan sebagai tempat ciwakrama serta berisikan salah satu motif ukiran boma, bun, wayang, tantrian dan cerminan.
d.
Tempat tirta Berdasarkan fungsi dan kegunaan tempat tirta memiliki jenis berupa sibuh kecil,sibuh besar, sangku, canting, caratan dan bering
e.
Genta Berfungsi sebagai sarana pengiring upacara yadnya yang biasanya dibunyikan oleh pemangku, pedanda, dan orang suci. Macam dan jenis genta adalah genta dengan peemata merah, genta ciwa (genta dengan perpaduan patung ciwa), genta wisnu, dan genta cakra naga.
f.
Jinah Bolong Berfungsi sebagai sarana upacara pada agama hindu. Jenis jinah bolong ada dua macam yaitu jinah bolong Panca Datu dan jinah bolong Tri Datu.
2. Untuk Peralatan Kesenian Kerajinan tradisional perunggu di Klungkung yang berkembang sebagai peralatan kesenian adalah gamelan/ gong. 21 Berdasarkan wawancara dan data gamelan yang terdapat di Desa Tihingan Klungkung, jenis gamelan dari hasil kerajinan tradisional perunggu adalah :
21
I Ketut Suena, Wawancara dengan pengerajin Gong Yudha, 6 Oktober 2011
19
a.
Semar pegulingan
b.
Saron / slonding (ada di pura desa Sangkan Buana)
c.
Gong Kebyar
d.
Gong Gede
e.
Angklung
f.
Gender wayang
g.
Semarandana
3. Untuk Hiasan Meliputi : Kelongsong peluru 2.1.2.4 Teknik Pengerjaan dan Peralatan Pembuatan Kerajinan Tradisional Perunggu 1.
Tahap Kegiatan
Sebelum pengerajin mengerjakan pembuatan barang yang sesungguhnya, terlebih dahulu menyediakan bahan tembaga dan timah se untuk melebur, alat-alat untuk “menatah” (mengukir), palu dan meja untuk tempat melebur tembaga dan timah 2.
Pembuatan Barang dengan Bahan Perunggu.
Pembuatan barang dengan bahan perunggu hanya dicontohkan pembuatan gamelan. Adapun proses pembuatannya adalah sebagai berikut : 22 Seluruh proses pembuatan Gamelan ini dibagi menjadi 5 phase :
22
I Ketut Suena, Wawancara dengan pengerajin Gong Yudha, 6 Oktober 2011
20
Membesot : melebur campuran
Foto : 2.1 Proses Melebur Gamelan Sumber : Observasi Lapangan 2011
Pada waktu menempa lempengan Gamelan, maka Empu atau di dalam urutan dipersiapkan dahulu yang disebut "Kowi" ialah berbentuk mangkuk yang dibuat dari bahan tanah liat yang dicampur dengan kulit padi dengan cara tradisional yang masih dipergunakan sampai sekarang. Selain itu juga dipersiapkan "Prapen" atau tempat perapian yang dilengkapi dengan "Lamus" atau alat untuk menghembuskan angin supaya memperoleh suhu yang cukup panas. Kowi yang sudah jadi kemudian diisi dengan campuran logam tersebut dan dipanaskan di atas Prapen sehingga mencapai 3000° C, sehingga menjadi semacam bubur besi yang berwarna keputihan dan menjadi bahan Perunggu yang disebut "Gasa". Bahan Gasa yang sempurna akan berwarna hitam mengkilap dan apabila tidak demikian maka bahan ini dilebur kembali dengan diberi tambahan bekas kikiran dan kulit padi yang akan membersihkan kotoran¬-kotoran yang tidak diperlukan. Kowi yang dipergunakan juga bermacam-macam menurut jumlah volume logam yang akan dicampur, sehingga satu kali peleburan dengan isi maksimal 2000 cc dapat membentuk satu atau beberapa bilah Gamelan.
21
Foto : 2.2 Bermacam Bentuk Kowi Sumber : http : // bali-god-island.com diakses tanggal 12 Oktober 2011
Menyingi : mencetak Menyingi atau Mencetak leburan logam merupakan phase kedua yang akan membentuk bilah atau bulat dengan tiga bentuk cetakan ialah : 1. Bentuk Dawan atau bentuk bulat panjang yang akan membentuk bilah. 2. Bentuk Bundar dengan volume setengah bulatan untuk pembuatan pencon. 3. Bentuk Pasinngen atau Cebongan (Rerudu) Dari bentuk-bentuk cetakan tersebut kemudian dituangkan leburan Gasa yang diproses kemudian untuk dibentuk lebih jelas lagi.
Menempa : membentuk dengan memukul dengan mempergunakan pemukul tertentu.
Foto : 2.3 Proses Menempa Gamelan Sumber : Observasi Lapangan 2011
22
Proses untuk pembentukan Gasa kemudian ialah dengan menempa menjadi bentuk yang dimaksudkan. Tukang tempa ini di dalam pembuatan gamelan disebut pandai (pande) dipimpin oleh seorang Empu dengan Pandai sejumlah 4 orang dengan 4 jenis palu yang besarnya berbeda. Palu yang dipergunakan ini dengan nama-nama, yang terkecil ialah "Palu Ngajeng" yang dipegang oleh Pandai yang bernama "Wirun", kamudian palu yang lebih -besar disebut " Palu Tengah" oleh "Handaga" palu yang lebih besar lagi disebut "Palu Pengapit" dipegang oleh Kartala dan palu yang terbesar disebut "Palu Tepong" dipegang oleh Brajanta.
Foto : 2.4 Berbagai Macam Peralatan Menempa Sumber : http : // bali-god-island.com diakses tanggal 12 Oktober 2011
Foto : 2.5 Berbagai Bentuk Palu Penyukat, dan tirai Penahan Panas Sumber : http : // bali-god-island.com diakses tanggal 12 Oktober 2011
Membabar : penyelesaian terakhir (finishing) Phase selanjutnya menurut urutan pembuatan gamelan ini ialah Membabar atau menyelesaikan babak akhir atau di dalam bahasa asingnya "finishing". Dalam taraf ini bentuk-bentuk gamelan telah jadi akan tetapi masih dengan permukaan yang kasar. Oleh karena itu pada pekerjaan selanjutnya ialah penyelesaian
23
dengan mengikir dan menghaluskan permukaan-permukaannya dengan sangat hati-hati, supaya tidak merubah nada terlalu banyak.
Melaras : menyesuaikan nada (tuning) Taraf terakhir dari pembuatan Gamelan ialah "Melaras" atau menyesuaikan nada yang didalam instrumen Barat disebut "tuning".01eh karena sebagian besar perangkat Gamelan ini dengan laras yang tetap kecuali Rebab.
3.
Bahan penolong/pendukung
Arang
Payuk tempat pencairan
Minyak kelapa
Prapen dengan peralatannya.
2.2 Pemahaman Proyek Sejenis Pemahaman proyek sejenis dilakukan bertujuan untuk mendapatkan perbandingan mengenai tata cara pembuatan sebuah galeri. Adapun obyek yang dijadikan studi banding disini adalah sebagai berikut : 2.2.1 Rudana Fine Art Gallery Galeri ini terletak di Jalan Cok Rai Pudak No 44 Peliatan Ubud. Galeri ini memiliki fungsi sebagai tempat untuk memamerkan dan menjual hasil karya seni lukisan dan melestarikan karya seni lukisan. Selain itu lingkup kegiatan daripada galeri ini adalah sebagai berikut :
Foto 2.6 Interior Museum & Galery Rudana Sumber : Observasi Lapangan 2011
24
1. Pameran Tetap
Foto 2.7 Ruang Pameran Tetap Sumber : Observasi Lapangan 2011
2. Kegiatan work shop
Foto 2.8 Kegiatan Work Shop Sumber : Observasi Lapangan 2011
3. Kegiatan magang atau kerja praktek siswa seni rupa (SMSR Batubulan) 4. Kegiatan perlombaan pada hari-hari tertentu, misalnya hari ulang tahun galeri Total luas daripada keseluruhan bangunangaleri ini adalah ±4000 m² di atas tanah seluas 2 Ha, dimana bangunan galeri ini hanya berlantai satu dengan massa jamak. Untuk peletakan workshop, terletak satu bangunan dengan ruang pameran. Status kepemilikan galeri ini adalah milik Yayasan Rudana dan Sumber Pemasukan diperoleh dari harga tiket masuk dan hasil penjualan karya seni pada galeri. Selain itu, waktu operasional daripada galeri ini adalah dari pukul 08.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA 2.2.2 Pengerajin Gamelan Gong Yudha Pengerajin gamelan ini terletak di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Pengerajin Gamelan Gong Yudha ini 25
merupakan pengerajin gamelan tradisional home industri. Pada home industri ini terdapat ruang pembuatan gamelan, penjualan gamelan dan show room gamelan.
Foto 2.9 Pintu Masuk dan Papan Nama Pengerajin Gamelan Yudha Sumber : Observasi Lapangan 2011
Foto 2.10 Show Room Pengerajin Gamelan Yudha Sumber : Observasi Lapangan 2011
Foto 2.11 R Pembuatan Gamelan Pengerajin Gamelan Yudha Sumber : Observasi Lapangan 2011
26
Total luas bangunan Pengerajin Gamelan Yudha ini adalah ± 300 m². Status kepemilikan merupakan milik pribadi, yaitu milik Bapak I Ketut Suena. Sumber pemasukan pengerajin gamelan home idustri ini adalah diperoleh dari penjualan gamelan menurut pesanan yang ada. Waktu operasional dari home industri ini adalaj dari pukul 08.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA 2.2.3 UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selainkeramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris), dantopeng Jawa.
Foto 2.12 UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Sumber : Observasi Lapangan 2011
Museum Sonobudoyo terdiri dari dua unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta, sedangkan Unit II terdapat di nDalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. 27
Museum yang terletak di bagian utara Alun-alon Lor dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 8:00-10:00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
Fasilitas UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta a. Pendopo Bila pengunjung
ingin memasuki Museum Sonobudoyo,
terlebih dahulu akan melewati sebuah Pintu Gerbang yang berbentuk Semar Tinandu, dan beratapkan model joglo. Didinding bagian dalam gapura sisi Timur terdapat Prasasti dengan Candra Sengkala “Kayu Winayang Ing Brahmana Budha”, yang berarti Tahun 1886 (Tahun Jawa), atau 1935 Masehi, dimana Museum Sonobudoyo didirikan.
Foto 2.13 Gerbang dan Pendopo UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Sumber : Observasi Lapangan 2011
28
Foto 2.14 Interior Pendopo UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Sumber : Observasi Lapangan 2011
Selanjutnya menuju ruang Pendopo yang berbentuk Limas Lambang Tumpang Sari, mirip bangunan Masjid Kanoman Cirebon.Fungsi pendopo adalah sebagai tempat untuk menerima pengunjung dalam jumlah banyak. Didalam ruang ini
dipamerkan dua perangkat
Gamelan, antara lain :Gamelan Kyai Mega Mendung, yang bernada Pelog dan slendro.berasal dari daerah Cirebon pada abad 19. Pada gamelan tersebut terdapat hiasan yang bermotifkan Mega Mendung. Gamelan Kyai dan Nyai Ririrs Manis, Gaya Yogyakarta yang bernada Slendro dan Pelog. b. Auditorium Masyarakat pada umumnya telah mengenal adanya Museum Negeri Sonobudoyo dengan Benda Koleksi yang dipamerkan, akan tetapi belum kenal betul tentang aktifitas dan fasilitas yang ada dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, adapun nama ruang tersebut adalah Ruang Auditorium dan Ruang Serbaguna.Ruang Auditorium, terletak didalam kompleks Gedung Museum Sonobudoyo Unit I, Jl. Trikora No 6 Yogyakarta, dibagian sisi sebelah Barat. Gedung terdiri dua lantai, adapun pengunaannya adalah untuk menyelenggarakan kegiatan seperti
Seminar, Sarasehan, Ceramah, Workshop, Rapat
Kerja, dan lain sebagainya. 29
Kapasitas ruang : lantai pertama 75 Orang lantai dua
100 Orang.
Sarana yang tersedia dalam ruang : AC, Sound System, Kursi kuliah, dan Meja Seminar.Ruang Serbaguna, terletak Di Museum Negeri Sonobudoyo Unit II, Jl. Mijilan No I , Dalem Condrokiranan Yogyakarta (Sebelah Tenggara Museum Negeri Sonobudoyo Unit I). Pengunaan ruang tersebut adalah untuk acara Upacara Pernikahan Gaya Yogyakarta, Seminar, Ceramah, Sarasehan, Rapat - Rapat dan lain sebagainya.Kapasitas Gedung
: 500 OrangSarana yang tersedia
: AC, Sound system, kursi lipat , meja seminar dan ruang untuk transit dengan kapasitas 15 Orang. c. Laboratorium Konservasi Pada Tahun 1975 Ruang Laboratorium Konservasi Museum Negeri Sonobudoyo telah selesai dibangun, adapun fungsi ruang tersebut adalah untuk mengantisipasi semua benda koleksi museum yang segera untuk mendapat penanganan pengamanan secara rutin. Kegiatan ini sesuia dengan tugas pokok dari museum, yaitu, mengumpulkan, memelihara, merawat dan mengawetkan benda koleksi, sehingga keselematan benda koleksi tersebut akan lebih terjamin keamanannya dari kerusakan yang diakibatkan karena faktor iklim maupun usia. Beberapa peralatan telah dimiliki oleh laboratorium baik untuk analisa maupun melakukan treatment terhadap koleksi. d. Perpustakaan Pada Tahun 1940 Museum Sonobudyo telah dilengkapi dengan Perpustakaan yang menempati Gedung seluas 668 m2. Adapun buku buku dan naskah yang terdapat dalam Perpustakaan sebagaian besar menggambarkan
kebudayaan
Bangsa
Indonesia.Perpustakaan
Museum Sonobudoyo dapat dimanfaatkan bagi seluruh kalangan
30
masyarakat, mulai dari Pelajar, Mahasiswa, Peneliti maupun komunitas lain yang berhubungan dengan kebudayaan.
Tata Cara Peletakan Benda Koleksi 1. Peletakan Gamelan di Pendopo
Foto 2.15 Peletakan Gamelan di Pendopo UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Sumber : Observasi Lapangan 2011
2. Peletakkan Benda Koleksi di Ruang Bali
Foto 2.16 Peletakan Benda Koleksi di Ruang BaliUPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Sumber : Observasi Lapangan 2011
31
3. Peletakkan Benda Koleksi Pada Ruang prasejarah
Foto 2.17 Peletakan Benda Koleksi di Ruang Prasejarah UPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Sumber : Observasi Lapangan 2011
4. Peletakkan Benda Koleksi Pada Ruang Klasik dan Islam
Foto 2.18 Peletakan Benda Koleksi di Ruang Klasik dan IslamUPTD Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta Sumber : Observasi Lapangan 2011
2.2.4 Home Industri Sangku Ketut Suendra Pengerajin Sangku Ketut Suendra di Br Pande Desa Kamasan Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.Jenis kerajinan yang dihasilkan pengerajin ini
32
adalah sangku dengan jenis batil dan sangku berdasarkan lakar.Pada home indutri sangku ini terdapat ruangan cetak dan ruang finishing,
Foto 2.19 R. Cetak dan Finishing Sangku Sumber : Observasi Lapangan 2011
Total luas bangunan Pengerajin sangku ini adalah ± 250 m². Status kepemilikan merupakan milik pribadi, yaitu milik Ketut Suendra. Sumber pemasukan pengerajin jinah bolong home idustri ini adalah diperoleh dari penjualan sangku menurut pesanan yang ada. Waktu operasional dari home industri ini adalah dari pukul 08.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA 2.3 Spesifikasi Umum Proyek Dari penjelasan teori dan studi banding di atas, maka spesifikasi umum atau kesimpulan proyek adalah sebagai berikut : 2.3.1 Fungsi Galeri Galeri berfungsi sebagai wadah atau tempat dimana di dalamnya terdapat kegiatan memamerkan dan menjual hasil karya seni perajin
33
2.3.2 Lingkup Kegiatan Galeri Kegiatan yang dilakukan di dalam galeri adalah sebagai berikut : 1.
Kegiatan pameran, bersifat tetap atau temporer
2.
Kegiatan penjualan hasil karya seni
3.
Kegiatan workshop
2.3.3 Civitas Adapun civitas daripada galeri adalah sebagai berikut : 1.
Pengelola Galeri
2.
Pengunjung
3.
Pengerajin
2.3.4 Fasilitas dalam Galeri Fasilitas utama yang harus ada didalam galeri adalah ruang pameran atau pajangan dan ruang penjualan, sedangkan untuk fasilitas penunjang dari galeri tersebut adalah ruang workshop, ruang pengelola, ruang servis, ruang istirahat, lobby, dan lain-lain. 2.3.5 Pengelolaan Status kelembagaan dan pengelolaan galeri adalah milik swasta, dimana sumber pendanaannya diperoleh dari penjualan hasil karya seni dan tiket masuk pameran.
34