Bab 5 Simpulan, Diskusi, Saran 5.1
Simpulan Berdasarkan hasil uji korelasi spearman menunjukan bahwa adanya
hubungan antara tipe gaya kepemimpinan situasional terhadap stres kerja pada karyawan di Jakarta Barat. Uji korelasi spearman ini juga menjabarkan secara spesifik bahwa adanya hubungan dari tiap tipe gaya kepemimpinan situasional yaitu teling style, selling style, participating styple, dan delegating style. Tipe gaya kepemimpinan situasional telling style rendah, semakin tinggi stres kerja, dan begitu juga sebaliknya. Tipe gaya kepemimpinan situasional Selling style rendah, semakin tinggi stres kerja, dan begitu juga sebaliknya.Tipe gaya kepemimpinan situasional participating style rendah, semakin tinggi stres kerja, dan begitu juga sebaliknya. Sedangkan yang membedakan adalah tipe delegating style dari tipe gaya kemimpinan situasional yang lain, yaitu adanya hubungan dimana semakin tinggi gaya kepemimpinan, semakin tinggi pula stres kerja, begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena ketidak sesuaian antara tipe gaya kepemimpinan yang diterapkan, dengan situasi dalam organisasinya.
5.2
Diskusi Dari hasil uji hipotesis di bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan antara tipe gaya kepemimpinan situasional yaitu telling style, selling style, participant style, dan delegating style terhadap stres kerja yang dialami karyawan di Jakarta Barat. Akan tetapi dari hasil data responden yang diperoleh dari gambaran masing-masing kuesioner dalam analisa tambahan, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara tipe gaya kepemimpinan situasional terhadap stres kerja pada karyawan di Jakarta Barat yang paling besar menimbulkan stres kerja adalah delegating
style. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prawasti & Naptaly Napitupulu (2005) dimana dalam penelitiannya menunjukan bahwa delegating style memberikan sumbangan bermakna terhadap burnout, pada responden penelitiannya yaitu guru SMU swasta di Jakarta. Bukan berarti tipe gaya kepemimpinan situasional yaitu delegating style itu berdampak negatif apabila diterapkan oleh atasan dalam organisasi, melainkan karena adanya ketidaksesuaian dengan kondisi situasi dalam organisasi. Selain itu, dapat dipahami adalah pada saat ini, karyawan terkhusus di daerah Jakarta Barat merupakan karyawan yang cenderung tidak mandiri. Karena dari hasil uji korelasi pada penelitian ini, stres kerja akan tinggi apabila atasan tidak menerapkan tipe gaya kepemimpinan telling, selling, dan participating. Bawahan disini menunjukan bahwa mereka akan merasa dalam kondisi baik/menyenangkan apabila adanya hubungan baik antara bawahan dengan atasan, dalam arti atasan dapat memberikan bimbingan, arahan dan juga dukungan kepada bawahan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan, karyawan akan merasakan stres dalam berkerja apabila atasannya hanya memberikan tugas dan tanggung jawab saja, tanpa memberikan arahan dan suport kepada bawahanya (atasan menggunakan gaya kepemimpinan delegating). Stres kerja dapat terjadi apabila atasan/leader tidak menerapkan gaya kepemimpinan situasional yang efektif. Konteks gaya kepemimpinan situasional milik Hersey dan Blancard ini, menitik beratkan pada kesatuan antara kesesuaian antara prilaku yang ditampilkan atasan dengan keadaan dalam organisasi guna untuk memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, ketidaksesuaian penggunaan tipe gaya kepemimpinan situasional terhadap situasi dalam organisasinya (skill dan kemauan kerja) pada anggota organisasi akan menyebabkan stres pada karyawan/anggota organisasi. Tipe gaya kepemimpinan situasional telling akan efektif apabila digunakan pada saat menghadapi bawahan dengan tingkat kematangan (skill) dan kesiapan (kemauan kerja) rendah, sehingga atasan dapat
memberikan arahan dan juga membimbing bawahanya guna mereka dapat memahami cara dan bagaimana menyelesaikan tugas mereka. Sedangkan tipe selling akan efektif apabila digunakan pada saat menghadapi bawahan dengan tingkat kematangan (skill) rendah dan kesiapan (kemauan kerja) baru sekedarnya, sehingga atasan dapat memberikan arahan, bimbingan, serta mendukung bawahan untuk berkerja dengan baik dan mengembangkan kemampuan/skillnya. Tipe participating akan efektif apabila digunakan pada saat menghadapi bawahan dengan tingkat kematangan (skill) cukup meskipun kesiapan (kemauan kerja) rendah, sehingga atasan dapat melibatkan bawahan dalam bentuk diskusi ataupun dalam pengambilan keputusan guna meningkatkan kepercayaan diri dan juga kemauan kerja bawahan. Dan yang terakhir adalah tipe delegating akan efektif apabila digunakan pada saat menghadapi bawahan dengan tingkat kematangan (skill) dan kesiapan (kemauan kerja) tinggi, sehingga atasan dapat memberikan wewenang/delegasi, tugas, tanggung jawab dan juga kepercayaan kepada bawahanya.
5.3
Saran Penelitian ini tidaklah cukup lengkap dimana telah mencakup
seluruh faktor mengenai tipe gaya kepemimpinan situasional tdan juga stres kerja pada karyawan. Oleh sebab itu, maka peneliti mengajukan saran-saran yang memungkinkan dapat membantu dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya ataupun menambah ilmu dan pengetahuan bagi pembaca, yaitu sebagai berikut:
5.3.1 Saran Teoritis Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (Sudaryono, 2014) mengembangkan sebuah teori tentang prilaku dan gaya kepemimpinan situasional (situational leadership theory). Teori ini berpijak dari prinsip bahwa kepemimpinan yang efektif dapat diwujudkan melalui kemampuan
memilih prilaku atau gaya kepemimpinan yang tepat berdasarkan tingkat kesiapan (readiness) dan kematangan (maturation) anggota organisasi dan bawahan. Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, gaya kepemimpinan situasional akan efektif digunakan oleh pemimpin yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi dalam organisasi. Apabila atasan/pemimpin dapat menerapkan gaya kepemimpinan situasional secara efektif, maka stres kerja pada bawahan dalam organisasi dapat ditekan serendah mungkin. Pemimpin dapat menggunakan lebih dari 1 tipe gaya kepemimpinan, karena beda individu dan berbeda pula situasi dan kondisinya. Seperti yang sudah dibahas bahwa stres kerja menyebabkan banyak sekali kerugian untuk organisasi, semoga saran ini dapat diterapkan untuk membangun dan menjadikan organisasi lebih baik dan lebih berkembang. Oleh karena itu penulis menyarankan agar diadakan intervensi guna untuk mengurangi tingkat stres kerja pada karyawan. Intervensi dapat dilakukan dengan berbagai macam hal dan cara. Salah satunya adalah dengan merancang pelatihan, dimana diharapkan pelatihan tersebut akan membekali informasi-informasi penerapan yang dapat dilakukan oleh atasan sesuai dengan teori yang ada. Diharapkan, pelatihan tersebut juga dapat membentuk pribadi atasan yang memahami betul ke-empat gaya kepemimpinan situasional yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi dalam organisasi/bawahan, sehingga atasan/pemimpin organisasi dapat menjadi dan menerapkan gaya kepemimpinan situasional yang efektif.
5.3.2 Saran Praktis Saran praktis yang dapat diberikan penulis adalah diadakannya pelatihan untuk para leader atau atasan seperti supervisior, manager, ataupun CEO perusahaan sekalipun. Isi pelatihan adalah berupa pemberian informasi dan pemahamaan secara mendalam mengenai gaya kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard, dimana trainee dapat memahami ke-
empat tipe dan juga bagaimaa cara memahami kondisi dan situasi dalam organisasi (bawahan). Pelatihan selanjutnya, perserta pelatihan dapat mengikuti workshop, sehingga dapat langsung memahami dan menerapkan teori yang sudah didapat sebelumnya. Saran berikutnya adalah dilakukan penelitian lanjutan mengenai gaya kepemimpinan situasional akan tetapi dengan variable dependen yang berbeda, sehingga penelitian dapat lebih luas dan tajam sehingga dapat menambah ilmu dan pengetahuan. Mengadakan penelitian serupa dengan karakteristik sample yang lebih terfokus seperti jenis pekerjaan tertentu saja yang dapat menjadi sample penelitian. Memanfaatkan data yang ada sebaikbaiknya guna memperdalam penelitian. Selain itu, peneliti selanjutnya mungkin dapat menggunakan atau membuat alat ukur yang menggunakan data nominal, sehingga pengukuran statistik dapat menggunakan metode analisa parametik. Sehingga hasil penelitian lebih tajam, akurat, dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.