BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama dari manajemen keuangan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham, yang diterjemahkan menjadi memaksimalkan harga dari saham biasa perusahaan. Meskipun perusahaan memiliki tujuan-tujuan yang yang lain, namun memaksimalkan harga saham adalah tujuan yang paling penting (Brigham dan Houston, 2006). Sartono (2001) juga mengutamakan hal yang sama, tujuan yang harus dicapai manajer keuangan hendaknya bukan hanya menitikberatkan pada memaksimumkan profit stockholders melalui maksimisasi nilai perusahaan. Mengetahui tujuan manajemen keuangan secara benar dapat membantu perusahaan dalam menentukan keputusan-keputusan keuangannya.
Tujuan
meningkatkan nilai perusahaan semestinya melandasi segala bentuk keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi keputusan-keputusan keuangan yang ditetapkan oleh manajer keuangan. Keputusan yang tepat akan meningkatkan nilai perusahaan dan akhirnya akan berdampak pula pada kemakmuran pemilik perusahaan. Menurut Husnan (2000) yang dimaksud dengan nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Apabila perusahaan menawarkan saham ke publik maka nilai perusahaan akan tercermin pada harga sahamnya. Jadi, dengan meningkatnya
13
harga saham atau sudah barang tentu seorang pemegang saham akan menjadi lebih kaya atau lebih makmur. Brigham dan Houston (2006) menganjurkan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan, bisnis atau perusahaan sebaiknya diorganisasikan sebagai suatu perseroan terbatas. Terdapat tiga alasan mengapa perseroan terbatas dapat meningkatkan nilai perusahaan : 1)
Kewajiban terbatas mengurangi risiko yang ditanggung oleh para investor, dan jika semua hal yang lainnya konstan. Semakin rendah risiko perusahaan maka semakin tinggi nilainya.
2)
Nilai perusahaan akan tergantung pada peluang pertumbuhannya, yang selanjutnya akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menarik modal. Perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas dapat menarik modal secara lebih mudah daripada bisnis-bisnis yang tidak terinkorporasi, maka perusahaan dapat dengan lebih baik mengambil keuntungan dari peluangpeluang pertumbuhan.
3)
Nilai dari suatu aset juga bergantung pada likuiditasnya, yang artinya kemudahan untuk menjual aset dan mengubahnya menjadi uang tunai pada suatu nilai perusahaan yang wajar. Investasi pada saham dari perseroan terbatas adalah jauh lebih likuid daripada investasi yang serupa di suatu kepemilikan perseorangan atau persekutuan, maka hal ini juga dapat meningkatkan niali dari suatu perseroan terbatas. Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio antara
lain Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
14
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham, Price Earning Ratio (PER) yang merupakan rasio harga saham suatu perusahaan dengan pendapatan per saham perusahaan tersebut, Dividend Yield yaitu perbandingan dividen dengan harga saham, dan Price to Book Value (PBV) yang merupakan rasio yang membandingkan antara nilai saham menurut pasar dengan harga saham berdasar harga buku /book value (Brigham and Houston,2006). Price to Book Value (PBV) dalam penelitian ini digunakan sebagai proksi nilai perusahaan. Price to Book Value (PBV) merupakan bagian dari rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. PBV adalah rasio yang membandingkan antara nilai saham menurut pasar dengan harga saham berdasar harga buku (book value). PBV digunakan untuk melihat berapa besar tingkat undervalued maupun overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan nilai buku setelah dibandingkan dengan harga pasar (Slamet, 2003:41). Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Perusahaan yang berjalan baik umumnya rasio PBV-nya mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar daripada nilai bukunya. Semakin tinggi rasio ini maka akan berpengaruh positif terhadap harga saham dari perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio tersebut maka semakin berhasil perusahan menciptakan nilai (return) bagi pemegang saham dan semakin besar rasio PBVnya, semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor.
15
2.1.2 Struktur Modal Struktur modal (capital structure) merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Tidak seperti debt ratio atau leverage ratio yang hanya menggambarkan rasio hutang dan ekuitas pada suatu saat tertentu, struktur modal lebih menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang suatu perusahaan (Arifin,2005) Husnan (2000) menyebutkan keputusan pendanaan akan tercermin pada sisi pasiva. Apabila hanya memperlihatkan dana yang tertanam dalam jangka waktu yang lama, maka perbandingan tersebut disebut sebagai struktur modal. Lebih jauh lagi, dijelaskan apakah terdapat pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Maksudnya, apabila komposisi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang terdapat dalam struktur modal berubah apakah harga saham akan berubah, dengan asumsi keputusan-keputusan lainnya tidak berubah. Struktur modal yang terbaik (optimal) adalah struktur modal yang dapat memaksimalkan harga saham atau nilai perusahaan. Brigham dan Houston (2006) mengatakan struktur modal yang optimal dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu, di mana perubahan dalam struktur modal akan mempengaruhi tingkat risiko dan biaya dari masing-masing jenis modal, dan hal ini dapat mengubah rata-rata tertimbang biaya modalnya. Perubahan dalam biaya modal juga dapat mempengaruhi keputusan penganggaran modal dan akhirnya harga saham perusahaan tersebut.
16
Teori struktur modal Teori struktur modal menjelaskan pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan atau biaya modal. Keputusan pendanaan mempelajari bagaimana pengaruh sumber dana yang berbeda yaitu antara hutang dan modal sendiri terhadap nilai perusahaan, seandainya keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berubah atau konstan. Sartono (2001) mengemukakan teori struktur modal sebagai berikut : Begitu banyak teori tentang struktur modal dikembangkan, namun belum ada penjelasan yang memuaskan mengenai seberapa besar hutang yang ideal. Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori mengenai struktur modal: 1) Pendekatan Laba Bersih (Net Income) Pendekatan
laba
bersih
mengasumsikan
bahwa
investor
mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula. Biaya modal sendiri dan biaya hutang konstan akan menyebabkan jumlah hutang yang digunakan perusahaan akan semakin besar sehingga biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil. Jika biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar, maka nilai perusahaan akan meningkat.
2) Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan
17
ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dengan pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting. 3) Pendekatan tradisional Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal, dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan sehingga baik biaya hutang (kd) maupun biaya modal sendiri (ke) relatif konstan. Kendati demikian setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat, oleh karena itu nilai perusahaan mulamula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar.
18
4) Pendekatan Modigliani-Miller (MM) (1) Pendekatan MM Tanpa Pajak Pertama kali MM memperkenalkan teori dtruktur modal dengan asumsi tidak ada pajak pendapatan perusahaan. MM berpendapat bahwa nilai perusahaan adalah tidak tergantung atau tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Hal ini dikarenakan adanya proses arbitrase dimana nilai dua perusahaan berbeda hanya karena kedua perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang berbeda. Investor akan menjual saham perusahaan yang memiliki hutang dengan harga yang lebih tinggi, kemudian membeli saham perusahaan yang tidak memiliki hutang atau unlevered dan menginvestasikan kelebihan dananya pada investasi lain. Asumsi akan tidak ada biaya transaksi maka investor dapat meningkatkan tingkat keuntungan yang diterima dengan tingkat risiko yang sama. Proses ini akan berlangsung terus hingga kedua perusahaan memiliki nilai pasar yang sama. Harga saham perusahaan yang tidak memiliki hutang akan meningkat sementara harga saham perusahaan yang memiliki hutang akan turun. (2) Pendekatan MM Ada Pajak MM juga mengembangkan teori struktur modal dalam kondisi ada pajak
penghasilan
perusahaan.
Dalam
kondisi
ada
pajak
penghasilan, perusahaan yang memiliki leverage akan memiliki nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan tanpa
19
leverage. Kenaikan nilai perusahaan terjadi karena pembayaran bunga atas hutang merupakan pengurang pajak, oleh karena itu laba operasi yang mengalir kepada investor menjadi semakin besar. 5) Teori Pensinyalan Teori ini muncul sebagai akibat dari adanya informasi yang tidak simetris antara manajer dan investor. Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar. Investor yang merasa mempunyai informasi yang lebih sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal dapat dianggap sebagai sinyal oleh pihak luar (investor) Terdapatnya suatu informasi yang asimetris antara manajemen dengan investor, membuat perusahaan akan memilih menggunakan hutang daripada menerbitkan saham dalam pembentukan struktur modalnya. Melakukan penerbitan saham akan memberikan sinyal yang negatif dan akibatnya malah menekan harga saham, meskipun prospek perusahaan tersebut sebetulnya cerah. 6) Pecking Order Theory Pada teori ini dalam keputusan struktur modalnya perusahaan mempunyai urutan preferensi dalam penggunaan dana. Berdasarkan Pecking Order Theory urutan penggunaan dana tersebut adalah sebagai berikut: a. Perusahaan memilih pendanaan internal
20
b. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari perubahan dividen yang tiba-tiba. c. Jika perusahaan memiliki aliran kas yang cukup besar, perusahaan akan membayar hutang atau membeli surat berharga. Sedangkan bila aliran kas tersebut lebih kecil, perusahaan akan menggunakan kas yang dipunyai atau menjual surat berharga. d. Jika
pendanaan
eksternal
diperlukan,
perusahan
akan
mengeluarkan surat berharga yang aman terlebih dahulu, mulai dengan hutang kemudian yang terakhir saham. Faktor – faktor yang mempengaruhi Keputusan Struktur Modal Teori keuangan dan penelitian empirik telah mengidentifikasi sejumlah variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan yaitu stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, kinerja keuangan, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan (Weston dan Brigham, 1994). Faktor yang mempengaruhi struktur modal secara umum adalah sebagai berikut : (1) Struktur Aktiva Perusahaan dengan struktur aktiva yang fleksibel cenderung menggunakan leverage yang lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Sebagai aktiva berwujud yang menjamin
21
pembiayaan hutang, struktur aktiva diharapkan mempengaruhi level pembiayaan hutang, sejak aktiva-aktiva ini dapat digunakan untuk membayar kembali kebutuhan-kebutuhan pinjaman dari kreditur. (2) Pertumbuhan Apabila faktor lain sama, maka perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cenderung akan menggunakan sumber dana dari luar. Alasan
lain adalah karena biaya emisi saham biasanya lebih mahal jika
dibandingkan dengan biaya pengeluaran obligasi. (3) Stabilitas Penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. Karena perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil mungkin akan lebih gampang memperoleh pinjaman yang mengakibatkan biaya tagihan tetapnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. (4) Kinerja Keuangan Perusahaan dengan kinerja keuangan tinggi akan menggunakan hutang yang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui laba ditahan. (5) Risiko Dalam prakteknya, suatu perusahaan dihadapkan pada tingkat bunga yang meningkat makin cepat setelah melewati suatu tingkat leverage tertentu, karena kreditur mulai khawatir tentang kebangkrutan perusahaan. Jadi tingkat
22
bunga pinjaman akan berbeda dengan jumlah yang cukup besar karena adanya risiko kebangkrutan ini. Dengan demikian perusahaan mungkin akan memutuskan untuk tidak melanggar batas tersebut. Dilihat dari pandangan manajemen keuangan, risiko adalah ketidakpastian pendapatan perusahaan. Faktor penting dalam perolehan persetujuan pembiayaan hutang dari penjamin adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa perusahaan dapat menciptakan pendapatan yang cukup untuk memenuhi hutangnya. Lebih penting lagi, kreditur mempunyai perhatian yang lebih besar tentang kepastian mencakup pendapatan operasi. (6) Ukuran Ukuran perusahaan ditemukan secara positif berkaitan dengan keputusan struktur hutang. Perusahaan – perusahaan yang lebih besar menawarkan perbedaan jasa – jasa yang lebih banyak dan menikmati manfaat dari aktiva dan pendapatan yang lebih banyak. (7) Pajak Bunga adalah beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi, karena itu, makin besar keuntungan dari penggunaan hutang. (8) Pengendalian dan Kepemilikan Perusahaan mungkin memilih menggunakan leverage yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham baru lagi, meskipun mungkin pengeluaran saham baru lebih menguntungkan, perusahaan mungkin memilih
23
penggunaan hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan mungkin enggan membagi kepemilikan/kontrol perusahaan dengan orang lain, sebab bila terjadi pihak yang semula memiliki sebagian besar saham, dengan pengeluaran saham baru akan menjadi kurang bagiannya. Penguasaan atas perusahaan akan berkurang dengan adanya pengeluaran saham baru. (9) Kondisi Pasar Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. (10)
Tingkat Inflasi Perkiraan tingkat inflasi akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran dana. Dalam keadaan inflasi yang tinggi maka perusahaan menyukai pembiayaan dengan hutang.
2.1.3 Risiko Risiko bisa didefinisikan sebagai kemungkinan penyimpangan dari hasil yang diharapkan (Hanafi,2001). Terdapat dua dimensi risiko dalam kaitannya terhadap keputusan perusahaan. Dua dimensi tersebut yang pertama adalah risiko bisnis, atau seberapa berisiko saham perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan hutang, dan yang kedua risiko keuangan, yang merupakan tambahan risiko yang dikenakan pada pemegang saham biasa sebagai akibat dari keputusan perusahaan untuk mempergunakan hutang.
24
Menurut Brigham dan Houston (2006) yang dimaksud dengan risiko bisnis adalah suatu fungsi dari ketidakpastian yang inheren di dalam proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan di dalam sebuah perusahaan. Jadi, sebelum memutuskan menggunakan hutang sebaiknya manajemen perusahaan mempertimbangkan terlebih dahulu risiko bisnisnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini menggunakan risiko bisnis sebagai variabel dalam menentukan suatu nilai perusahaan. Fluktuasi (standar deviasi) pendapatan operasional dibagi dengan total aset digunakan sebagai proksi risiko bisnis. Peningkatan aktivitas perusahaan manufaktur didefinisikan juga meningkatkan risiko. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian ini merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Dengan mengidentifikasikan risiko, perusahaan dapat mengelola risiko yang dihadapi. Adanya pengelolaan atas risiko maka ketidakpastian yang berkaitan dengan risiko tersebut dapat diminimalkan. Literatur manajemen
keuangan
mengidentifikasikan
adanya
risiko-risiko
yang
mencakup risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang, dan risiko negara. Suatu risiko harus dapat dikelola dengan baik, karena suatu risiko itu mengandung biaya yang tidak sedikit. Konkretnya, risiko yang dikelola dengan baik dapat menjaga agar kinerja perusahaan terhindar
25
dari faktor-
faktor seperti kerugian yang diakibatkan oleh risiko tersebut. Dan nilai perusahaan dapat ditingkatkan dengan pengelolaan risiko yang efektif.
2.1.4 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi yang dapat dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu aspek penilaian yang fundamental mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas yang dapat dicapai perusahaan dalam suatu waktu periode tertentu. Agus Sartono (1999:120) mengemukakan bahwa analisis dapat dilakukan dengan cara membandingkan prestasi satu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui kecenderungan selama periode tertentu. Tolok ukur yang sering dipakai untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk ratio. Sesuai dengan kepentingan para investor terhadap pertumbuhan nilai investasi, maka pengukuran kinerja perusahaan yang relevan adalah pengukuran profitabilitas dan indikator yang digunakan untuk melakukan pengukuran
26
profitabilitas adalah return on assets (ROA). Dengan menggunakan ROA maka dapat diukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan mengukur sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan laba. Penelitian pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini return on asset (ROA) terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang konsisten. Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan, hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Dengan demikian, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.1.5 Hubungan Struktur Modal dengan Nilai Perusahaan Struktur modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan. Keputusan
keuangan
tersebut
ditetapkan
oleh
manajemen
perusahaan
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Teori mengenai struktur modal telah banyak berkembang terutama kaitannya terhadap nilai perusahaan. Modigliani-Miller awalnya berpendapat bahwa penggunaan hutang tidak akan meningkatkan nilai perusahaan karena adanya kemungkinan proses arbitrase yang akan membuat nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang maupun
27
menggunakan hutang, akhirnya sama. Pendapatan ini berubah ketika ModiglianiMiller mempertimbangkan adanya pajak. Pajak penghasilan perusahaan akan menyebabkan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Berdasarkan teori pensinyalan penggunaan hutang memberikan sinyal positif pada pasar (Brigham dan Houston,2006). Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban masa datang, sehingga akan berdampak pada peningkatan harga saham yang merupakan cerminan dari nilai perusahaan. Penggunaan hutang yang terlampau besar juga tidak dapat dibenarkan karena pada tingkat tertentu penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan, seperti apa yang disebutkan dalam teori trade-off penggunaan hutang yang terlampau besar akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang tinggi pula.
2.1.6 Hubungan Risiko dengan Nilai Perusahaan Risiko merupakan penyimpangan hasil (return) yang diperoleh dari rencana hasil (return), diharapkan berhubungan dengan ketidakpastian karena investor dalam berinvestasi akan memperoleh return di masa mendatang dengan nilai yang belum diketahui. Peningkatan aktivitas yang terjadi pada perusahaan manufaktur juga dapat meningkatkan risiko. Menurut Vaughan dalam Herman Darmawi (2006) risiko adalah kans kerugian yang biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan terhadap kerugian atau kemungkinan kerugian. Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk yang tidak
28
diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian ini merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Perusahaan
dapat
mengindentifikasi risiko.
mengelola
risiko
yang
dihadapi
Adanya pengelolaan atas risiko
dengan
menyebabkan
ketidakpastian yang berkaitan dengan risiko tersebut dapat diminimalkan, dan pada dasarnya nilai perusahaan dapat ditingkatkan dengan suatu pengelolaan risiko yang efektif.
2.1.7 Hubungan Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan Teori manajemen keuangan meyakini bahwa terdapat hubungan yang positif antara kinerja perusahaan (diukur dengan berbagai macam indikator seperti Return On Investment, Return On Sales, Return On Assets, Return On Equity) dengan tingkat aktivitas perusahaan manufaktur. Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam Suranta dan Pratana (2004) juga menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa semakin baik kinerja keuangan perusahaan
29
maka semakin tinggi nilai perusahaan, sehingga ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.2
Penelitian Sebelumnya Penelitian ini berkaitan dengan penelitian – penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh : 1) Penelitian yang dilakukan oleh Taswan (2003) yang berjudul ”Analisis Strategis di LIK dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan serta Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara insider ownership, kebijakan hutang dan Dividen terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Taswan ini juga berupaya untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berpengaruh terhadap insider ownership, kebijakan hutang dan Dividen.
Teknik
analisis
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan SEM. Hasil yang diperoleh adalah kebijakan hutang berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan, insider ownership berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan perbandingan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taswan, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji beberapa variabel yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Perbedaannya, dalam penelitian ini menggunakan struktur modal, risiko bisnis dan kinerja keuangan sebagai
30
varibel bebas lainnya, serta untuk analisis data digunakan analisis regresi linear berganda. 2) Penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) yang berjudul Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan. Dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh struktur kepemilikan (terdiri dari kepemilikan manajerial dan institusional terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan keputusan keuangan (terdiri dari keputusan investasi, kebijakan hutang, dan kebijakan deviden) sebagai variabel antara. Teknik analisis yang digunakan menggunakan path analysis. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah, struktur kepemilikan manajerial berpengaruh tehadap keputusan investasi dan pendanaan tetapi tidak pada kebijakan dividen, struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan, keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi keputusan investasi dan kebijakandividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun melalui keputusan pendanaan. Penelitian ini juga berupaya untuk menguji variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri terletak pada variabel bebas yang digunakan meliputi struktur modal, risiko dan kinerja keuangan.
31
3) Penelitian yang dilakukan oleh I Made Suardana (2006) yang berjudul ”Pengaruh Struktur Modal dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Real Estate and Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian tersebut bermaksud untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah secara simultan struktur modal dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial variabel struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan variabel kepemilikan manajerial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan perbandingan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Made Suardana , penelitian ini juga bertujuan untuk menguji beberapa variabel yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan menggunakan variabel struktur modal dan menggunakan analisis regresi linear berganda sebagai teknik analisis data. Perbedaannya, dalam penelitian ini menggunakan risiko bisnis dan kinerja keuangan sebagai varibel bebas lainnya. 4) Penelitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang berjudul ”Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern, dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan”. Penelitian tersebut bermaksud untuk mengetahui variabel – variabel apa saja yang dapat
32
mempengaruhi nilai perusahaan. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian Sujoko dan Soebiantoro ini menggunakan SEM. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah variabel yang berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan hanya kepemilikan institusional, suku bunga, pertumbuhan pasar, profitabilitas, dividen, ukuran perusahaan, pangsa pasar, leverage, sedangkan kepemilikan manajerial dan keadaan pasar modal pengaruhnya tidak signifikan. Temuan lainnya bahwa leverage (struktur modal) akan dipengaruhi oleh kepemilikan institusional, suku bunga, pertumbuhan pasar, profitabilitas, dividen, dan ukuran perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial, keadaan pasar modal, pangsa pasar tidak menentukan leverage. Berdasarkan perbandingan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taswan, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji beberapa variabel yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan menggunakan variabel struktur modal. Perbedaannya, dalam penelitian ini menggunakan risiko bisnis dan kinerja keuangan sebagai varibel bebas lainnya, serta untuk analisis data digunakan analisis regresi linear berganda. 5) Penelitian yang dilakukan oleh Jiraporn dan Liu (2007) dengan judul penelitian Capital Structure, Staggered Boards, and Firm Value. Penelitian yang dilakukan oleh Jiraporn dan Liu ini didasarkan pada agency theory. Penelitian yang dilakukan di Amerika ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh staggered boards terhadap penentuan
33
struktur modal perusahaan, disamping itu juga untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan leverage terhadap nilai perusahaan. Metode Two-stage least squares digunakan sebagai teknik analisis. Hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah perusahaan dengan staggered boards akan mempengaruhi perusahaan untuk menggunakan leverage yang rendah. Temuan lainnya bahwa nilai perusahaan tidak terpengaruh oleh kebijakan perusahaan dalam menggunakan leverage. Penelitian ini juga memiliki sedikit kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jiraporn dan Liu, yaitu menguji bagaimana pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan, sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan risiko dan kinerja keuangan sebagai tambahan variabel bebasnya. 6) Penelitian yang dilakukan oleh Agus Wahyudi Salasa Gama (2009) yang berjudul ” Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Risiko Bisnis dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan”. Penelitian tersebut bermaksud untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian Agus Wahyudi Salasa Gama ini menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah variabel yang berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan hanya pertumbuhan perusahaan, sedangkan risiko bisnis dan struktur modal pengaruhnya tidak signifikan.
34
Berdasarkan perbandingan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Wahyudi Salasa Gama, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji beberapa variabel yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan menggunakan variabel struktur modal dan risiko bisnis. Perbedannya, dalam penelitian ini menggunaka kinerja keuangan sebagai varibel bebas lainnya, serta untuk analisis data digunakan analisis regresi linear berganda. 5) Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh dan Ghosh (2008) dengan judul Do Leverage, Dividend Policy, and Profitability Influence The Future Value of Firm? Evidence from India. Penelitian tersebut diajukan untuk menguji pengaruh kebijakan dividen masa lalu, leverage masa lalu dan profitabilitas terhadap profitabilitas peningkatan nilai perusahaan di masa depan (ukuran nilai perusahaan menggunakan rasio harga pasar saham dibagi dengan nilai buku saham) pada perusahaan yang terdaftar di Indian Stock Market. Penelitian tersebut menggunakan regresi model logit di dalam menganalisis datanya. Hasil dari penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat hubungan yang non-linier antara leverage, profitabilitas dan profitabilitas peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang. Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penggunaan leverage ternyata berdampak negative terhadap kesempatan peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang sedangkan kebijakan dividend yang dilakukan oleh perusahaan tidak signifikan
35
pengaruhnya terhadap profitabilitas peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghosh dan Ghosh, yaitu menguji pengaruh beberapa variabel terhadap nilai perusahaan dimana ukuran nilai perusahaan yang digunakan merupakan rasio pasar saham dibagi dengan nilai bukunya. Perbedaannya terletak pada beberapa variabel yang digunakan, penelitian ini menggunakan struktur modal, risiko dan kinerja keuangan sebagai variabel bebas dan data dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda.
2.3
Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan dan kajian
teoritis yang telah dikemukakan, maka dapat disusun 4 (empat) hipotesis sebagai berikut : 1) Struktur modal, risiko dan kinerja keuangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur di pasar modal Indonesia. 2) Struktur modal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur di pasar modal Indonesia. 3) Risiko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur di pasar modal Indonesia. 4) Kinerja keuangan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur di pasar modal Indonesia.
36