BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Simpulan Dari hasil yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat diberikan beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. Terdapat hubungan antara selfmonitoring dengan strategi self-presentation ingratation di media sosial Twitter pada remaja Jakarta.
Dari hasil pengolahan data dan analisa data dapat
disimpulkan bahwa remaja yang memiliki self-monitoring yang tinggi juga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan strategi self-presentation ingratiation dan begitu pula sebaliknya, remaja yang memiliki strategi selfpresentation ingratiation yang tinggi juga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan self-monitoring 5.2 Diskusi Hipotesis peneliti dapat dibuktikan dengan adanya hubungan yang signifikan antara self-monitoring dengan strategi self-presentation ingratiation di media sosial Twitter pada remaja. Korelasinya menunjukkan korelasi positif yang berarti remaja yang memiliki self-monitoring yang tinggi akan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menggunakan strategi ingratiation di Twitter. Begitu pula sebaliknya, remaja yang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menggunakan strategi ingratiation di Twitter juga memiliki self-monitoring yang tinggi. Akan tetapi korelasi di antara keduanya sangat lemah dan varians bersamanya sebesar (0,142)2 atau 2,01% adalah kecil, hal ini dijelaskan sebagai berikut: di
44
dalam Twitter, setiap individu memiliki kesempatan untuk memperkenalkan diri dengan sebaik-baiknya kepada orang lain dengan berbagai macam strategi presentasi diri. Selain itu, media sosial tersebut juga memungkinkan individu secara langsung mengamati tanggapan dari orang lain dan mempelajari tanggapan-tanggapan terhadap perilaku orang lain. Individu dengan selfmonitoring tinggi cenderung dapat lebih mampu untuk mengamati dan mengatur keputusan dalam berperilaku terhadap situasi sosial, yang dalam konteks Twitter berarti mampu mengenali tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk tulisan. Hubungan di antara self-monitoring dengan strategi ingratiation memperlihatkan bahwa Individu yang cenderung menggunakan strategi ingratiation dalam Twitter juga memiliki kemampuan yang baik dalam self-monitoring. Lemahnya hubungan diantara keduanya memperlihatkan bahwa kemampuan yang baik dalam self-monitoring membuat individu mampu mengenali tanggapan-tanggapan dari orang lain mengenai dirinya sehingga individu dapat memunculkan atau menghadirkan dirinya sebagai seseorang yang dibuat-buat atau image yang bukan sesungguhnya dirinya agar disukai oleh orang lain namun hal ini juga dapat menjadikan individu mempunyai kecenderungan agar berhati-hati dalam memunculkan image yang dibuat-buat agar tidak terkesan berlebihan. Hal tersebutlah yang membuat hasil korelasi di antara keduanya tidak begitu besar, karena individu tersebut mampu untuk mengontrol image yang ingin dimunculkan. Self-monitoring menurut Snyder dan Monson (dalam Raven & Rubin, 1983), seorang individu yang memiliki self-monitoring tinggi cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya dan berusaha untuk berperilaku sesuai situasi saat itu. Hal ini mencerminkan bahwa individu yang mempunyai self-
45
monitoring tinggi biasanya sangat memperhatikan penyesuaian tingkah lakunya pada situasi sosial dan hubungan interpersonal yang dihadapinya guna untuk mendapatkan citra yang positif dari orang lain. Berkaitan dengan self-presentation menurut Delameter dan Myers (2007) strategi ingratiation adalah individu yang menghadirkan dirinya sebagai seseorang yang dibuat-buat atau image yang bukan sesungguhnya dirinya agar disukai oleh orang lain. Akan tetapi, terdapat hubungan yang tidak signifikan antara strategi selfpresentation self promotion, intimidation, exemplification, dan supplification di media sosial Twitter dengan self-monitoring remaja. Mungkin saja apabila di dalam kehidupan offline individu dapat melakukan self-monitoring sesuai dengan apa yang mereka ingin presentasikan, akan tetapi karena penelitian ini di media sosial Twitter maka banyak dari pengguna yang lebih menghadirkan dirinya sebagai seseorang yang dibuat-buat atau memberikan image yang bukan sesungguhnya dirinya guna untuk mendapatkan citra yang positif dari orang lain. Pada analisa tambahan dalam penelitian ini terlihat pada strategi selfpromotion dan strategi supplication terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin pria dan wanita. Dari hasil rata-rata yang didapat dari jenis kelamin tersebut terlihat bahwa wanita memiliki kecenderungan menggunakan strategi self-promotion dan strategi supplication lebih tinggi dibandingkan pria. Namun, dalam strategi ingratiation, intimidation dan exemplification tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin pria dan wanita. Dalam menjalankan penelitian ini tentunya peneliti mempunyai keterbatasanketerbatasan dalam penelitian. Peneliti tidak menganalisa lebih dalam lagi mengenai partisipan yang mempresentasikan dirinya dengan menggunakan strategi self-presentation melalui username, avatar atau foto, tweets dan bio 46
dalam Twitter. Selain itu, dengan diberikannya akun Twitter palsu oleh para partisipan juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini, karena akun tersebut palsu maka peneliti harus membuang data reseponden, sehingga jumlah yang didapatkan menjadi 300 partisipan. Karena penelitian ini partisipannya remaja khususnya anak SMA, peneliti mendapatkan kesulitan dalam memberikan kuesioner, sebagian pelajar terkadang mengisi kuesioner dengan tidak serius dengan begitu peneliti harus tetap mengawasi saat partisipan mengisi kuesioner.
5.3 Saran 1.
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menganalisa lebih dalam lagi mengenai perbedaan antara jenis kelamin pria dan wanita bagaimana partisipan mempresentasikan dirinya di Twitter.
2.
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menganalisa lebih dalam lagi mengenai partisipan yang mempresentasikan dirinya dengan menggunakan strategi self-presentation melalui username, avatar atau foto, tweets dan bio dalam Twitter.
47
48