BAB 4 ANALIS IS
4.1
Analisis Lingkungan dan Tapak 4.1.1
Analisis Kegiatan Lingkungan Alternatif Pemilihan Tapak Gambar 4-1. Alternatif Lokasi Tapak
Alt.1 Æ terletak di pertigaan (Jl. Rawa Belong dan Kebon Jeruk Raya) yang dilalui oleh banyak kendaraan umum Alt. 2 Æ terletak di samping Jl. Rawa Belong dan hanya kendaraan umum tertentu yang melewati tapak ini
Sumber: Dinas Pemetaan
Berdasarkan kedua alternatif tersebut, saya memilih alternatif 1 karena jaraknya lebih dekat dengan Binus University dan banyak dilalui kendaraan umum.
26
Kegiatan Lingkungan Tapak ini berada di kawasan padat lalu lintas karena di sekitarnya merupakan daerah pemukiman, ruko, perdagangan, dan lingkungan kampus. Gambar 4-2. Lingkungan Sekitar Tapak PERTIGAAN Æ SUMBER BISING
TAPAK BiNus (Syahdan)
BiNus (Anggrek) Sumber: Google Map
Berada di area pertigaan maka bagian yang ditandai diatas merupakan sumber kebisingan bagi tapak karena kendaraan yang datang dari ketiga arah tersebut. Selain itu, areal penghijauan sangat kurang di sekitar tapak ini. Gambar 4-3. Hubungan Tapak dengan Sekitar DAGANG
1 RUKO & DAGANG RUMAH 4
2 3 KOS &
Sumber: Dinas Tata Kota
27
Hubungan dengan area dagang no. 1 dan 2 cukup karena kegiatan perdagangan di area tersebut cukup tinggi dan hal ini dapat mendukung kebutuhan penghuni asrama. Sedangkan hubungan dengan no. 3 dan 4 tidak begitu kuat karena asrama dengan rumah, kos, dan sekolah tidak terlalu berhubungan. Tanaman yang digunakan untuk mengurangi kebisingan harus memiliki kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan merata mulai dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan. Gambar 4-4. Penghijauan untuk M engurangi Kebisingan dan Polusi Udara
Sumber: http://www.pu.go.id/Ditjen_Prasarana% 20Wil/referensi/nspm
Selain berfungsi untuk mengurangi kebisingan, penghijauan juga dapat menyerap polusi udara, menurunkan suhu lingkungan di sekitarnya, dan menghasilkan oksigen.
28
Kesimpulan: Hubungan dengan area sekitar yang berada di Jalan Rawa Belong lebih kuat dan terletak di pertigaan, maka orientasi bangunan akan difokuskan pada kedua area tersebut. Selain itu, terletak di kawasan yang padat dan tingkat polusi udara tinggi, maka desain lingkungan Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara akan memiliki penghijauan yang cukup sehingga produktivitas oksigen terjaga, polusi udara dan suara berkurang, dan dapat tercipta iklim mikro.
4.1.2
Analisis Matahari dan Angin Analisis M atahari Tapak memanjang ke arah U-S, terdapat dua alternatif perletakan bangunan berhubungan dengan arah pergerakan matahari (T-B). Gambar 4-5. Alternatif 1 terhadap M atahari
B
T
29
Dampak alternatif 1, yaitu: bagian tengah tapak mendapat cahaya matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap bangunan lebih sedikit. Gambar 4-6. Alternatif 2 terhadap M atahari
B
T
Dampak alternatif 2, yaitu: bagian tengah tapak tidak mendapat cahaya matahari, bangunan yang berada ditengah tidak mendapat cahaya matahari pagi maupun sore, dan panas radiasi matahari terhadap bangunan menjadi lebih banyak.
Analisis Angin Jakarta terletak di dekat garis katulistiwa dan arah angin dipengaruhi oleh angin musim barat (bergerak dari barat laut menuju tenggara) dan angin musim timur (bergerak dari tenggara ke barat laut).
30
Gambar 4-7. Alternatif 1 terhadap Angin
Dampak alternatif 1, yaitu: bangunan yang berada di tengah hanya mendapat sedikit aliran udara. Gambar 4-8. Alternatif 2 terhadap Angin
Dampak alternatif 2, yaitu: semua bangunan mendapat aliran udara secara merata.
31
Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis matahari dan angin diatas, perletakan bangunan akan memanfaatkan cahaya matahari dan aliran udara alami dengan maksimal.
4.1.3
Analisis Pencapaian Tapak Asrama M ahasiswa yang berada di pertigaan ini memiliki dua alternatif pintu masuk dan keluar tapak. Gambar 4-9. Alternatif Entrance dan Exit Tapak
2 3
1 4
Bagian timur tapak (alternatif 1) merupakan Jl. Rawa Belong dimana berperan sebagai jalan utama yang melewati tapak ini dan bagian utara (alternatif 2) merupakan Jl. Kebon Jeruk Raya. Tabel 4-1. Alternatif Entrance dan Exit Keuntungan 1
- M erupakan jalan utama
Kerugian - Padat lalu lintas 32
dan lebar - Dilalui kendaraan umum - Dilalui kendaraan umum
2 3
- Tidak macet - Tidak macet
4
-
Jalan tidak terlalu lebar Padat lalu lintas Tidak dilalui kendaraan umum Sempit Tidak dilalui kendaraan umum
Kesimpulan Terletak di pertigaan membuat tapak ini mudah dijangkau dari ketiga arah, bagian tapak yang dilalui oleh jalan utama dan lebih lebar (timur) cocok untuk main entrance tapak sedangkan bagian utara tapak dapat dijadikan side entrance dan sirkulasi servis.
4.1.4
Analisis Sirkulasi dalam Tapak Sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan. Tabel 4-2. Jenis-jenis Sirkulasi Jenis Sirkulasi
Karakteristik
1. Linier lurus berbelok memotong
bercabang melingkar
Semua jalan pada dasarnya adalah linier. Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama untuk sederet ruang-ruang. Disamping itu, jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, / membentuk putaran. Sirkulasi memotong / bercabang cocok untuk bangunan asrama bermassa banyak.
33
2. Radial
3. Spiral (berputar)
Konfigurasi radial memiliki jalanjalan lurus yang berkembang dari / berhenti pada sebuah pusat, titik bersama. M emiliki satu bangunan asrama yang menjadi center bagi bangunan di sekitarnya Konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah.
4. Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat.
5. Jaringan
Konfigurasi jaringan terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu.
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Kesimpulan: Untuk sirkulasi kendaraan menggunakan pola sirkulasi linier melingkar, dalam hal ini, kendaraan tidak memutari bangunan, tetapi memutari jalan khusus kendaraan didalam tapak. Lalu untuk sirkulasi servis menggunakan pola sirkulasi linier lurus. Sedangkan sirkulasi manusia menerapkan pola sirkulasi linier bercabang sehingga jalur pedestrian dapat mengakses ke beberapa bangunan dalam tapak.
34
4.1.5
Analisis Zoning Tapak dibagi dalam beberap wilayah zoning, yaitu publik, semi publik, private, dan servis. a. Publik Æ merupakan area yang dapat diakses oleh siapa saja yang menggunakan bangunan tersebut termasuk pengunjung. Terletak di bagian depan. b. Semi Publik Æ merupakan area yang dapat diakses siapa saja – selain penghuni – dengan izin yang diberikan. Terletak diantara zona publik dan private. c. Private Æ merupakan area yang hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu. Terletak di bagian yang lebih dalam agar privasi penghuni terjaga. d. Servis Æ merupakan area yang dapat diakses oleh pengelola dan petugas servis saja. Terletak di bagian belakang agar tidak menggangu kegiatan penghuni, pengelola, dan pengunjung. Gambar 4-10. Alternatif 1 Zoning dalam Tapak
35
Keterangan: : zona publik : zona semi publik : zona private : zona servis Pada bagian sudut (pertigaan) terdapat zona publik dikarenakan zona ini tidak memerlukan ketenangan dan zona servis diletakkan terpisah dari zona lainnya. Gambar 4-11. Alternatif 2 Zoning dalam Tapak
Zona publik menghadap ke arah timur (Jl. Rawa Belong) yang merupakan jalan utama dan diasumsikan sirkulasi main entrance digabung dengan servis. Kesimpulan: Area pertigaan yang memiliki tingkat kebisingan tertinggi sebaiknya digunakan untuk zona publik yang tidak memerlukan ketenangan. 36
4.1.6
Analisis Gubahan Massa Terdapat beberapa alternatif perletakan gubahan massa bangunan dalam tapak. Tabel 4-3. Perletakan M assa Bangunan Perletakan
Karakteristik
1. Terpusat
Cocok untuk tapak yang memiliki satu bangunan utama dan dikelilingi bangunan pendukung.
2. Linier
Cocok untuk tapak yang memanjang dimana bangunan tersebut dihubungkan dengan sirkulasi dalam tapak.
3. Radial
Cocok untuk tapak yang memiliki beberapa bangunan utama, dalam hal ini bangunan asrama (hunian pria dan wanita).
4. Cluster
Cocok untuk perletakan massa bangunan yang tidak memerlukan keteraturan.
5. Grid
Perletakan massa bangunan yang tertata dengan sangat rapi dan formal.
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Berdasarkan peraturan bangunan di wilayah Jakarta Barat ini, ketentuan tapak ini, sebagai berikut: 37
o Luas lahan
: 9.227 m2
o GSB
: 10 m
o KDB
: 50 %
o KLB
:2
o Lapis max. : 4 lapis Berkaitan dengan peraturan bangunan tersebut, maka perhitungan luas lahan yang boleh dibangun, yaitu: KDB
= 50 % x 9.227 m2
= 4.613,5 m2
Total luas bangunan
= 2 x 9.227 m2 = 18.454 m2
Tabel 4-4. Perbandingan Pola M assa Bangunan M assa Positif Negatif
Tunggal
M ajemuk
- Cocok untuk lahan yang terbatas - Pemeliharaan dan pengawasan lebih mudah - Tidak dinamis - Pengelompokan kurang jelas
- Dinamis - Pengelompokan area jelas - M emerlukan lahas luas - Pemeliharaan dan pengawasan lebih sulit
Pola massa bangunan majemuk cocok untuk bangunan asrama mahasiswa ini sehubungan dengan terdapat perbedaan massa bangunan antara pria dan wanita.
38
Gambar 4-12. Skyline Tapak dengan Sekitar
1 1 2
2
Dengan ketinggian bangunan sekitar yang beragam, maka perletakan massa bangunan asrama sebaiknya menyesuaikan dengan keadaan sekitar agar perbedaan ketinggian tidak terlalu jauh. Kesimpulan: Dalam menentukan bentuk dan perletakan massa bangunan asrama, terdapat beberapa pertimbangan: a. Penyesuaian terhadap bentuk tapak dan lingkungan sekitar. b. Efektivitas dan efesiensi ruang didalamnya, dalam hal ini ruang kamar asrama. c. Kegiatan yang akan berlangsung didalamnya. d. Karakter bangunan (estetika façade) yang dapat mencerminkan fungsi bangunan.
39
Gambar 4-13. Skematik Hubungan antar Fungsi Bangunan HUNIAN
PENUNJANG (KANTIN, TOKO, DLL)
HUNIAN
HALL UTAMA
SERVIS
MAIN ENTRANCE
SERVIS ENT.
PENGELOLA
LAPANGAN, TAMAN
Zona publik merupakan tempat yang dapat diakses oleh siapa saja dari bangunan asrama ini, karena dapat digunakan sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi dengan seluruh pengguna bangunan. M enggunakan pola perletakan radial sehingga dapat menjangkau bangunan-bangunan lainnya didalam tapak. Bangunan asrama ini akan berorientasi ke atas (vertikal) sebanyak 4 lantai. Dimana massa bangunan pria dan wanita terpisah serta terdapat massa untuk ruang komunal antara mahasiswa pria dan wanita. Gambar 4-14. Gubahan M assa dalam Tapak
WANITA PUBLIK
PRIA
40
4.1.7
Analisis Tata Ruang Luar Penataan ruang luar dalam tapak memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut: a. Dapat menghubungkan antar bangunan dalam tapak. b. M embentuk ruang luar dan secara tidak langsung membantu mengarahkan pengguna untuk menuju ke suatu bangunan. c. M embentuk sirkulasi yang baik bagi pengguna kendaraan dan pejalan kaki. d. Elemen-elemen pembentuk ruang luar dapat berguna sebagai estetika, peneduh terhadap sinar matahari, dan penyaring polusi suara dan udara. Terdapat beberapa elemen pembentuk ruang luar, yaitu: 1. Elemen Lunak (Soft M aterial) Berupa penghijauan atau vegetasi yang dapat berfungsi sebagai penghasil O2, mengurangi tingkat kebisingan dan polusi udara, dan mengatur tata air. 2. Elemen Keras (Hard M aterial) Berupa perkerasan untuk parkir, plaza, jalur kendaraan, dan pedestrian. Dapat terbuat dari aspal, paving block, batu (stone), dan kayu (wood). Selain itu, juga dapat berupa elemen pengisi buatan seperti kolam, bangku taman, lampu taman, sculpture, dll.
41
Kesimpulan: Gambar 4-15. Perencanaan Tata Ruang Luar dalam Tapak
Taman & per keras an
taman
Ruang luar dapat dibedakan menjadi: a. Ruang Luar Aktif: parkir kendaraan, plaza, pedestrian b. Ruang Luar Pasif: taman sebagai penghijauan, resapan air hujan Elemen lunak dapat menggunakan rumput dan pohon, hal ini dapat membantu air hujan merembes ke dalam tanah dan berfungsi untuk menurunkan suhu lingkungan sekitar. Sedangkan untuk elemen keras dapat menggunakan aspal, paving block, dan batu.
4.2
Analisis Manusia 4.2.1
Analisis Pengguna M ahasiswa yang melanjutkan pendidikannya di Universitas Bina Nusantara selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. 42
Tabel 4-5. Jumlah M ahasiswa Daerah Aktif Universitas Bina Nusantara Angkatan
Jumlah M ahasiswa
2004 2005 2006 2007
969 1.854 2.153 2.440
Sumber: ATL Bina Nusantara
Berdasarkan tabel diatas, maka didapat persentase penambahan mahasiswa daerah tiap tahunnya. Tabel 4-6. Persentase Pertambahan Jumlah M ahasiswa Daerah Angkatan 2004 2005 2006 2007
Jumlah M ahasiswa 969 1.854 2.153 2.440
Persentase Pertambahan 91.3 % 16.1 % 13.3 %
Rata-rata pertambahan jumlah mahasiswa daerah: = (91.3 % + 16.1 % + 13.3 %) ÷ 3
= 120.7 % ÷ 3 = 40.2 %
Berdasarkan hasil angket (kuesioner) yang dilakukan pada 200 mahasiswa Bina Nusantara (107 pria dan 93 wanita) didapatkan 101 mahasiswa ingin tinggal di asrama, sedangkan 99 mahasiswa tidak ingin tinggal di asrama. Dengan hasil demikian, didapatkan persentase mahasiswa yang tertarik tinggal di asrama adalah: 43
= (101 ÷ 200) x 100% = 0.5 x 100 % = 50 % Dikarenakan ini merupakan Asrama M ahasiswa yang akan dibangun pertama kali oleh Universitas Bina Nusantara, maka diasumsikan daya tampung Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara sebanyak 10 %. = {(40.2 % x 2.440) + 2.440} x 10 % = {981 + 2.440} x 10 % = 3.421 x 10 %
= 342,1 ≈ 343 orang Æ dibulatkan menjadi 400 orang
Pria sebanyak 60% (= 240 orang) dan wanita 40% (=160 orang). Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara ini dikhususkan untuk mahasiswa Universitas Bina Nusantara tingkat 1. Pengguna di dalam kawasan Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara adalah: a. Penghuni Yaitu mahasiswa Universitas Bina Nusantara tingkat pertama. b. Pengelola Yaitu pihak yang mengelola semua kegiatan yang berlangsung di dalam lingkungan asrama. c. Pengunjung Yaitu tamu baik dari pihak mahasiswa maupun pengelola.
4.2.2
Analisis Jenis Kegiatan
44
Terdapat beberapa aktivitas yang akan terjadi dalam bangunan Asrama M ahasiswa ini, yaitu:
Table 4-7. Jenis Kegiatan Pengguna Gedung Jenis Kegiatan
Kegiatan
Utama (Edukatif)
Utama (Sosial)
Pengelola
Servis
4.3
Kebutuhan Ruang
Tidur M andi M encuci Setrika Belajar
M ahasiswa, pengelola, tamu M ahasiswa M ahasiswa M ahasiswa M ahasiswa M ahasiswa
M enerima tamu Nonton TV M akan
M ahasiswa, pengelola M ahasiswa M ahasiswa, pengelola
M asak Olahraga
M ahasiswa M ahasiswa
M engelola asrama M embantu pengelolaan M embantu pengelolaan Administrasi Buang air M akan, minum
Kepala asrama Wakil Ka. Asrama
Ruang tamu Ruang TV Ruang makan / kantin Pantry / dapur Ruang Olahraga / Gymnasium Ruang Ka. Asrama Ruang Wakil Ka.
Sekretaris
Ruang sekretaris
Tata Usaha Karyawan Pengelola, tamu
Komersil Penyediaan air
Pengelola, mahasiswa Pengelola
Pengolahan air
Pengelola
Listrik
Pengelola
Ruang TU Toilet Ruang makan / kantin Toko Reservoir, Ruang pompa air STP, sumur resapan, penampungan air Ruang genset, panel
Datang Utama (Pribadi)
Pelaku
Hall / Lobby Ruang tidur Kamar mandi Ruang cuci, laundry Ruang setrika Ruang belajar
Analisis Bangunan 45
4.3.1
Analisis Zoning Horizontal dan Vertikal Berdasarkan
jenis
kegiatan
yang
berbeda-beda
dari
penghuni
(mahasiswa), pengelola, dan tamu; maka bangunan diklasifikasikan ke dalam zona publik, semi publik, private, dan servis. Gambar 4-16. Zoning Horizontal Bangunan Asrama
Gambar 4-17. Zoning Vertikal Bangunan Asrama
Kesimpulan: Terdapat zona semi publik yang menjadi perantara antara zona publik dan private. Zona private hanya diperuntukkan bagi penghuni asrama dan pengelola yang berkepentingan. Sedangkan zona publik dapat diakses siapa saja.
4.3.2
Analisis Kebutuhan dan Dimensi Ruang
46
Berdasarkan hasil angket (kuesioner), peminat untuk tinggal berdua dalam satu kamar lebih banyak dibandingkan tiga / empat orang dalam satu kamar. Dari 101 mahasiswa, sebanyak 58 orang memilih tinggal berdua satu kamar. Diasumsikan kapasitas kamar untuk 2 orang sebanyak 60% dan 4 orang sebanyak 40%. Tabel 4-8. Standar Ruang Kamar Double Asrama Tipe Kamar
Dengan ranjang tingkat
Tanpa ranjang tingkat
M inimum 12,6 m2 16,2 m2
Optimum 14,4 m2 19,8 m2
47
M ewah
16,2 m2 21,6 m2 Sumber: Chiara, J. D. dan John H. C. (2001). Time-Saver Standards for Building Types.
Keterangan: B = Bed; D = Desk; W = Wardrobe; SC = Soft Chair; BC = Book Cases Beberapa kebutuhan ruang yang diperlukan dalam bangunan asrama: Tabel 4-9. Dimensi Ruang Lobby Ruang
Sifat
Kapasitas
Standar
Lobby R. TV R. Belajar
Pu Pu Pv
200 orang 100 orang 100 orang
1,4 m2 / orang 1,8 m2 / orang 2,5 m2 / orang
Sumber
Luas 280 m2 180 m2 250 m2
DA A DA
Tabel 4-10. Dimensi Ruang per Lantai (hunian) Ruang
Sifat
Kapasitas
Standar
Kamar
Pv
Pantry + R. M akan Kamar M andi Laundry + R. Setrika Gudang Sirkulasi TOTAL
S S S S
2 org = 30 kmr 4 org = 10 kmr 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit
18 m2 / kamar 2 21 m / kamar 18 m2 / ruang 48 m2 / unit 48 m2 / ruang 18 m2 / ruang 20 %
Sum ber TS DA DA DA DA
Luas 540 m2 210 m2 36 m2 96 m2 96 m2 36 m2 202,8 m2 1.216,8 m2 48
Tabel 4-11. Dimensi Ruang Pengelola Ruang
Sifat
R. Kepala Asrama R. Wakil Ka. Asrama R. Sekretaris R. Rapat R. Arsip R. Tata Usaha Pantry Toilet Sirkulasi TOTAL
Pv Pv Pv Pv Pv Pv S S
Kapasitas 1 orang 1 orang 1 orang 8 orang 5 orang 2 unit
Standar
Sumber
Luas
20 m2 / orang 16 m2 / orang 10 m2 / orang 2 m2 / orang 12 m2 6 m2 / orang 6 m2 15 m2 / unit 20 %
DA DA DA DA DA DA DA DA
20 m2 16 m2 10 m2 16 m2 12 m2 30 m2 6 m2 30 m2 28 m2 168 m2
Tabel 4-12. Dimensi Ruang M akan / Kantin Ruang R. M akan Dapur Gudang Penyimpanan Toilet Sirkulasi TOTAL
Sifat
Kapasitas
Standar
Sumber
Luas
Pu S S S
150 orang
2,5 m2 / orang 100 m2 50 m2 24 m2 / unit 20 %
DA DA DA DA
375 m2 100 m2 50 m2 48 m2 114,6 m2 687,6 m2
2 unit
Tabel 4-13. Dimensi Ruang Fitness Ruang R. Fitness Sirkulasi TOTAL
Sifat
Kapasitas
Standar
Sumber
200 m2 20 %
Pv
DA
Luas 200 m2 40 m2 240 m2
Tabel 4-14. Dimensi Ruang M ini M arket dan Toko Ruang R. Penjualan Kasir
Sifat
Kapasitas
Standar
Sumber
Luas
Pu Pv
20 – 30 orang 2 orang
1,5 m2 / orang 2,5 m2 / orang
TS TS
45 m2 5 m2 49
Gudang Penyimpanan Kios / toko Sirkulasi TOTAL
S Pu
20 m2 15 m2 / unit 20 %
5 unit
20 m2 75 m2 29 m2 174 m2
DA TS
Tabel 4-15. Dimensi Ruang Servis Ruang R. Pompa Air R. Genset R. Panel R. Trafo WWTP TPS Sirkulasi TOTAL Keterangan:
Sifat
Kapasitas
S S S S S S
Standar
Sumber
Luas
20 m2 / ruang 45 m2 / ruang 20 m2 / ruang 20 m2 / ruang 40 m2 / ruang 10 m2 20 %
A A A A A A
20 m2 45 m2 20 m2 20 m2 40 m2 10 m2 31 m2 186 m2
Pu = Publik; SP = Semi Publik; Pv = Private; S = Servis; DA = Data Arsitek; A = Asumsi; TS = Time Saver
4.3.3
Analisis Hubungan Ruang dan Entrance Berdasarkan
kebutuhan
ruang
dalam
bangunan
asrama,
dapat
dikelompokkan sebagai berikut: Gambar 4-18. Skematik Hubungan Hunian R. BELAJAR KAMAR
LOBBY + R. TAMU + R. TV
FITNESS PANTRY + R. MAKAN
ENTRANCE HUNIAN
KAMAR MANDI LAUNDRY + R. SETRIKA
50
Gambar 4-19. Skematik Hubungan Pengelola
R. KA. ASRAMA TOILET R. WAKIL KA.
R. ARSIP
R. TATA USAHA LOBBY + R. TUNGGU
R. RAPAT PANTRY R. SEKRETARIS
Gambar 4-20. Skematik Hubungan Penunjang
TOKO
R. MAKAN
DAPUR
GUDANG
LOBBY MINI MARKET
TOILET
Gambar 4-21. Skematik Hubungan Servis R. POMPA
R. GENSET
LOBBY
R. PANEL R. TRAFO
WWTP
51
Bangunan asrama pria dan wanita terletak pada massa bangunan yang berbeda. Hal ini agar privasi pria dan wanita tetap terjaga serta keamanan juga lebih terjaga. Gambar 4-22. Entrance pada Bangunan
Bangunan asrama yang secara khusus diperuntukkan bagi penghuni (mahasiswa) merupakan bangunan yang cukup private, karena itu untuk menuju ke bangunan asrama, terlebih dahulu harus melewati areal publik dan semi publik.
4.3.4
Analisis Sirkulasi Horizontal dan Vertikal Sirkulasi Horizontal Terdapat beberapa jenis jalur dan ruang sirkulasi horizontal dalam bangunan, yaitu: a. Jalur Sirkulasi 52
Tabel 4-16. Jenis Jalur Sirkulasi Jenis Jalur M elalui Ruang-ruang
M enembus Ruang-ruang
Berakhir dalam Ruang
Karakteristik - Kesatuan dari tiap-tiap ruang dipertahankan - Konfigurasi jalan yang fleksibel - Ruang-ruang perantara dapat dipergunakan untuk menghubungkan jalan dengan ruang-ruangnya - Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya, miring, atau sepanjang sisinya - Dalam memotong sebuah ruang, suatu jalan menimbulkan pola-pola istirahat dan gerak di dalamnya - Lokasi ruang menentukan jalan - Hubungan jalan-ruang ini digunakan untuk pendekatan dan jalan masuk ruang-ruang penting yang fungsional dan simbolis
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
b. Ruang Sirkulasi Tabel 4-17. Jenis Ruang Sirkulasi Jenis Ruang
Karakteristik
Tertutup
M embentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu-pintu masuk pada bidang dinding
53
Terbuka pada Salah Satu Sisinya
M embentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan kontinuitas ruang dengan ruangruang yang dihubungkannya
Terbuka pada Kedua Sisinya
M embentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Sirkulasi Vertikal Bangunan Asrama M ahasiswa bertingkat 4 ini menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal. Selain itu, juga terdapat fasilitas ramp. Gambar 4-23. Alternatif Konfigurasi Tangga
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Konfigurasi tangga menentukan arah langkah saat menaiki maupun menuruni tangga, terdapat beberapa cara: o Tangga langsung o Tangga berbentuk ‘L’ dan ‘U’ o Tangga putar 54
o Tangga berbentuk spiral Kesimpulan: Berdasarkan jalur dan ruang sirkulasi tersebut, jika disesuaikan dengan ruang-ruang yang terdapat dalam bangunan asrama, dalam hal ini ruang-ruang kamar, maka jalur yang melalui ruang-ruang akan lebih efektif dan privasi tetap terjaga. Sedangkan dari segi ruang sirkulasi, bagian salah satu sisi yang terbuka cocok diterapkan dalam kondisi di Jakarta, hal ini agar ruang sirkulasi tidak gelap dan pengap. Gambar 4-24. Sirkulasi Bangunan Tangga Void Single-loaded
4.3.5
Analisis Kebutuhan Parkir M erupakan bangunan Asrama M ahasiswa, maka peruntukan lahan parkir lebih sedikit, karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari daerah. Tabel 4-18. Alternatif Parkir M obil Gambar
Karakteristik Parkir paralel pada jalur kendaraan Panjang: 6 m Lebar: 2 m
55
Tiga pilihan kemiringan: 30º, 45º, 60º Panjang: 5 m Lebar: 2,3 m
Sudut 90º, keluar-masuk dari 2 arah Panjang: 5 m Lebar: 2,5 m
Sumber: Neufert, E. (2002). Data Arsitek.
Diasumsikan penghuni (mahasiswa) yang memiliki kendaraan sebanyak 2 % mobil dan 10 % motor. Jumlah mobil
= 2% x 400
= 8 mobil
Jumlah motor
= 10% x 400 = 40 motor
Jumlah pengelola diasumsikan 15 orang, dengan perbandingan 30% membawa mobil dan 70% membawa motor. Jumlah mobil
= 30% x 15 = 4,5 ≈ 5 mobil
Jumlah motor
= 70% x 15 = 10,5 ≈ 10 motor
Tamu yang datang dan membawa kendaraan diasumsikan 20 orang, dengan perbandingan 30% mobil dan 70% motor. Jumlah mobil
= 30% x 20 = 6 mobil
Jumlah motor
= 70% x 20 = 14 motor 56
Total kebutuhan lahan parkir sebanyak 19 parkir mobil dan 64 parkir motor, dengan luasan parkir mobil sebesar 2,5 m x 5 m dan motor sebesar 1 m x 2 m. Selain itu, juga terdapat parkir untuk servis. Diasumsikan dapat memuat 2 kendaraan.
4.3.6
Analisis Sistem Pencahayaan Terdapat pencahayaan
alami dan
pencahayaan
buatan,
dengan
memanfaatkan pencahayaan alami secara maksimal, maka penggunaan cahaya buatan akan berkurang dan secara tidak langsung penggunaan listrik juga berkurang. Terletak di daerah beriklim tropis, cahaya matahari yang diterima sangat berlimpah akan tetapi panas radiasi matahari dapat memanaskan ruangan dalam bangunan, karena itu dengan memaks imalkan orientasi bukaan ke arah U-S, cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam bangunan dan panas radiasi matahari terhadap bangunan juga berkurang. Tabel 4-19. Alternatif Pengontrol Radiasi M atahari Gambar
Penjelasan Dengan teritisan secara horizontal, baik tanpa celah (a) maupun terdapat celah (b)
(a)
(b)
57
Dengan vertikal
penghalang
secara
Gabungan antara penghalang horizontal dan vertikal
Tanaman (pohon) dapat dijadikan sebagai penghalang
M odifikasi pada jendela atau dinding
Sumber: Hayslett, G. (1995). Gambar dan Perencanaan Arsitektur.
Agar cahaya matahari dapat masuk pada bagian tengah bangunan, di desain dengan skylight. Gambar 4-25. Alternatif Skylight
Sumber: Lechner, N. (2001). Heating, Cooling, Lighting: design methods for architects.
58
Kesimpulan: Semaksimal
mungkin
ruangan
dalam
bangunan
memanfaatkan
pencahayaan alami, dengan bukaan yang dimodifikasi (teritis horizontal dan vertikal), jendela, dan pada bagian atas terdapat skylight.
4.3.7
Analisis Sistem Pengudaraan Terdapat 2 sistem pengudaraan, yaitu pengudaraan secara alami dan buatan. Jika dapat memanfaatkan pengudaraan alami secara maksimal (cross ventilation), maka pengudaraan buatan (kipas angin, AC) akan berkurang penggunaannya. Tabel 4-20. Perbandingan Bukaan Gambar
Perbandingan Cross ventilation yang ideal karena angin mengalir dengan baik
Cukup baik, tetapi terdapat bagian yang tidak dialiri angin Tidak baik, bagian dalam bangunan tidak mendapat aliran angin. Sumber: Lechner, N. (2001). Heating, Cooling, Lighting: design methods for architects.
59
Dengan menanam tanaman (pohon) disekitar bangunan, juga dapat menurunkan suhu disekitar bangunan. Gambar 4-26. Penghijauan di Sekitar Bangunan
Sumber: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
Perletakan bangunan yang tegak lurus terhadap arah angin juga menguntungkan aliran udara dalam bangunan. Gambar 4-27. Letak Bangunan terhadap Arah Angin
Sumber: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
4.3.8
Analisis Sistem Utilitas Sistem utilitas bangunan mencakup dari segi plumbing, elektrikal, dan proteksi kebakaran.
60
Plumbing Terdapat dua sistem plumbing pada bangunan asrama, yaitu air bersih dan air kotor. a. Sistem Air Bersih Digunakan untuk keperluan mandi, mencuci, masak, menyiram tanaman, dan proteksi kebakaran. Gambar 4-28. Distribusi Air Bersih
b. Sistem Air Kotor Terdapat dua jenis air kotor, yaitu: o Air Kotor Cair Berasal dari kamar mandi, dapur, dan cucian; diolah dengan STP (Sewage Treatment Plant) / WWTP (WasteWater Treatment Plant). Sedangkan air hujan diolah melalui sumur resapan. 61
o Air Kotor Padat Kotoran padat yang berasal dari kotoran manusia akan diproses dengan Septic Tank. Gambar 4-29. Distribusi Air Kotor
Air kotor cair akan diolah terlebih dahulu di STP / WWTP sedangkan air hujan dikumpulkan melalui talang air pada atap bangunan akan disalurkan ke sumur resapan untuk diolah. Untuk menghemat penggunaan air dalam bangunan, dapat dilakukan dengan perubahan perilaku manusia dalam menggunakan air, pemilihan alatalat sanitasi, dan mengolah kembali air yang berasal dari air hujan maupun air kotor. Dalam kaitan dengan perilaku manusia, dapat diterapkan beberapa cara, yaitu:
62
a. Di dapur, menggunakan mesin pencuci piring dalam keadaan penuh dapat menghemat 38 – 76 liter air. Jika mencuci dengan tangan, tampung air dalam baskom daripada mencuci di bawah air mengalir. Keran konvensional mengeluarkan air 19 liter tiap 2 menit. b. Di kamar mandi, matikan keran ketika sedang menggosok gigi. M andi dengan shower dalam waktu yang singkat daripada dengan bathtub dan matikan air ketika menggunakan shampo atau sabun. Akan lebih hemat jika menggunakan keran dan shower bertekanan rendah (low-flow), serta toilet menggunakan air daur ulang. c. Di ruang cuci, menggunakan mesin cuci yang sesuai antara penggunaan air dengan banyaknya pakaian. Jika mencuci dengan tangan, tampung air dalam ember (jangan membiarkan air mengalir terus menerus) dan semaksimal mungkin menggunakan air untuk mencuci dan membilas pakaian berulang-ulang. d. Di luar ruangan, menyiram taman saat pagi-pagi (early morning) atau sore-sore (late afternoon) dan saat udara sejuk, dengan tujuan untuk mengurangi penguapan. M encuci mobil menggunakan ember daripada dengan
air
mengalir
dari selang,
dapat
menghemat
air.
Serta
membersihkan sirkulasi dalam tapak dengan menyapu daripada menyiram dengan air. e. M emperbaiki kebocoran alat-alat sanitasi, pada keran dapat menghemat hingga 11.400 liter / tahun dan untuk toilet menghemat 760 liter / hari. 63
Dalam memilih alat-alat sanitasi dalam bangunan, diperhatikan yang hemat air, dengan cara: a. Keran M enggunakan low-flow faucet dan memasang aerator faucet pada mulut keran, dapat menghemat air hingga 3,8 – 9,5 liter / menit (dari 9,5 – 19 liter / menit menjadi 5,7 – 9,5 liter / menit) dengan tetap mempertahankan kenyamanan tekanan air. b. Shower Dengan menggunakan low-flow showerheads, pemakaian air menjadi 3,8 – 9,5 liter / menit dibandingkan dengan showerheads standar yang memakai air hingga 60 – 130 liter / menit c. Kloset Kloset standar (conventional toilet) menggunakan 13,3 – 19 liter / flush sedangkan dengan menggunakan dual-flush toilet yang terbagi dengan penggunaan minimum 3,8 liter / flush dan penggunaan maksimum 6 liter / flush, dapat menghemat penggunaan air. d. Urinoir Umumnya, urinoir menggunakan 7,6 – 11,4 liter / flush. Dengan menggunakan low-flow urinals, penggunaan air dapat mencapai kurang dari 3,8 liter / flush. Terdapat beberapa cara untuk mengolah air agar dapat digunakan kembali, yaitu: 64
a. Sumur Resapan Gambar 4-30. Distribusi Sumur Resapan
Sumber: http://www.nubian.com.au/Rainwater-reuse.asp
Air olahan dari sumur resapan dapat digunakan untuk mandi, cuci pakaian, dan dapur. Gambar 4-31. Detail Sumur Resapan
Sumber: http://www.pu.go.id/Ditjen_kota/alt-1.htm
65
Umumnya air hujan yang melalui proses pengolahan sumur resapan menghasilkan air yang cukup aman dan berkualitas baik untuk digunakan kembali. Gambar 4-32. Lapisan Tanah
Sumber: http://rovicky.wordpress.com/2006/08/24
Resapan air dari sumur resapan akan merembes ke dalam lapisan tanah hingga menembus permukaan tanah (water table) yang dibawahnya terdapat air tanah, dimana akan dikonsumsi oleh penduduk yang tinggal di atasnya.
b. STP atau WWTP Gambar 4-33. Sirkulasi Recycled Water
Sumber: www.recycledwater.com.au
66
Air kotor yang berasal dari hunian, industri akan diproses melalui STP / WWTP agar kualitas air sebelum dibuang ke riol kota atau digunakan kembali memenuhi standar. Gambar 4-34. Distribusi STP / WWTP
Sumber: http://ga.water.usgs.gov/edu/wwvisit.html
Air kotor (cair dan padat) disaring terlebih dahulu agar benda-benda padat terfilter, kemudian wastewater tersebut diproses. Dalam proses, butiran / kotoran akan mengendap di bawah dan endapan tersebut dapat digunakan untuk pupuk tanaman. Sedangkan air kotor tersebut akan terus melalui proses pengolahan hingga akhirnya memenuhi standar agar dapat digunakan kembali untuk toilet, menyiram tanaman, dan proteksi kebakaran. Untuk menghemat penggunaan air, maka dilakukan perhitungan penggunaan air bangunan asrama. M enurut buku ‘Panduan Sistem Bangunan Tinggi’, kebutuhan air bersih per hari adalah 135 – 225 liter / orang dan air buangan sebanyak 189 liter / orang.
67
Kebutuhan air penghuni = (400 + 15) x 135 = 415 x 135 Kebutuhan air hidran
= 56.025 liter
= (18.454 x 2) ÷ 800 = 36.908 ÷ 800
= 46,1 ≈ 46 liter
Total air toilet dan urinoir = {(4,8 + 3,8) x 5} x 415 = 43,5 x 415
= 18.052,5 liter
Kebutuhan air bersih
= 56.025 – 46 – 18.052,5
Curah hujan Jakarta
= 300 mm/bulan
= 37.926,5 liter
= 0,3 m/jam
Jumlah air hujan = (0,278) x 0,7 x 0,3 m/jam x 4000 m2 = 233,5 ≈ 234 m3/jam Æ [48 sumur resapan] Air olahan yang dapat dipakai kembali
= (135 – 43,5) x 415 = 91,5 x 415
= 37.972,5 liter
Kesimpulan: Dalam kaitan dengan hemat air, maka dalam desain bangunan Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara ini, dapat menerapkan beberapa cara, yaitu: o M enanam tanaman yang memerlukan pengairan yang sedikit, dengan demikian, jumlah pemakaian air akan berkurang. o M enggunakan peralatan sanitar yang bertekanan rendah (low flow: faucet, shower, and urinal) serta dual-flush toilet. o M encuci pakaian dengan mesin cuci sesuai antara banyaknya pakairan dengan jumlah pemakaian air. 68
o Letak reservoir air dekat dengan kamar mandi, dapur agar penyaluran air lebih efektif. o Perilaku
penghuni dan
pengguna bangunan
untuk
melaksanakan
penghematan air. o M elakukan konservasi air (dengan sumur resapan) dan mengolah air kotor untuk digunakan kembali sehingga pemakaian air bersih (air PAM ) akan berkurang.
Elektrikal Sumber daya listrik yang diperlukan untuk bangunan asrama, berasal dari: a. PLN M erupakan pasokan listrik utama dalam menunjang kegiatan sehari-hari di lingkungan asrama. b. Genset Berperan sebagai sumber listrik cadangan ketika sumber listrik dari PLN terputus / mati. Gambar 4-35. Diagram Tipikal Pasokan Listrik PANEL LAMPU DARURAT
PLN
TRANSFOR MATOR
R. MESIN, POMPA RUANG / AREA
METER PLN GENSET
PANEL KEBAKARAN
R. PANEL
69
Kesimpulan: Pasokan listrik utama Asrama M ahasiswa Universitas Bina Nusantara berasal dari PLN dengan genset sebagai cadangan listrik ketika listrik dari PLN mati.
Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dalam menghadapi bahaya kebakaran: a. Pencegahan Aktif o Detektor yang berfungsi untuk mendeteksi jika ada asap atau suhu ruangan yang terlalu tinggi. o Hidran bangunan (tiap jarak 35 m) dan hidran halaman (maksimal jarak 200 m). o Sprinkler, dimana kepala sprinkler akan pecah jika mencapai suhu tertentu (umumnya 68º C). Tabel 4-21. Penggunaan Sprinkler menurut Klasifikasi Bangunan Klasifikasi Bangunan Tidak bertingkat Bertingkat rendah Bertingkat rendah Bertingkat tinggi Bertingkat tinggi
Tinggi / Jumlah Lantai Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 1 lantai Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 2 lantai Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 lantai Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 lantai Ketinggian lebih dari 40 meter atau diatas 8 lantai
Penggunaan Sprinkler Tidak diharuskan Tidak diharuskan Tidak diharuskan Diharuskan, mulai dari lantai 1 Diharuskan, mulai dari lantai 1
Sumber: Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi.
70
o Fire Extinguisher, pemadam yang berisi bahan kimia. b. Pencegahan Pasif o Konstruksi tahan api, misalnya dengan konstruksi beton, baja. o Pintu darurat terbuat dari bahan tahan api (minimal 2 jam) sehingga api tidak masuk ke dalam tangga darurat. o Jarak dengan tangga darurat sesuai dengan standar. Tabel 4-22. Jarak Tempuh Fungsi Hunian - Hotel - Apartemen - Asrama - Rumah Tinggal
Batasan Lorong Buntu
Jarak Tempuh M aksimal Tanpa Sprinkler Dengan Sprinkler
10 10 0 TP
30 30 30 TP
45 45 45 TP
Sumber: Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi.
Keterangan: TP = Tidak Perlu Selain proteksi kebakaran, juga perlu diperhatikan sistem proteksi terhadap bahaya petir. Dalam bangunan asrama mahasiswa ini, menggunakan tiang penangkap petir (lighting rods) dengan sistem kurungan Faraday. Terdapat tiang pendek (finial) dan kepala penangkap petir (air termination) pada bagian tertinggi bangunan, dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi bangunan dan berakhir ke dalam tanah.
4.3.9
Analisis Wujud Dasar Bangunan Terdapat beberapa wujud dasar bangunan yang dapat diterapkan dalam bangunan Asrama M ahasiswa, sebagai berikut: 71
Tabel 4-23. Wujud Dasar Bangunan Bentuk 2. Lingkaran
3. Segitiga 4. Bujur Sangkar
Karakteristik Terpusat, berarah ke dalam; umumnya bersifat stabil dan menjadi pusat dari lingkungannya. Tidak cocok untuk asrama yang memerlukan perletakan perabot secara efisien. M enunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. M enunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar – yang berubah dengan penambahan tinggi atau lebarnya. Cocok untuk perletakan perabot (tempat tidur, lemari, meja belajar) secara efisien.
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Bentuk adalah ciri utama yang menunjukkan suatu volume (panjang, lebar, tinggi). Ditentukan oleh wujud dan hubungannya antar bidang-bidang yang menggambarkan batas-batas dari volume tersebut. Kesimpulan: Bangunan asrama menggunakan bentuk bujur sangkar yang akan divariasi, agar perletakan perabot dalam ruangan lebih efektif.
4.3.10 Analisis Sistem Struktur Sub-Structure Sub-structure merupakan bagian pondasi yang menahan seluruh berat bangunan. 72
Tabel 4-24. Alternatif Sub-Structure Pondasi
Tiang Pancang
Bored Pile
Gambar
Proses
Keuntungan
Kerugian
Ditanam dengan cara Titik-titik pondasi dibor, dipancang menggunakan kemudian dicor di tempat alat pancang khusus dengan tulangan besi / baja dan beton. - Kualitas tinggi - Tidak ada getaran - Pengerjaan relatif cepat - Kebisingan rendah - Cocok untuk kondisi tanah - Diameter relatif besar yang luas sehingga daya dukung kuat Saat pemancangan: - Relatif mahal - Getarannya dapat - M emerlukan area yang menimbulkan resiko luas kerusakan pada bangunan sekitar - Suaranya sangat keras, perlu alat penutup telinga.
Sumber: http://www.indopora.com
Asrama M ahasiswa Bina Nusantara yang terletak di kawasan padat penduduk dan didukung dengan tapak yang relatif luas, sebaiknya menggunakan pondasi bored-pile agar kawasan di sekitar tapak tidak terganggu. Upper-Structure Upper-structure merupakan bagian kolom, balok, dan plat lantai; yang berfungsi untuk mendukung dan menyalurkan beban bangunan ke bagian substructure. 73
Terdapat dua pilihan upper-structure yang berhubungan dengan kolom dan balok: a. Struktur Rangka Terdiri dari rangka pembentuk kolom dan balok, dimana penutup dindingnya merupakan elemen non-struktural. b. Struktur Dinding Geser (Shear Wall) M erupakan dinding (bidang masif) yang menerus hingga ke bagian teratas bangunan, berfungsi sebagai elemen struktural yang menahan beban bangunan dan lateral. Tabel 4-25. Alternatif Bahan Konstruksi Konstruksi Beton Bertulang
Baja Baja Komposit
Keuntungan
Kerugian
- Tahan api - Bebas korosi - Bahan struktur mudah didapat - Pemasangan cepat dan mudah - ringan - Dapat dipakai kembali - Pemasangan relatif cepat - Kuat terhadap gaya tekan dan tarik
- Lemah terhadap gaya tarik - Bentangan besar, dimensi bertambah - Tidak tahan api - M udah berkarat - Kurang fleksibel - Struktur relatif berat - Relatif mahal
Sumber: http://www.ftsp1.uii.ac.id/twiki
74