BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pemecahan saham (stock split) Menurut Jogiyanto (2000 : 415), stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Saleh Basir dan Hendy M.Fakhruddin (2005:119) memberikan definisi stock split adalah pemecahan nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil dimana pemecahan nilai nominal saham ini mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi lebih banyak Ewijaya dan Indriantoro (1999) mendefinisikan stock split sebagai perubahan nilai nominal per lembar saham dan bertambahnya jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahnya, yang biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi yang mengakibatkan daya beli investor berkurang. Menurut Hendrawaty (2007) stock split merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang ditentukan. Berdasarkan pada beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa stock split merupakan salah satu kebijakan manajemen yang diambil ketika harga saham dinilai terlalu tinggi dengan memecah nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil tanpa mengubah nilai akun modal saham dan tambahan modal disetor sehingga menambah jumlah saham biasa yang beredar.
9
2.1.2 Teori motivasi stock split Teori utama yang mendominasi literatur pemecahan saham yaitu signaling theory dan trading range theory. Signalling theory/asimetry information menurut Baker dan Powell dalam Wibawa (2008) menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal/informasi kepada investor mengenai prospek peningkatan return masa depan. Keputusan stock split yang dilakukan oleh manajemen perusahaan merupakan suatu keputusan yang mahal karena semakin tinggi tingkat komisi saham dan menurunnya harga saham sehingga mengakibatkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan manajemen perusahaan yang melakukan kebijakan stock split. Copeland dalam Jogiyanto (2007:419) mengemukakan bahwa stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang dapat menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi terhadapnya. Perusahaan yang tidak memiliki prospek yang baik yang mencoba memberi sinyal tidak valid melalui stock split akan tidak mampu untuk menanggung biaya tersebut. Teori yang kedua yaitu trading range theory dimana teori ini menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Tindakan pemecahan saham akan mengakibatkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi (Marwata, 2001).
10
2.1.3 Pengertian abnormal return Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2007:434). Return yang sesungguhnya diperoleh dari return yang sebenarnya diterima oleh investor yang sifatnya sudah terjadi. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan oleh para investor ketika memutuskan untuk membeli suatu saham dan return ini sifatnya belum terjadi. Menurut Arif Budiarto dan Murtanto (2002), return ekspektasi dapat diestimasi dengan menggunakan 3 (tiga) model yaitu : 1) Mean adjusted model Model ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. 2) Market model Model ijni menjelaskan hubungan suatu saham dengan return suatu pasar dengan menggunakan bentuk regresi linier sederhana antara return sekuritas dengan return pasar. Hasil dari regresi linier sederhana tersebut digunakan sebagai return ekspektasi. 3) Market adjusted model Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut sehingga dengan menggunakan model ini maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
11
2.1.4 Pengertian aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) Menurut Astuti dan Sudibyo (2000), trading volume activity merupakan jumlah tindakan/perdagangan investor yang digunakan untuk melihat adanya reaksi pasar modal terhadap informasi yang dipublikasikan. Aktivitas volume perdagangan saham (TVA) dihitung dengan cara jumlah saham perusahaani yang diperdagangkan pada waktut dibagi dengan jumlah saham perusahaani yang beredar (listing) pada waktut. Rata-rata TVA diperoleh dengan jalan membagi hasil TVA harian seluruh saham dengan jumlah sampel penelitian. Trading volume activity digunakan untuk melihat apakah prefensi investor secara individual menilai pengumuman stock split sebagai sinyal yang positif atau negatif untuk membuat keputusan perdagangan saham diatas keputusan perdagangan yang normal. Ukuran aktivitas volume perdagangan saham telah digunakan secara luas untuk mengukur tingkat likuiditas saham dalam berbagai studi empiris (Arif Budiarto dan Zaki Baridwan, 1999:93).
2.1.5 Hipotesis pasar efisien (efficient market hipotesis) Tandelilin (2001 : 112) mendefinisikan pasar modal yang efisien sebagai suatu pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi yang tersedia baik itu informasi masa lalu, maupun informasi saat ini serta informasi yang sifatnya sebagai suatu pendapat atau opini rasional yang beredar yang dapat mempengaruhi perubahan harga.
12
Efisiensi pasar seperti yang didefinisikan oleh Beaver dalam Jogiyanto (2007:381) merupakan hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi secara detail. Informasi tersebut dipergunakan untuk menganalisis nilai intrinsik dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga suatu pasar yang efisien menurut konsep ini adalah pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilainilai intrinsiknya. Fama dalam Jogiyanto (2007:382) mendefinisikan pasar yang efisien, jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia (a security market is efficient if security prices “fully reflect” the information available). Definisi Fama menekankan pada “fully reflect” yang artinya harga dari sekuritas secara akurat mencerminkan informasi yang ada dan “information available”
yang
mengandung
arti
bahwa
investor
secara
akurat
mengekspektasikan harga dari sekuritas bersangkutan dengan menggunakan informasi yang tersedia. Definisi pasar sebelumnya yang hanya menekankan pada akurasi harga akibat informasi yang tersedia, mengabaikan distribusi dari informasinya. Beaver dalam Jogiyanto (2007:385) kembali memberikan definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada distribusi informasi, bahwa pasar dikatakan efisien terhadap suatu set informasi yang spesifik (dihasilkan dari suatu sistem informasi) jika harga yang terjadi setelah informasi diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang mendapatkan set informasi tersebut.
13
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat sebelumya, bahwa efisiensi pasar merupakan suatu kondisi pasar dimana semua harga sekuritassekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Investor akan memiliki kemungkinan yang kecil untuk memperoleh keuntungan diatas kerugian orang lain apabila semua informasi dapat diserap dengan baik oleh pasar.
2.1.6 Bentuk-bentuk hipotesis pasar yang efisien Fama dalam Tandelilin (2002 : 114) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH) yaitu : 1) Efisien dalam bentuk lemah (weak form). Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Informasi historis (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang datang karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis. 2) Efisiensi dalam bentuk setengah kuat (semi strong) Bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham disamping disamping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu) juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock split, dan penerbitan saham baru). Pada pasar efisien dalam bentuk setengah kuat ini,
14
investor tidak dapat berharap mendapatkan abnormal return jika strategi perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah dipublikasikan. 3) Efisiensi dalam bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
2.1.7 Pengertian studi peristiwa (event study) Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2007:410). Event study dapat dipergunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman dimana jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat
15
diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar, namun sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar. Pengujian kandungan informasi menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Pengujian yang melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika tidak ada investor yang dapat memperoleh abnormal return dari informasi yang diumumkan atau jika memang ada abnormal return, maka pasar harus bereaksi dengan cepat untuk menyerap abnormal return untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya 1) Nyoman Suparta Wibawa (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengumuman Stock Split Terhadap Reaksi Pasar di Bursa Efek Indonesia.” Hipotesis penelitian ini adalah terdapat reaksi pasar sebelum dan sesudah terjadinya pengumuman stock split pada perusahaan di BEI. Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengumuman stock split menimbulkan reaksi pasar yang negatif di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007. Reaksi ini ditunjukkan dengan adanya penurunan nilai rata-rata abnormal return dari sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
16
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel yang diteliti yaitu pada penelitian ini selain meneliti tentang abnormal return, juga meneliti variabel aktivitas volume perdagangan saham. 2) Made Fitria Sari (2004) yang berjudul “Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Aktivitas Volume Perdagangan Saham dan Abnormal return Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 1999-2002”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pengumuman right issue terhadap aktivitas volume perdagangan saham dan abnormal return saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2002. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan rata-rata TVA saham dan rata-rata abnormal return saham di sekitar tanggal pengumuman right issue dan setelah pengumuman right issue. Namun perbedaan rata-rata TVA saham dan rata-rata abnormal return saham tersebut tidak signifikan 5%. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada pengumuman yang diteliti dimana penelitian sebelumnya meneliti tentang pengumuman right issue sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengumuman stock split. 3) Wang Sutrisna (2000) yang berjudul “Pengaruh Stock split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stock split terhadap harga saham, volume perdagangan saham, varians saham dan persentase spread.
17
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stock split hanya mempengaruhi harga, volume perdagangan dan persentase spread tetapi tidak mempengaruhi varians dan abnormal return saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode penelitian serta lamanya jendela peristiwa yang digunakan dimana pada penelitian ini menggunakan jendela peristiwa selama 21 hari sedangkan penelitian sebelumnya selama 10 hari.
2.3 Rumusan Hipotesis Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, serta landasan teori yang telah diuraikan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Pengumuman stock split berpengaruh terhadap abnormal return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007. 2) Pengumuman stock split berpengaruh terhadap aktivitas volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007.
18