BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Young dan Mack (dalam Walgito 2003:57) interaksi sosial adalah “hubunganhubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara individu, antara individu dengan kelompok, maupun antar kelompok dengan kelompok lainnya”. Dengan demikian kehidupan manusia dalam masyarakat mempunyai dua macam fungsi yaitu berfungsi sebagai objek dan sebagai subjek. Itulah sebabnya Bonner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial sebagai berikut. “Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”. Maka timbullah anggapan bahwa manusia itu dalam hidupnya dan perkembangan pribadinnya semata-mata ditentukan oleh dunia luar, dan bagi golongan ini pengaruh-pengaruh dari dalam (faktor keturunan) dianggapnya tidak ada. Misalnya manusia yang bersifat sombong, egoistik, dan sebagainya itu semua adalah karena pengaruh sekitar. Menurut Dirdjosisworo (1982: 53) bahwa proses sosial adalah cara – cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok – kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem bentuk – bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan – perubahan yang menyebabkan goyahnya cara – cara hidup yang telah ada. Dengan demikian, proses sosial dapat dirumuskan sebagai pengaruh timbal balik akibat hubungan timbal balik antara individu dengan individu dan dengan kelompok mengenai berbagai aspek kehidupan manusia seperti ekonomi, politik, hukum sosial budaya, hankam, dan
sebagainya. Berbagai aspek kehidupan ini mewarnai bahkan menentukan perkembangan dalam kehidupan bersama. Hal ini disebabkan bahwa awal dari proses sosial itu terjadi adanya interaksi sosial karena terdapat hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang – orang perorangan antara kelompok – kelompok manusia, maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia. Hakikat hidup bermasyarakat itu sebenarnya adalah terdiri dari relasi – relasi yang mempertemukan mereka dalam usaha – usaha bersama, seperti bertamu, berdemonstarasi, tawar menawar dan makan bersama. Karena itu inti yang dapat ditarik dari kehidupan sosial adalah interaksi, yaitu aksi dan tindakan yang berbalas – balas. 2.1.2 Ciri - Ciri Interaksi Sosial Menurut Newcomb (dalam Santoso 2010:165 – 166) bahwa ciri – ciri interaksi sosial sebagai berikut. a) The individual is related to social influence, (individu / orang dihubungkan pada pengaruh sosial). Individu dalam situasi sosial tidak dapat berdiri sendiri, terlepas dari lingkunganya, akan tetapi individu terkena pengaruh dari
individu atau situasi sosial di mana individu itu berada. Misalnya, si A berbicara dengan si B, tetapi C pasti terpengaruh. b) The nature of the ralationship is specified, (hakikat hubungan di khususkan). Maksudnya interaksi sosial mempunyai sifat – sifat khusus yakni hubungan yang harus dapat memberi pengaruh pada
individu lain, yang ini berbeda dengan hubungan yang sekedarnya di
lakukan individu. Misalnya, si A bebicara dengan si B, dalam waktu 10 menit.
c)
The specified kind of relation condotion are noted, (dikhususkan macam kondisi hubungan yang tercatat). Artinya, interaksi sosial merupakan hubungan yang mempunyai sifat khusus dan kondisi hubungan ini harus dapat digambarkan dengan jelas. Misalnya, si A dengan si B secara langsung/tatap muka.
d) The importance of interpersonal attitude, (pentingnya hubungan sikap antara individu). Maksudnya adalah bahwa interaksi sosial, setiap individu harus menunjukan sikap yang jelas dan sikap ini ada hubunganya dengan masing – masing individu. Misalnya,si A berbicara pelan, B menjawab dengan pelan pula. e)
Shared influence within group, (disebarkan pengaruh dalam kelompok). Pengertian pernyataan tersebut didasarkan asumsi bahwa interaksi sosial terjadi dalam kelompok sehingga pengaruh tersebut di sebarkan kepada individu yang ada dalam kelompok agar masing – masing individu mempunyai pengertian yang sama.
Jadi dari uraian tersebut, ciri - ciri interaksi sosial terdiri dari a) The individual is related to social influence (individu / orang di hubungkan pada pengaruh sosial), b) The nature of the ralationship is specified, (hakikat hubungan di khususkan), c) The specified kind of relation condotion are note, (dikhususkan macam kondisi hubungan yang tercatat), d) The importance of interpersonal attitude, (pentingnya hubungan sikap antara individu), e) Shared influence within group, (disebarkan pengaruh dalam kelompok). 2.1.3 Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Berdasarkan
pendapat
menurut
Tim
Sosiologi
(2002:
26),
Online
http://wikipediaword.com/:interkasi sosial. Di akses pada tanggal 25 Mei 2013 pada pukul 20.00 WIB
interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu : a. Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari bahasa latin “con” atau “cum” yang artinya bersama – sama dan “tango" yang artinya menyentuh. Jadi artinya secara harfiyah adalah “bersama – sama menyentuh”. Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam 3 bentuk, yaitu : 1. Antara orang perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaan – kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui “socialization” yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma – norma dan kebudayaan masyarakat dimana dia menjadi anggota. 2. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan – tindakannya berlawanan dengan norma – norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa anggota – anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya. 3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok lainnya, umpamanya dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik ketiga di dalam pemilihan umum.
Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Yang bersifat positif selalu mengarah pada suatu kerja sama sedangkan bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak mengahasilkan interaksi sosial b. Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan (ide atau gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memenuhi diantara keduannya. Dalam komunikasi, kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Suatu senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai suatu keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan suatu kemenangan. Komunikasi dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunuikasi langsung jika kedua pihak berbicara bertatap muka, langsung berhadapan
Sedangkan komunikasi tidak langsung jika dua individu atau dua kelompok
berkomunikasi dengan menggunakan alat. 2.1.4 Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial Berdasarkan
pendapat
menurut
Tim
Sosiologi
(2002:
49),
Online
http://wikipediaword.com/:interkasi sosial. Di akses pada tanggal 25 Mei 2013 pada pukul 20.00 WIB
interaksi sosial dikategorikan kedalam dua bentuk, yaitu : 1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti : a. Cooperation / Kerja sama Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Misalnya, dalam paduan suara (koor) para penyanyi harus menyanyikan lagu sesuai dengan nada yang menjadi tugasnya masing – masing. Dengan kerja sama tersebut, diharapkan bahwa tujuan bersama dapat tercapai secara optimal. Hal ini dapat terjadi kalau
dalam kerja sama berlaku suatu prinsip tentang adanya kesediaan mengganti keinginan yang lain, apabila ada individu yang berhalangan melaksanakan tugas dalam rangka kerja sama tersebut. b. Akomodasi / Persesuaian Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Akomodasi dapat diartikan penyelarasan antara dua pihak yang bertikai. Dikatakan bersifat “sementara” karena penyelesaian konflik yang sebenarnyaakan dilakukan lewat perundingan perdamaian. Persesuaian mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari pada penyesuaian, karena persesuaian mempunyai tujuan yang lebih luas dari pada penyesuaian. Persesuaian ini dapat dilakukan oleh individu atau kelompok dalam hubungannya dengan kehidupan bersama. c. Asimilasi / Perpaduan Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran. Dalam proses perpaduan ini, tiap – tiap individu atau kelompok saling mengadakan penyesuaian diri, baik penyesuaian diri terhadap norma – norma ideal maupun penyesuaian diri terhadap kedua norma tersebut, dapat memperkokoh perpaduan yang dicapai oleh individu – individu atau kelompok – kelompok tersebut. Perpaduan memberikan gambaran tentang penerimaan pengalaman, perasaan dan sikap oleh individu / kelompok lain, sehingga hal ini mempercepat proses perpaduan. d. Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur
kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri. 2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti : a. Competition / Persaingan Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya. Dalam persaingan, setiap individu dapat mencari keuntungan sebesar – besarnya dengan cara mereka masing – masing tanpa lepas dari pengaruh induividu lain. Dengan persaingan, setiap individu dituntut untuk selalu mempunyai inisiatif dan kreatif yang besar sehingga dapat mencapai tujuan secara optimal. Misalnya, persaingan dagang. a.
Kontravensi Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau
konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik. a. Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut. Pernyataan ini memberi makna bahwa konflik mempunyai waktu yang relatif lama dibanding persaingan dan bersifat stabil prosesnya. 2.1.5 Faktor-Faktor Berlangsungnya Interaksi Sosial a. Faktor imitasi Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde (dalam Pandji Anoraga, 1995: 27-38) yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja. Walaupun pendapat berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Terbukti misalnya pada anak-anak yang sedang belajar bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri mengulang-ulangi bunyi kata-kata, melatih fungsi-fungsi lidah dan mulut untuk berbicara. Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti digambarkan tersebut juga mempunyai segi-segi yang negatif yaitu: 1. Mungkin yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar. 2. Kadang-kadang yang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. b. Faktor Sugesti Faktor sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini dibedakan adanya:1) Auto-sugesti,
yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri, 2) Hetero sugesti, sugesti yang datang dari orang lain. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa dalam imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain diluarnya. Dalam ilmu jiwa sosial sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan, atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. a) Sugesti karena hambatan berpikir Setelah kami kemukakan diatas yaitu bahwa sugesti itu akan diterima oleh orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Karena itu maka bila orang itu dalam keadaan bersikap kritis adalah sulit untuk menerima sugesti dari orang lain. Makin kurang daya kemampuannya memberikan kritik maka akan makin mudalah orang itu menerima sugesti dari orang lain. b) Sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah (dissosiasi) Orang itu mengalami dissosiasi kalau orang itu dalam keadaan kebingungan karena menghadapi bermacam-macam persoalan misalnya. Karena itu orang yang sedang kebingungan pada umumnya akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain tanpa dipikir terlebih dahulu. Secara psikologis orang yang sedang dalam kebingungan ingin segera mencari pegangan untuk mengakhiri rasa kebingungan.
c) Sugesti karena mayoritas Dalam hal ini orang akan mempunyai kecenderungan untuk menerima suatu pandangan, pendapat atau norma-norma, dan sebagainya, apabila norma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, dimana sebagian besar dan kelompok atau golongan itu memberikan sokongan atas pendapat, pandangan-pandangan tersebut. d) Sugesti karena minoritas Walaupun materi yang diberikan sama, tetapi yang memberikan berbeda, maka akan terdapat perbedaan didalam menerimanya. Hal demikian akan menimbulkan suatu sikap percaya bahwa apa yang dikemukakan itu memang benar, karena menjadi bidangnya, sehingga hal ini akan menimbulkan suatu pendapat bahwa apa yang dikemukakan itu pasti mengandung kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebenaran. e) Sugesti karena will to believe Bila dalam diri individu telah ada pendapat yang mendahuluinya dan pendapat ini masi dalam keadaan yang samar-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang disugestikan itu, maka pada umumnya orang itu akan mudah menerima pendapat tersebut. c. Faktor Identifikasi Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiria maupun sacara batiniah. Misalnya identifikasi seorang anak laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk menjadi sama dengan ibunya. Proses identifikasi ini mula-mula berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian
irrasional,
yaitu
berdasarkan
perasaan-perasaan
atau
kecenderungan-
kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma, cita-cita, dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu. d. Faktor simpati Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati hanya dapat berkembang dalam suatu relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, yang menjamin terdapatnya saling pengertian yang lebih mendalam. Mutual understanding tidak dapat dicapai tanpa adanya simpati, pada pihak lain simpati menyebabkan terjadinya relasi kerja sama dimana kedua pihak lebih memperdalam saling pengertiannya. 2.1.6 Pengertian Status Sosial Status
sosial
diartikan
sebagai
kedudukan
(Soekanto
2001:
214).
Sumber
:
(http://id.shvoong.com/society-and-new/2232590-pengaruh-status-sosial/#ixzz2MGJCmOre) di akses pada tanggal 22 Juli 2013 pukul 11.00 Wita Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan status sosial artinya posisi seseorang dalam masyarakat dilihat dari hubungannya dengan orang lain dari segi lingkungan pergaulannya, prestasi, dan hak serta kewajibannya. secara spesifik status sosial biasanya dihubungkan dengan tingkat pendidikan atau jabatanya dalam pemerintahan. Menurut Weber (dalam Soekanto 2003:248) untuk mencapai kedudukan atau status tertentu diperlukan pendidikan tertentu maka dasar dari status sosial adalah faktor ekonomi dan pendidikan.
Jadi status sosial adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat dilihat dari tingkat pendidikannya dan perannya (hak dan kewajiban) dalam masyarakat dan tingkat kekayaan seperti penghasilan, harta benda dan sebagainnya. 2.1.7 Jenis - Jenis Status Sosial Adapun jenis – jenis status sosial menurut Soekanto (2007: 210 - 211) yaitu : 1) Ascribed Status Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya. 2) Achieved Status Achieved status adalah status sosial yang didapat seseorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lain – lain. 3) Assigned Status Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang didalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, dan sesepuh. 2.1.8 Peran (Role) Status Sosial Menurut Soekanto (2007: 212) peran (role) status sosial adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Apabila seseorang individu telah melaksanakan kewajiban dan meminta hak-haknya sesuai dengan status sosial yang disandangnya, maka dia telah menjalankan suatu peran yang tepat. Dalam masyarakat, terdapat
banyak individu dengan peran yang beraneka ragam. Beragamnya peran sosial tersebut membawa akibat dinamis berupa konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan. 1. Konflik peran Konflik peran terjadi apabila seseorang dengan kedudukan tertentu harus melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak dia harapkan. 2. Ketegangan Ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan peran sosial yang dimilikinya karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban-kewajiban yang harus dia jalankan dengan tujuan peran sosial itu sendiri. 3. Kegagalan peran Kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan.
4.
Kesenjangan peran (Role distance) Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang harus menjalankan peran yang tidak menjadi
prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan atau merasa tidak cocok menjalankan peran tersebut. Jadi beragamnya peran sosial dapat membawa akibat yang dinamis berupa konflik peran , ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan peran (Role distance). 2.1.9 Kelas Status Sosial Menurut Soekanto (2007:205-207) kelas status sosial dapat didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan ) orang – orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status sosial. Kedudukan sosial seorang pembersih kantor tidaklah sama dengan kedudukan sosial seorang pimpinan perguruan tinggi. Kebanyakan di antara kita bersikap hormat terhadap
orang – orang yang berkedudukan sosialnya kita anggap lebih tinggi dari pada kedudukan sosial kita, sebaliknya memandang enteng orang – orang yang secara sosial kita pandang berada dibawah kedudukan kita. Para anggota suatu kelas sosial saling memandang satu sama lainnya sebagai anggota masyarakat yang setara, serta menilai diri mereka secara sosial lebih hebat dari beberapa orang lain dan lebih rendah dari pada beberapa orang lainnya. Kelas status sosial merujuk kepada perbedaan hirarki/tingkatan antara individu-individu dalam sebuah masyarakat. Pengertian kelas sosial bisa berbeda-beda dalam tiap zaman dan masyarakat. Namun kelas sosial secara umum sering ditentukan oleh tingkat pendapatan, dan kesejahteraan. 2.1.10 Akibat yang Ditimbulkan Status Sosial Kadangkala seseorang / individu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih status yang disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status yang dimilikinya tersebut berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan timbul apa yang dinamakan Konflik Status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status. b. Konflik Status bersifat Individual: Konflik status yang dirasakan seseorang dalam batinnya sendiri. b. Konflik Status Antar Individu: Konflik status yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya. c. Konflik Status Antar Kelompok: Konflik kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Berdasarkan uraian tersebut, status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status yang bersifat individual, konflik status antar individu, dan konflik status antar kelompok. 2.2 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah “ Terdapat hubungan antara status sosial dengan interaksi sosial siswa SMP N 9 Kota Gorontalo”