BAB IV. ANALIS IS IV.1
Analisis Lingkungan IV.1.1 Analisis Pemilihan Tapak Tabel IV.1.1 Alternatif Tapak ALTERNATIF TAPAK
KELEBIHAN
KEKURANGAN
• Tapak bersebelahan • Bentuk dengan
Kampus
Anggrek.
tapak
memanjang dengan lebar yang cukup
• Untuk pencapaian ke
sempit yaitu 33 m.
tapak terdapat 2 jalur dari jalan besar. •
Tapak antara
Kampus
Syahdan •
di • Bentuk
berada
dan
tapak
memanjang dengan sisi
panjang
Kampus Anggrek.
menghadap Timur-
Sekelilingi
Barat.
tapak
dibatasi oleh jalan.
•
Tapak
berada
di • Tapak
hook. •
daerah
Sebelah
utara
berbatasan
berada
di
rawan
macet.
dengan
daerah hijau. •
Tapak
dikelilingi
oleh 2 jalan besar.
45
Kesimpulan: Dari hasil pertimbangan kelebihan dan kekurangan dari analisa pemilihan tapak di atas , maka penulis memilih site yang ketiga yaitu tapak yang terletak dipertigaan Jalan Kebon Jeruk Raya dan Jalan Rawa Belong. Terletak di hook dengan sistem two way sistem. Jalan disekitar tapak selalu macet pada saat pertukaran shift perkuliahan yaitu pukul 11.00, 15.00 dan 17.00. Jalan yang kecil tidak sebanding dengan jumlah penggunaan jalan. Hal ini menjadi salah satu faktor kemacetan lalu lintas. Kepadatan lalu lintas sangat menganggu pejalan kaki karena trotoar untuk pejalan kaki dipakai juga untuk lalu lalang motor. Lokasi tapak yang dekat dengan kampus mengakibatkan munculnya toko-toko kecil seperti fotokopian, rumah makan, toko komputer dan toko pulsa serta gerobakgerobak penjual makanan. Berikut adalah data-data tapak yang dipakai: Pemilik proyek
:
Swasta
Peruntukkan
:
Permukiman
Lokasi proyek
:
Jl. Kebon Jeruk Raya—Jakarta Barat
KDB
:
50%
KLB
:
2
Lapis
:
4
GSB
:
10 m
Batas-batas tapak
:
Sebelah Utara berbatasan dengan kawasan perdagangan
Sebelah Timur berbatasan dengan ruko dan kawasan perdagangan
46
Sebelah Selatan berbatasan dengan kos-an
Sebelah Barat berbatasan dengan perumahan
IV.1.2 Analisis Kegiatan Lingkungan Sekitar Tapak Lokasi tapak terletak di Jalan Kebon Jeruk Raya –– Jakarta Barat. Luas lahan tapak yaitu 1Ha. Kontur tapak relatif datar. Analisis tapak berkaitan dengan kondisi di dalam dan di luar tapak. Kondisi di dalam tapak mencakup karakter dan bentuk tapak,
sedangkan kondisi di luar tapak
meliputi keadaan dan kegiatan di sekitar tapak. Bangunan yang terdapat di sekitar lingkungan mempengaruhi kondisi pada tapak dan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Kegiatan sekitar tapak dapat dilihat dari bangunan-bangunan yang terdapat di sekitarnya. Kawasan perdagangan
Ruko-ruko (Kawasan perdagangan)
Perumahan
U
Kos-an
Hubungan tidak erat Hubungan erat
Gambar IV.1.1 Bangunan dan kondisi di sekitar tapak
47
Tabel IV.1.2 Lingkungan sekitar No. 1.
Lingkungan sekitar
Lokasi Utara
Kegiatan
tapak M erupakan
Ciri-ciri Rumah-rumah
yang terletak di kawasan
satu
Jalan
tingkat.
Rawa perdagangan
Belong.
dan
dua
seperti toko jual pulsa,
rumah
makan, dll. 2.
Timur tapak,
dari M erupakan
Toko 1 tingkat.
Jalan kawasan
Rawa Belong.
perdagangan seperti
toko
fotokopi,
sewa
VCD, dll. 3.
Barat tapak,
dari M erupakan
Perumahan
Jalan kawasan
Kebon Jeruk.
elite.
pemukiman. Foto di samping adalah perumahan Casagoya.
4.
Barat Tapak,
dari Sekolah Jalan Tarsius.
Kebon Jeruk.
TK Bangunan yang terdiri
dari
4
lantai
bergaya
Arsitektur Tropis.
48
Kesimpulan: Kawasan perdagangan yang ada di sekitar tapak menjadi tempat pemenuhan kebutuhan mahasiswa, walaupun telah terdapat fasilitas penunjang pada asrama tetapi bangunan di sekitar tapak dapat mendukung kegiatan di dalam tapak. Oleh karena itu, entrance akan ada dikedua sisi tersebut.
IV.1.3 Analisis Ketinggian Bangunan Sekitar Tapak Kondisi fisik bangunan di sekitar tapak yaitu ruko-ruko dengan ketinggian mulai dari 2 lantai sampai 4 lantai. Bentuk tapak tidak teratur, penyusunan massa bangunan dinamis. Bangunan sekitar tapak yang paling tinggi adalah 8 lantai yaitu Kampus Anggrek Universitas Bina Nusantara.
Kampus Anggrek
Asrama Binusian Gambar IV.1.2 Skyline ketinggian bangunan sekitar tapak
IV.1.4 Analisis Orientasi Matahari dan Angin Cahaya matahari pagi bagus untuk kesehatan sedangkan cahaya matahari sore hari sebaliknya. Oleh karena itu, cahaya matahari sore perlu dihindari khususnya ruang-ruang utama seperti unit hunian yang merupakan pusat kegiatan mahasiswa yang membutuhkan kenyamanan. Selain itu yang perlu diperhatikan juga ialah unit-unit hunian sebaiknya mendapatkan
49
cahaya yang cukup, sehingga pada siang hari tidak perlu menyalakan lampu untuk menghemat energi. PAGI HARI
B
T
S IANG HARI
B
T
SORE HARI
B
T
Gambar IV.1.3 Pengaruh orientasi bangunan terhadap pergerakan matahari
50
Dari gambar di atas, untuk menghindari penerangan yang tidak merata maka orientasi bangunan cenderung ke arah utara dan selatan karena jika bangunan berorientasi timur — barat, pada pagi hari bangunan sebelah timur terang namun bangunan sebelah barat gelap dan pada sore hari sebaliknya. Angin pada umumnya berhembus dari Barat Laut ke Tenggara. A gar sirkulasi udara dalam tapak lancar, maka bagian terpendek dari bangunan dihadapkan pada arah angin, sehingga angin tidak terlalu terhalang oleh massa bangunan. Utara M emaksimalkan bukaan
Timur M emaksimalkan bukaan
Barat Ciptakan micro-climate, Perletakan daerah service.
U
Radiasi matahari Angin Selatan M emaksimalkan bukaan
Gambar IV.1.4 Pengaruh arah matahari dan angin terhadap orientasi bangunan I
Bagian terpendek dari bangunan di atas menghadap arah datangnya angin. Sirkulasi dapat mengalir dengan lancar, namun bagian terpanjang dari
51
bangunan menghadap arah barat dan menyerap radiasi matahari sore. Bagian tersebut akan sangat panas. Utara M emaksimalkan bukaan
Barat Ciptakan micro-climate, Perletakan daerah service.
Timur M emaksimalkan bukaan
U
Radiasi matahari Angin Selatan M emaksimalkan bukaan
Gambar IV.1.5 Pengaruh arah matahari dan angin terhadap orientasi bangunan II Gambar alternatif kedua ini berbeda dengan yang pertama, dimana bangunan terpendek menghadap utara — selatan. Bangunan tidak panas sehingga tidak perlu menghabiskan energi untuk menyejukkan ruangan. Namun bangunan menghalangi pergerakan angin. Cahaya matahari juga dapat dimanfaatkan untuk penggunaan listrik dengan bantuan solar panel yang mengumpulkan panas, kemudian disimpan dibaterai dan digunakan untuk keperluan listrik malam hari. Dengan demikian bangunan ini dapat menurunkan persentase penggunaan listrik yang berasal dari sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
52
Gambar IV.1.6 Sistem PV Kesimpulan: Analisa matahari mempengaruhi orientasi bangunan dan juga bukaan pada bangunan beserta besar bukaannya. Bukaan sebelah barat akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan bukaan sebelah timur. Radiasi matahari sore hari dapat diatasi dengan pepohonan dan desain facade serta pemilihan material yang tepat. Salah satu cara meminimalisasi penggunaan energi untuk penyejuk udara adalah dengan mengurangi paparan sinar matahari langsung ke dalam bangunan. Untuk itu, bangunan hendaknya dirancang menghadap ke utara dan atau selatan. Cahaya matahari dimanfaatkan sebagai sumber energi pada bangunan dengan bantuan sistem solar panel.
IV.1.5 Analisis Kebisingan Tapak terletak di sudut, pertemuan Jalan Kebon Jeruk dengan Jalan Rawa belong. Jalan disekitar tapak selalu macet pada saat pertukaran shift perkuliahan yaitu pukul 11.00, 15.00 dan 17.00. Jalan yang kecil tidak sebanding dengan jumlah penggunaan jalan. Kemacetan lalu lintas merupakan sumber dari kebisingan utama.
53
U Foto IV.1.1 Sumber kebisingan
Kesimpulan: Sebagai antisipasi terhadap kebisingan dari luar tapak maka perlu diterapkan sound barrier untuk meredam bising di tapak. Selain itu, penyusunan bangunan menurut fungsinya juga dapat dianalisa seperti unit hunian asrama yang membutuhkan ketenangan diletakkan pada area yang jauh dari sumber kebisingan.
54
IV.1.6 Analisis Pencapaian Ke Tapak Pencapaian ke tapak sebaiknya memperhatikan kepadatan arus kendaraan. Untuk entrance sebaiknya tidak berada di jalan yang padat lalu lintasnya sehingga tidak menjadi sumber kemacetan. Selain itu, pencapaian ke tapak harus komunikatif sehingga penghuni maupun pengunjung tidak bingung. Pencapaian kendaraan ke tapak ada 2 jalur,yaitu melalui Jalan Kebon Jeruk Raya dan melalui Jalan Rawa Belong. Berdasarkan hasil pengamatan arus kendaraan terbesar pada saat pergantian shift pelajaran adalah dari arah Barat — Timur dan dari Utara — Selatan ( lihat Gambar IV.1.6). Pencapaian pejalan kaki yang terdekat terhadap kampus adalah dari sebelah Timur tapak. Tabel IV.1.3 Dua alternatif untuk entrance ke tapak No. 1.
Entrance
Kelebihan •
Utara dari tapak Lalu lintas padat
Kekurangan
M erupakan
jalan
dimana
arus
U •
kendaraan
hendak masuk ke
memotong
jalur
Jalan Kebon Jeruk
jalan
arah
Raya.
sebaliknya. Ini jelas
Selain itu sebelum
berbahaya
masuk ke tapak
menyebabkan
terbanyak OUT
Jika
tapak, maka harus
kendaraan IN
•
dari
dari
dan
55
ada
perencanaan
kemacetan, karena
daerah hijau.
pengemudi was
was-
dan
waktu
butuh sejenak
untuk memperhatikan arus
dari
arah
seberang. 2.
•
Timur dari tapak Lalu lintas padat
Arus
kendaraan •
Arus kendaraan di
Jalan
Rawa
Jalan Rawa Belong
Belong OUT
(Selatan
padat
— Utara) lebih
IN Lalu lintas tidak begitu • padat
Kendaraan
dari
Jika kendaraan dari Utara
—
Selatan
Selatan — Utara
hendak masuk tapak,
bisa
juga
langsung
masuk. •
—
Selatan). •
sepi.
(Utara
memotong jalur jalan
Lebih dengan
harus
dekat
dari arah sebaliknya.
Kampus
Bina Nusantara. •
Jalan lebih lebar yaitu 26 m.
56
Kesimpulan: Berdasarkan pertimbangan di atas maka untuk masuk ke tapak, entrance melalui Jalan Rawa Belong.
IV.1.7 Analisis Zoning PadaTapak Zoning dalam tapak berhubungan dengan bagian dari tapak yang memiliki view yang bagus, perletakan daerah service, gedung penunjang dan bagian-bagian lainnya. Secara umum, skema penzoningan sebagai berikut: Public
Semi private
Private
•
Zoning public adalah area umum bagi penghuni maupun pengunjung.
•
Zoning semi private adalah daerah yang bersifat private namun masih boleh diakses oleh pengunjung.
•
Zoning private adalah area yang bersifat pribadi dan hanya boleh diakses oleh penghuni. Petugas/pengelola dan pengunjung boleh masuk jika diijinkan.
•
Zoning service adalah area pendukung seperti tempat mencuci, jemur dan lain sebagainya.
57
Private Service Semi Private Public Gambar IV.1.7 Zoning alternatif 1 Zoning di atas dari entrance langsung bertemu dengan zoning public, kemudian untuk menuju area private harus melewati area semi private dan service terlebih dahulu. Kelebihannya yaitu area private jauh dari sumber kebisingan, namun kekurangannya area private menghadap arah barat.
Private Service Semi Private Public Gambar IV.1.8 Zoning alternatif 2
58
Penzoningan alternatif II ini area private terletak di tengah-tengah antara area publik & semi private dengan area service. Alternatif II ini lebih baik dari alternatif I, karena untk mencapai area private tidak perlu melewati area service terlebih dahulu.
Private Service Semi Private Public Gambar IV.1.9 Zoning alternatif III
Zoning alternatif III ini area private dengan jelas dibagi menjadi 2 dan dipisah dengan
area semi private. Pemisahan tersebut untuk
membedakan area putra dan putri, diharapkan tidak ada interaksi secara langsung. Jadi hanya berinteraksi di area semi private. Kesimpulan: Dari pertimbangan ketiga alternatif penzoningan di atas, maka zoning alternatif ketiga lebih unggul karena dari aspek keamanan dimana bangunan putra dan putri dipisah oleh area semi private, sehingga tidak terjadi interaksi secara langsung.
59
IV.1.8 Analisis Sirkulasi Dalam Tapak Sirkulasi di dalam tapak terdiri dari sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan. Tabel IV.1.4 Jenis-jenis sirkulasi No 1.
Jenis Sirkulasi
Karakter
Aplikasi
Linear
Jalan yang linear dapat menjadi Untuk pola sirkulasi
M enerus
unsur pengorganisir utama sederet ruang-ruang.
Bertekuk
untuk kendaraan
cocok digunakan pola linear
karena
dan Berpotongan
lebih
sedangkan
jelas
terarah, sirkulasi
untuk pejalan
kaki
juga dapat digunakan Bercabang
linear dan radial.
Berbelok
M elingkar
60
2.
Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan- Pola
radial
jalan lurus yang berkembang dari digunakan
untuk
atau berhenti pada sebuah pusat, titik mencapai
ruang
bersama.
terbuka di tengahtengah
massa
kumpulan
atau
massa-
massa.
3.
S piral
Konfigurasi grid terdiri dari dua Pola
spiral
pasang jalan sejajar yang saling digunakan
akan untuk
berpotongan pada jarak yang sama ruang luar. dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat. 4.
Grid
Konfirurasi grid terdiri dari dua
-
pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat. 5.
Jaringan
Konfigurasi jaringan terdiri dari
-
jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruang. Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan
61
Kesimpulan:
Penerapan
pola
sirkulasi
dalam
tapak
harus
memberikan kenyamanan bagi penghuninya dan juga komunikatif.
IV.1.9 `Analisis Tata Ruang Luar Ruang luar terdiri dari dua jenis, yaitu: •
Ruang luar positif Tata ruang luar positif pada tapak meliputi penataan ruangan untuk taman, lapangan, pedestrian dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas di luar dan juga sebagai tempat untuk melakukan kegiatan sosial, bersantai dan rekreasi.
•
Ruang luar negatif Ruang luar pasif berfungsi untuk membatasi elemen visual yang tidak diinginkan, penyaring polusi udara dan suara yang ditimbulkan lalu lintas kendaraan, area penghijauan dan penyerapan air hujan. Ruang luar pasif seperti: Taman, resapan air hujan, sculpture. Tiga elemen
ruang luar
adalah
bangunan,
perkerasan
dan
penghijauan. Komponen ruang luar terdiri dari lantai dan dinding: •
Lantai, dapat berupa bahan keras dan lunak. Yang termasuk bahan keras yaitu seperti batu, conblock, kerikil, beton, aspal. Sedangkan bahan lunak dapat berupa rumput dan tanah. Rumput dan tanah berfungsi menyerap air hujan serta sebagai tempat untuk bermain bagi anak-anak;
62
•
Dinding, sebagai pembatas ruangan. Dinding dapat berupa dinding masif (dinding bangunan luar, batu dan tebing), dinding transparan (pohon-pohon dan pagar) serta dinding semu/imaginer (batas sungai, batas laut); Ruang luar dapat dibagi atas dua penggunaan, yaitu bagi manusia
dan bagi kendaraan. Untuk menghindari kendaraan memasuki area manusia, dapat dibuat 1-2 anak tangga. Hal ini lebih efektif daripada tanda larangan. Ruang manusia dan kendaraan dapat juga dibatasi dengan pagar tanaman atau jalur pepohonan. Elemen pendukung penataan ruang luar adalah sebagai berikut: •
Lampu taman, lampu taman sebagai penerangan pada malam hari dan sekaligus sebagai sebuah hiasan yang menciptakan suasana yang berbeda sehingga menambah nilai estetika ruang luar.
•
Air mancur, air sebagai elemen untuk menurunkan temperatur pada suatu area, air juga memberi efek yang menenangkan jiwa melalui suara pancurannya serta sebagai focal point / pusat suatu pandangan.
•
Tempat sampah, perlu diletakkan beberapa tempat sampah di beberapa titik sehingga pejalan kaki ataupun orang-orang yang sedang berada di ruang terbuka tidak membuang sampah sembarangan. Dengan demikian kebersihan juga tetap terjaga.
•
Bunga dan pohon, rumput serta perdu, komponen tanaman ini menjadi elemen utama dalam pembentukan ruang luar, selain sebagai
63
nilai
estetika,
dapat
mengurangi
radiasi
sinar
matahari
serta
menyejukkan udara.
Gambar IV.1.11 Pemanfaatan ruang luar Keterangan: :
Taman
:
Lapangan olah raga
:
Plaza
:
Parkir
Kesimpulan: Penataan ruang luar yang harmonis sangat penting bagi kelancaran dan keseimbangan kegiatan yang dilakukan di luar bangunan. Ruang luar dapat dibatasi oleh bangunan dengan tanaman, batu dan lain sebagainya.
64
IV.2
Analisis Aspek Manusia Kegiatan dan ruang berhubungan dengan aspek manusia dimana manusia sebagai pelaku utama kegiatan di bangunan tersebut, maka dianalisis jenis kegiatan yang dilakukan dan oleh siapa saja. Hubungan kegiatan dapat dianalisis dari kegiatan yang dilakukan serta pelaku kegiatannya. IV.2.1 Analisis Pelaku Kegiatan Para pelaku kegiatan di dalam sebuah asrama, yakni:
Pengelola Asrama Pengelola adalah orang-orang yang mengelola manajemen asrama serta orang yang memastikan kelancaran aktivitas dalam asrama tersebut. Pengelola terdiri dari beberapa orang dalam kelompok yang disebut staff. Tugas-tugas staff pengelola adalah mengurus kebutuhan para penghuni, menerima penghuni yang baru dan mengurus penhuni yang akan keluar, mengelola keuangan serta melakukan pengecekan terhadap fasilitas di asrama. Pengelola dapat berdomisili di tempat lain dan hanya datang ke asrama pada jam-jam kerja.
65
Penghuni Asrama Penghuni asrama adalah orang-orang yang tinggal selama jangka waktu tertentu di asrama dan melakukan sebagian besar aktivitasnya di asrama. Penghuni asrama terdiri dari mahasiswa putra dan putri, dan mahasiswa merupakan pelaku utama kegiatan dalam asrama.
Petugas Kebersihan Para petugas kebersihan memastikan asrama selalu dalam keadaan bersih dan melaksanakan komando dari pengelola asrama serta melakukan kegiatan-kegiatan service lainnya. Umumnya petugas tinggal dalam kompleks asrama, sehingga lebih mudah dalam menjalankan tugasnya, tetapi ada juga yang tidak tinggal di kompleks asrama namun diijinkan pulang setelah selesai menjalankan tugasnya.
Petugas Keamanan Para petugas keamanan memastikan keamanan dalam asrama selama 24 jam. Petugas keamanan bertugas dengan sistem shift, jadi dalam sebuah asrama biasanya terdapat 2-3 orang petugas keamanan.
Tamu/Pengunjung Orang-orang yang datang untuk mengunjungi penghuni asrama dalam jangka waktu tertentu, misalnya sanak saudara atau pengunjung yang datang untuk melihat-lihat saja atau dengan suatu tujuan khusus atau tamu yang datang secara rutin, seperti teman dari penghuni.
Pelaku Bisnis
66
Pelaku bisnis adalah orang-orang yang datang ke kompleks asrama sebagai supplier yang mendukung fasilitas seperti mini market, fotokopian, dan lain sebagainya. Kesimpulan: Sebuah asrama dapat berfungsi dengan baik apabila semua kegiatan dan seluruh kegiatan dapat berjalan sesuai fungsinya masing-masing dan saling melengkapi. Oleh karena itu, kegiatan setiap pelaku kegiatan harus ditunjang dengan baik oleh fasilitas yang dibutuhkan dan adanya kesadaran terhadap peraturan yang berlaku.
IV.2.2 Analisis Kegiatan Pelaku Hubungan kegiatan harian pengelola asrama adalah: Datang ke asrama
Parkir
M asuk kantor pengelola
M elakukan kegiatan pribadi (ke kamar mandi, makan, minum)
M elakukan kegiatan manajemen mahasiswa)
M enerima tamu
Parkir
Pulang
67
Hubungan kegiatan harian
yang dilakukan oleh penghuni asrama
(mahasiswa) adalah: M asuk asrama
M enuju unit hunian
M enuju fasilitas penunjang
M elakukan kegiatan (makan, tidur, wc) M elakukan kegiatan edukatif, social dan rekreatif serta olahraga
M eninggalkan asrama
Hubungan kegiatan harian petugas keamanan:
Datang ke asrama
Parkir
M enuju pos jaga
M elakukan kegiatan (makan, minum, WC)
M enjaga keamanan
Istirahat
Pulang/Ganti shift
68
Hubungan kegiatan tamu pengunjung:
Datang berkunjung
M enuju fasilitas penunjang
Parkir
M enuju ruang tamu
Parkir
WC umum M eninggalkan asrama IV.2.3 Analisis Kapasitas Penghuni M enurut survey yang telah dilakukan pada Asrama: o UI, asrama diperuntukkan bagi mahasiswa daerah mulai dari semester I sampai dengan semester IV. Setelah itu, mahasiwa diharuskan untuk keluar dari asrama dan mencari tempat di tempat lain. Kapasitas asrama ini mampu menampung 1250 mahasiswa dengan luas 4.158 Ha. o UPH, asrama dikhususkan bagi mahasiswi saja mulai dari semeter I sampai dengan semester II. Kapasitas asrama ini mampu menampung 80 mahasiswi. Namun sudah ada perancanaan untuk meningkatkan daya tampungnya. Tabel IV.2.1 Jumlah mahasiswa Bina Nusantara University TAHUN PRIA PEREM PUAN 2004 660 309 2005 1189 665 2006 1418 735 2007 1575 865 Sumber : ATL (Applied Technology Laboratory) Universitas Bina Nusantara
69
Kesimpulan: Dari data statistik mahasiswa daerah yang aktif kuliah di Universitas Bina Nusantara (Lihat tabel I.1.1), disimpulkan bahwa jumlah mahasiswa daerah bertambah setiap tahunnya, dengan peningkatan ±300 mahasiswa untuk 3 tahun terakhir berturut-turut. Pada tahun 2007 merupakan angkatan yang menerima mahasiswa daerah tertinggi yaitu 2440. Setiap tahun persentase pria lebih tinggi dari persentase wanita, dengan ratarata 60% pria dan 40% wanita. M engingat batasan luas
lahan, pengadaan
kapasitas asrama
mahasiswa untuk putra dan putri yaitu 20% dari jumlah total mahasiswa daerah pada tahun 2007 yakni ± 500 mahasiswa. Kapasitas untuk pria dan wanita dibedakan sesuai dengan kebutuhan, yakni 200 wanita dan 300 pria.
IV.3
Analisis Bangunan Analisis sistem bangunan berkaitan dengan bangunan itu sendiri, orientasi, bentuk fisik serta sistem-sistem yang terkait seperti sistem struktur dan sistem utilitas yang mendukung kelancaran dan berjalannya fasilitas dalam bangunan.
IV.3.1 Analisis Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang yang dianalisis akan berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari serta kebutuhan ruang apa saja yang perlu disediakan. Karakteristik penghuni asrama mahasiswa dimana terdapat beberapa pola perilaku dan hubungan sosial diantara sesama penghuni, yaitu:
70
•
M ahasiswa suka berkumpul dengan teman-teman, mahasiswa dengan sifat seperti ini cenderung nyaman dalam kamar yang ditempati oleh 4 orang bersama dalam satu kamar;
•
M ahasiswa suka berkumpul dalam kelompok kecil, mahasiswa dengan sifat ini nyaman bila berada dalam kamar yang terdiri dari 2 orang mahasiswa;
•
M ahasiswa yang suka menyendiri, jarang berkumpul dan lebih mementingkan privasi, mahasiswa sifat ini nyaman dalam kamar yang ditempati oleh satu orang saja. Tabel IV.3.1 Kebutuhan ruang mahasiswa
WAKTU
JENIS KEGIATAN
KEBUTUHAN RUANG
Pagi hari
Bangun tidur
Kamar tidur/unit hunian
Buang air besar, buang air
Kamar mandi
kecil sikat gigi, mandi
Siang hari
M akan pagi, sarapan
Ruang makan
Istirahat
Kamar tidur
M akan siang, masak
Kamar tidur
Belanja
M ini market
Belajar
Ruang baca, kamar tidur
Rekreasi (M ain game,
Ruang komunal
browsing, chatting, nonton tv, berkumpul)
71
Olah raga
Lapangan olah raga, fitness
M enerima tamu
Ruang tamu
M encuci, menjemur,
Ruang laundri
menyetrika M alam hari
Berkumpul bersama
Ruang komunal
Belajar
Ruang baca, kamar tidur
Rekreasi (M ain game,
Ruang komunal, kamar
browsing, chatting, nonton
tidur.
tv, berkumpul) M akan malam, memasak
Ruang makan, dapur
M andi, sikat gigi
Kamar mandi
Tidur, berdoa
Kamar tidur
Selain itu, terdapat beberapa kebutuhan ruang lain untuk kegiatan penunjang seperti tempat fotokopian, mini market, kios-kios. Kebutuhan ruang lain untuk penghuni lain selain mahasiswa tetapi berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa adalah: ruang pengelola, ruang jaga/pos satpam, ruang service dan parkir. Kesimpulan: Unit mahasiswa merupakan ruang utama dari sebuah asrama sebagai tempat belajar, tidur, bersosialisai, berpakaian. Unit mahasiswa berfungsi juga sebagai tempat menyimpan barang-barang pribadi. Unit hunian merupakan tanggung jawab penghuni sepenuhnya.
72
IV.3.2 Analisis Dimensi Ruang 1.
Unit 1 kamar untuk 2 orang
12,6 m²
14,4 m²
16,2 m²
19,8 m²
Gambar IV.3.1 Bentukb-bentuk double room Keterangan: B :
Bed
D :
Desk
W :
Wardrobe
SC :
Soft chair
BC :
Bookcase
73
2. Unit 1 kamar untuk 4 orang
Gambar IV.3.2 Kebutuhan tempat tidur bertingkat Untuk 1 orang
= 2,00 m x 0,8 m = 1,6 m²
Jadi, untuk 4 orang = 16 m² x 4 = 6,4 m² Total kebutuhan luas = 30% + 6,4 m² = 1,92 m² + 6,4 m² = 8,32 m² 3. Unit untuk mahasiswa cacat
Gambar IV.3.3 Lay out kamar untuk mahasiswa cacat Panjang minimal = 0,92 m + 1,83 m + 0,45 m = 3,2 m Lebar minimal
= 2m
Luas per unit
= 6,4 m
74
4. Kamar M andi Untuk 1 kamar 4 orang (Kamar mandi di luar) Rasio = 1: 4 Kapasitas untuk toilet bersama = 200 org Dibutuhkan
= 200 / 4 = 50 unit
Total luas toilet bersama = 50 x 2 m² = 100 m² Gambar IV.3.4 .Toilet
Total luas kamar mandi bersama = 50 x 2 m² = 100 m² Untuk 1 kamar 2 orang (Kamar mandi di dalam) Total unit = 125 unit Luas kamar mandi = 2,4 m² Total luas
= 2,4 m² x 125 unit = 300 m²
Gambar IV.3.5 Dimensi kamar mandi 5. Laundry
Gambar IV.3.6 Ruang laundry
75
M esin laundri (1 & 2) = 10 buah M esin pengering (3) = 4 buah M eja tumpukan (10) = 4 buah 6. Dapur
Gambar IV.3.7 Bentuk-bentuk dapur Bentuk dapur yang digunakan ialah bentuk ”I” (Satu deret). Panjang
Lebar =
=
A + B+ C+ D+ E
=
30 + 60 + 60 + 90 + 60
=
3,00 m
1,50 m
7. Ruang M akan Tabel IV.3.2 Kebutuhan luas tempat makan Tempat makan
Lebar (cm)
Tinggi (cm)
Luas (m²)
4 orang
> 130
2,6
5 orang
> 180
3,8
> 195
3,9
> 245
5,1
6 orang 7 orang
> 180
76
8 orang
> 260
5,2
Ruang makan didesain dengan kapasitas 100 orang dengan meja untuk 4 orang. Jadi, kebutuhan luas ruangan =
2,6 m² x 25 meja
= 65
m²
Tabel IV.3.3 Dimensi ruangan No.
Dimensi
Luas
Keterangan
Unit 2 orang 1 kamar
3,15 x 5,35 m
16,9m ²
78 unit (WC dalam)
Unit 4 orang 1 kamar
4,35 x 5,15 m
22,4m²
84 unit (WC luar)
Unit untuk orang cacat
4,35 x 5,15 m
22,4m²
10 unit (WC dalam)
2.
Kamar mandi bersama
2 x1
m
2
3.
Dapur
4 x6
m
2,4 m²
-
535 m²
Kapasitas 100 orang
1.
Ruang
Ruang makan 4.
-
m²
74WC+88Kmr mndi
Ruang TV
8 x5
m
40
m²
12-15 orang
R.meeting
5 x 10
m
50
m²
20-25 orang
Kantor ADM
4 x4
m
16
m²
2 orang
Kantor Pengelola
5 x6
m
30
m²
5 orang
6.
Laundri + setrika
10 x 5,23 m
50 m²
7.
Retail
4 x 4,43 m
17,72m² 5 unit
8.
R.Pompa air
-
20
m²
-
R.Genset
-
45
m²
-
R.Panel
-
20
m²
-
5.
-
77
9.
R.Trafo
-
20
m²
-
R.fitness
-
200 m²
-
IV.3.3 Analisa Hubungan Ruang Berikut adalah hubungan antar ruang: •
Skema hubungan ruang untuk kegiatan pribadi Unit asrama
Hall
Kamar mandi
Ruang komunal
Dapur + R.makan •
Skema hubungan ruang untuk kegiatan edukatif, rekreasi Gedung asrama
Taman/plaza
Lapangan Olah raga
R.Baca
Fasilitas penunjang
78
•
Skema hubungan ruang untuk kegiatan service Unit hunian
Fasilitas Penunjang
Ruang laundri
Jalan/taman
Pengelola
IV.3.4 Analisis Gubahan Massa M assa adalah benda-benda, baik benda buatan seperti bangunan, monumen, pagar dan lainnya maupun benda alami yang karena perletakannya membentuk ruang. Komposisi perletakan ini menjadi gubahan massa. Gubahan massa yang baik adalah pemaduan yang harmonis dan ideal antara ruang luar dengan massa bangunan sehingga menghasilkan gubahan yang bersatu. Beberapa hal tentang gubahan massa: •
Gubahan
massa sangat
penting dan
menentukan
kualitas
dari
perancangan suatu proyek; •
Gubahan massa tidak hanya berinteraksi dengan bangunan-bangunan di dalam suatu proyek tetapi juga berinteraksi dengan lingkunganlingkungannya dan membentuk suatu lingkungan yang harmonis;
•
Gubahan massa membentuk ruang-ruang positif dan berinteraksi dalam komposisi yang terjadi antara benda-benda;
•
Gubahan massa memperhatikan potensi yang ada pada lingkungannya seperti arah angin dan best view.
79
Terdapat 2 macam gubahan massa: •
Gubahan massa statis/formil/anorganik, biasanya digunakan untuk bangunan yang bersifat monumental, seperti bangunan pemerintahan, tugu peringatan kepahlawanan, kantor pemerintahan.
Gambar IV.3.8 Gubahan massa statis/formal/anorganik •
Gubahan massa dinamis/informal/organik, gubahan massa ini cenderung bersatu dengan lingkungan dan alamnya, misalnya mengikuti aliran sungai atau mengikuti bentuk-bentuk yang ada pada alam, maka disebut dengan organik.
Gambar IV.3.9 Gubahan massa dinamis/informal/organik
80
Tabel IV.3.4 Pola massa No. 1.
Pola massa Tunggal
Kelebihan
Kelemahan
•
M engatasi keterbatasan lahan
•
Sifat bangunan dan sirkulasi • Pemisahan dari kelompok
• Tidak dinamis
memusat •
kegiatan • Area menjadi tidak jelas
Bersifat vertikal
Pemeliharaan
dan
pengawasan lebih mudah 2.
M ajemuk
•
Dinamis
•
Pemisahan
• kelompok
besar
dan
area jelas
•
Pemeliharaan
serta
pengawasan lebih sulit
Tercipta ruang makro dan mikro untuk penghijauan
Lahan yang dibutuhkan
•
Biaya besar
81
Tabel IV.3.5 Alternatif Gubahan Massa GUBAHAN MASSA
KELEBIHAN • M assa
KEKURANGAN
bangunan • M assa
berorientasi
Utara-
bangunan
kurang
berkesan
Selatan, sehingga sisi
welcome
terhadap
terpanjang bangunan
keberadaan-nya
tidak menyerap panas
berada di hook.
yang
secara berlebihan.
• M assa
• Salah
satu
sisi
memaksimalkan
bangunan menghadap
tapak.
sisi
Timur-Barat,
memanaskan bangunan.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisa maka penulis memilih alternatif pertama sebagai acuan dalam desain karena dianggap lebih baik daripada alternatif kedua.
82
IV.3.5 Analisis Bentuk Bangunan Bentuk bangunan terdiri dari bentuk-bentuk dasar geometri seperti persegi, persegi panjang, bulat, segitiga dan segi banyak. Tabel IV.3.6 Karateristik bentuk No. 1.
Bentuk-bentuk Lingkaran
Karakteristik •
Terpusat,
•
Berarah ke dalam
•
Bersifat stabil
•
Pusat dari lingkungannya
•
M emperkuat
sifat
dasarnya
sebagai poros •
M enimbulkan perasaan gerak putar
2.
Segitiga
•
M enunjukkan stabilitas
3.
Bujur sangkar
•
M urni dan rasional
•
Statis dan netral
Bentuk yang paling umum dipakai adalah bentuk persegi dan persegi panjang, dengan variasi bentuk ”L”, ”U” dan ”T”. Bentuk-bentuk tersebut
83
dapat
disesuaikan
dengan
bentuk
tapak.
Bentuk
bangunan
harus
menampilkan / menyesuaikan bentuk tapaknya, sehingga bangunan tersebut memiliki ciri khas. Kelebihan untuk persegi dan persegi panjang adalah: •
M udah dalam mengatur ruang-ruang yang ada di dalamnya;
•
M endapatkan luasan yang sesuai dan efektif, mudah dalam melakukan aktifitas di dalamnya;
•
M udah dalam mengatur letak perabotan. Beberapa pertimbangan dalam memilih bentuk bangunan adalah
sebagai berikut: •
Penyesuaian terhadap bentuk tapak yang cenderung berbentuk segi empat dan lingkungan sekitar;
•
Karakter bangunan tersebut yang mencerminkan fungsi bangunannya;
•
Keadaan lingkungan sekitar dengan bentuk bangunannya didominasi oleh persegi dan persegi panjang;
•
Peruntukkan kegiatan di dalamnya dan jumlah lantai bangunannya. Kesimpulan: Untuk bangunan asrama akan menggunakan bentuk
bujur sangkar karena sesuai dengan fungsinya dan mempermudah dalam pengaturan ruang-ruang serta mengoptimalkan penggunaan ruang.
IV.3.6 Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan Sirkulasi dalam bangunan dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
84
1. Horizontal Sirkulasi dalam bangunan secara horizontal yaitu melalui koridor. Ada beberapa pola, seperti:
Double loaded
Single loaded
Gambar IV.3.10 Pola sirkulasi horizontal bangunan 2. Vertikal Sirkulasi dalam bangunan secara vertical terbagi beberapa jenis, yaitu: •
Tangga -
Terdapat beberapa bentuk tangga, seperti gambar di bawah:
Gambar IV.3.11 Bentuk-bentuk tangga
85
-
Lebar tangga minimun: 80-90 cm (1 orang), 100-120 cm (2 orang), 150-180 (3 orang).
-
Rumus:
2 O + A = 62 – 68 Dimana, O (Optrede) : 16-18 cm A (Aptrede) : 27- 30 cm Bordes : A
A
Bordes
O Gambar IV.3.12 Tangga •
Tangga kebakaran -
Dinding harus tahan api minimal 2 jam.
-
Pintu darurat mampu menahan api minimal 1,5 jam.
-
Arah bukaan pintu ke dalam kecuali pintu lantai dasar sebaliknya.
86
Gambar IV.3.13 Arah bukaan tangga -
Jika bangunan mempunyai basemen, maka tangga turun dari lantai 1 dan tangga naik dari basemen harus disekat.
-
Jarak terjauh 30 meter (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 meter (untuk bangunan dengan sprinkler).
-
Lebar pintu keluar minimum adalah 80 cm.
Gambar IV.3.14 Pintu tangga darurat -
Lebar tangga kebakaran dan koridor minimun 120 cm.
-
Koridor menuju tangga darurat harus diberi sign ”EXIT”
87
Gambar IV.3.15 Ukuran tangga darurat
Gambar IV.3.16 Ukuran bordes tangga darurat •
Ramp -
Lebar ramp minimum adalah 122 cm dengan panjang minimum.
88
Gambar IV.3.17 Ukuran ramp
IV.3.7 Analisis Struktur Bangunan Struktur pada bangunan untuk melindungi suatu ruang terhadap iklim, kondisi iklim, dan menyalurkan semua macam beban ke tanah melalui pondasi.
Struktur
secara
visual
dapat
disembunyikan
dan
dapat
diperlihatkan. Struktur secara visual diperlihatkan akan memberikan kesan sebagai ornamen, sclupture dan menambah kesan atau aksen. M acammacam beban yang mempengaruhi bangunan: •
Beban mati, adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan seperti mesin-mesin serta peralatan lengkap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan.
•
Beban hidup, adalah semua beban yang sifatnya berubah-ubah dan sulit diperkirakan, terjadi akibat penghunian dan penggunaan suatu bangunan,
89
dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan dapat mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap bangunan tersebut. Contoh: manusia, perabotan, perlengkapan mekanis dan lain sebagainya. •
Beban angin, semua beban yang bekerja pada bangunan, atau bagian bangunan yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Untuk memahami angin dan memperkirakan perilakunya secara ilmiah akan mustahil dilakukan. Aksi angin pada bangunan bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kekasaran dan bentuk bangunan, facade, serta perletakan bangunan yang berdekatan.
•
Beban gempa, beban yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang mengikuti pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Karena pondasi adalah titik singgung antara bangunan dengan tanah, maka gerak seismik bekerja pada bangunan dengan menggoyang pondasi bolakbalik.
Analisis sub-structure pada bangunan adalah: No. 1.
Jenis Pondasi
Kelebihan
Tiang Pancang • •
Kelemahan •
Pekerjaan cepat Kemampuan
Banyak terjadi sambungan, sehingga
dalam
berbahaya
jika
sambungan tidak dikerjakan
menahan gaya lateral
secara teliti •
Bunyi pekerjaan yang bising
90
2.
Bored Pile
•
Tidak menimbulkan getaran •
•
Diameternya lebih
•
besar, •
Pekerjaan lama Biaya yang lebih besar
sehingga daya dukung tiap •
Perlu diperhatikan bila air
tiang lebih besar
tanah
Cocok untuk segala Jenis
berbahaya
tanah
pengecoran
tinggi,
karena ketika
Kesimpulan: Pondasi yang digunakan adalah pondasi dalam, yaitu bored pile. Dengan bored pile, maka bangunan memiliki akar yang mengikat ke tanah. Selain itu, proses pemasangan dan konstruksi dengan bored pile lebih ramah untuk keadaan lingkungan sekitarnya. Analisis Upper-Sturucture pada bangunan adalah: •
Sistem struktur yang digunakan adalah sistem stuktur rangka, dimana terdiri dari dua unsur yaitu: 1. Tiang (kolom), sebagai unsur vertikal yang berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah; terdapat dua macam kolom yang digunakan yaitu kolom struktur dan kolom praktis. Kolom struktur menahan beban yang lebih besar sedangkan kolom praktis berada diantara pertemuan dinding. 2. Balok (gelegar), sebagai unsur horizontal dan berfungsi sebagai pemegang dan sebagai media pembagi beban kolom.
91
•
Struktur bangunan unsur permukaan, terdiri dari: 1. Dinding, sebagai unsur yang mampu menahan gaya-gaya aksial dan rotasi, dinding dapat berongga atau kerangka. Dinding yang bersifat struktur jika dinding tersebut memikul beban (bearing wall) dan jika dinding tidak memikul beban dinamakan non-bearing wall. 2. Plat, sebagai unsur yang padat atau beruas, ditumpu pada rangka lantai serta mampu memikul beban di dalam dan tegak lurus terhadap bidang tersebut. 3. Struktur bangunan unsur spasial / ruang, yaitu pembungkus facade atau inti (core), misalnya dengan mengikat bangunan agar menjadi satu kesatuan.
92
IV.3.8 Analisis Sistem Utilitas Bangunan Sistem utilitas adalah segala macam sistem dalam bangunan yang membantu beropeasinya dan berfungsinya suatu bangunan. Sistem utilitas terdiri dari: •
Pencahayaan Pencahayaan pada bangunan secara alami dan buatan. Pada siang hari, ruangan mendapatkan intesitas cahaya yang cukup dari cahaya matahari sedangkan pada malam hari pencahayaan dengan menggunakan lampu. Ruang untuk belajar harus mendapatkan intensitas cahaya yang cukup. Lebar koridor sebaiknya tidak terlalu sempit agar tidak terlalu gelap dan tidak memerlukan
lampu pada siang hari.
Setiap
unit kamar
mendapatkan bukaan ke luar sehingga tidak memerlukan lampu pada siang hari. Standar pencahayaan menurut Suwana, 2006 adalah: 1. Area baca
:
200 – 500 lux
2. M eja baca (Ruang baca umum)
:
300 lux
3. M eja baca (Ruang baca rujukan) :
700 lux
4. Area sirkulasi
:
50-100 lux
5. Ruang genset
:
200 lux
6. Ruang pompa
:
100 lux
7. Gudang
:
50 lux
Kesimpulan: Dalam perancangan bangunan diusahakan agar dapat mengoptimalkan pencahayaan alami.
93
•
Pengudaraan / Tata Udara Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang terkait dengan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena berhubungan dengan kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan, serta berhubungan dengan perancangan bangunan. 1. Pengudaraan alami Pemanfaatan udara alami yang ada di luar. Dengan memberikan bukaan yang cukup sehingga udara luar bisa masuk maka udara di dalam yang kotor bisa tergantikan secara terus menerus. 2. Pengudaraan buatan Bangunan tidak bisa sepenuhnya bergantung pada udara alami. Selain jendela dan ventilasi, digunakan sistem tata udara pada bangunan, sehingga tercipta kenyamanan bagi penghuni, yaitu AC (Air Conditioning), yang berfungsi untuk mempertahankan suhu dan kelembaban dalam ruangan dengan cara menyerap panas dalam ruangan. Kenyamanan thermal manusia, ialah: •
Temperatur: 24°C - 28°C
•
Kelembapan : 40% – 60%
•
Aliran udara : 0 – 0,02 m/det
Terdapat dua macam AC yang dipakai, yaitu AC split dan AC central. Penggunaan AC central untuk ruangan yang luas, seperti hall, lobby dan aula, sedangkan AC split yang kapasitasnya 0,5
94
— 3 PK. Penggunaannya jika diperlukan untuk ruang per unit seperti kamar tidur, ruang duduk dan ruang belajar. Ruang-ruang lain seperti kamar mandi, dapur dan gudang tidak perlu AC. Perhitungan kebutuhan energi buat AC: Okupansi = L bruto L per orang = 20.000 20 = 1000 BSB
= L.bid x beban kalor = 16 x 900 = 14.400 BTU/Jam/m²
BSO
= Okupansi x 200 = 1000 x 200 = 200.000 BTU Jam
BLO
= Okupansi x 250 = 1000 x 250 = 250.000 BTU Jam
BSL
= watt x 125 x 3,4 = 50 watt / m² x 125 x 3,4 = 21.250 BTU Jam
CFM 1
= P.L.T AC. 25,31 60 = 4 x 4 x 4 x 2 x 35,31 60
95
= 75,328 BTU Jam CFM 2
= [(t0-t1).1,08 + (RH0-RH1). 0,67] = (5 x 1,08)
+ (30 x 0,67)
= 5,4 + 20,1 = 25,5 BP
= BSB + BSO + BLO + BSL + CFM 1 + CFM2 = 14.400 + 200.000 + 250.000 + 21.250 + 75,328 + 25,5 = 485.725,3 + 26,5 = 485.750,8
Kapasitas = 485.750,8 TR 12.000 = 40,5 TR x 1,12 = 45,3 Kw/unit Kesimpulan: Dalam perancangan akan diusahakan terjadinya cross ventilation, sehingga suhu dalam bangunan tidak panas. Namun untuk mencapai kenyamanan ruang-ruang tertentu akan dipasang AC split.
•
Proteksi Kebakaran Sistem
proteksi
bertumpu
pada
rancangan
bangunan
yang
memungkinkan orang keluar dari bangunan dalam keadaan selamat pada saat terjadi kebakaran / kondisi darurat lainnya. Proteksi kebakaran
96
dibedakan atas proteksi kebakaran aktif dan pasif. Proteksi kebakaran aktif seperti hidran, sprinkler, sedangkan proteksi kebakaran pasif seperti material yang tahan api. Beberapa faktor yang dibutuhkan dalam proteksi kebakaran secara aktif dan pasif: 1. Kontruksi tahan api Setiap komponen bangunan, dinding dan lantai, kolom dan balok harus tetap dapat bertahan dan menyelamatkan isi bangunan meskipun
bangunan
dalam
keadaan
terbakar,
dengan
cara
menambahkan penghambat penjalaran panas pada pintu baja dan menggunakan langit-langit yang dapat mencegah perambatan api / panas. 2. Pintu keluar -
Pintu keluar harus memenuhi persyaratan seperti harus tahan api sekurang-kurangnya dua jam.
-
Dilengkapi dengan 3 engsel, harus dilengkapi dengan alat penutup otomatis, dilengkapi dengan tanda tuas pembuka pintu. Tabel IV.3.7 Jarak tempuh keluar bangunan
Hunian
Batasan lorong
Tanpa sprinkler
Dengan
buntu (m’)
(m’)
sprinkler (m’)
Hotel
10
30
45
Apartemen
10
30
45
Asrama
0
30
45
Rumah Tinggal
Tidak Perlu
Tidak Perlu
Tidak Perlu
Sumber : Juwana, J.S ; 2005
97
3. Hidran -
Hidran sebagai pemadam api ringan berfungsi sebagai pencegah kebakaran kecil. Biasanya hidran yang digunakan adalah hidran bangunan (box hydrant) dan selang kebakaran.
-
Sebaiknya kotak hidran ditempatkan dalam jarak 35 m dengan kotak hidran lainnya. Digunakan di luar bangunan, di lokasi yang aman dari api.
-
Semua peralatan hidran dicat warna merah.
-
Sumber persediaan air untuk hidran harus diperhitungkan minimum untuk pemakaian selama 30 menit.
-
Perhitungan kebutuhan hidran: Hidran = L. Bangunan (2) 800 = 20.000 (2) 800 = 50 unit hidran
Gambar IV.3.18 Kotak hidran
98
Gambar IV.3.19 Jarak hidran halaman terhadap bangunan
4. Sprinkler -
Pada bangunan, sprinkler memberikan respon yang cepat pada saat terjadi terjadinya api dan memberi waktu bagi pengguna bangunan untuk keluar dari gedung.
-
Sprinkler tidak dipasang di semua ruang, hanya pada ruang tertentu saja dan pada bangunan dengan tinggi 8 lantai, pemakaian sprinkler diharuskan. Jika sprinkler bekerja, tekanan air dalam pipa akan turun dan sensor otomatis akan memberi tanda bahaya (alarm) dan lokasi yang terbakar akan terlihat pada panel pengendalian kebakaran.
Gambar IV.3.20 Sprinkler
99
5. Tangga darurat -
Pada bangunan minimal terdapat dua buah tangga kebakaran pada ujung-ujung bangunan dan berjarak ± 30m.
•
Pada saat kebakaran, tangga harus aman dan bebas dari asap.
Sistem Penangkal Petir -
Untuk
menghindari
dan
meminimalkan
kerugian
yang
disebabkan oleh petir, diperlukan suatu sistem perlindungan yang tepat yaitu dengan tiang penangkap petir pada atap bangunan. -
Tiang penangkal petir terdiri dari tiang pendek dan kepala penangkap petir. Terkadang penangkal petir jarang dipasang, bila bangunan di sekitar ada yang lebih tinggi atau didominasi pepohonan tinggi.
•
Jaringan Pipa Bersih -
Untuk memasok kebutuhan air bersih, digunakan pompa agar air dapat disalurkan ke tempat yang letaknya jauh dari permukaan tanah, kemudian air bersih disalurkan menuju titik-titik pada bangunan yang membutuhkan air bersih seperti washtafel dan kamar mandi.
-
Kebutuhan air bersih harian untuk asrama adalah 135-225 L/unit asrama (sumber: Juwana, J.S; 2005)
100
Tangki air bersih
M engisi unitunit asrama
PAM
Ground Tank
Gambar IV.3.21 Skema air bersih -
Perhitungan kebutuhan air bersih: Qd = Vair keseharian + Vair kebakaran = (225 L x 480 unit) + (50 hidran x 400 x 30) = 108.000 + 600.000 = 708.000 Liter Volume tangki bawah tanah: Vbt = 40%. Qd = 40%. 708.000 = 283.200 Liter Volume tangki atas: Va = 15%. Qd = 15%. 708.000 = 106.200 Liter
•
Jaringan Pipa Kotor
101
-
Jaringan air kotor dibagi atas pemimpaan air kotor cair dan air kotor padat. Pipa pembuangan air kotor padat memiliki diameter yang lebih besar dari air kotor cair.
-
Air kotor cair berasal dari kloset, wastafel, urinoir dan kitchen sink. Air kotor padat berasal dari kloset dan kitchen sink (buangan padat limbah rumah tangga).
-
Perkiraan limbah cair asrama yaitu 378 per hari per orang. (sumber: Juwana, J.S; 2005) Pipa air kotor dari unitunit hunian asrama
Sumur resapan (Biopori)
Bak kontrol
Septic tank Keterangan: :
Air kotor cair
:
Kotoran padat Gambar IV.4.22 Skema air kotor
•
Limbah -
Air kotor yang dihasilkan suatu bangunan ditampung dalam septic tank atau diolah dalam unit STP (Sewage Treatment Plant).
-
Perhitungan kebutuhan STP = 0,022 x luas lantai bangunan
102
= 0,022 x 20.000 = 440 m³ Tabel IV.3.8 Dimensi septict tank
•
Jumlah orang
Volume (m³)
Ukuran (m³)
60
4
1,2 x 2,5 x 1,5
120
8
1,5 x 3,5 x 1,9
180
12
1,8 x 4 x 1,9
240
16
1,8 x 5,4 x 1,9
300
20
2,2 x 5,4 x 2
360
24
2,4 x 6 x 1,5
420
28
2,5 x 6 x 2,1
480
32
2,5 x 7 x 2,1
S ampah -
Pembuangan sampah dari tiap unit disediakan ruangan sampah yang terletak di ujung bangunan dekat tangga. Petugas setiap hari mengangkut sampah dari tiap lantai dan dibuang ke bak sampah.
-
Perkiraan jumlah sampah yaitu 1 Kg/orang. (sumber: Juwana, J.S; 2005)
•
Instalasi Listrik
103
-
Instalasi jaringan listrik berasal dari PLN dan Solar panel. Solar panel dengan kapasitas 185 watt digunakan untuk keperluan pencahayaan unit-unit serta keperluan alat elektronik lainnya. M eter PLN Switch Panel induk
Gardu listrik
Solar panel Panel anak
PLN
Gambar IV.3.23 Skema jaringan listrik .
104
IV.3.9 Analisis Desain Ruang Dalam Bangunan M engukur dan memanfaatkan ruang secara efektif merupakan salah satu elemen yang penting dalam desain. Semakin kecil area yang ada, semakin kreatif penataan yang harus dilakukan. Faktor-faktor penataan ruang yaitu: •
Pewarnaan
•
Pencahayaan
IV.3.10 Analisis Kebutuhan Parkir Adapun ketentuan –ketentuan tentang parkir sebagai berikut: •
Jika jumlah tempat parkir yang disediakan melebihi 20 kendaraan, maka harus disediakan ruang duduk untuk istirahat supir dengan minimal 2,00 x 3, 00 m.
•
Penataan halaman parkir harus mengupayakan adanya pohon peneduh dan perkerasan halaman parkir harus menggunakan bahan yang dapat meresap air.
•
Pintu keluar / masuk ke dalam wilayah bangunan minimum berada 20 m dari tikungan dan jika tidak memenuhi persyaratan tersebut, letak pintu ditempatkan pada ujung sisi muka terjauh dari tikungan.
•
Lantai untuk parkir tidak dihitung dalam KLB (maksimal 50% KLB, selebihnya diperhitungkan 50%), dengan lantai parkir maksimal 150% KLB.
•
Untuk parkir dalam bangunan:
105
-
lantai parkir harus memiliki sarana sirkulasi vertikal berupa tangga. Tangga spiral tidak boleh digunakan. Radius pelayanan tangga adalah 25 meter ( tanpa sprinkler) dan 40 meter (dengan sprinkler).
-
Pada setiap lantai parkir dengan luas mencapai 500 m² harus ada ramp naik dan turun minimum masing-masing 2 unit, dengan ramp lurus satu arah minimum 3,00 meter atau jika ramp 2 arah menggunakan pemisah minimum 50 cm, sehingga lebar minimum menjadi 7,5 m.
-
Bagi bangunan parkir yang menggunakan ramp spiral, ketinggian bangunan tidak boleh melebihi 5 lapis.
-
Perhitungan kebutuhan parkir asrama:
Rasio mobil = 1: 12 Rasio motor = 1: 4 Kebutuhan parkir motor = penghuni + pengelola + tamu = (458 /4) + 6 + 6 =112 + 12 = 124 Kebutuhan parkir mobil = penghuni + pengelola + tamu = (500 /12) + 5 + 5 = 42+ 5 + 5 = 52
106
Gambar IV.3.24 Pola parkir
107