ANALISIS HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT (Survei pada perusahaan yang melakukan stock split yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012) ABSTRACT The purpose of this research is to know the stock prices and trade volume of stock, and the differences before and after stock splits. This research conducted in a firm that conducts stock split listed in Bursa Efek Indonesia periode 2012, data obtained from Pojok Bursa Tasikmalaya in the form of a list of stock prices and trade volume of stock. In this research writers use a descriptive method analytical by approach of the census figures, the population of about 42 firms and a sample of as many as 10 firms. Technique analysis used a test of normality and test sample of the difference ( paired t test ). Based on the result of the study may be known: ( 1 ) prior to stock split stock prices are at the highest point on the fifth day and the lowest point on tenth day, ( 2 ) after had stock split stock prices are at the highest point is on the third day and the price of the lowest point stock prices are on the fifth day, ( 3 ) there is a significant difference stock prices before and after stock split, ( 4 ) before performing stock split trade volume of stock is at the highest point on the ninth day and the lowest point of the volume of share trading is on the fourth day ( 5 ) after making stock split of trade volume of stock is at the highest point is on the second day at the lowest point and a share of stock is trading volume on the sixth day, ( 6 ) there is a significant difference the volume of share trading before and after stock splits. Keywords : Stock Price, trade volume of stock, Stock Split
ABSTRAK Penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui harga saham dan volume perdagangan saham, serta perbedaannya sebelum dan sesudah stock split. penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan yang melakukan stock split yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012, data diperoleh dari Pojok Bursa Tasikmalaya berupa daftar harga saham dan volume perdagangan saham. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan sensus, populasi sebanyak 42 perusahaa dan sampel sebanyak 10 perusahaan. Teknik analisis menggunakan uji normalitas dan uji beda (Paired Sample T Test). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui : (1) sebelum melakukan stock split harga saham berada pada titik tertinggi pada hari ke lima dan harga saham berada pada titik terendah pada hari ke sepuluh, (2) setelah dilakukan stock split harga saham berada pada titik tertinggi yaitu pada hari ke tiga dan harga titik terendah harga saham yaitu pada hari ke lima, (3) terdapat perbedaan yang signifikan harga saham sebelum dan sesudah stock split, (4) sebelum melakukan stock split volume perdagangan saham berada pada titik tertinggi pada hari ke sembilan dan titik terendah volume perdagangan saham yaitu pada hari ke empat, (5) setelah melakukan stock split volume perdagangan saham berada pada titik tertinggi pada hari ke dua dan titik terendah volume perdagangan saham saham yaitu pada hari ke enam, (6) terdapat perbedaan yang signifikan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Kata kunci : Harga Saham, Volume Perdagangan Saham, Stock Split PEDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya, setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam membiayai kegiatan operasionalnya, dana tersebut dapat diperoleh dari dalam perusahaan yaitu modal pemilik, maupun laba ditahan, dan dapat diperoleh dari luar perusahaan, yaitu dalam bentuk pinjaman dari pihak lain. Selain pinjaman untuk beberapa perusahaan yang sudah go public dalam upaya menambah dana kegiatan operasionalnya dapat diperoleh melalui penjualan saham kepada para pemilik modal (investor).
Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya pada publik adalah pasar modal. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimaksud pasar modal adalah suatu pasar yang mempunyai kegiatan melakukan penawaran umum dan perdagangan efek yang melibatkan perusahaan publik serta lembaga yang berkaitan dengan efek. Dalam hal ini, pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya. Pasar modal berfungsi sebagai perantara untuk mempertemukan pemilik modal (investor) dengan pihak-pihak yang berupaya memperoleh tambahan dana melalui penjualan sahamnya. Para pelaku di pasar modal sangat membutuhkan setiap informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar modal. Fluktuasi harga saham di pasar modal dapat dipengaruhi oleh tingkat permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Selain itu, informasi yang beredar di pasar modal, seperti kondisi keuangan atau kinerja suatu perusahaan akan mempengaruhi harga saham yang ditawarkan pada publik dan berbagai isu lainnya yang secara langsung dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan di masa depan. Harga pasar saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena harga pasar saham merupakan hal yang paling dipentingkan oleh investor. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi juga menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham suatu perusahaan pada tingkat tertentu dapat menjadi sangat tinggi, hal ini disebabkan adanya kecenderungan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki prospek yang baik di masa datang. Harga sa ham yang terlalu tinggi menyebabkan saham bersangkutan tidak liquid. Makin tinggi harga pasar saham, makin kecil saham itu dapat dibeli oleh beberapa investor. Manajemen dari perusahaan merasa yakin bahwa untuk menjalin hubungan masyarakat yang lebih baik, kepemilikan yang lebih luas sangat diperlukan. Karena itu mereka ingin memiliki harga pasar yang cukup rendah sehingga berada dalam batas kemampuan mayoritas calon investor. Untuk mengurangi nilai pasar saham, cara yang biasa dipakai adalah melakukan stock split (Kieso, 2001: 366). Stock Split adalah kebijakan manajemen perusahaan untuk menambah jumlah saham beredarnya, dengan cara membagikan saham baru kepada pemegang saham saat ini (Dicky: 2003). Alasan perusahaan melakukan stock split adalah untuk menyesuaikan harga pasar dari saham perusahaan pada tingkat dimana lebih banyak individu dapat menginvestasikan dalam saham sehingga dapat meningkatkan jumlah saham yang beredar sehingga lebih mudah di pasarkan. Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai informasi yang berarti oleh investor untuk melakukan keputusan. Dengan pemecahan saham maka harga saham akan menjadi lebih rendah sehingga akan lebih mudah dijangkau oleh investor kecil, hal ini akan menimbulkan permintaan saham meningkat dan saham akan menjadi lebih likuid. Dengan harga yang lebih rendah akan menghasilkan return yang lebih tinggi dibanding dengan harga semula. Misalnya harga sebuah saham sebelum pemecahan saham Rp 1.000 dan setelah pemecahan saham menjadi Rp 600 (dengan split ratio 1:2). Jika sebelum pemecahan saham harga sahamnya Rp 1000 dan sesudah pemecahan saham Rp 600, maka pemecahan saham hanya mengubah nilai nominal atau nilai yang sudah ditetapkan, kejadian ini tidak dicatat dalam ayat jurnal. Walaupun akun-akun tidak terpengaruh, namun rincian mengenai pemecahan
saham biasanya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Seharusnya harga yang terjadi dengan adanya pemecahan saham adalah Rp 500 tapi karena mekanisme pasar, harga yang terbentuk adalah Rp 600, maka kenaikan harga saham Rp 100 akan meningkatkan return bagi investor, oleh karena itu pemecahan saham akan menjadi lebih menarik. Dengan adanya informasi berupa pemecahan saham, investor akan mengantisipasinya dengan membeli saham, dengan harapan untuk memperoleh return yang lebih tinggi yaitu setelah pemecahan saham dilakukan. Sehubungan dengan adanya pemecahan saham maka harga saham akan menjadi lebih murah sehingga volatilitas harga saham menjadi lebih besar dan akan menarik investor untuk memiliki saham tersebut atau menambah jumlah saham yang diperdagangkan. Menurut Copeland (1979), semakin banyak investor yang akan melakukan transaksi terhadap saham tersebut maka volume perdagangan sahamnya akan meningkat. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan beberapa pernyataan yang merupakan gambaran ruang lingkup penelitian yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan antara harga saham sebelum dan setelah melakukan stock split? 2. Apakah terdapat perbedaan antara volume perdagangan saham sebelum dan setelah melakukan stock split? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah memperoleh jawaban dan gambaran atas masalah yang telah dikemukakan di atas, yaitu : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara harga saham sebelum dan setelah melakukan stock split. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara volume perdagangan saham sebelum dan setelah melakukan stock split. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran Saham merupakan sebagai bukti/tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas deviden atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Wujud saham adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham menarik bagi investor karena berbagai alasan. Bagi beberapa investor membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan besar (capital gain) yang relatif cepat. Sementar bagi investor lain, saham memberikan penghasilan yang berupa deviden. Adapun jenis-jenis saham antara lain saham biasa (common stock) saham preferen (preferren stock) dan saham komulatif (commulative preferren stock) (Riyanto, 2005: 240) Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan (Thian Hin, 2008: 15).
Menurut Gitman (2000: 7) saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan. Menurut Bernstein (1995: 197) saham adalah selembar kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian perusahaan. Husnan (2002: 303), menyebutkan bahwa: “Sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.” Dengan demikian saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT), saham tersebut menyatakan bahwa pemegang saham juga merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Harga saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Dalam pasar yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasar. Menurut Lorie, Dodd, and Kimpton (1985) yang dimaksud dengan harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan. Menurut Agus Sartono (2001: 41) “Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.” Agus Sartono (2001: 63) memaparkan bahwa: “Harga pasar saham merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya harga saham” Selain itu Agus Sartono (2001: 40) menyatakan bahwa “Pada dasarnya harga saham dibentuk oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Pasar modal yang kompetiif tercipta karena adanya kekuatan permintaan dan dan penawaran secara kontinyu sehingga harga pasar saham menyesuaikan secara cepat dengan setiap perubahan informasi.” Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui penilaian perubahan harga saham dapat dilihat pada saat pasar tutup. Sehingga harga pasar inilah yang menyatakan naik atau turunnya harga saham.
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu ( Suad Husnan dkk, 2005 ). Jumlah saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan tersebut melakukan emisi saham. Menurut Sapto Raharjo (2006: 154) volume perdagangan saham adalah: “Jumlah total saham yang diperdagangkan dalam periode tertentu (biasanya kenaikan harga saham diiringi kenaikan volume perdagangan).” Menurut Thomas Murcko (2005: 52) volume perdagangan adalah: “The number of shares, bonds or contracts traded during a given period, for a security or exchange, also called volume”. Sedangkan menurut Harvey Beeferman (2005) volume perdagangan adalah: “The number of shares transacted everyday. As there is a seller of shares transacted”. Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor (Robert Ang, 1997 ). Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga atau return saham. Menurut Darmaji & Fakhrudin (2001: 131) pemecahan saham (stock split) adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil, misal dari Rp 1000,00 per saham menjadi Rp 500,00 per saham atau Rp 500,00 per saham menjadi Rp 100,00 per saham. Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau pemecahan saham merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar dari suatu perusahaan tanpa penambahan apapun dalam ekuitas pemegang saham. Stock Split adalah kebijakan manajemen perusahaan untuk menambah jumlah saham beredarnya, dengan cara membagikan saham baru kepada pemegang saham saat ini (Dicky: 2003). Menurut Ewijaya dan Nur Indrianto (1999) stock split adalah perubahan nominal per lembar saham dan menambah jumlah lembar saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahannya. Pemecahan saham biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Apabila harga pasar saham tinggi dan dirasakan bahwa harga saham lebih rendah akan menghasilkan pasaran yang lebih baik dan distribusi kepemilikan yang lebih luas, perusahaan dapat mengesahkan untuk mengganti saham yang beredar dengan jumlah lembar saham yang lebih banyak, sehingga menurunkan harga per lembar sahamnya.
Hal ini serupa dengan McNichols dan Dravid dalam Marwata (2001) yang menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen unuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Pemecahan saham dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar tanpa adanya transaksi jual beli saham yang mengubah modal. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tapi bersamaam dengan itu pula harga saham tersebut secara teoritis akan turun secara proposional. Dengan demikian, secara keseluruhan nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan dengan adanya stock split, maka pemegang saham harus menukarkan sahamnya terlebih dahulu dengan saham baru hasil stock split agar dapat diperdagangkan di bursa (Darmaji & Fakhruddin, 2001: 132). Hipotesis
1. 2.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : Terdapat perbedaan harga saham sebelum dan sesudah stock split. Terdapat perbedaan yang signifikan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split.
Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka dibutuhkan data dan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap catatan-catatan dan laporan-laporan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati atau dalam pembuatan laporan tersebut (Sugiyono, 2007: 139). Untuk memperoleh data yang relevan sehingga dapat dijadikan landasan dalam proses analisis, maka penulis menggunakan pengumpulan data dengan teknik pendokumentasian. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pemecahan saham seperti nama emiten yang melakukan pemecahan saham, tanggal pengumuman pemecahan saham, kode saham emiten, volume perdagangan saham, harga saham emiten selama event window, dan nilai nominal saham emiten sebelum maupun sesudah pemecahan saham, serta data-data yang berhubungan dengan karakteristik masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian maupun data-data pendukung lain. Data tersebut diperoleh dari pojok bursa di Universitas Siliwangi. Selain itu, penulis juga menggunakan data sekunder yang terdapat di internet melalui situs www.idx.co.id dan www.duniainvestasi.com/bei.
Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Independen: yaitu variabel yang mempengaruhi dan tidak terikat oleh variabel lain, 1.
Volatilitas harga saham (
X1)
Volatilitas harga saham adalah fluktuasi atau naik turunnya harga saham. Semakin besar fluktuasi harga saham, semakin tinggi kemungkinan harga saham dibandingkan harga eksekusi (Hasan, 2001: 411).
a.
Harga Saham Sebelum Stock Split ( X 11 ) Harga saham pada tanggal setelah penutupan (closing price) selama sepuluh hari sebelum peristiwa stock split tahun 2012.
b.
Harga Saham Sesudah Stock Split ( X 12 ) Harga saham pada tanggal setelah penutupan (closing price) selama sepuluh hari sesudah peristiwa stock split tahun 2012.
2.
Volume perdagangan saham relatif (
X2 )
Volume perdagangan saham relatif adalah jumlah saham j yang diperdagangkan pada hari t dengan jumlah saham j yang beredar pada hari t. a.
Volume Perdagangan Saham Sebelum Stock Split ( X 21 ) Rata-rata volume perdagangan saham 10 hari sebelum stock split.
b.
Volume Perdagangan Saham Sesudah Stock Split ( X 2 2 ) Rata-rata volume perdagangan saham 10 hari sesudah stock split.
Analisis Data 1.
Menguju terlebih dahulu Uji Normalitas Uji persyaratan analisis menggunkaan uji normalitas data dengan rumus Kolmogorov-Smirnov, dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Singgih Santoso, 2003): a.
Menentukan nilai z untuk tiap-tiap variabel, dengan rumus
z
X , dimana: S
X
= Skor data variabel yang akan diuji normalitasnya
= Nilai rata-rata
S
= Standar deviasi
b.
Menentukan luas daerah masing-masing nilai z yang diperoleh
c.
menentukan peluan harapan, yaitu 1/n dan mengakumulasikan nilai peluang harapan untuk baris selanjutnya
d.
Mencari selisih antara luas daerah z dengan peluang harapan (nilai mutlak)
e.
Mencari nilai selisih terbesar, yang merupakan nilai K-S hitung
f.
Mencari nilai K-S table dengan rumus:
D g.
1,36 n
Membandingkan antara K-S hitung dengan K-S table, dengan kriteria: - Jika K-S hitung > K-S table berarti data tidak normal - Jika K_S hitung < K-S table berarti data normal
2.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis yaitu alat untuk mengukur tingkat signifikasi variabel besarnya pengaruh harga saham
dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Adapun pengujian hipotesis penelitian yang akan penulis lakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1.
Hipotesis Operasional a.
Harga saham sebelum dan sesudah stock split H_ 1 : μ1= μ2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum stock split dengan harga saham setelah stock split
H_ 1 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum stock split dengan harga saham setelah stock split
b.
Volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split H_ 2 : μ1= μ2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham sebelum stock split dengan volume perdagangan saham setelah stock split
H_ 2 : μ1 ≠ μ2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham sebelum stock split dengan volume perdagangan saham setelah stock split
3.
Untuk menganalisa perbedaan harga saham dan volume perdagangan, sebelum dan sesudah stock split digunakan uji beda (Paired Sample t test) dengan tingkat kesalahan α = 5 %. Uji statistik ini digunakan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan antara rata-rata harga saham dan volume perdagangan saham antara sebelum dan sesudah pemecahan saham. Deangan rumus:
t
4.
D SD n
Pengujian dilakukan dengan melihat signifikan t : Jika signifikan t < α = 5 %, maka : Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Jika signifikan t > α = 5 %, maka : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split.
Pembahasan Analisis data menggunakan uji normalitas dan uji beda (Paired Sample T Test) dengan menggunakan SPSS versi 16.0
4.1.1 Harga Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Untuk menganalisis harga saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang melakukan kebijakan stock split tahun 2012 menggunakan alat bantu statistik. Alat analisi yang digunakan dalam penelitin ini adalah uji normalitas dan uji beda (paired sample t test). 1. Uji Normalitas Setalah dilakukan analisis data dengan menggunakan spss untuk mengetahui data yang akan diteliti normal atau tidak didapat hasil bahwa data harga saham yang akan digunakan dalam penelitian ini dikatan normal. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 1 (tabel output uji normalitas) didapat nilai harga saham sebelum stock split sebesar 0.163 dan nilai harga saham sesudah stock split sebesar 0.200 yang berarti lebih besar dari nilai taraf signifikansi (0.05).
2. Uji Beda (Paired Sample T Test) Setelah melakukan uji normalitas yang menyatakan bahwa data-data yang digunakan adalah normal, maka akan dilakukan tahap berikutnya. Tahap tersebut adalah melakukan perhitungan uji beda dua rata-rata (Paired t test) dengan menggunakan SPSS 16.00 for window. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan data harga saham 10 hari sebelum dan sesudah stock split yang dirata-ratakan terlebih dahulu. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui hasil t-hitung > t tabel yaitu sebesar 14.507 > 2.262 dengan nilai probabilitas (sig-t) sebesar 0.000 yang nilainya dibawah level signifikan 0,05. Dengan menggunakan kriteria t hitung > t tabel maka
H0 1 ditolak. Hal ini berarti terjadi perbedaan yang signifikan harga
saham sebelum dan sesudah stock split. Dengan demikian dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan harga saham sebelum dan sesudah stock split. Yang artinya stock split dalam penelitian ini sesuai dengan tujuannya yaitu untuk memecah lembaran saham sehingga harga perlembar sahamnya menjadi lebih rendah. Dengan harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas perdagangannya (Jogiyanto,416). Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Baker dan Gallangher (dikuti dari Marwata, 2001) bahwa salah satu tujuan stock split adalah untuk mengembalikan harga per lembar saham pada tingkat perdagangan yang optimal sehingga meningkatkan likuiditas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sutrisno (2000) dan Setiyono (2006) yang mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan harga saham sebelum dan sesudah stock split.
4.1.2 Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Untuk menganalisis volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang melakukan kebijakan stock split tahun 2012 menggunakan alat bantu statistik. Alat analisis yang digunakan dalam penelitin ini adalah uji normalitas dan uji beda (paired sample t test).
1. Uji Normalitas Setalah dilakukan analisis data dengan menggunakan spss untuk mengetahui data yang akan diteliti normal atau tidak didapat hasil bahwa data volume perdagangan saham yang akan digunakan dalam penelitian ini dikatan
normal. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 1 (tabel output uji normalitas) didapat nilai volume perdagangan saham sebelum stock split sebesar 0.640 dan nilai volume perdagangan saham sesudah stock split sebesar 0.688 yang berartilebih besar dari nilai taraf signifikansi (0.05).
2. Uji Beda (Paired Sample T Test) Setelah melakukan uji normalitas yang menyatakan bahwa data-data yang digunakan adalah normal, maka akan dilakukan tahap berikutnya. Tahap tersebut adalah melakukan perhitungan uji beda dua rata-rata (Paired t test) dengan menggunakan SPSS 16.00 for window. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan data volume perdagangan saham 10 hari sebelum dan sesudah stock split yang dirata-ratakan terlebih dahulu. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui hasil t hitung sebesar -7.791 dengan kriteria pengujian jika –t hitung < -t tabel maka –7.791 < -2.262 dan nilai probabilitas (sig-t) sebesar 0.000 yang nilainya dibawah level signifikan 0,05 Sehingga
H0 2 ditolak. Hal ini berarti terjadi perbedaan yang signifikan volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Dengan demikian dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa volume perdagangan saham mengalami perbedaan yang signifikan setelah peristiwa stock split, yang artinya stock split sesuai dengan tujuannya seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya dimana tujuan stock split adalah untuk mngarahkan harga saham pada titik optimal sehingga likuiditas saham mneingkat dan distribusinya menjadi lebih luas (Doleyy, 1993). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Baker dan Gallangher, 1993 yang menyatakan bahwa split mengembalikan harga per lembar saham pada tingkat perdagangan yang optimal dan meningkatkan likuiditas. Menurut mereka, perusahaan yang melakukan split pada sahamnya akan menarik investor dengan semakin rendahnya harga saham sehingga akan menyebabkan bertambahnya jumlah pemegang saham setelah pengumuman split (post split. semakin banyak investor yang akan melakukan transaksi terhadap saham tersebut maka volume perdagangan sahamnya akan meningkat (Copeland, 1997). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yuniartha dan Susilowati (2000) dimana hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. Simpulan Dari analisis harga saham dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split di Bursa Efek Jakarta tahun 2012, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Terdapat perbedaan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia sebelum dan setelah stock split. Hasil menunjukkan bahwa peristiwa stock split mengakibatkan harga saham turun secara signifikan. Dengan menurunnya harga saham akan menarik investor untuk membeli saham-saham tersebut.
2.
Terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan setelah stock split pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa peristiwa stock split mengakibatkan peningkatan volume perdagangan saham setelah terjadi stock split.Dengan meningkatnya kegiatan perdagangan berarti jumlah saham yang diperdagangkan semakin banyak, dan jumlah pemegang saham juga berpotensi menjadi lebih banyak.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan hasil analisis harga saham dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split di Bursa Efek Indonesia tahun 2012, dan atas keterbatasan penulis atas berbagai hal, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Bagi perusahaan: Dengan informasi stock split akan banyak
investor atau calon investor yang membeli saham. Sehingga
meningkatkan perdagangan yang berarti jumlah saham yang diperdagangkan semakin banyak, begitu juga dengan jumlah pemegang saham hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Baker dan Gallangher, 1993 menurut mereka perusahaan yang melakukan split pada sahamnya akan menarik investor dengan semakin rendahnya harga saham sehingga akan menyebabkan bertambahnya jumlah pemegang sahamsetelah pengumuman split (post split). Hal ini berarti stock split dapat memberikan sinyal yang informatif mengenai prospek perusahaan yang menguntungkan, karena investor hanya akan berinvestasi pada saham yamg benarbenar diketahui dengan pasti. 2.
Bagi penelitian berikutnya: Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya di bidang yang sama di masa yang akan datang untuk dikembangkan dan diperbaiki. Misalnya dengan memperbanyak sampel penelitian dan memperpanjang periode pengamatan. Hal ini diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ang. Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal. Jakarta: Salemba Empat. Anoraga, Panji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi IV. Yogyakarta: BPFE UGM. Chandra, Ardha. 2003. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, dan Volatilitas Harga Saham Terhadap BidAsk Spread. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Undip. Chotyahani Hasna R. F. 2010. Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia. 01 Juli 2010. Diakses Pada Tanggal 21 Maret 2013. Darmadji, T., dan Fakhruddin, H.M. 2001. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat Darwanto. 2008. Signalling Theory Dalam Pasar Modal. PMII Komfeis, 14 Agustus 2008 diakses dari http://www.pmii-komfeis.or.id/artikel/bisnis-a-manajemen/96-signalling-theory-dalam-pasar-modal.html
Frian Alfrianto Yusak. 2012. Pengaruh Likuiditas, Profitbilitas dan Solvabilitas Terhadap Harga Pasar Saham. Universitas Siliwangi. Hasyim, H.M. 2009. Pengaruh Stock Split (Pemecahan Saham) Terhadap Likuiditas, Harga Saham. 19 Juni 2009 diakses dari http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/19/penelitan-tentang-prngaruh-stock-splitpemecahan-saham-terhadap-likuiditas-harga-saham. Pada tanggal 21 Maret 2013. Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisi Sekuritas. Yogyakarta: AMP YKPN. I Gusti Ayu M. W. 2010. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2007 – 2009. 05 November 2010. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013. Indonesia Stock Exchange. 2008. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa efek Indonesia. Desember 2008 diakses dari http://www.idx.co.id/Portals/0/Khusus%20PDF/Buku%20Panduan%20Indeks%202008.pdf. Pada tanggal 21 Maret 2013. Irmasyah, D. 2003. Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Pasar Saham di Bursa Efek Jakarta. 11 Agustus 2003 diakses dari http://dspace.widyatama.ac.id/handle/10364/573 pada tanggal 21 Maret 2013. Kamarudin Ahmad, SE., MM. 2004. Dasar Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Nurlaela, P. 2009. Analisis Pengaruh Stock Split Pada Harga Saham Terhadap Volume Peerdagangan Di Bursa Efek Indonesia (Bei). Diakses Pada Tanggal 21 Maret 2013. Rini Sugiarti. 2011. Pengaruh Return On Investment Terhadap Devidend Payout Ratio dan Dampaknya Pada Volume Perdagangan Saham. Universitas Siliwangi Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.