BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
Dalam penilaian peluang ekspansi usaha industri batako press mesin ini di Perigi Lama digunakkan asumsi banyaknya permintaaan dan penawaran batako yang cukup tinggi yang menimbulkan prospek usaha yang begitu menjanjikan dimasa yang akan datang. Yang hal ini ditunjukkan dengan adanya penjualan bagi perusahaan sehingga menghasilkan laba yang cukup signifikan bagi kegiatan operasional perusahaan selanjutnya. Dan dalam penilaian kelayakan rencana usaha produksi batako ini digunakan beberapa aspek-aspek yang relevan yang dikaji untuk menentukan suatu rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian biaya yang lebih besar karena menjalankan usaha yang belum tentu layak untuk dijalankan. Dalam penilaian ini aspek-aspek yang cukup relevan untuk dikaji dalam rencana usaha produksi batako adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek keuangan.
4.1 Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran 4.1.1 Analisis Aspek Pasar Sebelum membahas lebih dalam dari berbagai aspek dalam kelayakan suatu usaha, terlebih dahulu akan dilakukan analisis terhadap aspek pasar. Analisis ini ditujukan untuk melihat besarnya potensi permintaan dan menentukan target penjualan perusahaan. Oleh karena itu, dibuat proyeksi penjualan secara kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode perkiraan kualitatif, berdasarkan observasi dilapangan terhadap permintaan batako dari tahun sebelumnya.
50
51 Tabel 4.1 Proyeksi permintaan batako tahun 2007 (dalam buah)
Bulan
January February Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Permintaan penjualan 2004 2005 20000 30000 30000 32000 35000 40000 38000 45000 40000 35000 45000 35000 425000
36000 34000 38000 40000 43000 42000 50000 47000 52000 47000 47000 57000 533000
Permintaan ratarata 2004-2005
Rata-rata permintaan Bulanan
Rata-rata indeks musiman
28000 32000 34000 36000 39000 41000 44000 46000 46000 41000 46000 46000 479000
40000 40000 40000 40000 40000 40000 40000 40000 40000 40000 40000 40000 480000
0.688 0.803 0.861 0.918 0.976 1.033 1.090 1.148 1.148 1.033 1.148 1.148 11.994
Sumber: Data dari perusahaan
Bulan
Permintaan
Januari
1.045.000 12
Februari
1.045.000 12
Maret
1.045.000 12
Mei
1.045.000 12
Juni
X 0.803 = 70.000
1.045.000 12
April
X 0.688 = 60.000
Permintaan
Juli
1.045.000
Agustus
X 0.976 = 85.000
X 1.148 = 100.000
1.045.000 12
Oktober
1.045.000 12
November
1.045.000 12
Desember X 1.033 = 90.000
1.045.000 12
September
X 0.918 = 80.000
X 1.090 = 95.000
12
X 0.861 = 75.000
1.045.000 12
Bulan
X 1.148 = 100.000
X 1.033 = 90.000
X 1.148 = 100.000
1.045.000 12
X 1.148 = 100.000
Sehingga didapat perincian total perkiraan penjualan batako ditahun 2007 adalah sebesar 1.045.000 buah batako dengan asumsi penjualan sebagai berikut:
52 1.
Januari 2007 Perkiraan penjualan pada awal usaha dibulan Januari ini diasumsikan sebanyak 60.000 buah. Pada awal bulan ini direncanakan penjualan akan dilakukan langsung oleh perusahaan dengan terjun ke pasar-pasar atau toko-toko material untuk memperkenalkan produk. Asumsi penjualannya ke pasar-pasar: a. Batako ukuran 38 cm terjual sebanyak 30.000 buah b. Batako ukuran 36 cm terjual sebanyak 30.000 buah
2.
Februari 2007 Perkiraan penjualan bulan Februari adalah sebanyak 70.000 buah. Pada bulan ini diperkirakan perusahan akan mendapatkan 1 toko material. Perkiraan penjualan untuk 1 toko material mampu menjual sebesar 80.000 buah dalam waktu 1 bulan. Perusahaan memperkirakan toko material dapat menjual produk sebanyak 50% nya dari total penjualan toko material dalam 1 bulan. Pada bulan ini juga diasumsikan perusahan masih menjual ke pasar-pasar sebanyak 30.000 buah. Asumsi penjualan: a. Toko material terjual batako ukuran 38 cm = 40.000 buah b. Pasar terjual batako ukuran 36 cm = 30.000 buah
3.
Maret 2007 Perkiraan
penjualan
bulan
Maret
diasumsikan
sebanyak
75.000
buah.
Dengan
memperkirakan perusahaan masih mempunyai 1 toko material, tetapi penjualan toko material tersebut meningkat. Diperkirakan perusahaan juga masih menjual produknya kepasar-pasar sebanyak 30.000 buah untuk lebih cepat merangsang pasar dan dapat melirik toko material-material lain. Asumsi penjualan: a. Toko material terjual batako ukuran 36 cm = 25.000 buah b. Toko material terjual batako ukuran 38 cm = 20.000 buah c.
Pasar terjual batako ukuran 36 cm = 12.500 buah
53 d. Pasar terjual batako ukuran 38 cm = 17.500 buah 4.
April 2007 Diperkirakan penjualan bulan ini adalah sebanyak 80.000 buah. Dengan perkiraan perusahaan mendapatkan penambahan 1 toko material sehingga bulan ini menjadi 2 toko material. Diperkirakan penjualan toko material A dapat menjual sebanyak 35.000 buah untuk batako ukuran 38 cm dan toko material B mampu menjual sebanyak 10.000 buah untuk batako ukuran 36 cm. Dan perusahaan tetap menjual ke pasar-pasar sebanyak 35.000 buah. Asumsi penjualan: a. Toko material A terjual batako ukuran 38 cm dan batako ukuran 36 cm = 35.000 buah (25.000 buah dan 10.000 buah) b. Toko material B menjual batako ukuran 36 cm = 10.000 buah c.
Pasar 25.000 buah ukuran 38 cm dan 10.000 buah ukuran 36 cm = 35.000 buah
5.
Mei 2007 Diperkirakan penjualan bulan Mei sebanyak 85.000 buah. Pada bulan ini diasumsikan perusahaan tetap masih mempunyai 2 toko material. Toko material A diperkirakan dapat menjual sebanyak 45.000 buah dan toko material B sebanyak 30.000 buah. Sedangkan penjualan pasar diasumsikan sebanyak 10.000 buah. Asumsi Penjualan: a. Toko material A batako ukuran 38 cm = 25.000 buah b. Toko material A dapat menjual ukuran 36 cm sebanyak 20.000 buah c.
Toko Material B ukuran 38 cm dan ukuran 36 cm = 30.000 buah (15.000 dan 15.000)
d. Pasar terjual ukuran 38 cm = 10.000 buah 6.
Juni 2007 Perkiraan penjualan pada bulan Juni adalah 90.000 buah. Pada bulan ini diperkirakan perusahan dapat menambah 1 toko material lagi. Tetapi di bulan ini perusahaan tidak
54 menjual produk kepasar-pasar. Para toko material diperkirakan mampu menjual sebanyak ketersediaan barang ditoko. Asumsi penjualan: a. Toko material A terjual sebanyak 40.000 buah. (Untuk ukuran 36 cm 15.000 dan 25.000 buah untuk ukuran 38 cm) b. Toko material B terjual = 40.000 buah (ukuran 38 cm 25.000 buah dan ukuran 36 cm 15.000 buah) c. 7.
Toko material C terjual ukuran 36 cm 10.000 buah
Juli 2007 Perkiraan penjualan pada bulan Juli 2006 sebesar 95.000 buah. Pada bulan ini diperkirakan perusahaan masih tetap mempunyai 3 toko material. Tetapi, diantara ke tiga toko material tersebut diantaranya ada yang mengalami peningkatan penjualan. Asumsi penjualan: a. Toko material A terjual batako ukuran 36 cm = 20.000 buah b. Toko material B terjual sebanyak 37.500 buah (22.500 ukuran 38 cm dan 15.000 untuk ukuran 36 cm) c.
Toko material C terjual ukuran 36 cm = 15.000 buah
d. Toko material C terjual ukuran 38 cm = 22.500 buah 8.
Agustus 2007 Diperkirakan pada bulan Agustus ini penjualan mengalami peningkatan menjadi sebesar 100.000 buah. Pada bulan ini di asumsikan perusahaan masih memiliki 3 toko material. Asumsi penjualan: a. Toko material A ukuran 38 cm = 20.000 buah b. Toko material B terjual = 40.000 buah (20.000 ukuran 38 cm dan 20.000 ukuran 36 cm) c.
Toko material C terjual = 40.000 buah (20.000 ukuran 38 cm dan 20.000 ukuran 36 cm)
55 9.
September 2007 Di asumsikan pada bulan ini penjualan tetap sebesar 100.000 buah. Di asumsikan perusahaan masih tetap memiliki 3 toko material. Pada bulan ini penjualan meningkat dikarenakan penggunaan akan batako semakin diperlukan, dan juga dikarenakan bahan baku batako semakin mudah untuk diperoleh. Asumsi Penjualan: a. Toko material A terjual 35.000 buah (15.000 ukuran 38 cm dan 20.000 ukuran 36 cm) b. Toko material B terjual 35.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 25.000 ukuran 36 cm) c.
Toko material C terjual 30.000 buah (15.000 ukuran 38 cm dan 15.000 ukuran 36 cm)
10. Oktober 2007 Di perkirakan penjualan pada bulan ini turun sebanyak 90.000 buah, karena menyambut hari raya Idul Fitri. Namun diasumsikan pada bulan oktober perusahaan tetap menambah 1 toko material sehingga memiliki 4 toko material. Asumsi Penjualan: a. Toko material A terjual 25.000 buah (12.000 ukuran 38 cm dan 13.000 ukuran 36 cm) b. Toko material B terjual 23.250 buah(11.250 ukuran 38 cm dan 12.000 ukuran 36 cm) c.
Toko material C terjual 20.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 10.000 ukuran 36 cm)
d. Toko material D terjual 21.750 buah (11.750 ukuran 38 cm dan 10.000 ukuran 36 cm)
56 11. November 2007 Perkiraan penjualan bulan ini naik lagi sebanyak 100.000 buah. Penjualan pada bulan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dikarenakan, kebutuhan akan batako meningkat seiring dengan lewatnya hari raya Idul Fitri. Dan juga di perkirakan perusahaan akan menambah 1 toko material lagi sehingga menjadi 5 toko material. Asumsi Penjualan: a. Toko material A terjual 22.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 12.000 ukuran 36 cm) b. Toko material B terjual 23.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 13.000 ukuran 36 cm) c.
Toko material C terjual 25.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 15.000 ukuran 36 cm)
d. Toko material D terjual ukuran 38 cm sebanyak 10.000 buah e. Toko material E terjual 20.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 10.000 ukuran 36 cm) 12. Desember 2007 Perkiraan penjualan pada bulan ini tetap sebanyak 100.000 buah. Dikarenakan kebutuhan akan batako pada bulan ini mengalami stagnan. Dan juga di asumsikan pada bulan ini perusahaan mengalami penambahan toko material baru, sehingga menjadi 6 toko material langganan. Asumsi Penjualan: a. Toko material A terjual 19.000 buah (12.000 ukuran 38 cm dan 7.000 ukuran 36 cm) b. Toko material B terjual 23.000 buah (14.000 ukuran 38 cm dan 9.000 ukuran 36 cm) c.
Toko material C terjual 20.000 buah (15.000 ukuran 38 cm dan 5.000 ukuran 36 cm)
57 d. Toko material D terjual 17.000 buah (9.000 ukuran 38 cm dan 8.000 ukuran 36 cm) e. Toko material E terjual 10.500 buah (5.000 ukuran 38 cm dan 5.500 ukuran 36 cm) f.
Toko material F terjual 10.500 buah (5.000 ukuran 38 cm dan 5.500 ukuran 36 cm)
Tabel 4.2 Perkiraan Penjualan Tahun Pertama (2007) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni
Penjualan/buah 60.000 70.000 75.000 80.000 85.000 90.000
Juli Agustus September Oktober November Desember Total
95.000 100.000 100.000 90.000 100.000 100.000 1.045.000
Sumber : Data diolah bulanan
Tabel 4.3 Perkiraan Penjualan (Dalam buah) Asumsi Moderat
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan -10% 15% 20% 15%
Sumber : Data diolah tahunan
Total Penjualan 1.045.000 1.149.500 1.321.925 1.586.310 1.824.257
58 Tabel 4.4 Perkiraan Penjualan (Dalam buah) Asumsi Optimis
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan -15% 20% 20% 15%
Total Penjualan 1.045.000 1.201.750 1.442.100 1.730.520 1.990.098
Sumber : Data diolah tahunan
Tabel 4.5 Perkiraan Penjualan (Dalam buah) Asumsi Pesimis
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan -10% 10% 5% 0%
Total Penjualan 1.045.000 1.149.500 1.264.450 1.327.673 1.327.673
Sumber : Data diolah tahunan
A. Asumsi Moderat 1. Tahun 2007 Berdasarkan keterangan perkiraan penjualan yang terdapat dalam table 4.1 perkiraaan penjualan tahun 1. 2. Tahun 2008 Diasumsikan pada tahun ini kenaikan penjualan 10% dari penjualan tahun pertama. Perhitungannya a. Kenaikan penjualan pertahun = (10% X 1.045.000) = 104.500 b. Kenaikan rata-rata perbulannya
59 = 104.500 per 12 bulan = 8708.3 per bulan = 1.045.000 + 104.500 = 1.149.500 3. Tahun 2009 Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 15% dari total penjualan tahun ke 2. a. Kenaikan Penjualan tahun ke 3 = (15% X 1.149.500) = 172.425 b. Total penjualan tahun ke 3 = 1.149.500 + 172.425 = 1.321.925 4. Tahun 2010 Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 20% dari total penjualan tahun ke 3. a. Kenaikan Penjualan tahun ke 4 = (20% X 1.321.925) = 264.385 b. Total penjualan tahun ke4 = 1.321.925 + 264.385 = 1.586.310 5. Tahun 2011 Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan 15% dari total penjualan tahun ke 4. Karena perusahaan menggunakan 2 mesin dengan kapasitas produksi maksimum 1 mesin 4000 batako sehingga 1.200.000 batako pertahun/1 mesin. Di asumsikan:
60
-
Hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
-
Kapasitas maksimum 1 mesin 4000 batako per hari
-
Produksi maksimum perbulan: = 4000 X 25 hari kerja = 100.000 per bulan
-
Produksi maksimum per tahun: = 100.000 X 12 bulan = 1.200.000
-
Sehingga kapasitas maksimal produksi tidak boleh lebih dari 2.400.000 buah batako. Perinciannya sebagai berikut: = 1 mesin/tahun 1.200.000 *2(pabrik ada 2 mesin) = 1.200.000 + 1.200.000 = 2.400.000 buah
B. Asumsi Optimis 1. Tahun 2007 Berdasarkan keterangan perkiraan penjualan yang terdapat dalam table 4.1 perkiraaan penjualan tahun 1. 2. Tahun 2008 Diasumsikan pada tahun ini kenaikan penjualan 15% dari penjualan tahun pertama. Perhitungannya a. Kenaikan penjualan pertahun = (15% X 1.045.000) = 156.750 b. Kenaikan rata-rata perbulannya = 156.750 per 12 bulan = 13062.5 per bulan = 1.045.000 + 156.750
61 = 1.201.750 3. Tahun 2009 Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 20% dari total penjualan tahun ke 2. a. Kenaikan Penjualan tahun ke 3 = (20% X 1.201.750) = 240.350 b. Total penjualan tahun ke 3 = 1.201.750 + 240.350 = 1.442.100 4. Tahun 2010 Diperkirakan pada tahun ini penjualan naik sebesar 20% dari total penjualan tahun ke 3. a. Kenaikan Penjualan tahun ke 4 = (20% X 1.442.100) = 288.420 b. Total penjualan tahun ke4 = 1.442.100 + 288.420 = 1.730.520 5. Tahun 2011 Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan 15% dari total penjualan tahun ke 4. Karena perusahaan menggunakan 2 mesin dengan kapasitas produksi maksimum 1 mesin 4000 batako sehingga 1.200.000 batako pertahun/1 mesin. Di asumsikan: -
Hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
-
Kapasitas maksimum 1 mesin 4000 batako per hari
-
Produksi maksimum perbulan: = 4000 X 25 hari kerja
62 = 100.000 per bulan -
Produksi maksimum per tahun: = 100.000 X 12 bulan = 1.200.000
-
Sehingga kapasitas maksimal produksi tidak boleh lebih dari 2.400.000 buah batako. Perinciannya sebagai berikut: = 1 mesin/tahun 1.200.000 *2(pabrik ada 2 mesin) = 1.200.000 + 1.200.000 = 2.400.000 buah
C. Asumsi Pesimis 1. Tahun 2007 Berdasarkan keterangan perkiraan penjualan yang terdapat dalam table 4.1 perkiraaan penjualan tahun 1. 2. Tahun 2008 Diasumsikan pada tahun ini kenaikan penjualan 10% dari penjualan tahun pertama. Perhitungannya a. Kenaikan penjualan pertahun = (10% X 1.045.000) = 104.500 b. Kenaikan rata-rata perbulannya = 104.500 per 12 bulan = 8708.3 per bulan = 1.045.000 + 104.500 = 1.149.500 3. Tahun 2009 Diperkirakan pada tahun ini penjualan naik sebesar 10% dari total penjualan tahun ke 2. a. Kenaikan Penjualan tahun ke 3
63 = (10% X 1.149.500) = 114.950 b. Total penjualan tahun ke 3 = 1.149.500+ 114.950 = 1.264.450 4. Tahun 2010 Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 5% dari total penjualan tahun ke 3. a. Kenaikan Penjualan tahun ke 4 = (5% X 1.264.450) = 63222.5 b. Total penjualan tahun ke4 = 1.264.450+ 63222.5 = 1.327.673 5. Tahun 2011 Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan 0% dari total penjualan tahun ke 4. Karena perusahaan menggunakan 2 mesin dengan kapasitas produksi maksimum 1 mesin 4000 batako sehingga 1.200.000 batako pertahun/1 mesin. Di asumsikan: -
Hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
-
Kapasitas maksimum 1 mesin 4000 batako per hari
-
Produksi maksimum perbulan: = 4000 X 25 hari kerja = 100.000 per bulan
-
Produksi maksimum per tahun: = 100.000 X 12 bulan = 1.200.000
64
-
Sehingga kapasitas maksimal produksi tidak boleh lebih dari 2.400.000 buah batako. Perinciannya sebagai berikut: = 1 mesin/tahun 1.200.000 *2(pabrik ada 2 mesin) = 1.200.000 + 1.200.000 = 2.400.000 buah
4.1.2 Analisis Aspek Pemasaran Dalam rencana usaha produksi batako, aspek pemasaran merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikaji lebih mendalam. Agar dapat meningkatkan penjualan, perusahaan diharuskan memilih strategi pemasaran yang tepat. Berbicara mengenai strategi pemasaran tidak terlepas dari bagaimana perusahaan menentukan Segmen, Target, dan Position yang tepat bagi calon pelanggannya, serta salah satu cara cepat untuk mempercepat penetrasi pasar. 1. Segmentasi pasar a. Aspek Geografis Dalam rencana usaha perluasan industri batako press ini, perusahaan secara cermat dan teliti memilih daerah lokasi sehingga didapat didaerah Tangerang- Banten tepatnya di desa Perigi Lama. Pertimbangan memilih lokasi tersebut karena pertumbuhan pembangunan perumahan diderah ini cukup tinggi yang rata-rata dalam 1(satu) bulan terjadi pembangunan 5-6 rumah. Untuk itu perusahaan melihat prospek usaha batako ini sangat menjanjikan dimasa mendatang dan juga karena jarak pengambilan bahan baku yang tidak terlalu jauh yang hal ini berdampak pada biaya produksi yang akan dibebankan kepada calon konsumen. b. Aspek Demografis Dalam usaha ini tidak memandang istilah gender serta usia tetapi pada umumnya adalah seseorang yang sudah mapan untuk membangun rumah, karena setiap orang pasti membutuhkan batako untuk pembangunan rumahnya disamping bata merah. Ditambah dengan perekonomian Indonesia yang semakin membaik perusahaan optimis bahwa pendapatan penduduk disetiap daerah otomatis meningkat yang hal ini berdampak pada tingginya permintaan akan batako.
65 c. Aspek Psikografis Di Perigi Lama perusahaan melihat karakter(kepribadian) dan sikap penduduk sekitar cukup mendukung usaha batako secara kondusif. Gaya hidup masyarakat sekitar masih standar dengan yang ada didaerah lainnya yaitu pekerja/karyawan, usahawan serta petani. d. Aspek Perilaku Secara perilaku bakal calon pelanggan dari produk usaha batako ini cukup tinggi hal itu dapat dilihat dari jumlah kepala keluarga yang berjumlah 15 orang dalam jarak + 100 meter. Sikap orang disekitar lokasi cenderung konsumtif terhadap apa yang terjadi dipasar. 2. Target pasar Perusahaan mencanangkan dalam 5 tahun kedepan usaha ini terus dapat berkembang sebesar 6-7% pertahun. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi termasuk didalamnya tingkat pendapatan penduduk, dan laju pertambahan penduduk yang berdampak pada kenaikkan akan permintaan batako. 3. Posisi pasar Perusahaan berkesinambungan secara rutin selalu memperbaiki kualitas produk batakonya dalam menghadapi kerasnya persaingan dalam industri ini. Perusahaan menempatkan produknya pada kualitas bahan serta kecepatan pengiriman. Dan perusahaan berusaha membangun citra/image yang baik bagi konsumennya.
Dalam suatu rencana pemasaran pastinya ada hal-hal lain yang penting untuk dibahas salah satunya adalah bauran pemasaran atau yang lebih dikenal dengan nama marketting mix. Adapun kombinasi dari keempat bauran pemasaran tersebut antara lain: 1. Produk Produk yang di perdagangkan perusahaan ini adalah merupakan produk batako lubang 2(dua). Produk batako digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan pembangunan rumah kontrakkan dan rumah sederhana disamping penggunaan bata merah. Produk yang di produksi terdiri dari 2 jenis antara lain:
66 a. Batako ukuran 38 cm Perinciannya sebagai berikut: -
Panjang Lebar tinggi = 38cm, 8cm, 18cm.
-
Berat 1 buah batako = 1.2 kg
-
Kedalaman lubang - Panjang = 16cm - Lebar = 4 cm
b. Batako ukuran 36 cm Perinciannya sebagai berikut: -
Panjang Lebar Tinggi = 36cm, 8cm, 17cm
-
Berat 1 buah batako = 1 kg
-
Kedalaman lubang - Panjang = 13cm - Lebar = 3.5cm Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, maka dalam rencana usaha ini juga
mengalami perkembangan produk di masa yang akan datang, misalnya dengan melakukan terobosan inovatif produk, yaitu dengan perubahan bentuk ukuran dan bahan yang digunakan agar mutu lebih baik. Perkembangan produk tersebut juga dilihat dari kondisi eksternal dan internal perusahan itu sendiri. 2. Harga Dalam penentuan harga, merupakan salah satu keputusan yang cukup penting bagi perusahaan. Dimana harga yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat memenuhi semua biaya-biaya yang dikeluarkan, atau bahkan lebih dari itu, yaitu untuk memperoleh laba semaksimal mungkin. Perusahaan dalam hal ini menggunakan sistem pengawasan mutu dan standar perusahaan dimana keseluruhan harga yang ditetapkan disesuaikan dengan tingkat pasar yang dituju. Pada rencana usaha produksi batako harga ditetapkan sebesar untuk ukuran 38cm Rp 1.200 dan untuk ukuran 36cm Rp 1.050. Tetapi, seiring dengan
67 perkembangan perekonomian indonesia di masa yang akan datang, harga pun diasumsikan dapat meningkat. 3. Distribusi Rantai distribusi yang digunakan dalam rencana perusahaan ini hanya terdapat 1 jenis saluran distribusi yaitu saluran distribusi langsung dimana perusahan secara langsung menawarkan produknya ke toko-toko material atau langsung ke tangan konsumen rumah tangga (saluran I tingkat). Berikut ini gambar saluran distribusi yang digunakan dalam rencana usaha ini:
Perusahaan/ pabrik
Toko bahan bangunan/ Material
Konsumen
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.1 Rantai Distribusi Langsung
4. Promosi Kegiatan promosi yang dilakukan dalam rencana usaha batako ini umumnya menggunakan jasa perorangan dalam pelaksanaannya. Individu-individu yang melaksanakan kegiatan personal selling disebut dengan tenaga penjual (Salesman). Tenaga penjual (Salesman) tersebut dibekali dengan ilmu pendidikan tentang pengertian mengenai produk yang akan dijual, pasar yang dituju sesuai target perusahaan, dan teknik-teknik penjualan yang akan digunakan. Selain dari itu, kegiatan promosi yang akan dilakukan dalam rencana usaha batako ini adalah dengan memberikan bonus atau hadiah kepada para pelanggan (material) atau konsumen langsung yang dapat berupa potongan harga, apabila mereka dapat menjual dan membeli produk melebihi target penjualan yang telah ditetapkan perusahaan.
68 Kesimpulan: Berdasarkan analisis aspek pasar dan pemasaran bahwa rencana usaha ini dinyatakan layak. Aspek pasar dalam usaha ini adalah bahwa kebutuhan akan batako diperkirakan akan terus meningkat sehingga terjadi over demand sedangkan aspek pemasaran hanya ditekankan pada kemampuan perusahaan untuk menjalin kerja sama yang baik dengan toko materialmaterial maupun konsumen langsung. Karena pemasaran dalam usaha ini terfokus pada kerja sama dengan para pelanggannya.
4.2 Analisis Aspek Teknis Setelah dilakukan analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran, selanjutnya analisis terhadap aspek teknis segera dilakukan. Analisis terhadap aspek teknis ini meliputi penilaian alternatif lokasi bisnis, proses produksi, kapasitas produksi, dan lay out / tata letak pabrik.
4.2.1 Penilaian Alternatif Lokasi Usaha Penentuan lokasi proyek merupakan hal yang cukup penting untuk dipertimbangkan, karena penentuan lokasi yang tidak tepat akan menimbulkan kendala yang menyebabkan gagalnya suatu proyek bisnis maupun perkembangan penjualan perusahaan. Pada rencana usaha produksi batako ini sudah terdapat lokasi yang akan dipilih yaitu di Perigi Lama. Untuk pemilihan lokasi menggunakan metode kualitatif “subyektif”. Dalam penilaian alternatif lokasi metode kualitatif subyektif ini tidak dapat tentukan secara pasti maka menggunakan faktor–faktor yang akan dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pabrik. Faktorfaktor tersebut diantaranya adalah: 1. Sarana Transportasi, yaitu memperhitungkan bagaimana akses dari/ke material maupun konsumen langsung. Dan untuk kemudahan akses bahan baku produksi. 2. Kondisi Geografis, yaitu memperhitungkan kondisi iklim dan kelembaban masing-masing daerah yang dalam produksi batako sangat berpengaruh misal hujan.
69 3. Ketersediaan Tenaga kerja, yaitu memperhitungkan tersedianya tenaga kerja terlatih dan terdidik. 4. Ketersediaan bahan bakar minyak(solar), yaitu Menjamin dan memperhitungkan ketersediaan bahan bakar untuk kelancaran proses produksi selama proses operasonal perusahaan berlangsung. 5. Air dan listrik, yaitu memperhitungkan ketersediaan air dan listrik untuk keperluan dan kebutuhan dalam kelancaran proses produksi perusahaan.
4.2.2 Produksi 4.2.2.1 Proses Produksi Dalam rencana usaha batako ini, perusahaan memproduksi 2 jenis produk batako yaitu batako dengan ukuran 38cm dan batako dengan ukuran 36cm. Perusahaan memilih memproduksi batako dengan dua ukuran tersebut karena permintaan batako dengan ukuran 38cm dan ukuran 36cm relatif tinggi. Berikut ini proses produksi ke-2(dua) batako tersebut. Berhubung proses kedua batako tersebut sama, maka dibuat 1(satu) diagram proses produksi batako tersebut. 1. Tahapan proses produksi untuk batako baik untuk ukuran 38cm maupun 36cm adalah tahap pertama bahan baku berupa teras diproses kedalam mesin molen bersama semen dan hancuran batako, kemudian tahap kedua, proses pemberian zat kimia oker yaitu penghitam batako dengan cara menuangkan sebanyak 3 centong. Tahap ketiga, bahan tersebut didorong dan dicetak didalam mesin press batako. Tahap keempat batako jadi tersebut dibawa ketempatnya diatas besi siku. Kemudian tahap terakhir proses pengeringan, yaitu memindahakan batako ketanah untuk terkena sinar matahari untuk mempercepat proses pengeringan yang biasanya memakan waktu + 4 hari. Proses produksi batako tersaji dalam gambar 4.6.
70
Proses Pengadukan
Bahan baku
Produk Batako
Proses Pengeringan
Proses Pemberian Zat Kimia/oker
Proses Penempatan
Proses Pencetakan
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.2 Proses Produksi Batako
4.2.2.2 Bahan baku Bahan baku dalam produksi batako ini adalah berupa Teras gunung. Teras ini diperoleh didaerah pegunungan diBogor. Atau dari teras-teras yang ada dipinggir jalan disepanjang jalan kelokasi pengambilan bahan(gunung). tetapi tidak semua daerah yang dekat dengan gunung terdapat teras, tapi ada juga gunung yang menghasilkan pasir hitam. Dan setiap daerah yang dekat dengan gunung terasnya berbeda-beda satu dengan daerah yang lainnya. Teras yang memiliki kualitas yang baik adalah teras yang jarang ada batunya serta tidak terlalu basah. Teras yang baik terdapat didaerah jawa yaitu Bogor dan Tangerang . Dalam pembuatan batako, teras yang baik didapat pada musim kemarau. Musim kemarau bagi para pengusaha bahan maupun pengusaha batako terjadi antara bulan Juli (Ke 7) sampai bulan Oktober (ke 10), sehingga musim panen untuk mencetak batako berlangsung selama 3 bulan dalam setahun. Selama musim panen berlangsung, umumnya harga batako mengalami penurunan, dikarenakan batako yang dihasilkan oleh para pengusaha batako meningkat, oleh karena itu harga persaingan antar perusahaan batako menjadi naik tinggi dan umumnya berkisar antara Rp 950,-/buah sampai Rp 1000,-/buah. Tetapi, selama tidak musim panen harga batako mengalami peningkatan sampai Rp 1.200,-/buah.
71 Permintaan akan teras gunung sebagai bahan baku produksi batako tidak akan kekurangan pada saat musim tidak panen serta bahan baku yang sekarang diambil masih cukup untuk 20 tahun kedepan untuk satu lokasi. Jadi stok bahan baku batako mencukupi untuk bulanbulan pada saat tidak musim panen.
4.2.2.3
Peralatan Produksi Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah:
1. Mesin Penggilingan batako Mesin penggiling terbuat dari bahan besi plat, yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dengan harga Rp 1.000.000,-. Untuk menunjang mesin itu dipakai mesin genset yang berkekuatan 30KVA. 2. Mesin Diesel(genset) Mesin diesel yang dipakai dipabrik adalah mesin truck fuso dengan tenaga 140 daya kuda dengan harga Rp 30.000.000,-. Jangka waktu pemakaian mesin ini 10 tahun. Mesin ini memegang peranan penting dalam operasional perusahaan, karena tanpa mesin ini proses produksi tidak bisa berjalan dengan lancar. 3. Mesin Molen Mesin molen ini digunakan untuk proses pengadukan batako antara semen, bahan baku dan zat kimia yang disebut dengan oker. Berbentuk bulat dan terbuat dari besi plat, mesin ini di gerakan dengan mesin genset berkekuatan 30KVA. Diperkirakan harga mesin molen ini adalah Rp 1.000.000,-. 4. Alat cetak Alat pencetak batako terbuat dari besi baja dan plat. Dalam pembuatan cetakan harus dipesan 3 bulan sebelumnya, dengan jumlah minimal 4 - 5 cetakan @Rp 800.000, jadi Rp 3.200.000.
72 5. Mesin Pres Mesin pres digunakan untuk mencetak batako secara presisi. Dan memastikan bahwa hasil batako dalam kondisi baik. Untuk mencetak batako digunakan 1 unit mesin, masing-masing berharga Rp 900.000, jadi Rp 1.800.000. 6.
Papan kayu Papan yang digunakan terbuat dari bahan triplek dengan lapisan sebanyak 7 lapis untuk menahan getaran mesin press batako selama proses pencetakan. Untuk pemesanan diharapkan 3 bulan sebelum operasional pabrik, dengan jumlah pemesanan minimal sebanyak 6000 buah dengan harga @Rp 2.000, jadi Rp 12.000.000.
7.
Besi Siku Besi siku terdiri dari sebuah besi panjang dengan panjang + 5 meter. Berdiameter 15cm. Besi ini digunakan untuk menunjang hasil cetakan batako yang sudah jadi, untuk hasil batako sebanyak 1000 buah dibutuhkan besi siku sebanyak 10 buah dengan harga @Rp 7.000.-, pemesanan dilakukan sebanyak 60 buah jadi Rp 420.000.
8.
Peralatan lainnya (Handdle, Contacteur, MCB) Peralatan ini digunakan untuk memperlancar proses produksi dan sebagai penahan arus listrik yang dihasilkan oleh mesin diesel. Rata-rata peralatan yang digunakan berdaya 30-60A yang didalamnya terbuat dari kawat timah penahan arus listrik dengan harga: Handdle @Rp 60.000 = 3 buah 30A Rp 180.000 Contacteur @Rp 200.000 = 3 buah 60A Rp 600.000 MCB (Mini Circuit Breaker) @Rp 100.000 = 3 buah 30A Rp 300.000
4.2.3
Kapasitas Produksi Dikarenakan permintaan akan produk batako terus meningkat, sampai over demand
maka kapasitas produksi ditentukan oleh kemampuan mesin berproduksi (dalam satuan tahun). Pada rencana usaha produksi batako ini kemampuan 1 mesin press batako secara normal = 2000
73 batako per hari dan per tahunnya sebanyak 600.000/1mesin kalau 2(dua) mesin sebanyak 1.200.000 batako. Tetapi masih dapat di maksimalkan sebanyak 100% dari produksi per tahunnya. Sehingga menjadi: 1 mesin secara maksimal 4000 batako sehingga perbulan 200.000 dan pertahun adalah sebanyak 2.400.000 buah batako. Kapasitas maksimum produksi sebesar 1.200.000 + 1.200.000 = 2.400.000/tahun.
4.2.4
Layout Pabrik Karena tempat yang terbatas maka perusahaan harus memikirkan bagaimana
seharusnya penentuan tata letak pabrik yang akan didirikan secara efektif dan efisien untuk digunakan dalam kegiatan operasioanal pruduksi batako ini. dalam rencana usaha batako ini harus dilakukan secara cermat dan tepat, sehingga lahan pabrik dapat menjadi efisien. Dengan memperhatikan bagian-bagian mulai dari proses pengolahan bahan baku, proses pengadukan, proses pemberian zat kimia atau Oker, proses pencetakan, proses penempatan, proses pengeringan, hingga pada proses barang jadi. Mesin yang digunakan dalam kegiatan pencetakan batako ini tidak terlalu banyak, tetapi mengunakan tenaga kerja yang cukup banyak yaitu untuk satu mesin menggunkan 4 orang dan 1 orang yang memindahkannya ketanah lapang untuk terkena sinar matahari langsung. Dengan pengawasan membuat proses produksi akan berjalan lancar dan efisien. Pada proses ini semua bagian mempunyai peran penting untuk terbentuknya suatu produk.
74
8 7b
6
5
4
3
7a
2
1
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.3 Rencana Layout Pabrik Keterangan: 1.
Pintu depan utama
2. Kantor perusahaan dan ruang tunggu tamu/calon konsumen 3. Gedung atau bangunan tempat proses pengolahan dan pencetakan bahan baku hingga menjadi barang jadi. 4. Rumah tempat tinggal para karyawan yang umumnya dibuat tinggi sekitar 5 meter dari bawah tanah. 5. Gedung tempat penyimpanan mesin diesel atau genset untuk keperluan operasional perusahaan. 6. Gedung tempat penyimpanan batako untuk proses pengeringan jikalau hujan atau ditaruh ditanah agar terkena sinar matahari. 7. Mesin penggilingan batako untuk menggiling hancuran batako dan dicampur kembali pada proses pencetakan batako baru. 8. Toilet
75
4.3 Analisis Aspek Manajemen Selanjutnya aspek yang dianalisis adalah aspek manajemen. Rencana manajemen yang dibahas disini adalah manajemen dalam kegiatan operasional perusahaan yang meliputi:
4.3.1 Jenis pekerjaan dan persyaratan jabatan a. Jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan. Jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok manajerial dan kelompok operasional. Kelompok manajerial terdiri dari pemilik, direktur dan keuangan, sedangkan kelompok operasional terdiri dari pemasaran, kepala produksi, dan staff pekerja. b. Persyaratan kemampuan untuk menduduki bagian kunci. Untuk mengisi jabatan kunci, dalam hal ini yang dimaksud adalah Direktur diperlukan persyaratan sebagai berikut: Pendidikan minimal : S1 atau D3 Pengalaman : minimal 3 tahun dibidang yang bersangkutan Mampu memberi motivasi, tegas dan disiplin Menguasai daerah Tangerang dan sekitarnya Untuk Keuangan persyaratan sebagai berikut: Pendidikan minimal : S1 atau D3 accounting Pengalaman : minimal 2 tahun dibidang yang bersangkutan Mampu mengoperasikan komputer ( MS Office) Tinggal di daerah Tangerang c. Struktur organisasi dan uraian pekerjaan Uraian pekerjaan atau deskripsi pekerjaan adalah suatu daftar tugas-tugas, tanggung jawab, hubungan laporan, kondisi kerja, tanggung jawab ke penyelia suatu jabatan.
76
Pemilik
Direktur
Pemasaran
Distribusi
Salesman
Keuangan
Administrasi & Umum
Akuntansi
Produksi
Kepala Produksi
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.4 Rencana Struktur Organisasi
Tugas dan tanggung awab dari struktur organisasi adalah sebagai berikut: a. Sebagai Pemilik Tugas dan wewenangnya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pengawasan secara menyeluruh atas semua kegiatan produksi dan non produksi yang terjadi di pabrik. 2. Memeriksa laporan keuangan dan membuat keputusan taktis dan strategis untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang. 3. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap jalannya operasional dan memperhatikan kondisi baik material maupun tenaga kerja. b.
Sebagai Direktur Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan rencana tujuan, sasaran, dan kebijakan umum perusahaan secara keseluruhan. 2. Mengawasi, mengkoordinasi dan memimpin jalannya aktifitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Staff Pekerja
77 3. Bertanggung jawab dan membeli laporan kepada pemilik c.
Bagian Pemasaran Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
d.
1.
Menetapkan kebijaksanaan dibidang pemasaran dan mengawasi pelaksanaannya.
2.
Melakukan promosi untuk meningkatkan volume penjualan.
3.
Menyampaikan laporan bulanan atau tahunan tentang hasil penjualan.
4.
Melaksanakan kebijaksanaan harga yang ditetapkan perusahaan.
Bagian Keuangan Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pencatatan atas seluruh kegiatan keluar masuknya arus keuangan. 2. Mengevaluasi kerja karyawan menurut tata cara yang telah disepakati. 3. Mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan oleh pimpinan dan menyampaikan laporan secara periodik kepada pimpinan.
e.
Bagian produksi Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan motivasi kepada karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. 2. Mengarahkan karyawan bila menyimpang dari pekerjaannya. 3. Melaksanakan tugas dari pimpinan untuk menyelesaikan produksi yang ditargetkan. 4. Bertanggung jawab atas laporan yang diberikan secara periodik kepada pimpinan.
f.
Bagian Distribusi Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Menyusun, mengatur dan mengawasi pengiriman barang hingga tujuan. 2. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu dan kondisi barang agar tetap terjaga. 3. Memperluas pemasaran dengan mencari koneksi distributor baru.
g.
Bagian Salesman Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Memasarkan produk kepada pelanggan dan berusaha mencari pelanggan baru.
78 2. Bertanggung jawab atas target penjualan yang telah diberikan oleh perusahaan. 3. Memberikan laporan kepada bagian pemasaran mengenai tingkat penjualan yang telah dicapai. h.
Bagian Administrasi dan umum Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Memantau perkembangan organisasi dan keamanan perusahaan. 2. Memperhatikan peningkatan kesejahteraan dan pembinaan karyawan. 3. Melakukan perekrutan dan seleksi karyawan baru.
i.
Bagian Akuntansi Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Membuat laporan laba rugi bulanan maupun tahunan. 2. Membuat jurnal penerimaan dan pengeluaran kas. 3.
j.
Bertanggung jawab atas laporan keuangan yang telah dibuat.
Kepala Produksi Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pencatatan atas pekerjaan yang telah diproduksi oleh karyawan. 2. Mengawasi jalannya proses produksi dari input menjadi output. 3. Memotivasi karyawan untuk meningkatkan produksi dan kebersihan produk.
k.
Staff Pekerja Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: 1. Bertanggung jawab dan bertugas untuk melaksanakan tugas sehari-hari. 2. Memberikan laporan kepada bagian produksi atas kondisi barang yang dihasilkan
4.3.2 Jumlah dan biaya Gaji yang direncanakan Jumlah tenaga kerja dan biaya yang direncanakan:
79 Tabel 4.6 Proyeksi Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Perusahaan No 1 2 3 4
Jabatan Direktur Kepala produksi Keuangan Pemasaran
Jumlah 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang Total
Gaji per bulan Rp 1.000.000 * Rp 800.000 Rp 900.000 Rp 1.500.000
Gaji pertahun Rp 12.000.000 Rp 9.600.000 Rp 10.800.000 Rp 18.000.000 Rp 50.400.000
Sumber : Data diolah
Keterangan: Khusus Untuk Gaji Direktur tidak mengikuti kenaikan biaya-biaya pertahunnya pada setiap skenario. Berikut ini tabel gaji direktur dalam rencana usaha ini: Table 4.7 Proyeksi Gaji Direktur Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Gaji Bulan Rp 1.000.000,Rp 1.500.000,Rp 2.000.000,Rp 2.500.000,Rp 2.500.000,Total
Gaji Per Tahun Rp 12.000.000,Rp 18.000.000,Rp 24.000.000,Rp 30.000.000,Rp 30.000.000,Rp 93.000.000
Sumber : Data diolah
Pada rencana usaha produksi batako ini menggunakan 2 jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja borongan. Untuk tenaga kerja tetap terdapat 4 orang, dan tenaga kerja borongan 12 orang, untuk biaya tenaga kerja borongan sudah termasuk pada biaya produksi.
4.4 Analisis Aspek Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Dalam menjalankan usaha tentunya perusahaan tidak hanya menggunakan tenaga mesin saja, melainkan juga menggunakan sumber daya manusia. Hal ini membuat perusahaan secara tidak langsung telah menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat di sekitarnya. Selain itu pula perusahaan juga membantu terciptanya sarana-sarana umum seperti, sarana jalan, tenaga listrik, dan sarana pelatihan dalam pembinaan usaha kecil menengah.
80 Sedangkan ditinjau dari aspek lingkungan, Limbah dari sisa produksi batako dalam rencana proyek ini tidak berdampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, misalnya tidak menimbulkan pencemaran air dan tanah, tetapi untuk udara perusahaan sudah semaksimal mungkin untuk mengurangi asap mesin diesel dengan membuat sekat pada knalpot dan membuat tabung pada asap atau membuat ruang khusus untuk asap knalpot. Dari aspek ekonomi, proyek ini memberikan pendapatan domestik termasuk pajak bagi pemerintah setempat dan kebutuhan akan batako dalam pembangunan perumahan sederhana dengan menambah produksi batako dalam negeri dan menyerap tenaga kerja didaerah sekitar proyek ini.
4.5 Analisis Aspek Keuangan 4.5.1 Sumber Dana dan Biaya Modal 1. Kebutuhan dana untuk aktiva tetap Aktiva Tetap Berwujud dianggarkan sebesar Rp 306.500.000,-. Aktiva tetap berwujud Meliputi: a. Bangunan dan perlengkapannya Rp 75.000.000,- Bangunan dan Pabrik Rp 34.000.000,Perlengkapan - Listrik dan Instalasi Rp 2.000.000,- Air dan Instalasi Rp 2.000.000,b. Pembelian tanah seluas 1000 M2 @Rp100.000 (20M *500M) Rp 100.000.000 c.
Aktiva Tetap lainnya dianggarkan sebesar Rp 172.500.000,Meliputi: 1. Mesin Gilingan batako
Rp 1.000.000,-
2. Mesin Diesel (Genset)
Rp 30.000.000,-
3. Mesin Molen
Rp 1.000.000,-
81 4. Biaya peralatan produksi dianggarkan sebesar Rp 18.500.000,-. Dimana biaya-biaya tersebut meliputi: a. Alat press batako 2 unit @ Rp 900.000 = Rp 1.800.000,b. Cetakan batako 4 unit @ Rp 800.000 = Rp 3.200.000,c. Papan kayu 6000 unit @Rp 2.000 = Rp 12.000.000,d. Besi siku 60 buah @ Rp 7.000 = Rp 420.000,e. Biaya peralatan lainnya sebesar Rp 1.080.000 - Handdle 30A 3 buah @Rp 60.000 = Rp 180.000,- Contacteur 60A 3 buah @Rp 200.000 = Rp 600.000,- MCB (Mini Circuit Breaker) 30A 3 buah @Rp 100.000 = Rp 300.000 5. Inventaris Kantor, biaya inventaris kantor yang dianggarkan sebesar Rp 2.000.000,Dimana biaya tersebut meliputi: a. Perlengkapan kantor (bulpein, buku bon,map, dsb) Rp 300.000,b. Meja dan kursi Rp 800.000,c. Telepon dan instalasi Rp 900.000,6. Pembelian kendaraaan dianggarkan sebesar Rp 120.000.000,Meliputi: a. Mobil truck 1 unit @Rp 70.000.000 = Rp 70.000.000,b. Mobil engkel 1 unit @Rp 50.000.000 = Rp 50.000.000,2. Kebutuhan dana Modal Kerja Kebutuhan dana modal kerja terdiri dari: Tabel 4.8 Modal Kerja Keterangan Biaya Produksi Biaya gaji karyawan tetap Biaya umum dan administrasi Cadangan kas minimum
Modal Kerja Rp. 750.255.000,Rp. 50.400.000,Rp. 15.000.000,Rp. 5.000.000,-
Total
Rp. 820.655.000,-
Sumber : Data diolah
82 3. Jumlah dana investasi Dengan demikian jumlah keseluruhan dana investasi untuk rencana usaha produksi batako ini adalah: Jumlah dana investasi = dana modal aktiva tetap + dana modal kerja Jumlah dana investasi = Rp 306.500.000,- + Rp 820.655.000,= Rp 1.127.155.000,-
4.5.2 Sumber dana Untuk merealisasikan suatu proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi, yang diklasifikasikan atas dasar aktiva berwujud, aktiva tidak berwujud. Dan juga dana dibutuhkan untuk modal kerja yang diartikan sebagai modal kerja bruto (investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar). Menghitung modal kerja dapat menggunakkan metode yang didasarkan pada waktu yang diperlukan dana sejak keluar dari kas sampai kembali menjadi kas. Dalam proyek ini untuk mengetahui biaya modal atas dana yang digunakan yaitu dana yang berasal dari modal sendiri, maka perhitungan biaya modal atas modal sendiri berdasarkan penilaian internal perusahaan. Menurut pihak internal perusahaan, biaya modal yang dibebankan atas pemanfaatan modal sendiri berdasarkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Dimana perusahaan dalam menentukan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan berdasarkan tingkat pengembalian resiko, dalam hal ini adalah suku bunga deposito sebesar 9.5% di tambah resiko atas jenis proyek batako ini yaitu sebesar 9% (data diperoleh secara rata-rata dari 3 perusahaan sejenis), sehingga biaya modal atas modal sendiri yang diperhitungkan dalam rencana usaha ini adalah sebesar 18.5%.
4.5.3 Skenario Moderat 4.5.3.1 Analisis Penjualan
83 Tabel 4.9 Proyeksi Penjualan Tahun Pertama (2007) Unit Penjualan Bulan January February Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Ukuran (38cm) 30.000 40.000 37.500 50.000 50.000 50.000 45.000 60.000 40.000 45.000 50.000 60.000 557500
Ukuran (36cm) 30.000 30.000 37.500 30.000 35.000 50.000 50.000 40.000 60.000 45.000 50.000 40.000 487500
Penjualan Rp 1.100,33000000 44000000 41250000 55000000 55000000 55000000 49500000 66000000 44000000 49500000 55000000 66000000 613250000
Rp 1.050,-
Total (Rp) 31500000 64500000 31500000 75500000 39375000 80625000 31500000 86500000 36750000 91750000 42000000 97000000 52500000 102000000 42000000 108000000 63000000 107000000 47250000 96750000 52500000 107500000 42000000 108000000 511875000 1.125.125.000,-
Sumber : Data diolah bulanan
Tabel 4.10 Proyeksi Penjualan (dalam buah) No.
Tahun
1 2 3 4 5
2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan (Unit Penjualan) -10% 15% 20% 15%
Rp Rp Rp Rp Rp
Penjualan (Rp) 1.125.125.000,1.237.637.500,1.423.283.125,1.707.939.750,1.964.130.713,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Kenaikan penjualan per tahun di asumsikan berdasarkan kapasitas normal produksi yaitu sebesar 1.200.000,-. -
Hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
-
Kapasitas normal 1 mesin 2000 batako per hari
-
Produksi normal perbulan: = 2000 X 25 hari kerja = 50.000 per bulan
-
Produksi normal per tahun:
84 = 50.000 X 12 bulan = 600.000/1mesin = 2 mesin = 1.200.000 buah batako Tabel 4.11 Proyeksi Penjualan Setelah Terjadi Kenaikan Harga Jual No.
Tahun
Persentase kenaikan Harga (10%)
Penjualan (Rp)
1 2 3 4 5
2007 2008 2009 2010 2011
----Rp 142.328.313,-----
Rp 1.125.125.000,Rp 1.237.637.500,Rp 1.565.611.438,Rp 1.878.733.726,Rp 2.160.543.785,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Kenaikan harga direncanakan terjadi pada tahun 2009, dikarenakan pada tahun sebelumnya terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 7%, oleh karena itu untuk menutupi kenaikan biaya operasional tersebut maka pada tahun 2009 perusahaan menaikan harga yang di asumsikan sebesar 10% dari penjualan sebelumnya.
4.5.3.2 Analisis Biaya Operasional Biaya yang termasuk biaya operasional disini adalah biaya produksi, biaya gaji untuk karyawan tetap, biaya perawatan mesin serta biaya umum dan administrasi. Sedangkan biayabiaya tersebut di asumsikan mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan rata-rata inflasi, yaitu sebesar 7%. Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut: 1.
Proyeksi Biaya Produksi Biaya produksi untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp.750.255.000,- . Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya produksi setiap tahunnya sebagai berikut:
85
Tabel 4.12 Biaya Produksi batako ukuran 38 cm Bahan Baku Tenaga kerja B. Bahan Bakar minyak (solar) B. Transport Total B. Overhead 10 % Total Biaya Produksi
480 80 60 70 690 69 759
Sumber : Data dari perusahaan sejenis
Keterangan : -
Bahan Baku = 1 batako berat 1,2 kg 1 kg bahan baku = Rp 400,Jadi 1 buah batako = 1,2 X Rp 400 = Rp.480,-
Tabel 4.13 Biaya Produksi batako ukuran 36 cm Bahan Baku Tenaga kerja B. Bahan Bakar Minyak (solar) B. Transport Total B. Overhead 10 % Total Biaya Produksi Sumber : Data dari perusahaan sejenis
Keterangan: -
Bahan Baku = 1 batako berat 1 kg 1 kg bahan baku = Rp 400,Jadi 1 buah batako = 1 X Rp 400 = Rp 400,-
400 80 60 70 610 61 671
86
Tabel 4.14 Proyeksi Biaya Produksi tahun 2007 (dalam bulanan)
Bulan January February Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Unit Produksi Ukuran Ukuran (38cm) (36cm) 30.000 30.000 40.000 30.000 37.500 37.500 50.000 30.000 50.000 35.000 50.000 40.000 45.000 50.000 60.000 40.000 40.000 60.000 45.000 45.000 50.000 50.000 60.000 40.000 557500 487500
Biaya Produksi Rp. 759
Rp. 671
Total (Rp)
22770000 30360000 28462500 37950000 37950000 37950000 34155000 45540000 30360000 34155000 37950000 45540000 423142500
20130000 20130000 25162500 20130000 23485000 26840000 33550000 26840000 40260000 30195000 33550000 26840000 327112500
1639000 3256000 4345000 6550500 8151000 9812000 10928500 13612500 16362500 23430000 32697500 43642500 Rp 750.255.000
Sumber : Data diolah bulanan
Tabel 4.15 Proyeksi Biaya Produksi per tahun No
Tahun
Persentase kenaikan
Total Biaya Produksi
1
2007
--
Rp 750.255.000
2
2008
7%
Rp 802.772.850
3
2009
7%
Rp 858.966.950
4
2010
7%
Rp 919.094.637
5
2011
7%
Rp 983.431.262
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Kenaikan biaya produksi per tahun berdasarkan kenaikan rata-rata inflasi sebesar 7%. Diperkirakan kenaikan inflasi dari tahun 2007 sampai 2011 adalah 5% sampai 9% jadi rataratanya sebesar 7%.
87 2. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 50.400.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap sebagai berikut:
Tabel 4.16 Proyeksi Biaya Gaji karyawan
No. 1 2 3 4 5
Tahun Persentase Kenaikan Gaji Karyawan 2007 -2008 7% 2009 7% 2010 7% 2011 7%
Biaya Gaji Karyawan Rp 38.400.000,Rp 41.088.000,Rp 43.964.160,Rp 47.041.651,Rp 50.334.567,-
Gaji Direktur Rp Rp Rp Rp Rp
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Tenaga Kerja Tetap (tahun 2007) 1. Kepala Produksi 1 orang Gaji = Rp. 800.000,- per bulan Gaji per tahun = 800.000 X 12 = Rp 9.600.000,2. Bagian Keuangan 1 orang Gaji = Rp. 900.000,- per bulan Gaji per tahun = 900.000 X 12 = Rp 10.800.000,3. Bagian Pemasaran 2 orang Gaji per orang = Rp. 750.000,- per bulan Gaji 2 orang = Rp 750.000 * 2 = Rp 1.500.000 Gaji per tahun = 1.500.000 X 12 = Rp 18.000.000,Total biaya gaji karyawan adalah sebesar Rp. 38.400.000,Keterangan:
12.000.000,18.000.000,24.000.000,30.000.000,30.000.000,-
Total Biaya Gaji Rp 50.400.000,Rp 59.088.000,Rp 67.964.160,Rp 77.041.651,Rp 80.334.567,-
88 Untuk Gaji Direktur pada rencana usaha produksi batako ini, diperkirakan tidak mengikuti kenaikan persentasi karyawan lainnya. Perincian mengenai gaji direktur sebagai berikut: Tahun 2007 Gaji Per bulan 1.000.000 Gaji Per tahun 1.000.000 X 12 bulan = Rp 12.000.000,Tahun 2008 Gaji Per bulan diperkirakan mengalami kenaikan sebesar Rp 500.000 sehingga menjadi Rp 1.500.000,Gaji Per tahun 1.500.000,- X 12 bulan = Rp 18.000.000,Tahun 2009 Diasumsikan gaji per bulan mengalami kenaikan sebesar Rp 500.000 sehingga menjadi Rp 2.000.000,Gaji per tahun 2.000.000 x 12 bulan = Rp 24.000.000,Tahun 2010 Pada tahun ini diperkirakan gaji direktur mengalami kenaikan sebesar 500.000 sehingga menjadi Rp 2.500.000,- per bulan. Gaji per tahun 2.500.000,- X 12 bulan = Rp 30.000.000,Tahun 2011 Tahun ini gaji direktur per bulannya tetap, tidak mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 2.500.000,Gaji per tahun 2.500.000 x 12 bulan = Rp 30.000.000,-
3. Proyeksi Biaya Perawatan Mesin Biaya perawatan mesin untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya perawatan mesin sebagai berikut:
89 Tabel 4.17 Proyeksi Biaya Perawatan Mesin
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan -7% 7% 7% 7%
Total biaya perawatan mesin Rp 12.000.000,Rp 12.840.000,Rp 13.738.800,Rp 14.700.516,Rp 15.729.552,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Diasumsikan pada tahun 2007 biaya perawatan mesin sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini uraian biaya perawatan mesin adalah: Biaya perawatan mesin per bulan = Rp 1.000.000,Per tahun = 1.000.000 X 12 bln = Rp 12.000.000,-
4. Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut: Tabel 4.18 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 20089 2010 2011
Persentase kenaikan -7% 7% 7% 7%
Total Biaya Adm & umum Rp 15.000.000,Rp 16.050.000,Rp 17.173.500,Rp 18.375.645,Rp 19.661.940,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Diasumsikan pada tahun 2007 biaya administrasi dan umum sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut ini uraian biaya adm dan umum adalah: Biaya adm & umum per bulan = Rp 1.250.000,Per tahun = 1.250.000 X 12 bln = Rp 15.000.000,-
90 Tabel 4.19 Total Biaya Operasional Per tahun
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Total Biaya Produksi Rp750.255.000 Rp802.772.850 Rp858.966.950 Rp919.094.637 Rp983.431.262
Total Biaya Gaji Rp50.400.000 Rp59.088.000 Rp67.964.160 Rp77.041.651 Rp80.334.567
Total Biaya Perawatan Mesin Rp12.000.000 Rp12.840.000 Rp13.738.800 Rp14.700.516 Rp15.729.552
Total Biaya Adm&umum Rp15.000.000 Rp16.050.000 Rp17.173.500 Rp18.375.645 Rp19.661.940
Total Biaya Operasional Rp827.655.000 Rp890.750.850 Rp957.843.410 Rp1.029.212.449 Rp1.099.157.321
Sumber: Data diolah tahunan
4.5.3.3 Analisis Biaya penyusutan Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya penyusutan adalah penyusutan gedung atau bangunan, penyusutan mesin-mesin produksi, penyusutan peralatan produksi, perlengkapan kantor, dan penyusutan kendaraan. Perincian mengenai biaya penyusutan sebagai berikut: Tabel 4.20 Proyeksi Biaya Penyusutan Jenis Mesin Mesin Diesel Mesin Molen Mesin Gilingan Peralatan Perlengkapan Gedung Kendaraan Total Penyusutan
Tahun 1 2.980.000 200.000 190.000 3.660.000 400.000 1.700.000 20.000.000
Tahun 2 2.980.000 200.000 190.000 3.660.000 400.000 1.700.000 20.000.000
Tahun 3 2.980.000 200.000 190.000 3.660.000 400.000 1.700.000 20.000.000
Tahun 4 2.980.000 200.000 190.000 3.660.000 400.000 1.700.000 20.000.000
Tahun 5 2.980.000 200.000 190.000 3.660.000 400.000 1.700.000 20.000.000
Nilai Buku 15.100.000 0 50.000 200.000 0 25.500.000 20.000.000
29.130.000
29.130.000
29.130.000
29.130.000
29.130.000
60.850.000
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: 1. Mesin Diesel(Genset) a. Nilai sisa : Rp 200.000,b. Umur ekonomis 10 tahun c. Nilai mesin Rp 30.000.000,-
91 Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa Umur ekonomis =
30.000.000 – 200.000 10
= Rp 2.980.000,- per tahun 2. Mesin molen a. Nilai sisa : Rp 0,b. Umur ekonomis 5 tahun c. Nilai mesin Rp 1.000.000,Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa Umur ekonomis =
1.000.000 – 0 5
= Rp 200.000,- per tahun 3. Mesin Gilingan a. Nilai sisa : Rp 50.000,b. Umur ekonomis 5 tahun c. Nilai mesin Rp 1.000.000,Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa Umur ekonomis = 1.000.000 – 50.000 5 = Rp 190.000,- per tahun 4. Mesin-mesin dan Peralatan Produksi a. Nilai sisa : Rp 200.000,b. Umur ekonomis 5 tahun c. Nilai mesin Rp 18.500.000,-
92 Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa Umur ekonomis = 18.500.000 – 200.000 5 = Rp 3.660.000,- per tahun 5. Perlengkapan Kantor a. Nilai sisa : Rp 0,b. Umur ekonomis 5 tahun c. Total aktiva tetap Rp 2.000.000,Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa Umur ekonomis =
2.000.000 – 0 5
= Rp 400.000,- per tahun 6. Gedung atau bangunan a. Nilai sisa : Rp 0,b. Umur ekonomis 20 tahun c. Nilai Gedung Rp 34.000.000,Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa Umur ekonomis =
34.000.000 – 0 20
= Rp 1.700.000,- per tahun 7. Kendaraan a. Nilai sisa : Rp 20.000.000,b. Umur ekonomis 5 tahun c. Nilai mesin Rp 120.000.000,-
93 Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa Umur ekonomis = 120.000.000 – 20.000.000 5 = Rp 20.000.000,- per tahun
4.5.3.4 Biaya Pajak Biaya pajak merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya ditentukan oleh pemerintah melalui Dirjen Pajak. Adapun besarnya tarif pajak yang berlaku di Indonesia berdasarkan UU no 17 tahun 2000 sebagai berikut: Tabel 4.21 Biaya Pajak Pendapatan per tahun Rp 0 --- Rp 50.000.000,-
Tarif 10%
Rp 50.000.000,- --- Rp 100.000.000,-
15%
Rp 100.000.000,- ke atas
30%
Sumber: Data diolah tahunan
4.5.3.5 Penyusunan Proyeksi rugi atau laba Proyeksi rugi laba dalam pengembangan rencana usaha ini merupakan selisih antara jumlah pendapatan yang diperoleh selama proses operasional perusahaan, dengan jumlah biayabiaya yang harus dikeluarkan selama kegiatan operasional perusahaan. Hasil yang diperoleh nantinya akan dipergunakan untuk menentukan penilaian atas kelayakan proyek yang akan dijalankan. Oleh karena itu perusahaan merasa perlu untuk membuat suatu perhitungan pendapatan dan pengeluaran atau disebut dengan perhitungan rugi laba yang akan terlampir pada lampiran I.
94 4.5.3.6 Proyeksi Cash Flow
Cash flow merupakan aliran kas yang dikeluarkan dan diterima oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Terdapat tiga jenis aliran kas yaitu : Initial Cash Flow yang merupakan aliran kas keluar pada saat perusahaan baru berdiri, Operational Cash Flow yang merupakan aliran kas keluar untuk biaya operasional perusahaan dan Terminal Cash Flow merupakan aliran kas akhir selama kegiatan operasional perusahaan.
1. Aliran kas awal (Initial Cash Flow) Merupakan dana yang dikeluarkan dalam rencana usaha ini untuk pembiayaan kebutuhan modal aktiva tetap dan modal kerja awal perusahaan. Jumlah investasi awal dalam pembiayaan ini adalah sebesar Rp 1.127.155.000,- yang diperinci sebagai berikut:
2.
-
Dana pembiayaan aktiva tetap Rp 306.500.000,-
-
Dana pembiayaan modal kerja Rp 820.655.000,-
Aliran kas operasional (Operational Cash Flow ) Aliran kas ini berasal dari selama kegiatan operasi perusahaan. Aliran operasional di peroleh dengan rumus:
OCF = EAT + Penyusutan EAT = Laba bersih setelah pajak Dengan demikian maka besarnya aliran kas operasional bersih adalah sebagai berikut: Tabel 4.22 Proyeksi Operational Cash Flow Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
EAT Rp205.338.000 Rp239.929.655 Rp451.676.620 Rp591.773.894 Rp740.079.525
Sumber : Data diolah tahunan
Penyusutan Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000
OCF Rp234.468.000 Rp269.059.625 Rp451.676.620 Rp620.903.894 Rp769.209.525
95 3.
Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow)
Terminal cash flow merupakan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek, biasanya berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap atau nilai sisa aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya. Jumlah terminal cash flow dapat dihitung berdasarkan rumus: TCF = Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
Dengan demikian maka taksiran aliran kas rencana usaha ini adalah: Tabel 4.23 Proyeksi Aliran Kas Perusahaan Tahun
ICF
0 2007 2008 2009 2010 2011
(Rp1.127.155.000) -
OCF Rp234.468.000 Rp269.059.655 Rp451.676.620 Rp620.903.894 Rp769.209.525
TCF
CF
Rp717.374.000
(1.127.155.000) Rp234.468.000 Rp269.059.655 Rp451.676.620 Rp620.903.894 Rp1.486.583.525
Sumber : data diolah tahunan
Sehingga didapat aliran kas akhirnya yaitu: TCF = Modal Kerja + Nilai Sisa = (80%x Rp820.655.000) + Rp60.850.000 = Rp656.524.000 + Rp60.850.000 = Rp 717.374.000
4.5.3.7 Metode Penilaian Investasi Ada beberapa macam metode dalam menghitung kelayakan suatu investasi, tetapi dalam penilaian kelayakan usaha batako akan digunakan beberapa metode diantaranya yang akan dijalankan dalam penilaian investasi ini yaitu metode Pay Back Period, Net Present Value (NPV),
Internal Rate Of Return (IRR), serta Profitability Index (PI). Berikut ini perincian penilaian investasi sebagai berikut:
96
1. Payback Period Untuk mengetahui atau mengukur seberapa cepat suatu rencana investasi usaha produksi batako bisa kembali atau seberapa cepat suatu proyek dalam mengembalikan modal yang telah kita tanamkan. Maka dasar yang dipergunakan adalah aliran kas. Perhitungan payback period dalam rencana usaha ini adalah sebagai berikut: Investasi
( Rp 1.127.155.000,-)
Cash Flow thn ke I
Rp 234.468.000 ( Rp 892.687.000,-)
Cash Flow thn ke II
Rp 269.059.655,(Rp 623.627.345,-)
Cash Flow thn ke III
Rp 451.676.620,(Rp 171.950.725,-)
Cash Flow thn Ke IV Cash Flow thn ke V
Rp 620.903.894,Rp 1.486.583.525,-
Pay Back Period = 3 tahun +
Rp 171.950.725,-
X 12 bulan
Rp 620.903.894,= 3 tahun 3 bulan Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha produksi batako akan kembali pada tahun ke 3 bulan ke 3.
2. Net Present Value (NPV) Metode ini menghitung selisih antara nilai investasi sekarang dengan nilai sekarang penerimaan–penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang. Adapun perhitungan NPV pada rencana usaha produksi batako ini adalah:
97 Tabel 4.24 Proyeksi Net Present Value Periode 0 1 2 3 4 5
Tahun 0 2007 2008 2009 2010 2011
CF (Rp1.127.155.000) Rp234.468.000 Rp269.059.655 Rp451.676.620 Rp620.903.894 Rp1.486.583.525
18.5% 1 0.843881857 0.712136588 0.600959146 0.50713852 0.427964996
NPV
NPV (Rp1.127.155.000) Rp197.863.291 Rp191.607.225 Rp271.439.196 Rp314.884.282 Rp636.205.712 Rp484.844.705
Sumber : Data diolah tahunan
Diperoleh hasil dari perhitungan NPV pada rencana usaha produksi batako ini adalah sebesar Rp 484.844.705,- yang menunjukan hasil positif, yang berarti investasi usaha batako ini dinyatakan layak.
3. Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar dari tingkat bungan relevan (tingkat keuntungan yang diisyaratkan), maka investasi dikatakan layak untuk dijalankan, kalau lebih kecil dikatakan tidak layak. Untuk memperoleh nilai IRR digunakan metode uji coba dengan dengan menggunakan suku bunga yang relevan lalu dibandingkan dengan biaya investasi. Setelah dilakukan uji coba maka ditemukan tingkat suku bunga yang relevan yaitu sebesar 31% dan 32%. Uraiannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.25 Perhitungan NPV dengan Faktor Diskonto 31% dan 32% Periode 0 1 2 3 4 5
Df (31%) 1 0.763358779 0.582716625 0.444821851 0.339558665 0.259205088 Total
Sumber : Data diolah tahunan
CF
NPV
(Rp1.127.155.000) Rp234.468.000 Rp269.059.655 Rp451.676.620 Rp620.903.894 Rp1.486.583.525
(Rp1.127.155.000) Rp178.983.206 Rp156.785.534 Rp200.915.630 Rp210.833.297 Rp385.330.013 Rp5.692.681
Df (32%) 1 0.757575758 0.573921028 0.434788658 0.329385347 0.249534354
NPV (Rp1.127.155.000) Rp177.627.273 Rp154.418.994 Rp196.383.871 Rp204.516.645 Rp370.953.659 -Rp23.254.558
98 Interpolasi
NPV
Df 32%
-23.254.558
31%
5.692.681 28.947.239
IRR = 32% + -23.254.558 (1%) 28.947.239 = 32% - 0.80% = 31.2% Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih besar dari tingkat keuntungan yang diisyaratkat, yaitu sebesar 18.5%, maka rencana usaha batako ini layak.
4. Profitability Index (PI) Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang dari rencana penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang dari investasi yang telah dilaksanakan. Jika PI lebih besar dari 1 maka proyek dikatakan menguntungkan, tapi jika kurang dari 1 dikatakan merugikan.Perhitungan PI pada rencana usaha ini adalah:
PI = 1.611.999.705 1.127.155.000 = 1.43 Karena PI hasilnya lebih dari 1, yaitu 1.43 maka usulan proyek diterima.
Pada tabel 4.26 menunjukan tabel perincian hasil perhitungan keempat metode penilaian investasi yang telah dilakukan. Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi (Moderat) No. Metode 1 Payback Period 2 NPV 3 IRR 4 PI Sumber : Data diolah
Kriteria Penilaian 5 tahun Positif 18.5% 1
Hasil 3 tahun 3 bulan Rp484.844.705 31.2% 1.43
Keputusan Diterima Diterima Diterima Diterima
99
4.5.4 Skenario Optimis Pada skenario optimis ini, diperkirakan perekonomian Indonesia di masa mendatang akan membaik, bahkan mengalami peningkatan. Biaya-biaya operasional dapat ditekan serendah mungkin dan harga-harga pun stabil, adapun jika ada yang naik, tidak terlalu besar. Pada rencana skenario optimis penjualan dalam unit meningkat, sedangkan biaya operasional dapat ditekan menjadi 5% kenaikannya. Berikut ini perincian perhitungannya adalah sebagai berikut:
4.5.4.1 Analisis Penjualan Tabel 4.27 Proyeksi Penjualan No.
Tahun
1 2 3 4 5
2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan (Unit Penjualan) -15% 20% 20% 15%
Rp Rp Rp Rp Rp
Penjualan (Rp) 1.125.125.000 1.293.893.750 1.552.672.500 1.863.207.000 2.142.688.050
Sumber : Data diolah tahunan
Tabel 4.28 Proyeksi Penjualan setelah terjadi Kenaikan Harga Jual
No.
Tahun
1 2 3 4 5
2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan Harga (10 %) ----Rp 155.267.250,-----
Penjualan (Rp) Rp 1.125.125.000,Rp 1.293.893.750,Rp 1.707.939.750,Rp 2.049.527.700,Rp 2.356.956.855,-
Sumber : data diolah tahunan
Keterangan: Kenaikan harga direncanakan terjadi pada tahun 2009, dikarenakan pada tahun sebelumnya terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 5%, oleh karena itu untuk menutupi kenaikan
100 biaya operasional tersebut maka pada tahun 2009 perusahaan menaikkan harga jual yang di asumsikan sebesar 10% dari penjualan sebelumnya
4.5.4.2 Analisis Biaya Operasional Biaya yang termasuk biaya operasional dalam usaha batako ini adalah biaya produksi, biaya gaji untuk karyawan tetap,biaya perawatan mesin, dan biaya administrasi dan umum. Pada skenario optimis biaya-biaya tersebut di asumsikan mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan rata-rata inflasi, yaitu sebesar 5%. Inflasi terjadi sampai sebesar 5% dikarenakan pada skenario optimis perekonomian Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011 cukup baik bahkan cenderung diperkirakan akan meningkat, sehingga harga-harga mengalami penurunan. Dan tingkat suku bunga menurun, sehingga diperkirakan sebesar 16% (Suku bunga 8% dan resiko usaha 8%). Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut: a. Proyeksi Biaya Produksi Biaya produksi untuk tahun 2007 didapatkan sebesar Rp 750.255.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksikan biaya produksi setiap tahun sebagai berikut: Tabel 4.29 Proyeksi Biaya Produksi per tahun No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan -5% 5% 5% 5%
Total Biaya Produksi Rp 750.255.000,Rp 787.767.750.,Rp 827.156.138,Rp 868.513.945,Rp 911.939.642,-
Sumber : data diolah tahunan
b. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2007 didapatkan sebesar Rp 50.400.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap setiap tahun sebagai berikut:
101 Tabel 4.30 Proyeksi Biaya Gaji karyawan No. 1 2 3 4 5
Tahun Persentase Kenaikan Gaji Karyawan 2007 -2008 5% 2009 5% 2010 5% 2011 5%
Biaya Gaji Karyawan Rp 38.400.000,Rp 40.320.000,Rp 42.336.000,Rp 44.452.800,Rp 46.675.440,-
Gaji Direktur Rp Rp Rp Rp Rp
12.000.000,18.000.000,24.000.000,30.000.000,30.000.000,-
Total Biaya Gaji Rp 50.400.000,Rp 58.320.000,Rp 66.336.000,Rp 74.452.800,Rp 76.675.440,-
Sumber : Data diolah tahunan
c.
Proyeksi Biaya Perawatan Mesin/tahun Biaya perawatan mesin untuk tahun 2007 didapatkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya perawatan mesin sebagai berikut: Tabel 4.31 Proyeksi Biaya Perawatan Mesin
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan -5% 5% 5% 5%
Total biaya perawatan mesin Rp 12.000.000,Rp 12.600.000,Rp 13.230.000,Rp 13.891.500,Rp 14.586.075,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Diasumsikan pada tahun 2007 biaya perawatan mesin sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini uraian biaya perawatan mesin adalah: Biaya perawatan mesin per hari = Rp 40.000,- (Asumsi 1 bulan 25 hari) Biaya perawatan mesin per bulan = Rp 1.000.000,Per tahun = 1.000.000 X 12 bln = Rp 12.000.000,-
d.
Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut:
102 Tabel 4.32 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 20089 2010 2011
Persentase kenaikan -5% 5% 5% 5%
Total Biaya Adm & umum Rp 15.000.000,Rp 15.750.000,Rp 16.537.500,Rp 17.364.375,Rp 18.232.594,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Diasumsikan pada tahun 2007 biaya administrasi dan umum sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut ini uraian biaya adm dan umum adalah: Biaya adm & umum per bulan = Rp 1.250.000,Per tahun = 1.250.000 X 12 bln = Rp 15.000.000,-
Tabel 4.33 Total Biaya Operasional Per tahun
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Total Biaya Produksi Rp750.255.000,Rp787.767.750.,Rp827.156.138,Rp868.513.945,Rp911.939.642,-
Total Biaya Perawatan Mesin Rp12.000.000,Rp12.600.000,Rp13.230.000,Rp13.891.500,Rp14.586.075,-
Total Biaya Gaji Rp50.400.000,Rp58.320.000,Rp66.336.000,Rp74.452.800,Rp76.675.440,-
Total Biaya Adm&umum Rp15.000.000,Rp15.750.000,Rp16.537.500,Rp17.364.375,Rp18.232.594,-
Total Biaya Operasional Rp827.655.000 Rp874.737.750 Rp923.259.638 Rp974.222.620 Rp1.021.433.751
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.4.3 Penyusunan Proyeksi Rugi atau Laba Proyeksi rugi laba dalam pengembangan rencana usaha ini merupakan selisih antara jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan jumlah biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama kegiatan operasional perusahaan. Hasil yang diperoleh akan dipergunakan untuk menentukan penilaian atas kelayakan proyek yang akan dijalankan. Adapun uraian perhitungan rugi laba dalam rencana usaha ini akan terlampir pada lampiran II.
103 4.5.4.4 Proyeksi Cash Flow
Cash flow merupakan aliran kas yang dikeluarkan dan diterima oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Terdapat tiga jenis aliran kas yaitu : Initial Cash Flow yang merupakan aliran kas awal perusahaan baru berdiri, Operational Cash Flow yang merupakan aliran kas untuk biaya operasional perusahaan dan Terminal Cash Flow merupakan aliran kas akhir selama kegiatan operasional perusahaan. 1.
Aliran kas awal (Initial Cash Flow) Merupakan dana yang dikeluarkan dalam rencana usaha ini untuk pembiayaan kebutuhan modal aktiva tetap dan modal kerja awal perusahaan. Jumlah investasi awal dalam pembiayaan ini adalah sebesar Rp 1.127.155.000,- yang diperinci sebagai berikut:
2.
-
Dana pembiayaan aktiva tetap Rp 306.500.000,-
-
Dana pembiayaan modal kerja Rp 820.655.000,-
Aliran kas operasional (Operational Cash Flow ) Aliran kas ini berasal dari selama kegiatan operasi perusahaan. Aliran operasional di peroleh dengan rumus:
OCF = EAT + Penyusutan EAT = Laba bersih setelah pajak Dengan demikian maka besarnya aliran kas operasional bersih adalah sebagai berikut: Tabel 4.34 Proyeksi Operational Cash Flow Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
EAT Rp205.338.000 Rp290.728.200 Rp546.385.078 Rp749.822.556 Rp931.975.173
Sumber : Data diolah tahunan
Penyusutan Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000
OCF Rp234.468.000 Rp319.858.200 Rp575.515.078 Rp778.952.556 Rp961.105.173
104 3.
Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow)
Terminal cash flow merupakan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek, Yang biasanya terdapat sisa modal kerja yang dinyatakan dengan persentase berapa modal kerja yang akan kembali bila usaha tersebut mencapai periode yang telah ditetapkan sebelumnya. Aliran kas akhir biasanya berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap atau nilai sisa aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya. Jumlah terminal cash flow dapat dihitung berdasarkan rumus: TCF = Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa Dengan demikian maka taksiran aliran kas rencana usaha ini adalah: Tabel 4.35 Proyeksi Terminal Cash Flow Tahun
ICF
OCF
TCF
CF
0 2007 2008 2009 2010 2011
(Rp1.127.155.000) -
Rp234.468.000 Rp319.858.200 Rp575.515.078 Rp778.952.556 Rp961.105.173
Rp881.505.000
(1.127.155.000)
Sumber : Data diolah tahunan
Sehingga didapat aliran kas akhirnya yaitu: TCF = Modal Kerja + Nilai Sisa = (100%x Rp820.655.000) + Rp60.850.000 = Rp820.655.000 + Rp 60.850.000 = Rp881.505.000
4.5.4.5 Metode Penilaian Investasi Optimis Berikut ini perincian penilaian investasi sebagai berikut: 1. Payback Period Perhitungan payback period dalam rencana usaha ini adalah sebagai berikut: Investasi Cash Flow thn ke I
( Rp 1.127.155.000,-) Rp 234.468.000
Rp234.468.000 Rp319.858.200 Rp575.515.078 Rp778.952.556 Rp1.842.610.173
105 ( Rp 892.687.000,-) Cash Flow thn ke II
Rp 319.858.200,(Rp 572.828.800,-)
Cash Flow thn ke III
Rp 575.515.078,-
Cash Flow thn Ke IV
Rp 778.952.556,-
Cash Flow thn ke V
Rp 1.842.610.173,-
Pay Back Period = 2 tahun +
Rp 572.828.800,-
X 12 bulan
Rp 575.515.078,= 2 tahun 11 bulan Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha produksi batako akan kembali pada tahun ke 2 bulan ke 11.
2. NPV Pada proyeksi optimis ini tingkat suku bunga mengalami penurunan menjadi 16%. Adapun perhitungan NPV pada skenario optimis rencana usaha produksi batako ini adalah:
Tabel 4.36 Proyeksi Net Present Value Periode 0 1 2 3 4 5
Tahun 0 2007 2008 2009 2010 2011
CF (Rp1.127.155.000) Rp234.468.000 Rp319.858.200 Rp575.515.078 Rp778.952.556 Rp1.842.610.173 NPV
16% 1 0.862068966 0.743162901 0.640657674 0.552291098 0.476113015
NPV (Rp1.127.155.000) Rp202.127.586 Rp237.706.748 Rp368.708.151 Rp430.208.562 Rp877.290.686 Rp988.886.733
Sumber : Data diolah tahunan
Diperoleh hasil dari perhitungan NPV pada rencana usaha produksi batako ini adalah sebesar Rp 988.886.733,- yang menunjukan hasil positif, yang berarti investasi usaha batako ini dinyatakan layak.
106 3.
IRR Tabel 4.37 Perhitungan NPV dengan Faktor Diskonto 38% dan 39%
Periode 0 1 2 3 4 5
Df (38%) 1 0.724637681 0.525099769 0.380507079 0.275729767 0.199804179 Total
CF
NPV
(Rp1.127.155.000) Rp234.468.000 Rp319.858.200 Rp575.515.078 Rp778.952.556 Rp1.842.610.173
(Rp1.127.155.000) Rp169.904.348 Rp167.957.467 Rp218.987.561 Rp214.780.407 Rp368.161.213 Rp12.635.996
Df (39%) 1 0.71942446 0.517571554 0.372353636 0.267880314 0.19271965
NPV (Rp1.127.155.000) Rp168.682.014 Rp165.549.506 Rp214.295.132 Rp208.666.055 Rp355.107.188 -Rp14.855.105
Sumber : Data diolah tahunan
Interpolasi Df
NPV
39%
-14.855.105
38%
12.635.996 27.491.101
IRR = 39% +
-14.855.105
(1%)
27.491.101 = 39% - 0.54% = 38.46% Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih besar dari tingkat keuntungan yang diisyaratkat, yaitu sebesar 16%, maka rencana usaha batako ini dapat diterima. 4.
PI Perhitungan PI pada rencana usaha ini adalah :
PI = 2.116.041.733 1.127.155.000 = 1.87 Karena PI hasilnya lebih dari 1, yaitu 1.87 maka usulan proyek diterima.
Pada tabel 4.38 dibawah ini adalah tabel perincian hasil perhitungan keempat metode penilaian investasi yang telah dilakukan.
107 Tabel 4.38 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi Optimis No. Metode 1 Payback Period 2 NPV 3 IRR 4 PI
Kriteria Penilaian 5 tahun Positif 16% 1
Hasil 2 tahun 11 bulan Rp988.886.733 38.46% 1.87
Keputusan Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.5 Skenario Pesimis Skenario pesimis, diperkirakan perekonomian Indonesia di masa mendatang semakin memburuk, lapangan pekerjaan yang semakin sulit yang menyebabkan pengangguran, kemiskinan, inflasi meningkat cukup tinggi, dan suku bunga juga tinggi sehingga berdampak pada kenaikan harga-harga yang dibeli untuk kelancaran operasional proses produksi. Tapi dalam rencana skenario pesimis ini kegiatan operasional tetap berjalan dengan baik bahkan diasumsikan penjualan dalam unit tetap meningkat, tapi tidak terlalu mengalami peningkatan yang cukup drastis. Biaya operasional mengalami peningkatan sebesar 10%. perincian perhitungan skenario pasimis pada rencana usaha ini adalah:
4.5.5.1 Analisis Penjualan Pesimis
Tabel 4.39 Proyeksi Penjualan Pesimis
No.
Tahun
1 2 3 4 5
2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Data diolah tahunan
Persentase kenaikan (Unit Penjualan) -10% 10% 5% 0%
Penjualan (Rp) Rp 1.125.125.000 Rp 1.237.637.500 Rp 1.361.401.250 Rp 1.429.471.313 Rp 1.429.471.313
Berikut ini
108
Tabel 4.40 Proyeksi Penjualan setelah terjadi kenaikan harga jual
No.
Tahun
1 2 3 4 5
2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan Harga ( 10% ) ----Rp136.140.125 -----
Penjualan ( Rp ) Rp 1.125.125.000 Rp 1.237.637.500 Rp 1.497.541.375 Rp 1.572.418.444 Rp 1.572.418.444
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Pada asumsi pesimis kenaikan jumlah persentase unit penjualan setiap tahun mengalami penurunan dibandingkan dengan asumsi moderat maupun optimis. Kenaikan harga direncanakan terjadi pada tahun 2009, dikarenakan pada tahun sebelumnya terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 10% oleh karena itu untuk menutupi kenaikan biaya operasional tersebut maka perusahaan pada tahun 2009 menaikan harga yang di asumsikan sebesar 10% dari penjualan sebelumnya.
4.5.5.2 Analisis Biaya Operasional Biaya yang termasuk biaya operasional adalah biaya produksi, biaya gaji untuk karyawan tetap,biaya perawatan mesin, dan biaya administrasi dan umum. Pada skenario pesimis biayabiaya tersebut di asumsikan mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan rata-rata inflasi, yaitu sebesar 10%. Dikarenakan pada skenario pesimis perekonomian dari tahun 2007 sampai 2011 buruk, bahkan diperkirakan harga-harga kebutuhan hidup masyarakat meningkat. Dan tingkat suku bunga juga mengalami peningkatan, sehingga diperkirakan mencapai sebesar 25% (Suku bunga 13% dan resiko usaha 12%). Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut: a.
Proyeksi Biaya Produksi
109 Biaya produksi untuk tahun 2007 didapat sebesar Rp 750.255.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya produksi setiap tahun sebagai berikut:
Tabel 4.41 Proyeksi Biaya Produksi per tahun
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan -10% 10% 10% 10%
Total Biaya Produksi Rp 750.255.000,Rp 825.280.500,Rp 907.808.550,Rp 998.589.405,Rp 1.098.448.346,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Kenaikan biaya produksi per tahun berdasarkan kenaikan rata-rata inflasi yaitu sebesar 10%. b. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 50.400.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap sebagai berikut: Tabel 4.42 Proyeksi Biaya Gaji karyawan
No.
Tahun
1 2 3 4 5
2007 2008 2009 2010 2011
Persentase Kenaikan Gaji Karyawan -10% 10% 10% 10%
Biaya Gaji Karyawan Rp38,400,000 Rp42.240.000 Rp46.464.000 Rp51.110.400 Rp56.221.440
Gaji Direktur
Total Biaya Gaji
Rp12,000,000 Rp18.000.000 Rp24,000,000 Rp30,000,000 Rp30,000,000
Rp50.400,000 Rp60.240.000 Rp70.464.000 Rp81.110.400 Rp86.221.440
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Pada skenario pesimis biaya untuk tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar 10%. c.
Proyeksi Biaya Perawatan Mesin/tahun Biaya perawatan mesin untuk tahun 2007 didapatkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya perawatan mesin sebagai berikut:
110
Tabel 4.43 Proyeksi Biaya Perawatan Mesin
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Persentase kenaikan -10% 10% 10% 10%
Total biaya perawatan mesin Rp 12.000.000,Rp 13.200.000,Rp 14.520.000,Rp 15.972.000,Rp 17.569.200,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Diasumsikan pada tahun 2007 biaya perawatan mesin sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini uraian biaya perawatan mesin adalah: Biaya perawatan mesin per bulan = Rp 1.000.000,Per tahun = 1.000.000 X 12 bln = Rp 12.000.000,d.
Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut ini akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut: Tabel 4.44 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
No 1 2 3 4 5
Tahun 2007 2008 20089 2010 2011
Persentase kenaikan -10% 10% 10% 10%
Total Biaya Adm & umum Rp 15.000.000,Rp 16.500.000,Rp 18.150.000,Rp 19.965.000,Rp 21.961.500,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan: Diasumsikan pada tahun 2007 biaya administrasi dan umum sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut ini uraian biaya adm dan umum adalah: Biaya adm & umum per bulan = Rp 1.250.000,-
111 Per tahun = 1.250.000 X 12 bln = Rp 15.000.000,Tabel 4.45 Total Biaya Operasional Per tahun
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Total Biaya Produksi Rp750.255.000,Rp 825.280.500,Rp 907.808.550,Rp 998.589.405,Rp 1.098.448.346,-
Total Biaya Perawatan Mesin Rp12.000.000,Rp 13.200.000,Rp 14.520.000,Rp 15.972.000,Rp 17.569.200,-
Total Biaya Gaji Rp50.400.000,Rp60.240.000 Rp70.464.000 Rp81.110.400 Rp86.221.440
Total Biaya Adm&umum Rp15.000.000,Rp 16.500.000,Rp 18.150.000,Rp 19.965.000,Rp 21.961.500,-
Total Biaya Operasional Rp827.655.000 Rp915.220.500 Rp1.010.942.550 Rp1.115.636.805 Rp1.224.200.486
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.5.3 Penyusunan Proyeksi Rugi atau Laba Proyeksi rugi laba dalam pengembangan rencana usaha ini merupakan selisih antara jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan jumlah biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama kegiatan operasional perusahaan. Hasil yang diperoleh akan dipergunakan untuk menentukan penilaian atas kelayakan proyek yang akan dijalankan. Adapun uraian perhitungan rugi laba dalam rencana usaha ini akan terlampir pada lampiran III.
4.5.5.4 Proyeksi Cash Flow
Cash flow merupakan aliran kas yang dikeluarkan dan diterima oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Terdapat tiga jenis aliran kas yaitu : Initial Cash Flow yang merupakan aliran kas awal perusahaan baru berdiri, Operational Cash Flow yang merupakan aliran kas untuk biaya operasional perusahaan dan Terminal Cash Flow merupakan aliran kas akhir selama kegiatan operasional perusahaan. 1.
Aliran kas awal (Initial Cash Flow) Jumlah investasi awal dalam pembiayaan ini adalah sebesar Rp 1.127.155.000,- yang diperinci sebagai berikut: -
Dana pembiayaan aktiva tetap Rp 306.500.000,-
-
Dana pembiayaan modal kerja Rp 820.655.000,-
112
2.
Aliran kas operasional (Operational Cash Flow ) Aliran kas ini berasal dari selama kegiatan operasi perusahaan. Aliran operasional di peroleh dengan rumus: OCF = EAT + Penyusutan
EAT = Laba bersih setelah pajak Dengan demikian maka besarnya aliran kas operasional bersih adalah sebagai berikut: Tabel 4.46 Proyeksi Operational Cash Flow Tahun
EAT Rp205.338.000 Rp222.800.900 Rp337.728.177 Rp316.856.147 Rp240.861.571
2007 2008 2009 2010 2011
Penyusutan Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000 Rp29.130.000
OCF Rp234.468.000 Rp251.930.900 Rp366.858.177 Rp345.986.147 Rp269.991.571
Sumber : Data diolah tahunan
3.
Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) Jumlah terminal cash flow dapat dihitung berdasarkan rumus: TCF = Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
Dengan demikian maka taksiran aliran kas rencana usaha ini adalah: Tabel 4.47 Proyeksi Terminal Cash Flow Tahun 0 2007 2008 2009 2010 2011
ICF (Rp1.127.155.000) -
OCF Rp234.468.000 Rp251.930.900 Rp366.858.177 Rp345.986.147 Rp269.991.571
Sumber : data diolah tahunan
Sehingga didapat aliran kas akhirnya yaitu:
TCF
CF
Rp471.177.500
(1.127.155.000) Rp234.468.000 Rp251.930.900 Rp366.858.177 Rp345.986.147 Rp741.169.071
113 TCF = Modal Kerja + Nilai Sisa = (50%x Rp820.655.000) + Rp60.850.000 = Rp410.327.500 + Rp 60.850.000 = Rp471.177.500
4.5.5.5 Metode Penilaian Investasi pesimis Berikut ini perincian penilaian investasi sebagai berikut: 1. Payback Period Metode ini untuk menghitung seberapa cepat modal kita kembali atau berapa kemampuan suatu proyek dalam mengembalikan modal yang telah kita tanamkan. Perhitungan
payback period dalam rencana usaha ini adalah sebagai berikut: Investasi
( Rp 1.127.155.000,-)
Cash Flow thn ke I
Rp 234.468.000 ( Rp 892.687.000,-)
Cash Flow thn ke II
Rp 251.930.900,(Rp 640.756.100,-)
Cash Flow thn ke III
Rp 366.858.177,(Rp 273.897.923,-)
Cash Flow thn Ke IV
Rp 345.986.147,-
Cash Flow thn ke V
Rp 741.169.071,-
Pay Back Period = 3 tahun +
Rp 273.897.923,-
X 12 bulan
Rp 345.986.147,= 3 tahun 9 bulan Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha produksi batako akan kembali pada tahun ke 3 bulan ke 9. 2. NPV Pada proyeksi pesimis ini tingkat suku bunga mengalami peningkatan menjadi 25%. Adapun perhitungan NPV pada skenario pesimis rencana usaha produksi batako ini adalah:
114
Tabel 4.48 Proyeksi Net Present Value Periode 0 1 2 3 4 5
CF
Tahun 0 2007 2008 2009 2010 2011
(Rp1.127.155.000) Rp234.468.000 Rp251.930.900 Rp366.858.177 Rp345.986.147 Rp741.169.071 NPV
25% 1 0,8 0,64 0,512 0,4096 0,32768
NPV (Rp1.127.155.000) Rp187.574.400 Rp161.235.776 Rp187.831.387 Rp141.715.926 Rp242.866.281 -Rp205.931.230
Sumber : Data diolah tahunan
Diperoleh hasil dari perhitungan NPV pada rencana usaha produksi batako ini adalah sebesar -Rp 205.931.230,- yang menunjukan hasil negatif, yang berarti investasi usaha batako ini dinyatakan tidak layak. 3. IRR Tabel 4.49 Perhitungan NPV dengan Faktor Diskonto 17% dan 18% Periode 0 1 2 3 4 5
Df (17%) 1 0.854700855 0.730513551 0.624370556 0.533650048 0.456111152 Total
CF
NPV
(Rp1.127.155.000) Rp234.468.000 Rp251.930.900 Rp366.858.177 Rp345.986.147 Rp741.169.071
(Rp1.127.155.000) Rp200.400.000 Rp184.038.936 Rp229.055.444 Rp184.635.524 Rp338.055.479 Rp9.030.384
Df (18%) 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873 0.515788875 0.437109216
NPV (Rp1.127.155.000) Rp198.701.695 Rp180.932.850 Rp223.281.212 Rp178.455.806 Rp323.971.832 -Rp21.811.606
Sumber : Data diolah tahunan
Interpolasi
NPV
Df 18%
-21.811.606
17%
9.030.384 30.841.990
IRR = 18% + -21.811.606
(1%)
30.841.990 = 18% - 0,70% = 17.3% Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih rendah dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, yaitu sebesar 25%, maka rencana usaha batako ini tidak layak.
115 4.
PI Perhitungan PI pada rencana usaha ini adalah :
PI =
921.223.770 1.127.155.000
= 0.82 Karena PI hasilnya kurang dari 1, yaitu 0.82 maka usulan proyek ini ditolak.
Pada tabel 4.49 dibawah ini adalah tabel perincian hasil perhitungan keempat metode penilaian investasi yang telah dilakukan. Tabel 4.50 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi pesimis No. Metode 1 Payback Period 2 NPV 3 IRR 4 PI
Kriteria Penilaian 5 tahun Positif 25% 1
Hasil 3 tahun 9 bulan - Rp205.931.230 17.3% 0.82
Keputusan Diterima Ditolak Ditolak Ditolak
Sumber : Data diolah
4.5.6 Hasil Penelitian Berikut ini hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan metode analisis sensitifitas, yaitu menggunakan tiga skenario yaitu skenario moderat, skenario optimis, dan skenario pesimis sebagai berikut:
Tabel 4.51 Hasil Analisis Sensitivitas
No. 1 2 3 4
Metode
Payback Period NPV IRR PI
Sumber : Data diolah
Moderat 3 tahun 3 bulan Rp484.844.705 31.2% 1.43
Skenario Optimis 2 tahun 11 bulan Rp988.886.733 38.46% 1.87
Pesimis 3 tahun 9 bulan -Rp205.931.230 17.3% 0.82
116 Tabel 4.52 Hasil analisis setiap aspek Keterangan
Hasil
Kesimpulan
Aspek pasar
Permintaan batako perhari mencapai 17000 batako dengan
Layak
pertumbuhan 6-7% pertahun. Perusahaan baru menyanggupi permintaan sebanyak 8000 batako perhari sehingga terjadi overdemand Aspek Pemasaran
Perusahaan menekankan pada bauran pemasaran dalam
Layak
memasarkan produknya yaitu: 1. Produk Produk batako lubang 2(dua) dengan ukuran 38 cm dan 36 cm kekuatan
ditentukan
oleh
proses
pengadukan
dan
pengeringan. 2. Harga Harga batako ukuran 38 cm Rp 1.200 dan Rp 1.050. Seiring perkembangan perekonomian harga akan mengalami kenaikan 3. Place atau distribusi Pemasaran dilakukan dengan titip barang serta distribusi yang dilakukan secara langsung baik ke toko material maupun ke konsumen langsung. 4. Promosi Dilakukan dengan Personal selling dan pemberian potongan harga serta bonus dalam pembelian batako dengan jumlah banyak
Aspek Teknis
1. Penilaian lokasi Lokasi yang dipilih adalah Pergi Lama dengan alasan utama
Layak
117 jarak pengambillan bahan baku yang tidak terlalu jauh, serta ketersediaan tenaga kerja yang lumayan banyak. 2. Produksi Proses produksi menggunakan alat press batako yang terbuat dari besi baja dan plat, bahan baku yang digunakan semen, teras, dan Oker, Kapasitas produksi 1 mesin secara maksimal mencapai 4000 batako/hari, 3. Layout pabrik perusahaan menggunakan lahan secara efekif dan seefisien mungkin untuk memaksimalkan lahan yang tersedia. Aspek Manajemen
Perusahaan
mendeskripsikan
pekerjaan
sesuai
dengan
Layak
kemampuan dan kapasitas karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan membuat tugas, tanggung jawab serta wewenang yang jelas.serta rencana gaji yang layak.
Aspek Lingkungan, Sosial dan Ekonomi
1.Lingkungan Perusahaan tidak memiliki limbah yang berbahaya bagi masyaraka sekitar. 2. Sosial Usaha batako ini bermanfaat bagi masyarakat sekitar dalam mencari pekerjaan. 3. Ekonomi Usaha batako ini memberikan pendapatan bagi pemerintah setempat berupa pajak serta untuk mencukupi permintaan akan kebutuhan batako khusunya daerah Tangerang.
Aspek Keuangan
Usaha ini didapat dari modal sendiri dengan perhitungan berbagai asumsi yaitu:
Layak
118 1. Skenario Moderat: dengan payback period 3 tahun 3 bulan,
NPV positif sebesar Rp484.844.705, IRR sebesar 31.2%, dan PI sebesar 1.43. 2. Skenario Optimis: payback Period 2 tahun 11 bulan, NPV positif sebesar Rp988.886.733, IRR sebesar 38.46%, dan PI sebesar 1.87 3. Skenario Pesimis: payback Period 3 tahun 9 bulan, NPV negatif sebesar -Rp205.931.230, IRR sebesar 17.3%, dan PI sebesar 0.82 Sumber: Data Diolah
Untuk rencana usaha produksi batako ini, berdasarkan tabel diatas jika rencana usaha menggunakan skenario moderat maka rencana usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan, dan jika menggunakan skenario optimis proyek ini dikatakan lebih layak untuk dijalankan. Dan jika menggunakan skenario pesimis maka rencana usaha ini dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Tetapi, dengan peluang pasar dan prospek usaha yang cukup besar yang dilihat dari laju pertambahan penduduk, pembangunan properti dan juga batako merupakan kebutuhan penduduk untuk membangun suatu rumah yang termasuk kebutuhan primer, dengan harga yang relatif terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Maka dari itu skenario moderat maupun optimis sangat mungkin terjadi dalam setiap usaha batako ini yang selalu bergerak mengikuti permintaan pasar, iklim dunia usaha dan perkembangan jumlah penduduk. Dan skenario pesimis tidak mungkin terjadi.