BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pengertian Membaca Membaca
pada
hakekatnya
adalah
suatu
yang
rumit
yang
melibatkanbanyak hal, tidak hanya sekedar menghafal tulisan, tetapi juga melibatkanaktivitas visual, berfikir, prikolinguistik dan meta kognitif. Sebagai suatuproses
befikir,
membaca
mencakup
aktivitas
pengenalan
kata,
pemahamanliteral, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008: 110) “ Membaca artinya (1) melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati; (2) mengeja, (3) mengucapkan, (4) mengetahui, meramalkan, (5) menduga, memperhitungkan, memahami. Menurut Crawley dan Mountain (dalam Rahim, 2005: 3) Membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi.Pembaca tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk strategimembaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya. M. Subana (2009:223) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan aktif karena pembaca tetap aktif membaca sambil mencari informasi. Kegiatan itu juga interaktif dalam arti bahwa pembeca berinteraksi dengan teks. Sedangkan Klien, dkk ( Farida Rahim 2008: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca
1
adalah suatu strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimilki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas untuk menterjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi untuk memperoleh informasi dari apa yang dibaca. 2.1.2 Tujuan Membaca Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh seorang ketika mereka melakukan aktivitas membaca. Antara seorang pembaca dengan pembaca yang lain pastinya memiliki tujuan yang berbeda terhadap aktivitas bermakna mereka. Pada umumnya orang membaca bertujuan untuk mencari serta memperoleh informasi, mecakup isi, dan untuk memahami makna bacaan (Tarigan 1994:9). Lebih khusus Tarigan tujuan membaca adalah : 1.
Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang telah dibuat oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.
2.
Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topic yang baik atau menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami oleh sang tokoh, dan merangkumkan hal-hak yang oleh sang tokohuntuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
2
3.
Membaca untuk menemukan atau untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula, pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita.
4.
Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa tokoh berubah, kualitaskualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.
5.
Membaca untuk menemukan serta untuk mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan.
6.
Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita akan berbuat seperti apa yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita ini. Ini disebut membaca meneliti membaca mengevaluasi
2.1.3 Manfaat Membaca Membaca memiliki 8 manfaat sebagai berikut: 1.
Membaca merupakan proses mental secara aktif. Tidak seperti duduk di depan sebuah kotak idiot (TV, Plasystation, dll), membaca membuat kamu menggunakan otak kamu. Ketika membaca,
3
kamu akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang kamu belum mengetahuinya. Dalam proses ini, kamu akan menggunakan sel abu-abu otak kamu untuk berfikir dan menjadi semakin pintar. 2.
Membaca akan meningkatkan kosakata kamu Kamu dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum kamu ketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan menampakkan kepada kamu begitu banyak kata yang mungkin sebaliknya belum kamu ketahui.
3.
Membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus. Kamu perlu untuk bisa fokus terhadap buku yang sedang kamu baca untuk waktu yang cukup lama. Tidak seperti majalah, internet atau email yang hanya berisi potongan kecil informasi, buku akan menceritakan keseluruhan cerita. Oleh sebab kamu perlu berkonsentrasi untuk membaca. Seperti otot, kamu akan menjadi lebih baik di dalam berkonsentrasi.
4.
Membangun kepercayaan diri. Semakin banyak yang kamu baca, semakin banyak pengetahuan yang kamu dapatkan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai. Karena kamu adalah seorang pembaca yang baik, orang-orang akan mencari kamu untuk mencari suatu jawaban. Perasaan kamu terhadap diri kamu sendiri akan semakin baik. [Namun ingat, ikhlas tetap merupakan jalan untuk mencapai kesuksesan, dan berhati-hatilah dari sikap merasa
4
bangga diri. Bersyukurlah selalu kepada Allah atas secuil pengetahuan yang kamu miliki. 5.
Meningkatkan memori. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika kamu tidak menggunakan memori kamu, kamu bisa kehilangannya. Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu kamu meregangkan “otot” memori kamu dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita.
6.
Meningkatkan kedisplinan. Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang kita sudah mengetahuinya untuk dilakukan. Namun, siapa yang membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Hanya sedikit sekali. Karena itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke dalam jadwal harian kamu dan berpegang dengan jadwal tersebut akan meningkatkan kedisiplinan.
7.
Meningkatkan kretivitas. Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri kamu terhadap ide dan informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatif otak kamu, karena otak kamu akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir kamu.
5
2.1.4 Proses Membaca a.
Kegiatan Prabaca Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan Burns, dkk. (dalam Farida Rahim ; 99). Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang suatu informasi atau konsep tentang sesuatu.
b.
Kegiatan Saat Baca Kegiatan saat baca lebih difokuskan pada strategi metakognitif siswa selama membaca. Burns’ dkk (dalam Farida Rahim:103) bagian dari metakognitif ialah memutuskan tipe tugas yang dibutuhkan untuk mencapai pemahaman.
c.
Kegiatan Pascabaca Lebih lanjut Burns,dkk mengemukakan dalam kegiatan pascabaca anakanak diberikan kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan/ menginginkan informasi lebih lebih lanjut tentang topik tersebut dimana mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut. Setelah itu mereka membaca tentang topik dan berbagai temuannya dengan teman-temanya. Dalam kegiatan membaca sangat diperlukan pengetahuan dasar mengenai
informasi yang akan dicari dalam teks bacaan begitu juga teks yang dibaca seharusnya memuat tentang informasi yang dibutuhkan. Dalam KBBI Edisi Baru (2007:357,873) Informasi adalah keseluruhan makna yang menunjang amanat
6
yang terlihat didalam bagian-bagian amanat itu. Sedangkan teks adalah naskah, yaitu kata-kata asli dari pengarangnya; kutipan dari kitab suci untuk pangkal jajaran atau dalil alasan; sesuatu yang tertulis untuk dasar memberi pelajaran atau berpidato dan sebagainya. Sedangkan teks bacaan dalam Puji Santosa (2008:6.5) sebagai bahan pembelajaran membaca, sebaiknya memiliki karakteristik yang jelas sehingga cukup kaya bila digunakan sebagai latihan pengenalan kata sampai pada strategi-strategi membaca. Teks yang dipilih sebagai bahan bacaan yang berisikan kata-kata, kalimat, paragraf, dan tampak sebagai teks utuh. Jadi suatu informasi selain dapat diperoleh dari media elektronik maupun dari orang lain lebih banyak didapatkan dari media cetak yang memerlukan seseorang untuk belajar membaca, sehingga lebih cepat dan tepat dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. 2.1.5 Pengertian Membaca Intensif Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi. Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.
7
Membaca intensif atau intensif readingadalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dari teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benarbenar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Para siswa atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut. Membaca intensif bukanlah hakekat keterampilan-keterampilan yang terlihat yang paling diutamaan atau yang paling menarik perhatian kita, tetapi hasil-hasilnya.; dalam hal ini suatu pengertian, suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap tanda-tanda hitam atau aksara di atas kertas. Pengertian dari membaca intensif ialah belajar membaca dengan tekun atau teliti. Teknik dalam membaca intensif adalah ketika seseorang melakukan hal-hal untuk latihan seperti halnya dengan latihan kosa kata atau pola dalam suatu kalimat. Bacaan dalam suatu kalimat yang benar agar sesuai adalah harus dipilih oleh guru atau dosen, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Pelajar atau mahasiswa yang telah berhasil dalam suatu tahapan tersebut akan secara langsung berkaitan atau berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan dalam suatu bacaan.
8
Istilah dari membaca intensif adalah menyatakan bahwa bukanlah hakikat dari suatu keterampilan yang terlihat, namun yang lebih diutamakan lagi adalah ketika ia saat membaca atau mempraktikannya. Namun dari beberapa fakta yang ada, bahan untuk memahami yang terperinci adalah suatu teks. Teks tersebut panjang dalam suatu kalimatnya adalah sekitar kurang lebih 400 kata. Tujuan utamanya dalam membaca intensif adalah agar memperoleh pemahaman penuh terhadap suatu kritik dan saran yang logis. Kecepatan dalam suatu bacaan ialah bisa untuk memahami tingkatan dalam suatu hubungan yang erat. Sungguh sangat jelas terlihat bagaimana memahami suatu kecepatan dalam suatu bacaan. Namun salah satu faktor dari semua itu adalah kejelasan teks bacaan itu sendiri. Karena kita hanya berpusat pada suatu tulisan tersebut. Suatu faktor lain yang mungkin saja menyangkut adalah pengenalan pembaca terhadap suatu isi bacaan. Tentu saja itu akan lebih memudahkan diri kita dalam menangkap dan mengamati suatu isi dari bacaan tersebut. Meskipun dengan demikian mungkin saja kita masih mengembangkan kecepatan dalam suatu bacaan dan membaca dengan efisien maka tidak mungkin akan melibatkan kecepatan dalam suatu bacaan yang tinggi dan pemahaman yang tinggi pula. Banyak orang yang beranggapan bahwa pembelajaran dalam membaca lambat itu seperti sama dengan yang lainnya. Namun sebenarnya tidak demikian. Sebab bahwa pembelajaran tersebut melibatkan beberapa jenis keterampilan pembaca. Seorang siswa yang teliti pasti akan terlebih dahulu mengadakan survei pendahuluan terhadap apa yang akan dibacanya. Hal ini tentu saja akan membimbing dia agar untuk memformulasikan serangkaian pertanyaan mengenai
9
suatu subyek yang akan mereka gunakan. Lalu kemudia mereka baru membacanya. Ditinjau dari segi aspek ini pastilah akan terlihat bagaimana sikap atau perilaku yang mereka pertontonkan pada orang lain. Bagi mereka yang teliti dan lebih fokus pastilah akan lebih baik dari yang tidak melakukan seperti itu. Membaca secara intensif akan banyak manfaat yang akan diterima oleh kita. Entah itu dari kita akan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan barangkali pula ada yang akan mencatat jawaban-jawaban yang diinginkan pada waktu yang mendatang agar bisa menerapkan. Menurut Burns (dalam Rahim , 2005: 12) proses membacameliputi sembilan aspek, yaitu : 1) Aspek sensori Pada tahap ini anak belajar membedakan secara visual simbol-simbolgrafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk mempresentasikan bahasalisan. 2) Aspek perseptual Anak mengenali rangkaian simbol tertulis, baik berupa kata, frasa ataukalimat kemudian memberi makna dengan menginterprestasikan teks yangdibacanya. 3) Aspek urutan Kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yangumumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas kebawah.
10
4) Aspek pengalaman Anak
yang
mempunyai
pengalaman
yang
banyak
akan
mempunyaikesempatan luas dalam mengembangkan pemahaman kosa kata dankonsep yang dihadapi dalam membaca. 5) Aspek berpikir Anak membuat simpulan berdasarkan isi yang terdapat dalam materibacaan untuk dapat memahami bacaan. 6) Aspek pembelajaran Anak belajar membaca dalam kegiatan pembelajaran. 7) Aspek asosiasi Anak mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna. 8) Aspek afektif Kegiatan memusatkan perhatian anak, membangkitkan kegemaranmembaca dana menumbuhkan motivasi ketika sedang membaca. 9) Aspek pemberian gagasan Anak memberikan gagasan atau pendapat tentang teks yang telah merekabaca. 2.1.6 Pengertian Paragraf Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang berkaitan erat antara yang satu dengan kalimat yang lain. Kalimat-kalimat tersebut disusun menurut aturan tertentu, sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan, dan diperjelas.
11
2.1.6.1 Ciri paragraf yang baik 1. Mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan. 2. Dalam setiap paragraf hanya ada satu pokok pikiran. 3. Pada umumnya, paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat. 4. Pargraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran. 5. Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padu. 6. Kalimat-kalimat dalam paragraf tersusun secara logis dan sistematis. Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang digunakan oleh seorang pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada pembaca. Untuk dapat menyusun paragraf dengan baik, ada beberapa langkah yang bisa ditempuh, yaitu: a.
Menentukan kalimat topik.
b.
Menentukan Kalimat penjelas.
c.
Menentukan kalimat-kalimat pengembang.
d.
Menentukan kalimat kesimpulan. Paragraf yang baik harus memiliki kohesi dan koherensi dalam
penyusunannya. Kohesi atau biasa disebut pertalian yaitu keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam paragraf. Unsur-unsur tersebut bisa berupa kata dengan kata, atau kalimat dengan kalimat. Koherensi yaitu hubungan yang mengacu pada sesuatu yang ada di luar teks. Sesuatu tersebut berupa pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca.
12
Untuk mendapatkan paragraf yang baik, yaitu yang memiliki keterkaitan antar kalimat paragraf membutuhkan alat penanda atau pemarkah atau konjungsi. Alat penanda atau pemarkah kohesi dan koherensi dalam paragraf dapat berupa kata atau kelompok kata, seperti: a. Penanda hubungan kelanjutan, misalnya: dan, lagi, serta, lagi pula, dan tambahan lagi. b. Penanda hubungan urutan waktu, misalnya: dahulu, kini, sekarang, sebelum, setelah, sesudah, kemudian, sementara itu, dan sehari kemudian. c. Penanda klimaks, misalnya: paling, se-nya, dan ter-. d. Penanda perbandingan, misalnya: sama, seperti, ibarat, bak, dan bagaikan. e. Penanda kontras, misalnya: tetapi, biarpun, walaupun, dan sebaliknya. f. Penanda ilustrasi, misalnya: umpama, contoh, dan misalnya. g. Penanda sebab-akibat, misalnya: karena, sebab, dan oleh karena. h. Penanda kesimpulan, misalnya: kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya, dan rangkuman. 2.1.6.2 Jenis Paragraf 1. Berdasarkan Letak Gagasan Utama Berdasarkan letak gagasan utama dalam paragraf, paragraf umumnya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: a.
Paragraf Deduktif Paragraf jenis ini gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan dalam paragraf tersebut diletakkan pada kalimat pertama atau kalimat kedua. Selanjutnya, diikuti oleh kalimat pendukung
13
terhadap gagasan utama tersebut. Dalam paragraf ini, ide-ide yang telah dirumuskan dalam kalimat diatur dengan ide yang bersifat umum dan diletakkan pada kalimat pertama atau kedua dan diikuti ide yang lebih khusus. Ciri-ciri paragraf berpola deduktif a. Letak kalimat utama di awal paragraf. b. Diawali dengan pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus. Contoh: Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak mengalami dampak adanya krisis ekonomi adalah pertanian. Hal ini dapat dilihat adanya pertumbuhan yang mengesankan di bidang perkebunan sebanyak 6,5 persen, di bidang kehutanan sebanyak 2,9 persen, dan di bidang perikanan sebanyak 6,6 persen. Kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik meningkat dari 18,1 persen menjadi 18,4 persen. Padahal, selama kurun waktu 30 tahun terakhir, pangsa pasar sektor pertanian merosot dari tahun ke tahun. b.
Paragraf Induktif Paragraf jenis ini meletakkan gagasan utamanya di akhir paragraf. Penataan ini dengan cara menyusun ide-ide khusus dan diikuti dengan ide yang bersifat umum yang biasanya berupa kalimat simpulan. Ciri-ciri paragraf berpola induktif a) Letak kalimat utama di akhir paragraf. b) Diawali dengan uraian/penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum. c) Paragraf induktif diakhiri dengan kesimpulan.
14
c.
Paragraf Campuran Paragraf campuran atau deduktif-induktif dimulai dengan inti uraian (pikiran utama), diikuti penjelasan (pikiran penjelas), dan diakhiri dengan penegasan atau pengulangan inti uraian. Contoh: “Semua manusia pasti akan mati. Para penguasa yang disebut kaisar, sultan, raja, atau presiden meskipun hidup dengan fasilitas yang serba melimpah, mereka mati juga. Begitu pula para ahli bela diri yang setiap hari memperkekar otot-otot tubuhnya dengan macam-macam pelatihan dan menu makanan yang lengkap, akhirnya mati. Orang-orang suci mulai dari para nabi sampai kyai yang doanya selalu atau hampir dikabulkan Tuhan, tetapi doa untuk tidak mati tidak pernah terkabul. Jadi, manusia di dunia ini tidak ada yang bisa hidup abadi”.
2.
Berdasarkan Cara Penyampaian Ide a. Paragraf Narasi Paragraf narasi merupakan salah satu jenis paragraf yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita. a) Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. b) Paragraf narasi runtut cerita adalah pola pengembangan yang menceritakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan dalam menciptakan atau menghasilkan sesuatu b. Paragraf Persuasi Paragraf persuai yaitu paragraf yang menyatakan ajakan, himbauan, harapan, saran, permintaan, ataupun bujukan. Tujuan dari paragraf ini
15
yaitu untuk mempersuasi atau membujuk pembaca agar bisa menerima idea tau gagasan penulis. Ciri-ciri paragraf persuasi adalah sebagai berikut. a) Bertujuan memengaruhi pembaca untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penulisnya. b) Teks yang mengandung persuasi biasanya menggunakan segala upaya yang memungkinkan pembaca terpengaruh. c) Kadang-kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. d) Paragraf persuasi biasanya terdapat dalam iklan atau dalam tips-tips tertentu. Contoh: Di masa pertumbuhan, tentunya putra-putri Anda membutuhkan susu dengan nutrisi yang tepat. Berikan BONEETO, susu berkalsium tinggi untuk membantu pertumbuhan tulang dan giginya. Kandungan kalsiumnya memenuhi kebutuhan kalsium harian anak Anda. BONEETO pilihan asyik untuk pertumbuhan putra-putri Anda. c. Paragraf Argumentasi Paragraf argumentatif merupakan paragraf yang menyatakan pendapat disertai argumentasi tentang kebenaran pendapat tersebut. Untuk mendapatkan kepercayaan tentang pendapat yang disampaikan, paragraf argumentasi menjelaskan argumentasi dengan berbagai alasan dan fakta yang kuat. Contoh: Akhir-akhir ini tempe sudah tidak lagi menjadi makanan orang-orang pinggiran atau kampung. Betapa tidak, seiring menjamurnya makananmakanan instan dan modern yang mengandung berbagai bahan pengawet, tempe tetap menjadi makanan tradisional kebanggaan bangsa Indonesia.
16
Terdapat banyak kandungan protein nabati yang tinggi di dalam tempe. Bahkan di Jakarta terdapat rumah makan yang menggunakan tempe untuk disajikan dalam berbagai menu makanan yang lezat. Karena kandungan gizi yang tinggi dan alamiah itulah tempe sudah mulai merambah pasar internasional. Tempe sudah menjadi makanan lokal yang mengglobal di tengah makanan yang hanya nikmat di lidah saja. d. Paragraf Deskripsi Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman semua pancaindra dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Tujuan dari paragraf ini adalah untuk memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga pembaca seakanakan ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami apa yang dideskripsikan. Contoh: Taman itu juga dihiasi beberapa patung bangau putih. Patungpatung itu terlihat sangat unik. Di tengah taman terdapat kolam. Di tengah kolam terdapat air mancur. Aneka mainan anak-anak turut melengkapi Taman Wisata Kaliurang. e. Paragraf Eksposisi Paragraf eksposisi adalah paragraf yang menerangkan, menjelaskan, atau memaparkan sebuah benda, gagasan, atau ide. Untuk memperjelas paparan, karangan atau paragraf eksposisi disertai data, seperti grafik, gambar, data statistik, contoh, denah, diagram, dan peta. Penulisan paragraf eksposisi biasa didahului dengan penelitian.
17
Hal-hal yang diungkapkan dalam paragraf eksposisi berupa informasi. Informasi tersebut dapat berupa (a) hal, kondisi, atau fakta yang benar-benar terjadi (misalnya fungsi oksigen dan air bagi makhluk hidup, proses bekerja mesin) dan (b) analisis atau penafsiran terhadap suatu fakta. Tujuan paragraf eksposisi sebagai berikut. a) Memberikan informasi atau keterangan yang terperinci mengenai objek. b) Memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Contoh: Di dunia pengobatan, nama tanaman Ginkgo biloba sudah tidak asing lagi. Ekstrak daunnya banyak digunakan dalam penyediaan suplemen untuk kebugaran otak. Ginkgo biloba merupakan tanaman yang jarang ditemui di Indonesia. Tanaman tersebut berasal dari Cina. Di negeri Cina tanaman tersebut sebagai obat batuk, asma, alergi, mengatasi gangguan jantung dan paru-paru.
2.1.6.3 Menemukan Gagasan Utama dan Gagasan Penjelas Gagasan utama dalam paragraf merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam paragraf.Gagasan utama paragraf biasanya terdapat dalam kalimat utama. Kalimat utama pada umumnya berupa kalimat yang pernyataannya paling umum dalam sebuah paragraf. Dilihat dari tempatnya, kalimat utama pada umumnya berada pada awal paragraf (paragraf deduktif) dan akhir paragraf (paragraf induktif). Gagasan utama dapat ditemukan dengan menghilangkan atau membuang bagian yang tidak penting. Karena masih bersifat umum, gagasan utama perlu penjelasan atau rincian. Penjelasan atau rincian inilah yang disebut dengan gagasan penjelas. Gagasan penjelas dapat berupa rincian, contoh, perbandingan, atau pertentangan.
18
Contoh: Kashmir yang terletak di bagian utara merupakan mahkota dari India. Lembahnya terkenal sebagai salah satu lembah terindah. Gunungnya tertutup salju. Ketenangan danau peraknya menciptakan nuansa yang romantis. Gagasan utama
: Kashmir merupakan mahkota dari India
Gagasan penjelas
: 1. Khasmir terletak di bagian utara India 1. Khasmir memiliki lembah terkenal sebagai salah satu lembah terindah 2. Gunungnya tertutup salju 3. Ketenangan danau peraknya menciptakan nuansa yang romantis.
2.1.7 Pengertian Kalimat Utama Salah satu materi dalam pembelajaran bahasa Indonesia baik di SD, SMP, maupun SMA adalah mengenai kalimat utama dalam paragraf. Nama lain dari kalimat utama adalah ide pokok, gagasan pokok, atau ide sentral. Kita harus tahu bahwa setiap paragraf yang baik haruslah mempunyai kalimat utama. Kalimat utama adalah ide atau tema yang menjiwai paragraf tersebut. Artinya, paragraf yang bersangkutan hanya membahas tentang itu, bisa memperdalam, atau memberi contoh-contohnya (Depdiknas 2007: 13) Sifat kalimat utama adalah umum. Ketika membaca paragraf, temukan kalimat yang bermakna umum, jangan mencari yang maknanya khusus atau spesifik. Syarat paragraf yang baik memang harus terdiri dari beberapa kalimat, di mana ada kalimat utama yang tertuang dalam setiap paragraf atau kalimat pokok, dan ada beberapa kalimat penjelas, yang memperjelas kalimat utama tersebut.
19
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Titik Purwanti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Siswa Menemukan Gagasan Utama melalui Metode Cooperatif Integrated Reading and Composition,hasil penelitiann yang dilakukan Januari dan Peberuari 2010 ini, menunjukkan bahwabelajar dengan menggunakan metode yang dipilih dapat membuat proses pembelajaran lebihdinamis, variatif, dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa meningkat. Khusna Wardani (2011) dengan judul penelitiannya upaya meningkatkan kemampuan menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif dengan metode kooperatif tipe numbered headstogether (NHT) pada peserta didik kelas IV kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : terdapat peningkatan kemampuan menemukan kalimat utama pada tiap paragrafmelalui membaca intensif dengan metode kooperatif tipe numbered headstogether pada peserta didik kelas IV Amna Abuke,2007 dengan judul “Upaya Melatih Kemampuan Membaca dengan Menggunakan Teks Cerita Siswa Kelas IV SDN 2 Tunggulo Kecamatan Limboto Barat”, yang berorientasi pada kemampuan siswa membaca dengan lafal yang tepat, mengucapkan dengan intonasi yang tepat, mengucapkan sesuai dengan tanda baca dan membaca sesuai dengan kecepatan membaca. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis membaca yang diberikan bertujuan agar siswa dalam waktu yang singkat dapat membaca secara lancar dan cepat sesuai lafal, intonasi dan tanda baca yang tepat maka kemampuan membaca siswa meningkat.
20
2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan teori sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan Jika guru menggunakan teks bacaan yang tepat maka kemampuan menemukan kalimat utama pada setiap paragraf pada siswa kelas IV SDN 3 Bulontio Timur Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara akan meningkat dari 44 % menjadi 85%. 2.4 Indikator Kinerja Indikator kerja dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah apabila terjadi peningkatan menjadi 85% dari 25 siswa yang menjadi objek penelitian telah mampu menemukan informasi melalui kegiatan membaca teks dengan perolehan nilai rata-rata 75-89 dengan kategori “ Sangat Baik ” maka penelitian ini dianggap berhasil.
21